SejumIah negara saIing berebut wiIayah di Laut Cina SeIatan seIama berabad- abad namun ketegangan baru-baru ini menimbuIkan kekhawatiran kawasan ini dapat menjadi pemicu perang dengan dampak gIobaI. Apa yang dipersengketakan? Kedaulatan atas kawasan laut serta wilayah di kepulauan Paracel dan Spratly -dua rangkaian kepulauan yang diklaim oleh sejumlah negara. Selain rangkaian pulau ini, ada pula pulau tak berpenghuni, atol, dan karang di seputar perairan ini. Siapa yang mengkIaim? Cina mengklaim sebagian besar kawasan ini -terbentang ratusan mil dari selatan sampai timur di Propinsi Hainan. Beijing mengatakan hak mereka atas kawasan itu bermula dari 2.000 tahun lalu dan kawasan Paracel dan Spratly merupakan bagian dari bangsa Cina. Tahun 1947, Cina mengeluarkan peta yang merinci klaim kedaulatan negara itu. Peta itu menunjukkan dua rangkaian pulau yang masuk dalam wilayah mereka. Klaim itu juga diangkat Taiwan, yang masih dianggap Cina sebagai provinsinya yang membangkang. Vietnam menyanggah klaim Cina dengan mengatakan Beijing tidak pernah mengklaim kedaulatan atas kepulauan itu sampai tahun 1940-an dan mengatakan dua kepulauah itu masuk dalam wilayah mereka. Selain itu Vietnam juga mengatakan mereka menguasasi Paracel dan Spratly sejak abad ke-17, dan memiliki dokumen sebagai bukti. egara lain yang mengklaim adalah Filipina, yang mengangkat kedekatan secara geografis ke kepualauan Spratly sebagai landasan klaim sebagian kepulauan itu.
Tentara Filipina di pulau Thitu, Laut Cina Selatan menyambut anggota parlemen yang berkunjung Malaysia dan Brunei juga mengklaim sebagian kawasan di Laut Cina Selatan itu yang menurut dua negara itu masuk dalam zone ekslusif ekonomi, seperti yang ditetapkan dalam Konvensi PBB tentang Hukum Laut tahun 1982. Brunei tidak mengklaim dua kepuluaan itu namun Malaysia menyatakan sejumlah kecil kawasan di Spratly adalah milik mereka. engapa begitu banyak negara yang mengkIaim? Paracel dan Spratly kemungkinan memiliki cadangan besar sumber alam di seputar kepulauan itu. amun tidak banyak rincian tentang kekayaan mineral ini dan perkiraan didasarkan pada sumber daya mineral di dekat wilayah itu. Para pejabat Cina memiliki perkiraan yang paling optimistik atas sumber mineral di sana. Menurut data yang dikutip oleh nformasi Energi Amerika Serikat (EA), Cina memperkirakan cadangan minyak di sana sebesar 213 miliar barel -atau 10 kali lipat dari cadangan milik Amerika Serikat. amun para ilmuwan AS memperkirakan jumlah minyak di sana 28 miliar barel. Menurut EA, cadangan terbesar kemungkinan adalah gas alam. Perkiraannya sekitar 900 triliun kaki kubik, sama dengan cadangan yang dimiliki Qatar. KepuIauan SpratIy O Cina, Vietnam, dan Taiwan menuntut kedaulatan atas sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan, termasuk Kepulaian Spratly dan Paracel. O Filipina, Malaysia, dan Brunei juga mengklaim sebagian wilayah yang saling tumpang tindih. O Kepulauan Spratly diperkirakan kaya akan kandungan minyak maupun gas dan juga berada di jalur pelayaran penting. O Cina memperkirakan cadangan minyak di kawasan itu mencapai 213 miliar barel walau perkiraan Amerika Serikat jauh lebih rendah, 28 miliar barel. O Perkiraan kasar kandungan gas sekitar 25 triliun m3 atau sama dengan cadangan gas yang dimiliki Qatar. O Salah satu pulau di Kepulauan Spratly, Thitu, dihuni oleh sekitar 60 penduduk sipil Filipina dan memiliki jalur pendaratan pesawat. Kawasan itu juga merupakan rute utama perkapalan dan sumber pencarian ikan bagi kehidupan ribuan orang yang tinggal di sekitar. Sebarapa besar ancaman sengketa ini? Bentrokan yang paling parah dalam beberapa dekade ini adalah antara Vietnam dan Cina. Cina menguasai Paracel dari Vietnam tahun 1974, menewaskan beberapa tentara Vietnam. Tahun 1988, kedua belah pihak bentrok di Spratly, dan Vietnam lagi-lagi kehilangan 70 personil. Filipina juga terlibat dengan ketegangan kecil dengan pasukan Cina, Vietnam dan Malaysia. Ketegangan terakhir juga melibatkan Cina. Para pejabat Beijing mengeluarkan pernyataan keras, termasuk peringatan kepada negara lain yang mengklaim untuk menghentikan eksplorasi mineral di kawasan itu. Filipina menuduh Cina menyusun kekuatan militer di Spratly. Klaim yang tidak dapat dipastikan menyebutkan angkatan laut Cina sengaja mensabotase dua operasi eksplorasi Vietnam yang menimbulkan protes anti-Cina terbesar di jalan-jalan Hanoi dan Ho Chi Minh. Vietnam telah mengadakan latihan militer dengan peluru tajam di lepas pantai mereka, dan operasi itu dianggap Beijing sebaga langkah provokasi. Siapa saja yang mencoba menyeIesaikan sengketa ini? Selama bertahun-tahun, Cina cenderung mengadakan pertemuan tertutup dengan pemimpin negara lain yang juga mengklaim kepemilikan kawasan itu. amun negara lain menyerukan bantuan internasional. Bulan Juli 2010, Menteri Luar egeri Amerika Serikat Hillary Clinton -saat terlibat dalam debat soal sengketa Laut Cina Selatan- menyerukan adanya aturan yang mengikat.
Tentara Vietnam melakukan latihan di kepulauan Spratly dengan peluru tajam Cina menolak dan menyebut usulan yonya Clinton sebagai serangan atas Cina. Sejumla kesepakatan termasuk Konvensi Hukum Laut PBB tahun 1982 dianggap sebagai salah satu landasan penyelesaian. amun pada prakteknya, konvensi ini menimbulkan klaim yang semakin tumpang tindih dan tidak berhasil melunakkan posisi Cina dan Vietnam yang tetap mengangkat landasan sejarah. Baik Filipina dan Vietnam mengadakan perjanjian bilateral dengan Cina dengan menetapkan peraturan untuk kawasan itu. amun kesepakatan itu tidak banyak artinya. Peran ASEAN Perhimpunan negara-negara Asia Tenggara, ASEA sudah berhasil menandatangani code of conduct atau kode perilaku dengan Cina tahun 2002. Berdasarkan perjanjian itu, negara-negara yang mengklaim sepakat "menyelesaikan sengketa teritorial dan yurisdiksi dengan cara damai tanpa penggunaan kekerasan, dan melalui perundingan". Tetapi kejadian akhir-akhir ini menunjukkan Vietnam dan Cina tidak mematuhi semangat kesepakatan itu. Dan para menteri luar negeri ASEA Kamis (21/07) di Bali menyepakati kerangka acuan untuk penulisan kode perilaku dalam penyelesaian konflik ini. Menteri Luar egeri Marty atalegawa yang bertindak sebagai tuan rumah forum ini, mengatakan kerangka acuan ini akan sangat membantu upaya Asean menempuh solusi damai dalam sengketa ini. Marty mengatakan negara-negara ASEA akan terus membicarakan langkah penyelesaian damai.
Source hLLp//wwwbbccouk/lndonesla/laporan_khusus/2011/07/110719_spraLlyconfllcLshLml KonfIik Laut Cina SeIatan jadi perhatian Forum ASEAN Terbaru 19 Juli 2011 - 12:02 WB
Empat dari enam negara yang terlibat konflik Laut Cina Selatan, anggota ASEA. Sengketa atas kepuIauan kaya minyak di Laut Cina SeIatan menjadi saIah satu perhatian utama di meja para enteri Luar Negeri ASEAN yang memuIai pertemuan Forum enteri Luar Negeri ASEAN di BaIi hari ini. Konflik memperebutkan antara lain Pulau Spratly dan Paracel itu sudah berlangsung bertahun-tahun dan mengakibatkan ketegangan antara Vietnam, Filipina, Brunei, Malaysia, Taiwan dan Cina, empat negara pertama adalah anggota ASEA.
"Kita harus mengupayakan kemajuan dalam konflik Laut Cina Selatan," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat membuka forum ini secara resmi Selasa (19/7) pagi. "Kita harus memberi sinyal yang tegas kepada dunia bahwa masa depan Laut Cina Selatan bisa diperkirakan, bisa dikelola dan cerah," tambah Yudhoyono. Seruan semacam ini juga dinyatakan Presiden Yudhoyono saat membuka KTT ASEA Mei lalu, ketika konflik perbatasan Thailand-Kamboja saat itu sedang mencapai suhu terpanasnya. Atas inisiatif ndonesia, konferensi kemudian memberi ruang pada Perdana Menteri Thailand dan Kamboja untuk mengupayakan perundingan damai. Belum jelas apakah forum ini juga akan memberi peluang pada pihak bersengketa, terutama Vietnam dan Cina, yang wakilnya hadir dalam pertemuan ini. Kita harus memberi sinyaI yang tegas kepada dunia bahwa masa depan Laut Cina SeIatan bisa diperkirakan, bisa dikeIoIa dan cerah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Ketegangan naik di kawasan yang diperebutkan setelah muncul perang klaim antara dua negara, meski kemudian disepakati oleh dua pihak sengketa akan diatasi dengan perundingan. amun di saat yang sama, AL Vietnam kemudian meneruskan latihan perangnya dengan AS yang dianggap memperuncing konflik. PersoaIan Iain Forum Menteri Luar egeri ASEA dilangsungkan mulai hari ini di Bali, dan akan menjadi tuan rumah bagi sejumlah negara mitra ASEA termasuk Cina dan AS. AS akan diwakili oleh kehadiran Menlu Hillary Clinton, yang dijadwalkan sampai Rabu besok. Pentingnya harmoni di kawasan, seperti pada sejumlah forum internasional terdahulu di ndonesia, menurut Presiden Yudhoyono merupakan syarat penting untuk mewujudkan cita-cita negara-negara kawasan Asia Tenggara menjadi sebuah masyarakat ekonomi bersama tahun 2015. Presiden Yudhoyono juga menyebut banyak rintangan menciptakan8ean Community tersebut, diantaranya persoalan seperti perubahan iklim dan perdagangan manusia. amun di luar persoalan Laut Cina Selatan, para menlu ASEA juga masih akan mendengar kelanjutan upaya resolusi konflik perbatasan Thailand-Kamboja, serta reformasi politik yang berjalan lambat di Burma. Setelah 44 tahun berdiri ASEA kini beranggotakan 10 negara dan mempunya tiga negara mitra utama di kawasan, Korea Selatan, Jepang dan Cina, yang kerap disebut sebagai paket ASEA3. Source hLLp//wwwbbccouk/lndonesla/berlLa_lndonesla/2011/07/110719_aseanmeeLlngshLml Jumat, 18/11/2011 06:20 WB
akarta - Sejumlah langkah ndonesia terkait ASEA terutama terkait isu Laut Cina Selatan (LCS) dianggap tepat sasaran. ndonesia dinilai bisa membawa ASEA menempatkan diri dalam konflik China- AS.
"ASEA yang saat ini diketuai oleh ndonesia secara tepat telah melihat konflik di Laut Cina Selatan (LCS) berpotensi mengganggu stabilitas perdamaian dan keamanan di Asia Tenggara," tutur Guru Besar Hukum nternasional FHU Hikmahanto Juwana dalam rilisnya kepada detikcom, Jumat (18/11/2011).
Hikmahanto juga mengapresiasi pernyataan Menlu Marty atalegawa yang telah menyampaikan pendapat bahwa ASEA tidak akan membiarkan Asia Tenggara sebagai arena bersaing negara-negara besar patut diapresiasi.
"ndonesia sebagai ketua ASEA telah memastikan agar dua kekuatan besar, China dan AS, tidak dalam posisi berhadap-hadapan dan menjadikan LCS sebagai ladang konflik bersenjata mereka," imbuhnya.
Hikmahanto mengatakan, persoalan Laut Cina Selatan itu bermula ketika China merasa dipojokkan dengan manuver Filipina yang hendak membawa ASEA untuk berhadapan dengannya. Manuver Filipina ini, lanjut Hikmahanto, diduga dilakukan untuk mendapatkan posisi tawar yang lebih tinggi ketika beradapan dengan China.
China juga menyatakan ketidak-sukaannya dengan keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam masalah LCS. Meski mengakui tidak memiliki klaim atas wilayah LCS, bagi AS keterlibatannya dalam rangka memastikan alur laut bagi pelayaran internasional aman.
AS juga ingin memastikan China tidak melakukan intimidasi atau ancaman penggunaan kekerasan (use of force) untuk penyelesaian klaim dengan negara-negara kekuatan militernya tidak sebanding.
"amun dalam analisa akhir, penyelesaian LCS akan bergantung pada sikap China. Bila China tidak menggunakan kekerasan dan mengedepankan dialog maka konflik LCS tidak akan menganggu perdamaian dan stabilitas kawasan," papar Hikmahanto.
"Menjadi pertanyaan bagaimana memastikan agar China tidak akan menggunakan kekerasan? Disinilah pentingnya keterlibatan ASEA sebagai sebuah Organisasi nternasional yang netral dan menjadi fasilitator bagi negara-negara yang bersengketa," sambungnya. Source hLLp//wwwdeLlknewscom/read/2011/11/18/062001/1769837/10/lndonesladlanggap berhasllbawaaseanhadaplkonfllklauLclnaselaLan AS dan Vietnam geIar Iatihan miIiter Terbaru 15 Juli 2011 - 22:39 WB
AS dan Vietnam memulai latihan bersama di Laut Cina Selatan Angkatan Laut Amerika Serikat dan Vietnam hari umat (15/7) memuIai Iatihan bersama di Laut Cina SeIatan. Latihan ini digelar beberapa pekan setelah Vietnam dan Cina terlibat sengketa wilayah di perairan tersebut. Para pejabat Amerika dan Vietnam menegaskan bahwa latihan ini adalah bagian dari kegiatan rutin yang telah lama direncanakan. amun Cina mengatakan latihan ini sebaiknya diundur terkait sengketa wilayah regional. Perwira tinggi Cina Jenderal Chen Bingde mengatakan bahwa latihan ini dilakukan pada waktu "yang tidak tepat" setelah berunding dengan rekannya dari AS Laksamana Mike Mullen. Rutin Para pejabat Amerika Serikat mengatakan latihan selama seminggu di lepas pantai Vietnam tengah ini adalah "bukan latihan perang". AL kedua negara melakukan latihan rutin yang dipusatkan pada berbagai hal seperti navigasi dan pemeliharaan, demikian dinyatakan konsulat jenderal AS di Kota Ho Chi Minh. Amerika dan Vietnam pernah terlibat perang dan baru memulihkan hubungan diplomatik pada tahun 1995. Cina, Filipina, Vietnam, Brunei, Malaysia dan Taiwan menyatakan sejumlah bagian Laut Cina Selatan sebagai wilayahnya. Daerah ini diyakini kaya cadangan minyak dan gas, serta merupakana jalur perkapalan penting perdagangan dunia.
Source hLLp//wwwbbccouk/lndonesla/dunla/2011/07/110713_usvleLnamshLml Angkatan Laut Cina geIar Iatihan di Pasifik Terbaru 24 ovember 2011 - 17:49 WB
Cina mengatakan latihan Angkatan Laut ini merupakan latihan rutin. Angkatan Laut Cina akan meIakukan Iatihan di Samudra Pasifik daIam beberapa hari ini, di tengah ketegangan terkait sengketa maritim di kawasan. Departemen Pertahanan Cina mengatakan latihan itu adalah hal yang rutin dan tidak dimaksudkan menjadikan negara tertentu sebagai sasaran. Cina terlibat sengketa teritorial dengan beberapa negara dan Amerika Serikat baru-baru ini mengumumkan akan memperkuat pasukan di kawasan. Juru bicara Pentagon mengatakan Amerika Seriakt tidak memiliki masalah dengan latihan angkatan laut itu. Kapten John Kirby mengatakan Cina "berhak melakukan latihan militer dengan cara yang sesuai dengan kepentingan mereka." Pernyataan singkat di situs Departemen Pertahanan Cina mengumumkan latihan itu Rabu malam (23/11). Amerika tingkatkan pasukan Kebebasaan Cina daIam navigasi dan hak hukum Iain tidak boIeh diganggu. Departemen Pertahanan Cina "Latihan ini adalah latihan tahunan yang telah direncanakan. Latihan ini tidak dimaksudkan dengan sasaran negara tertentu dan tetap sesuai dengan hukum internasional," kata pernyataan itu. "Kebebasaan Cina dalam navigasi dan hak hukum lain tidak boleh diganggu." Pejabat Departemen Pertahanan Jepang melaporkan melihat enam kapal perang di perairan internasional di dekat kawasan Okinawa, Jepang selatan. Cina terlibat sengketa dengan beberapa negara lain, termasuk Vietnam dan Filipina, terkait Laut Cina Selatan. Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengumumkan pekan lalu Washington akan memperkuat kehadiran pasukan di kawasan dengan menempatkan gugus tugas marinir di Australia utara. Para pengamat mengatakan langkah Amerika itu merupakan tantangan langsung atas upaya Cina untuk mendominasi kawasan. Source hLLp//wwwbbccouk/lndonesla/dunla/2011/11/111124_chlnanavyshLml Cina kutuk peremajaan F-16 Taiwan Terbaru 22 September 2011 - 14:54 WB
AS segera meremajakan skuadron pesawat tempur F-16 milik Taiwan. Pemerintah Cina mengutuk kesepakatan antara Amerika Serikat dan Taiwan terkait peremajaan skuadron jet tempur F-16 miIik Angkatan Udara Taiwan. Cina menganggap kesepakatan ini merupakan intervensi Amerika Serikat atas urusan dalam negerinya. Wakil Menteri Luar egeri Cina, Zhang Zhijun menganggap kesepakatan bernilai US$5,85 miliar atau sekitar Rp72 triliun itu mengirimkan sinyal yang salah bagi kelompok pro kemerdekaan Taiwan. "Cina mendesak AS untuk memahami kesensitifan dan kerusakan serius yang diakibatkan penjualan senjata ke Taiwan, dan memperhatikan secara serius sikap Cina ini," kata Zhijun. "Keputusan AS ini akan merusak hubungan Cina-AS serta kerja sama kedua negara serta pertukaran militer, keamanan dan bidang lainnya," lanjut dia Sejumlah pejabat AS mengatakan pesawat-pesawat tempur jenis F-16A/B akan menjalani perbaikan sehingga setara dengan tipe C/D yang lebih maju. "Setelah peremajaan, kemampuan tempur pesawat-pesawat ini akan meningkat tajam," kata Menteri Pertahanan Taiwan, Kao Hua-chu dalam jumpa pers di Taipei. Ancaman invasi Cina mendesak AS untuk memahami kesensitifan dan kerusakan serius yang diakibatkan penjuaIan senjata ke Taiwan, dan memperhatikan secara serius sikap Cina ini. Zhang Zhijun Menhan Kao menambahkan Taiwan saat ini masih berada di bawah ancaman invasi militer Cina. "Meningkatkan kemampuan pertahanan kita sangat penting untuk menjaga keamanan regional dan perkembangan stabil di seberang selat," tambah Kao. Selain meremajakan pesawat yang sudah ada, Taiwan juga berencana untuk membeli lebih dari 60 unit F-16 tipe C/D yang dianggap bisa mengimbangi pesawat-pesawat tempur terbaru Cina. Taipei mengatakan rencana pembelian itu masih tertunda di AS. Washington saat ini tengah menunggu persetujuan kongres untuk rencana ini. Cina hingga saat ini masih menganggap Taiwan adalah bagian dari wilayahnya dan superioritas militer Cina atas Taiwan terus ditambah. Sehingga Cina meminta agar AS tak menjual pesawat-pesawat tempur pesanan Taiwan itu. amun, AS secara hukum terikat untuk membantu Taiwan mempertahankan diri bila diserang. Source hLLp//wwwbbccouk/lndonesla/dunla/2011/09/110922_Lalwan[eLshLml KTT Asia Timur resmi dibuka di tengah persaingan ekonomi dan wiIayah Terbaru 19 ovember 2011 - 17:34 WB
KTT Asia Timur digelar di tengah persaingan ekonomi dan pertahanan antara Cina dan AS di wilayah Pasifik. KTT Asia Timur di BaIi resmi dibuka Sabtu (19/11) dan persoaIan konfIik perbatasan, persaingan ekonomi dan pertahanan menjadi tantangan utama. Dalam pidato pembukaannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebut salah-satu fokus utama pertemuan ini adalah masalah keamanan, perdamaian, serta ketertiban kawasan. "Jika kita mengutamakan kepentingan masing-masing, kita akan terlibat tension yang tidak membawa kebaikan kepada dunia," kata Presiden Yudhoyono. Fokus lain yang menjadi titik tekan KTT Asia Timur ini, menurut Presiden,adalah memperkuat kerjasama ekonomi di kawasan, serta kerjasama dalam mengatasi bencana alam. KTT Asia Timur menyatukan sepuluh anggota ASEA dan delapan negara mitra dialog. Pada KTT tahun lalu di Vietnam, para pemimpin ASEA sepakat untuk memperluas anggotanya dengan menyertakan Amerika Serikat dan Rusia, yang belakangan tampil sebagai mitra dialog. Dengan partisipasi AS dan Rusia, para pemimpin Asia Timur ini berharap dapat memperkuat kerjasama global, ditengah persoalan keamanan maritim, program nuklir, serta hak asasi. Laut Cina SeIatan Masalah keamanan maritim menjadi isu sentral dalam KTT Asia Timur kali ini, menyusul konflik antara Cina dan beberapa negara anggota ASEA menyangkut persoalan perbatasan Laut Cina Selatan Seperti diketahui, wilayah perairan itu dikenal sebagai jalur pelayaran penting dan diduga kaya minyak dan mineral. Cina sejauh ini menginginkan agar sengketa itu diselesaikan secara bilateral, tetapi negara seperti Filipina menuntut penyelesaian yang melibatkan negara lain. ika kita mengutamakan kepentingan masing-masing, kita akan terIibat tension yang tidak membawa kebaikan kepada dunia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono su lain yang mendominasi KTT Asia Timur ini adalah perkembangan reformasi politik di Burma. Para pemimpian ASEA mendukung Burma tampil sebagai Ketua ASEA yang baru mulai 2014 nanti, menggantikan ndonesia. Keputusan ini semula dikritisi AS, dengan alasan mereka masih skeptis terhadap janji reformasi di negara itu Permasalahan lain yang menjadi fokus KTT Asia Timur kali ini adalah peran Amerika Serikat di Asia. Dalam berbagai kesempatan, Presiden Obama menegaskan kembali tekad AS untuk tampil sebagai kekuatan di wilayah Pasifik. Pernyataan Obama ini mengklarifikasi analisa para ahli yang menyebut kehadiran AS di wilayah Pasifik itu untuk mengimbangi kehadiran ekonomi dan pertahanan Cina di wilayah tersebut.
Source hLLp//wwwbbccouk/lndonesla/berlLa_lndonesla/2011/11/111119_easLaslasummlLopenshLml Source rachmat.staff.ugm.ac.id/artikel/China-Taiwan.pdf KonfIik China Taiwan REP | 15 January 2011 | 18:10 689 0 Nihil Beberapa dekade yang lalu nama Taiwan tidak terlalu terkenal dalam dinamika hubungan internasional. Pulau kecil di timur pulau Hainan ini lebih dikenal sebagai China Taipei. Sebutan China Taipei ini sendiri sebenarnya untuk menggambarkan lebih jelas akan posisi Taiwan itu sendiri. Kata 'China, untuk menggambarkan bahwa pulau tersebut merupakan bagian dari China, dan kata 'Taipei untuk menunjukkan identitas Taiwan yang beribukota di Taipei. Sebelum berbicara lebih jauh tentang Taiwan, kita perlu untuk melihat sejarah Taiwan, jauh ke belakang. Sejarah Taiwan mulai dicatat pada pertengahan abad ke-17, yaitu pada saat Taiwan dijajah oleh Belanda. Pulau yang lebih dikenal sebagai pulau Formosa ini menjadi salah satu pulau tempat pangkalan militer Belanda. Akan tetapi, penjajahan Belanda tidaklah bertahan lama setelah seorang loyalis Dinasti Ming bernama Cheng Cheng-Kung membebaskan Taiwan dan mendirikan Kerajaan Tungning (1662-1683) yang beribukota di Tainan. Selanjutnya, Taiwan kembali menjadi rebutan. Dinasti Qing atau biasa disebut sebagai Dinasti Manchuria berusaha untuk menjadikan Taiwan sebagai bagiannya. Serangan Dinasti Qing yang berasal dari daratan Tiongkok di bawah pimpinan Laksamana Shi Lang, terus menerus dijalankan. Sampai Akhirnya Dinasti Qing berhasil merebut Taiwan dari Kerajaan Tungning, dan menguasainya hingga Jepang menyerang pada tahun 1895. Taiwan terus berada di bawah protektorat Jepang hingga Perang Dunia II berkahir. Setelah Jepang menyerah kepada sekutu, Taiwan kemudian dikembalikan kepada pemerintah Republik China, pimpinan Dr. Sun Yat Sen. Dr. Sun Yat Sen yang juga merupakan ketua partai Kuomintang, merupakan pendiri Republik China di Nanjing. Akan tetapi, posisi Taiwan kembali berubah ketika terjadi perang saudara di China daratan antara Partai Nasionalis Kuomintang dan Partai Komunis. Perang yang berakhir di tahun 1949 ini dimenangkan oleh kubu komunis yang kemudian membuat Kuomintang tergusur dan lari ke Taiwan. Di Taiwan, Kuomintang yang dipimpin oleh Chiang Kai-shek kemudian mendirikan pemerintahan yang tetap diberi nama Republik China. Chiang Kai-shek mendirikan pemerintahan ini dengan tujuan untuk tetap mempertahankan IilosoIis nasionalis, dan berusaha membangun kekuatan untuk pada akhirnya kembali merebut China daratan. Source hLLp//luarnegerlkompaslanacom/2011/01/13/konfllkchlnaLalwan/ KonfIik China-Taiwan dan campur tangan AS REP | 14 January 2011 | 00:50 420 0 Nihil Pada kasus konflik China-Taiwan terjadi sebuah perbedaan kepentingan dan keinginan dari kedua belah pihak yaitu RRC yang ingin adanya satu China dan Taiwan yang ingin merdeka menjadi egara sendiri. Hal ini dapat didasari dari segi kepentingan nasional dimana suatu egara ingin merdeka karena ingin mengatur dan menjalani roda pemerintahan sendiri agar terciptanya kesejahteraan rakyatnya. Dari konflik ini dapat dilihat bahwa cina sangat agresif dalam melakukan serangkain gertakan kepada Taiwan agar egara itu segera bergabung kembali ke dalam egara kedaulatan cina seperti Hongkong yang sekarang sudah menjadi wilayah cina kembali setelah sempat dikuasai oleh nggris. amun dalam konflik yang terjadi diantara kedua negara ini ada negara besar seperti AS bermain di belakang Taiwan. Segala bentuk bantuan secara financial dan lainnya dilakukan oleh AS kepada Taiwan agar kekuatannyapun bisa setara dengan cina karena seperti kita ketahui bahwa kekuatan militer China sekarang ini sudah berkembang pesat, hal ini juga direspon AS untuk membendung China dikawasan asia timur. Selain itu cina juga sangat agresif dengan beberapa kali melakukan latihan militer di perairan dekat Taiwan yang membuat perhatian AS tertuju agar memberikan bantuan ke pada Taiwan dalam hal pertahanan militernya. Dalam hal ini kestabilan keamanan di kawasan asia timur menjadi tegang karena cina sekarang ini sedang gencar dalam mengembangkan tenaga nuklir jika perang terbuka terjadi dikhawatirkan perang nuklir juga terjadi karena ditakutkan Taiwan akan membalasnya dengan serangan-serangan yang besar karena dukungan senjata dari AS sangat lancar. Dan mau tak mau dampak dari ketegangan diantara kedua belah pihak ini ditakuti juga berdampak ke negara-negara lain seperti Vietnam, korea selatan, korea utara, dan jepang. Sehingga diharapkan adanya perundingan perdamaian diantara cina dan Taiwan sehingga dikawasan asia timur kestabilan keamanan disana akan lancer karena jika hal itu tidak tercapai maka akan berdampak ke dalam sisi ekonomi karena akan menganggu arus perdagangan dikawasan itu sendiri dan juga akan merugikan China dan Taiwan atau bahkan juga berdampak kepada negara di sekitar daerah konflik. Source hLLp//luarnegerlkompaslanacom/2011/01/14/konfllkchlnaLalwandancampurLanganas/ Amerika Serikat meminta bukti hukum Terbaru 23 Juli 2011 - 17:21 WB
Menlu Clinton menegaskan konflik Laut Cina Selatan bisa ancam stabilitas kawasan Amerika Serikat mendesak negara-negara yang mengkIaim kepemiIikan di perairan Laut Cina SeIatan untuk mengajukan bukti hukum. Hal ini disampaikan Menteri Luar egeri AS Hillary Clinton dalam pidato di Forum Regional ASEA di Bali, hari Sabtu (23/7). Wartawan BBC Karishma Vaswani mengatakan pernyataan Clinton ini kecil kemungkinan disambut positif oleh Cina. Pemerintah di Beijing bersama dengan Brunei, Filipina, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan mengklaim perairan yang diyakini memiliki cadangan minyak dan gas tersebut. Dalam beberapa pekan terakhir, 'perang klaim' memicu sengketa antara Cina-Filipina dan juga antara Cina-Vietnam. Clinton mengatakan insiden di Laut Cina Selatan bisa mengancam perdamaian dan stabilitas kawasan Asia Pasifik. a juga menekankan mencari solusi damai atas masalah ini menjadi kepentingan nasional AS. Batas yang kabur ni adalah pengulangan posisi AS setahun lalu yang membuat marah Cina ketika itu karena Cina menganggap pernyataan tersebut menyerang mereka. Beijing mengangap pernyataan Menlu Clinton sebagai bentuk campur tangan. Pemerintah Beijing menegaskan masalah ini harus diselesaikan sendiri oleh negara-negara yang mengklaim kepemilikian Laut Cina Selatan. Dalam pertemuan tahun ini Cina mengatakan kepada AS bahwa Washington harus menghormati integritas wilayah Cina. Muncul kekhawatiran bila 'perang klaim' wilayah Laut Cina Selatan tidak dicarikan jalan keluar sesegera mungkin, bisa pecah konflik yang mengancam stabilitas kawasan karena sejumlah negara akan saling berhadapan satu sama lain. amun persoalannya adalah siapa yang berhak memiliki perairan tersebut, yang bisa dipertanggungjawabkan secara hukum. Masing-masing negara mencetak peta versi mereka sendiri sejak beberapa dekade lalu dan sering batas antarnegara saling tumpang-tindih. Source hLLp//wwwbbccouk/lndonesla/dunla/2011/07/110723_as_lauLclnaselaLanshLml AS coba menghadang, Cina maju terus Terbaru 22 Juli 2011 - 22:20 WB
Menlu AS Hillary Clinton memuji Menlu Cina Yang Jiechi Amerika Serikat memuji ASEAN dan Cina yang setuju untuk menyeIesaikan kIaim wiIayah di Luat Cina SeIatan dengan cara damai. Kesepakatan ini dicapai dalam Forum Regional ASEA (ARF) ke-18 di Bali, mulai 16-23 Juli 2011, di tengan ketegangan antara Beijing dan sejumlah negara Asia Tenggara. Tetapi, mengingat perubahan perimbangan kekuatan di Asia-Pasifik akhir-akhir ini, apakah Amerika Serikat masih bisa berperan meredam Cina? Kalangan pemerhati masalah internasional berpendapat Cina boleh dikatakan sedang mencoba memekarkan ototnya di kawasan Asia-Pasifik, khususnya di Laut Cina Selatan. Pakar pertahanan regional dari Universitas asional Singapura (US), Prof Bilveer Singh, berpendapat AS tidak akan bisa berbuat banyak untuk merintangi Cina meskipun Beijing sendiri akan tetap membuat perhitungan untuk tidak melangkah terlalu jauh. "Belakangan ini bisa terlihat permainan kekerasan oleh Cina. Dari segi kekuatan, tidak ada satu negara pun di kawasan ini yang bisa menahan kekuatan Cina," ujar Bilveer. Dia mengatakan, AS berusaha mengerahkan kekuatan diplomasi dan militernya untuk "menertibkan" Cina yang akhir-akhir ini terlibat sengketa (klaim wilayah) dengan Vietnam, Malaysia, Brunei dan Taiwan di Kepulauan Spratly. Runduk di BaIi BeIakangan ini bisa terIihat permainan kekerasan oIeh Cina. Dari segi kekuatan, tidak ada satu negara pun di kawasan ini yang bisa menahan kekuatan Cina. Prof Bilveer Singh Bilveer Singh, yang juga akrab mengamati T dan Timor Leste, mengatakan AS akan melakukan segala daya-upaya untuk menekuk perluasan pengaruh Cina di Asia. "Ada dua hal yang sedang dilakukan. Pertama, AS menggunakan kekuatan diplomasi dan militer untuk mengimbangi Cina dan membendung laju ekspansi pengaruh Beijing. Yang kedua, AS berusaha memberikan dukungan diplomatik dan politik kepada ASEA supaya mereka bisa membuat yang akan mengamankan situasi," kata guru besar yang terdengar cukup lancar menggunakan bahasa ndonesia itu. Ketika ditanyakan apakah ARF mampu melunakkan Cina agar tidak terlalu menggebu-gebu, Bilveer tidak yakin itu akan terjadi. "Kalau di Bali ini mungkin mereka akan merunduk sedikit. Tetapi kita secara esensial, Cina akan terus memainkan kartu kekerasan mereka. "Ada beberapa faktor yang menyebabkannya. Pertama, tahun depan akan berlangsung peralihan kekuasaan dan kelompok yang paling kuat sekarang di Cina adalah militer. Kedua, kelompok politisi yang kuat adalah garis keras. Yang ketiga, Cina membutuhkan sumber energi yang sangat besar; dan yang keempat Cina merasa saat ini mereka sangat kuat sejak 350 tahun ini."
Hillary Clinton dan Menlu Yang Jiechi di meja perundingan Forum Regional ASEA Cina menjadi kuat karena saingannya di kawasan, yaitu AS, Jepang dan Korea Selatan serta Asia Tenggara sedang lemah. Cina yang menentukan Lebih lanjut pakar internasional, Bilveer Singh, juga mengatakan bahwa ke depan ini Cina akan menjadi kekuatan yang menentukan aturan main. Dia tidak yakin kesepakatan yang dicapai di Bali untuk menyelesaikan pertikaian wilayah di Laut Cina Selatan akan dipatuhi oleh Beijing. Menjawab pertanyaan apakah Cina akan menghormati kesepakatan Bali, Bilver mengatakan, "Saya tidak yakin. Tahun 1992 mereka setuju. Tahun 2000 mereka membuat kesepakatan tentang code of conduct (aturan main), namun Cina masih saja memainkan kartu kekerasan." Untuk melunakkan anggapan masyarakat internasional yang menyebut Cina negara agresif, Beijing melakukan diplomasi gencar, ujar Bilveer. "nilah cara mereka untuk menunjukkan bahwa Cina adalah negara yang peduli dan bertanggung jawab." Source hLLp//wwwbbccouk/lndonesla/dunla/2011/07/110722_asean_clnashLml ran hadapi sanksi negara-negara barat Terbaru 22 ovember 2011 - 08:29 WB
Hillary Clinton mengatakan sanksi akan diberikan terhadap sektor petrokimia, minyak dan gas ran. Pemerintah AS, nggris dan Kanada mengumumkan sanksi baru terhadap ran berkaitan dengan program nukIirnya. Menteri Luar egeri AS Hillary Clinton berbicara tentang peningkatan tekanan kepada ran. Clinton mengatakan industri petrokimia, minyak dan gas serta sektor keuangan akan menjadi mendapatkan sanksi. "Pesan ini jelas," kata dia." Jika ran bersikeras untuk melanjutkan, maka akan menghadapi peningkatan tekanan dan isolasi. Hari ini, AS mengambil sejumlah langkan untuk memperjelas pilihan ini." Berbicara di konferensi pers di Departemen Luar egeri di Washington, dia mengatakan AS berharap ada "sanksi tambahan" dari negara lain dalam beberapa hari mendatang. AS juga menyebutkan ran "berkaitan dengan pencucian uang". Menteri Keuangan AS Timothy Geithner, yang memberikan keterangan bersama dengan Hillary Clinton, memperingatkan bahwa perbankan internasional harus waspada dalam menjalin bisnis dengan ran, karena kemungkinan memberikan sumbangan terhadap program nuklir. "nstitusi keuangan di seluruh dunia, harus berpikir keras tentang risiko melakukan bisnis dengan ran," kata Geithner. Perusahaan AS juga diperingatkan untuk tidak berhubungan dengan perbankan ran. Dalam pernyataan tertulisnya, Presiden Barack Obama mengatakan AS telah mengidentifikasiseluruh sektor perbankan ran - termasuk Bank Sentral ran - sebagai ancaman bagi pemerintah atau institusi finansial yang melakukan bisnis dengan bank ran. "Selama ran terus melakukan terobosan berbahaya ini, AS akan terus mencari cara, dalam kaitan dengan mitra kami sanksi kami sendiri, untuk mengisolasi dan meningkatkan tekanan terhadap rezim ran," kata dia. Sebelumnya, nggris mengatakan memutuskan hubungan dengan perbankan ran, sementara Kanada melarang ekspor produk petrokimia, minyak dan industri gas. Laporan PBB telah memberikan bukti yang kuat bahwa ran membangun senjata nuklir, tetapi ran menolak. Teheran bersikeras program nuklirnya diperuntukan untuk kepentingan sipil. Laporan oleh pengawas nuklir PBB AEA, mengatakan ran telah melakukan tes "yang berkaitan dengan pembangunan fasilitas nuklir". Tetapi, ran tidak menyampaikan masalah itu kepada Dewan Keamanan PBB, karena Rusia dan Cina menolak langkah pemberian sanksi itu. Source hLLp//wwwbbccouk/lndonesla/dunla/2011/11/111122_lranshLml Agenda Tersembunyi Dalam Konflik AS - Cbina Terkait Taiwan RABU, 03 FEBRUAR 2010 08:43
Pasukan militer Taiwan berdiri di depan senjata penembak misil. (SuaraMedia ews) WASHGTO (Berita SuaraMedia) Ada sebuah agenda tersembunyi dalam konflik antara AS dan China mengenai penjualan senjata kepada Taiwan. Hal tersebut diungkapkan oleh Philip De Leon dari Trade Connections nternational. "Salah satu isu terbesar yang tidak kami pikirkan adalah, AS telah berusaha untuk membuat China memberikan dukungan untuk melawan ran. AS menganggap hal tersebut sebagai sebuah hal yang penting untuk keamanannya, sementara China selalu bersikap menghindar dan tidak mau menyentuh permasalahan tersebut," kata De Leon kepada RT. "Sekarang AS berpikir: Hal itu penting bagi kami, kalian tidak melakukan apapun. Kami akan menjual kepada Taiwan, dan kami tidak terlalu ambil pusing mengenai apa yang kalian pikirkan mengenai hal ini," tambahnya. Washington telah mendesak Beijing agar tidak menjatuhkan sanksi kepada perusahaan-perusahaan AS yang terlibat perdagangan senjata dengan Taiwan. Pemerintah Obama mempertahankan kucuran dana $6,4 miliar dalam perjanjian yang disepakati pekan lalu. Menurut AS, kesepakatan tersebut akan memungkinkan terciptanya keseimbangan militer di kawasan tersebut. Beijing selalu menentang keras transaksi AS dengan Taiwan dalam bentuk apapun. China menganggap Taiwan sebagai bagian dari teritorinya yang membelot. Bulan lalu, China bergerak cepat untuk menunda pertukaran miIiter dengan AS, setelah Washington mengumumkan penjualan senjata kepada Taiwan, sebuah hal yang semakin memperlebar jurang permasalahan dalam hubungan AS-China. Kementerian Pertahanan China, dalam sebuah pernyataan keras yang dikutip oleh kantor berita Xinhua, mengecam rencana penjualan senjata AS kepada Taiwan, yang dianggap oleh China sebagai provinsi pemberontak yang tidak sah. "Karena efek buruk dan menjijikkan dari penjualan senjata AS kepada Taiwan, China telah memutuskan untuk menunda kunjungan militer," kata kementerian sebagaimana dikutip oleh Xinhua. Qian Lihua, direktur Kantor Urusan Luar egeri Kementerian Pertahanan China, juga memanggil atase pertahanan AS untuk menyampaikan protes mengenai penjualan tersebut, tambah Xinhua. Sebelumnya, pemerintahan Obama mengatakan kepada Kongres mengenai rencana penjualan senjata kepada Taiwan. Penjualan tersebut berpotensi mencapai angka $6,4 miliar, termasuk helikopter Black Hawk, sistem pertahanan peluru kendali Patriot, dan dua kapal pemburu ranjau baru Osprey. Menteri Luar egeri China, He Yafei, mengatakan kepada duta besar AS untuk China, Jon Huntsman, bahwa kesepakatan penjualan senjata tersebut dapat merusak hubungan China dengan Washington, yang ingin mendapatkan bantuan China dalam mengatasi krisis keuangan, masalah ran dan Korea Utara, serta memerangi perubahan iklim. Penjualan senjata AS kepada Taiwan tersebut semakin menambah panjang masalah dengan China, mulai dari ketidakseimbangan perdagangan, perselisihan mata uang, hak asasi manusia, internet, dan Tibet. Washington dan Beijing baru-baru ini juga saling melontarkan kemarahan mengenai kebijakan internet, setelah raksasa mesin pencari internet, Google nc, pada awal bulan ini mengancam untuk menutup portal Google.cn dan menarik diri dari China karena masalah sensor dan hacker. Dalam beberapa bulan ke depan, Presiden Obama mungkin akan bertemu dengan Dalai Lama, pemimpin spiritual terasing Tibet yang disebut oleh China sebagai seorang tokoh separatis berbahaya, semakin menambah kemarahan China terhadap AS. (dn/rt/sm) www.suaramedia.com
EPANG-NDONESA DAN KONFLK LAUT CNA SELATAN Presiden SBY baru saja mengadakan kunjungan kenegaraan ke Jepang untuk menyampaikan rasa simpati bangsa Indonesia atas bencana gempa dan tsunami yang menimpa Jepang pada bulan Maret lalu. Dalam kunjungan dua hari tersebut, SBY juga mengunjungi Kota Kessenuma yang merupakan daerah terparah yang dilanda gempa dan tsunami di samping meyampaikan bantuan dari bangsa Indonesia untuk rakyat Jepang. Selain mengadakan kunjungan ke tempat bencana, SBY bertemu dengan PM Jepang, Naoto Kan untuk membahas beberapa isu strategis. Salah satu isu yang dibahas adalah terkait dengan ketegangan antara Cina dan beberapa negara Asia Tenggara mengenai Laut Cina Selatan. Laut Cina Selatan merupakan kawasan laut yang terletak di kawasan Samudera PasiIik terbentang dari Singapura dan Selat Malaka di barat daya hingga Selat Taiwan di timur laut. Kawasan ini meliputi lebih dari 200 pulau kecil, bebatuan, dan karang yang sebagian besar berada di rangkaian kepulauan Paracel dan Spratly. Rangkaian kepulauan inilah yang seringkali diperebutkan sehingga menimbulkan ketegangan politik dari beberapa negara di sekitarnya. Laut Cina Selatan pada dasarnya merupakan no man`s island karena kawasan ini pada dasarnya tidak dimiliki oleh siapapun melainkan digunakan sebagai jalur perdagangan internasional. Berdasarkan Konvensi PBB dalam Hukum Laut (UNCLOS) yang telah diadopsi pada tahun 1982, setiap negara berhak untuk memasukkan wilayah hingga 12 mil laut sebagai bagian dari kedaulatannya dan 200 mil laut untuk Zona Ekonomi EkslusiI (ZEE). Namun, salah satu pasal lain dalam UNCLOS yang berbunyi bahwa kawasan bebatuan yang tidak dapat menopang habitat manusia atau kehidupan ekonominya sendiri maka tidak memiliki zona eksklusiI atau batas kontinen, seringkali menjadi alasan dari negara-negara yang melakukan klaim sepihak atas kepulauan Spartly dan/ atau wilayah Laut Cina Selatan untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi. Adapun negara-negara yang seringkali terlibat dalam konIlik karena klaim sepihak adalah Brunei, Filipina, Malaysia, Taiwan, Vietnam, dan Cina. Hingga saat ini, Brunei Darussalam mengklaim Louisa ReeI dan RiIleman Bank yang merupakan kawasan terpisah dari kepulauan Spratly, Filipina mengklaim tidak kurang dari delapan buah pulau kecil (islet) yang merupakan bagian dari kepulauan Spratly, Malaysia mengklaim 12 pulau tersebar di Laut Cina Selatan, Taiwan mengklaim beberapa kelompok pulau utama di Laut Cina Selatan dan merupakan negara pertama yang menduduki kawasan kepulauan Spratly. Sedangkan Vietnam dan Cina merupakan negara yang mengklaim paling banyak, Vietnam mengklaim seluruh kawasan Kepulauan Spratly dan Cina mengklaim seluruh wilayah Laut Cina Selatan. Mengapa Laut Cina Selatan? Setidaknya ada beberapa alasan jika ditinjau dari geopolitik kawasan ini. Laut Cina Selatan merupakan jalur pengiriman barang lewat laut tersibuk kedua di dunia. Setiap tahunnya, lebih dari setengah lalu lintas supertanker dunia melalui jalur Selat Malaka, Sunda, dan Lombok menuju ke Cina, Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan. Selain itu, kawasan ini memiliki potensi cadangan minyak dalam jumlah besar. Cadangan minyak telah ditemukan di banyak batas kontinen di sekitar kawasan ini. Hingga saat ini, diperkiran bahwa kawasan ini mengandung cadangan minyak sebanyak 7 milyar barel dan kapasitas produksi mencapai 2,5 juta barel setiap harinya. Ketegangan politik antar negara-negara pengklaim kawasan ini sebenarnya telah berlangsung sejak lama, tetapi aksi Cina yang melakukan patroli akhir-akhir ini menimbulkan ketegangan politik di kawasan Asia. Pada awal Juni yang lalu, 11 kapal angkatan laut Cina, termasuk jenis destroyer, berlayar antara pulau Okinawa dan Sakishima setelah melakukan pengeboran di kawasan PasiIik Barat, bagian timur Filipina. Cina juga terlihat meningkatkan latihan angkatan lautnya di kawasan ini dari tahun ke tahun. Aksi Cina ini disinyalir dapat memicu negara-negara yang bersengketa lainnya melakukan hal serupa, yang tentunya akan mengganggu keamanan jalur laut internasional. Meskipun saat ini tidak memiliki kepentingan kedaulatan atas Laut Cina Selatan, Jepang memiliki kepentingan yang besar terkait dengan jalur perdagangan internasionalnya. Tank-tank Jepang mengangkut 70 dari minyak yang diimpor melalui jalur Laut Cina Selatan karena merupakan jalur yang paling cepat dan murah. Meskipun secara geograIis memiliki jarak yang dekat dengan kawasan yang disengketakan, Indonesia juga tidak melakukan klaim sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa negara yang telah disebutkan sebelumnya. Indonesia hanya melakukan klaim ZEE yang mana sama sekali tidak melanggar hukum laut internasional. Meski demikian, sama halnya dengan Jepang, Indonesia juga berpotensi untuk tertarik ke dalam konIlik regional karena adanya kemungkinan perluasan klaim Cina dan Taiwan hingga mencakup ZEE Indonesia, yaitu area Natuna Barat yang kaya akan cadangan gas bumi. Atas dasar ini, PM Jepang Naoto Kan menyampaikan keinginannya kepada Presiden SBY untuk bekerjasam dengan Indonesia guna meredam ketegangan yang terjadi karena aktivitas yang dilakukan oleh Cina. Salah satu kesepakatan dari pertemuan antara kedua kepala pemerintahan tersebut adalah untuk meningkatkan kerjasama bilateral dalam memerangi kejahatan bajak laut di perairan Malaka, Laut Cina Selatan, dan perairan sekitar. Perbincangan untuk meredam ketegangan yang sedang terjadi ini selanjutnya seharusnya tidak hanya menjadi kerjasama bilateral antara kedua negara, tetapi juga melibatkan pihak-pihak lain termasuk mengajak pihak-pihak yang bersengkata untuk berunding. Kerjasama antara Jepang dan Indonesia untuk meredakan ketegangan ini dapat dibenarkan. Jepang dan Indonesia, dalam hal ini, dapat dikatakan sebagai pihak netral karena keduanya tidak melakukan klaim terhadap wilayah sengketa sehingga tidak akan terlibat dalam konIlik kepentingan menyangkut wilayah yang disengketakan. Di samping itu, Indonesia merupakaan Ketua ASEAN tahun ini. Hal ini dapat dimanIaatkan oleh Indonesia sebagai momentum untuk menunjukkan kepemimpinannya dalam tubuh ASEAN sebagaimana pernah dilakukan pada saat awal pembentukan ASEAN tahun 1967. Pun, perundingan yang akan dilakukan, jika ada, hendaknya mampu membuat masing-masing pihak yang bersengketa untuk angkat bicara tentang kepentingannya masing-masing dan menemukan solusi bersama dengan kembali kepada kesepakatan awal sesuai dengan UNCLOS. Di samping itu, juga harus disadari bahwa kawasan Laut Cina Selatan sendiri merupakan common goods sehingga menuntut adanya kesepakatan bersama dalam pengelolaannya agar dapat menghindarkan penggunaan kekerasan atau kontak senjata. (KA-06/24/2011) !$ ommon goods dapat didefinisikan sebagai kondisi umum yang secara setara memberikan manfaat bagi setiap individu (dalam hal ini negara). Meski demikian, common goods bukan sesuatu yang disediakan dan memiliki batas tertentu, sehingga manafemen pemakaiannya saat mempengaruhi terfadi tidaknya konflik di masa depan. Referensi: 1urnal Online Rowan, J.P. The U.S.-Japan Security Alliance, ASEAN, and the South China Sea Dispute. Asian Survey, Vol XLV, No. 3, May/June 2005. http://www.southchinasea.org/docs/Rowan,20US- Japan,20ASEAN,20&20SCS20Dispute,20Asian20Survey.pdI Website http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-paciIic-13838462 http://www.cnas.org/node/4773 http://www.globalsecurity.org/military/world/war/spratly.htm http://www.halojepang.com/berita-utama/2445-presiden-yudhoyono-dan-pengu... http://www.halojepang.com/berita-utama/2435-presiden-yudhoyono-kunjungi-... http://www.halojepang.com/sosial-iptek/2436-presiden-yudhoyono-persahaba... http://www.scu.edu/ethics/practicing/decision/commongood.html http://www.thejakartapost.com/news/2011/06/15/keep-E28098em- talking.html http://www.yomiuri.co.jp/dy/editorial/T110620003608.htm http://inIoseekchina.Iiles.wordpress.com/2011/06/southchinaseawsj1.jpg?w... Source hLLp//www[pforld/arLlkel/sLudl[epangperLukaranlnLelekLual/[epanglndonesladankonfllk lauLclnaselaLan The South China Sea is defined by the nternational Hydrographic Bureau as the body of water stretching in a Southwest to ortheast direction, whose southern border is 3 degrees South latitude between South Sumatra and Kalimantan (Karimata Straits), and whose northern border is the Strait of Taiwan from the northern tip of Taiwan to the Fukien coast of China. The South China Sea region is the world's second busiest international sea lane. More than half of the world's supertanker traffic passes through the region's waters. n addition, the South China Sea region contains oil and gas resources strategically located near large energy-consuming countries. The South China Sea encompasses a portion of the Pacific Ocean stretching roughly from Singapore and the Strait of Malacca in the southwest, to the Strait of Taiwan (between Taiwan and China) in the northeast. The area includes more than 200 small islands, rocks, and reefs, with the majority located in the Paracel and Spratly sland chains. The Spratlys links the Pacific Ocean and the ndian Ocean. All its islands are coral, low and small, about 5 to 6 meters above water, spread over 160,000 to 180,000 square kilometers of sea zone (or 12 times that of the Paracels), with a total land area of 10 square kilometers only. The Paracels also has a total land area of 10 square kilometers spread over a sea zone of 15,000 to 16,000 square kilometers. Many of these islands are partially submerged islets, rocks, and reefs that are little more than shipping hazards not suitable for habitation. The islands are important, however, for strategic and political reasons, because ownership claims to them are used to bolster claims to the surrounding sea and its resources. The South China Sea is rich in natural resources such as oil and natural gas. These resources have garnered attention throughout the Asia-Pacific region. Until recently, East Asia's economic growth rates had been among the highest in the world, and despite the current economic crisis, economic growth prospects in the long-term remain among the best in the world. This economic growth will be accompanied by an increasing demand for energy. Over the next 20 years, oil consumption among developing Asian countries is expected to rise by 4% annually on average, with about half of this increase coming from China. f this growth rate is maintained, oil demand for these nations will reach 25 million barrels per day - more than double current consumption levels -- by 2020. Almost of all of this additional Asian oil demand, as well as Japan's oil needs, will need to be imported from the Middle East and Africa, and to pass through the strategic Strait of Malacca into the South China Sea. Countries in the Asia-Pacific region depend on seaborne trade to fuel their economic growth, and this has led to the sea's transformation into one of the world's busiest shipping lanes. Over half of the world's merchant fleet (by tonnage) sails through the South China Sea every year. The economic potential and geopolitical importance of the South China Sea region has resulted in jockeying between the surrounding nations to claim this sea and its resources for themselves. Military skirmishes have occurred numerous times in the past three decades. The most serious occurred in 1976, when China invaded and captured the Paracel slands from Vietnam, and in 1988, when Chinese and Vietnamese navies clashed at Johnson Reef in the Spratly slands, sinking several Vietnamese boats and killing over 70 sailors. The disputed areas often involve oil and gas resources: ndonesia's ownership of the gas-rich atuna sland group was undisputed until China released an official map indicating that the atunas were in Chinese-claimed waters. The Philippines' Malampaya and Camago natural gas and condensate fields are in Chinese-claimed waters. Many of Malaysia's natural gas fields located offshore Sarawak also fall under the Chinese claim. Vietnam and China have overlapping claims to undeveloped blocks off the Vietnamese coast. A block referred to by the Chinese as Wan' Bei-21 (WAB-21) west of the Spratly slands is claimed by the Vietnamese in their blocks 133, 134, and 135. n addition, Vietnam's Dai Hung (Big Bear) oil field is at the boundary of waters claimed by the Chinese. Maritime boundaries in the gas-rich Gulf of Thailand portion of the South China Sea have not been clearly defined. Several companies have been signed exploration agreements but have been unable to drill in a disputed zone between Cambodia and Thailand. TerritoriaI cIaims in the SpratIy and ParaceI sIands Country C|a|m Contro| 8rune| Does not claim any oI the islands, but claims part oI the South China Seas nearest to it as part oI its continental shelI and Exclusive Economic Zone (EEZ). In 1984, Brunei declared an EEZ that includes Louisa ReeI.
Ch|na ReIers to the Spratly Islands as the Nansha islands, and claims all oI the islands and most oI the South China Sea Ior historical reasons. These claims are not marked by coordinates or otherwise clearly deIined. Chinese claims are based on a number oI historical events, including the naval expeditions to the Spratly Islands by the Han Dynasty in 110 AD and the Ming Dynasty Irom 1403-1433 AD. Chinese Iishermen and merchants have worked the region over time, and China is using archaeological evidence to bolster its claims oI sovereignty. In the 19 th and early 20 th century, China asserted claims to the Spratly and Paracel islands. During World War II, the islands were claimed by the 1 uarLeron 8eef 2 llery ross 8eef 3 Caven 8eef 4 Pughes 8eef 3 !ohnson 8eef 6 Mlschlef 8eef 7 Subl 8eef Japanese. In 1947, China produced a map with 9 undeIined dotted lines, and claimed all oI the islands within those lines. A 1992 Chinese law restated its claims in the region. China has occupied some oI those islands. In 1976, China enIorced its claim upon the Paracel Islands by seizing them Irom Vietnam. China reIers to the Paracel Islands as the Xisha Islands, and includes them as part oI its Hainan Island province. ndones|a Not a claimant to any oI the Spratly Islands. However, Chinese and Taiwanese claims in the South China Sea extend into Indonesia's EEZ and continental shelI, including Indonesia's Natuna gas Iield.
,a|ays|a Claims are based upon the continental shelI principle, and have clearly deIined coordinates. Malaysia has occupied three islands that it considers to be within its continental shelI. Malaysia has tried to build up one atoll by bringing soil Irom the mainland and has built a hotel. Malaysla conLrols Lhe followlng lslands ln Lhe SpraLlys 1 rdasler 8eef (1erumbu ubl) 2 Marlveles 8eef (1erumbu ManLananl) 3 Swallow 8eef (1erumbu Layang) 9h|||pp|nes Its Spratly claims have clearly deIined coordinates, based both upon the proximity principle as well as on the explorations oI a Philippine explorer in 1956. In 1971, the Philippines oIIicially claimed eight islands that it reIers to as the Kalayaan, partly on the basis oI this exploration, arguing that the islands: 1) were not part oI the Spratly Islands; and 2) had not belonged to anybody and were open to being claimed. In 1972, they were designated as part oI Palawan Province, Kalayaan municipality. The total land area oI these islands is 790,000 sq meters. 1he hlllpplnes conLrol Lhe followlng lslands ln Lhe SpraLlys 1 oLa or LoalLa lsland 2 Lawak or nansham lsland 3 Llkas or WesL ?ork lsland 4 anaLa or Lamklan ay 3 agasa or 1hlLu lsland 6 arola or norLh LasL ay 7 aLag or llaL lsland 8 8lzal or ommodore 8eef @a|wan Taiwan's claims are similar to those oI China, and are based upon the same principles. As with China, Taiwan's claims are also not clearly deIined. 1alwan conLrols lLu ba 1alplng uao lsland Lhe largesL slngle lsland among Lhe SpraLlys I|etnam Vietnamese claims are based on history and the continental shelI principle. Vietnam claims the entire Spratly Islands as an oIIshore district oI the province oI Khanh Hoa. Vietnamese claims also cover an extensive area oI the South China Sea, although they are not clearly deIined. The Vietnamese have Iollowed the Chinese example oI using archaeological evidence to bolster sovereignty claims. In the 1930's, France claimed the Spratly and Paracel Islands on behalI oI its then-colony Vietnam. Vietnam has occupied a number oI the Spratly Islands. In addition, Vietnam claims the Paracel Islands, although they were seized by the Chinese in 1974. ln Lhe SpraLlys vleLnam conLrols 21 lslands reefs shoals and cays 1 llson 8eef 2 mboyan 8eef 3 8arque anada 8eef 4 enLral London 8eef 3 ornwallls SouLh 8eef 6 ua Crlsan 7 ua Pl Cen 8 LasL London 8eef 9 CreaL ulscovery 8eef 10 Ladd 8eef 11 Landsdowne 8eef 12 namylL lsland 13 earson 8eef 14 eLley 8eef 13 Sand ay 16 Sln owe lsland 17 SouLh 8eef 18 SouLh WesL ay 19 SpraLly lsland 20 1ennenL 8eef 21 WesL London 8eef Source hLLp//wwwglobalsecurlLyorg/mlllLary/world/war/spraLlyclalmshLm iIitary CIashes in the South China Sea ate Countries Military Action 1976 China, Vietnam Chinese seize Paracel Islands Irom Vietnam 1988 China, Vietnam Chinese and Vietnamese navies clash at Johnson ReeI in the Spratly Islands. Several Vietnamese boats are sunk and over 70 sailors killed. 1992 China, Vietnam Vietnam accuses China oI drilling Ior oil in Vietnamese waters in the GulI oI Tonkin, and accuses China oI landing troops on Da Luc ReeI. China seizes almost 20 Vietnamese cargo ships transporting goods Irom Hong Kong Irom June - September. 1994 China, Vietnam China and Vietnam have naval conIrontations within Vietnam's internationally recognized territorial waters over oil exploration blocks 133, 134, and 135. Chinese claim area as part oI their Wan' Bei-21 (WAB-21) block. 1995 China, China occupies Philippine-claimed MischieI ReeI. Philippine military evicts the Philippines Chinese in March and destroys Chinese markers. 1995 Taiwan, Vietnam Taiwanese artillery Iire on Vietnamese supply ship. 1996 China, Philippines In January, three Chinese vessels engage in a 90-minute gun battle with a Philippine navy gunboat near Campones Island. 1997 China, Philippines The Philippine navy orders a Chinese speedboat and two Iishing boats to leave Scarborough Shoal in April; Philippine Iishermen remove Chinese markers and raise their Ilag. China sends three warships to survey Philippine-occupied Panata and Kota Islands 1998 China, Philippines In January, the Philippine navy arrests Chinese Iishermen oII Scarborough Shoal. 1998 Philippines, Vietnam In January, Vietnamese soldiers Iire on a Philippine Iishing boat near Tennent (Pigeon) ReeI. Source hLLp//wwwglobalsecurlLyorg/mlllLary/world/war/spraLlyclashhLm ran Siapkan Pembalasan | Kistyarini | Kamis, 24 ovember 2011 | 02:58 WB APPresiden ran, Mahmoud Ahmadinejad, ketika mengunjungi Fasilitas Pengayaan Uranium atanz pada April 2008 TEHERAN, KOPAS.com ran membahas pengusiran duta besar nggris sebagai pembalasan terhadap hukuman baru Barat atas kegiatan nuklirnya, Rabu (23/11/2011). Anggota parlemen ran, beberapa di antaranya berteriak "Mampuslah nggris", menyetujui rancangan undang-undang darurat, yang dijadwalkan diputuskan pada Minggu (20/11/2011), yang akan menurunkan hubungan diplomatik hingga tingkat kuasa usaha disahkan, kata laman anggota parlemen itu. Rancangan undang-undang itu juga menyatakan parlemen dapat mengambil tindakan terhadap negara lain, yang berperilaku sama dengan dengan nggris, kata kantor berita ar8 dan Mehr. Pekan lalu nggris, juga Amerika Serikat dan Kanada, mengumumkan hukuman baru terhadap ran. Sebagai dasar, mereka mengutip laporan Badan Tenaga Atom nternasional (AEA) Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyatakan Teheran "berusaha membuat senjata nuklir". nggris menyatakan "menghentikan semua hubungan" di antara pranata keuangannya dengan pihak ran. Amerika Serikat dan Kanada menyatakan akan menekan unsur itu, termasuk bank sentral ran. Perancis menyeru pembekuan harta bank sentral ran dan embargo ekspor minyak negara Timur Tengah itu. nggris, Kanada, dan Perancis memiliki kedutaan di Teheran. Kanada hanya dipimpin kuasa usaha, dua yang lain oleh duta besar. Amerika Serikat tidak memiliki perwakilan diplomatik dengan ran. Kepentingan Amerika Serikat ditangani kedutaan Swiss. China menyatakan, hukuman yang dijatuhkan Barat itu memperburuk ketegangan atas kegiatan nuklir ran. "Kami percaya bahwa tekanan dan hukuman tidak dapat secara hakiki memecahkan masalah nuklir ran. Sebaliknya, itu akan mempersulit dan memperburuk masalah serta meningkatkan benturan," kata juru bicara kementerian luar negeri, Liu Weimin, Rabu (23/11/2011). Sebelumnya, Selasa (22/11/2011), Rusia mengecam hukuman itu dan menyatakan tidak dapat diterima serta melawan hukum antarbangsa. China dan Rusia menggunakan pengaruhnya di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menghalangi kemungkinan hukuman lebih luas melalui resolusi badan dunia tersebut. ran mendapat hukuman lewat empat keputusan Perserikatan Bangsa-Bangsa. a menolak laporan AEA dan menegaskan kegiatan nuklirnya khusus untuk tujuan damai. Hukuman terkini lebih menekan pada bidang keuangan ran, dengan Amerika Serikat dan nggris menerapkan undang-undang antiteroris untuk menyasar bank sentral dan lembaga keuangan lain. Hukuman itu bertujuan agar ran sulit mendapatkan bayaran atas ekspor minyaknya dan menekan mata uang ran, tetapi tidak memukul bank sentral ran. Para pejabat dan pengamat ekonomi Barat mengkhawatirkan hukuman itu dapat menyebabkan lonjakan dalam harga minyak, memperburuk penurunan ekonomi dunia, dan memberi ran pendapatan tak terduga. Perwakilan ran di OPEC, Mohammad Ali Khatibi, mengatakan kepada kantor berita $ bahwa negaranya dapat menerapkan sikap khusus dalam menggunakan ekspor luas minyaknya sebagai alat politik jika keadaan darurat dan khusus menghendakinya.
Tekanan terhadap ran tampak ditingkatkan pada 1 Desember, ketika menteri luar negeri Eropa Bersatu diperkirakan mengumumkan hukuman tambahan pada sekitar 200 perusahaan dan warga ran, kata diplomat. Source hLLp//lnLernaslonalkompascom/read/2011/11/24/02382717/lranSlapkanembalasan IIIpInu MInLu BunLuun MIIILer ke KorseI Au||a A|oar 3enin, 21 hovember 2011 16:02 wib 4 2 Email0
oto : Presiden ilipina 8enigno Aquino [dailytelegraph} HAN|LA - Pres|der F|||p|ra 8er|gro Aqu|ro rer|rla Korea 3e|alar (Korse|) urlu| reroer||ar du|urgar r|||ler |epadarya da|ar rergradap| Cr|ra.
Aqu|ro rergala|ar, d|r|rya dar Pres|der Korse| Lee Vyurg 8a| rerd|s|us||ar rasa|ar |eararar reg|ora| ler|a|l |asus serg|ela Laul Cr|ra 3e|alar.
0a|ar |erja sara perlararar |r|, saya ya||r Pres|der Lee a|ar lerlar|| oe|erja sara dergar F|||p|ra dar rerg|r|r|ar re|||opler, |apa| perarg, serla pesaWal lerpur, ujar Aqu|ro, seperl| d||ul|p /FP, 3er|r (21/11/2011).
Kerja sara |r| juga d|luju|ar urlu| reroderr|sas| arg|alar oerserjala F|||p|ra, legasrya.