Anda di halaman 1dari 44

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Karena tujuan pendidikan pada dasarnya adalah
mengantar manusia menuju pada perubahan perubahan tingkah laku, intelektual,
moral maupun sosial. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya melihat jauh
kedepan dan memikirkan apa yang akan dihadapi siswa di masa yang akan
datang.
Sanjaya (2008:5) berpendapat bahwa 'salah satu masalah yang dihadapi
dunia pendidikan kita sekarang ini adalah masalah lemahnya proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas
diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghaIal inIormasi, otak siswa
dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai inIormasi tanpa dituntut untuk
memahami inIormasi yang diingatnya itu agar menghubungkannya dengan
kehidupan sehari hari, akibatnya peserta didik pintar secara teoritis akan tetapi
mereka miskin aplikasi.
Guru merupakan komponen yang sangat penting, sebab keberhasilan
pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai ujung
tombak. Oleh karena itulah upaya peningkatan kualitas pendidikan seharusnya
dimulai dari pembenahan kemampuan guru. Salah satu kemampuan yang harus
2



dimiliki guru adalah bagaimana merancang suatu model pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai.
Berdasarkan hasil pengamatan / observasi di SMA Wiyata Dharma
Medan, menyimpulkan kebanyakan siswa Ilmu Sosial ( IS ) merasa kesulitan
dalam mata pelajaran ekonomi. Hal senada juga disampaikan pada saat sharing
pendapat bersama guru ekonomi SMA Wiyata Dharma Medan, yang menuturkan
' prestasi belajar ekonomi siswa belum memuaskan.
Berdasarkan dari hasil ulangan siswa menunjukkan bahwa kemampuan
siswa menyelesaikan soal ulangan masih rendah yaitu dari 40 siswa di kelas
sekitar 55 siswa tidak tuntas dengan nilai di bawah 65 sementara Kriteria
Ketuntasan Minimal ( KKM ) ekonomi adalah 65. Selanjutnya berdasarkan
sharing pendapat dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan, menyimpulkan
bahwa minat belajar siswa dalam mempelajari pelajaran ekonomi masih rendah.
Sikap ini ditunjukkan dengan kurang antusiasnya siswa dalam menyelesaikan soal
ekonomi akibatnya hasil belajar mereka belum memuaskan.
Rendahnya hasil belajar ekonomi ini mengindikasikan masih lemahnya
proses pembelajaran. Hal ini disebabkan metode pembelajaran yang digunakan
guru kurang bervariasi dan cenderung bersiIat ceramah sehingga membatasi siswa
untuk berkreasi mengungkapkan perasaan dan pemikirannya saat belajar.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) menuntut perubahan
paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang
pendidikan Iormal ( persekolahan ). Perubahan tersebut harus pula diikuti oleh
guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran disekolah.




Satu inovasi menarik yang mengiringi perubahan paradigma tersebut
adalah ditemukan dan diterapkannya model model pembelajaran inovatiI dan
konstruktiI atau lebih tepat lagi dalam mengembangkan dan menggali
pengetahuan pelajar secara konkret dan mandiri.
Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran
problem based instruction yakni suatu model pengajaran dengan pendekatan
pembelajaran siswa pada masalah autentik. Masalah autentik dapat diartikan
sebagai suatu masalah yang sering ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan problem based instruction siswa dilatih menyusun sendiri
pengetahuannya, mengembangkan keterampilan, pemecahan masalah, mandiri
serta meningkatkan kepercayaan diri.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based
Instruction Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI SMA Wiyata
Dharma Medan T.A. 2010/2011.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi
identiIikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana hasil belajar ekonomi yang diperoleh siswa kelas XI SMA Wiyata
Dharma Medan ?
2. Apakah Iaktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa ?
4



. Apakah metode pembelajaran konvensional yang selama ini diterapkan
menunjukkan hasil yang memuaskan ?
4. Apakah ada pengaruh model pembelajaran problem based instruction
terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI SMA Wiyata Dharma Medan
T.A 2010/2011 ?

1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan identiIikasi masalah di atas, maka
penulis membatasi masalah ini hanya mencakup hal hal sebagai berikut :
1. Model pembelajaran yang diteliti adalah model pembelajaran problem based
instruction dan metode konvensional sebagai pembanding.
2. Hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar ekonomi siswa kelas XI pada
kompetensi dasar mendeskripsikan kebijakan perdagangan internasional di
SMA Wiyata Dharma Medan T.A 2010/2011.

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada pengaruh
model pembelajaran 5roblem based instruction terhadap hasil belajar
ekonomi siswa kelas XI SMA Wiyata Dharma Medan T.A 2010/2011 ?



5



1.5 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran problem based instruction terhadap hasil belajar
ekonomi siswa kelas XI SMA Wiyata Dharma Medan T.A 2010/2011.

1.6 Manfaat Penelitian
ManIaat penelitian ini adalah :
1. Sebagai bekal ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam mengajarkan ekonomi
dengan menggunakan model pembelajaran problem based instruction pada
masa yang akan datang
2. Sebagai sumbangan pikiran bagi guru guru ekonomi maupun sekolah
dalam memilih model pembelajaran yang tepat guna meningkatkan hasil
belajar siswa
. Sebagai reIerensi dan masukan bagi civitas akademik Fakultas Ekonomi
UNIMED dan bahan perbandingan bagi peneliti peneliti selanjutnya.








6



BAB II
KA1IAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Hakekat Model Pembelajaran
Keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh model pembelajaran
yang digunakan. Model pembelajaran merupakan operasionalisasi dari teori
pembelajaran. Tanpa suatu model pembelajaran yang jelas, pembelajaran tidak
akan eIektiI, sehingga tidak mungkin diharapkan berhasil dengan baik.
Menurut Trianto (2010:51) 'model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Model
pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan tujuan pengajaran dan tahap tahap dalam
kegiatan pembelajaran.
Selanjutnya, HanaIiah (2009:41) menyatakan bahwa 'model pembelajaran
merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku
peserta didik secara adaptiI maupun generatiI '.
Berdasarkan pengertian konsep model pembelajaran di atas, maka setiap
model pembelajaran berIungsi memberikan arah dalam pendesainan pembelajaran
sehingga dapat membantu peserta didik mencapai tujuan atau kompetensi.
Jadi, dapat disimpulkan model pembelajaran adalah suatu pola yang
menerangkan suatu penyebutan dan menghasilkan suatu situasi lingkungan yang




menyebabkan para siswa berinteraksi dengan terjadinya perubahan. Khususnya
perubahan pada tingkah laku siswa.

2.1.2 Pengertian Problem Based Instruction (PBI)
!roblem based instruction merupakan suatu model pengajaran dengan
pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik. Masalah autentik dapat
diartikan sebagai suatu masalah yang sering ditemukan siswa dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan PBI siswa dilatih menyusun sendiri pengetahuannya,
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mandiri serta meningkatkan
kepercayaan diri. Selain itu, dengan pemberian masalah autentik, siswa dapat
membentuk makna dari bahan pelajaran melalui proses belajar dan
menyimpannya dalam ingatan sehingga sewaktu waktu dapat digunakan lagi.
!roblem based instruction dikenal dengan nama lain seperti penelitian
( inquiry ), pemecahan masalah ( problem-solving ), pengajaran berbasis proyek
( profect-based teaching ), pengajaran berbasis kasus ( case-based instruction ).
Menurut BasIord (2008 : 85) bahwa :
Children must be supported in developing the knowledge, skills and
understanding that help them to make sense of the word. Their learning
must be supported through offering opportunities for them to use a range
of tools safely, encounter creatures, people, plants and obfects in their
natural environments and in real-life situations.

Selanjutnya Wena (2010:52) menyatakan bahwa 'model pembelajaran
berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran dengan menghadapkan siswa
pada permasalahan permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau
dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan permasalahan.
8



Sedangkan menurut Saragih (200), 'model pembelajaran berdasarkan
masalah adalah suatu proses pembelajaran yang diawali dari masalah masalah
yang ditemukan dalam suatu lingkungan sosial.
Dalam problem based instruction guru berperan sebagai panyaji,
mengadakan dialog, membantu dan memberikan Iasilitas penyelidikan. Selain itu,
guru juga memberikan dorongan dan dukungan yang dapat meningkatkan
pertumbuhan intelektual siswa. Hal yang perlu mendapat perhatian dalam
pengajaran berdasarkan masalah adalah pemberian masalah kepada siswa yang
berIungsi sebagai motivasi untuk melakukan proses penyelidikan. Di sini guru
mengajukan masalah, membimbing dan memberikan petunjuk dalam
memecahkan masalah.
Model pembelajaran ini membantu siswa belajar berpikir secara sistematis
tentang isu isu kontemporer yang sedang terjadi dalam masyarakat, dengan
memberikan mereka cara cara menganalisis dan mendiskusikan isu isu sosial.
Hal ini dibenarkan oleh Uno (2009:1) yang menyatakan bahwa 'problem based
instruction membantu siswa untuk peka terhadap permasalahan sosial, mengambil
posisi (sikap) terhadap permasalahan tersebut dengan argumentasi yang relevan.
Suci ( 2008 ), menyatakan bahwa :
Model pembelajaran berbasis masalah memiliki sejumlah karateristik yang
membedakannya dengan model pembelajaran yang lainnya yaitu 1)
pembelajaran bersiIat student centered, 2) guru berperan sebagai Iasilitator
dan moderator, ) masalah menjadi Iokus dan merupakan sarana untuk
mengembangkan keterampilan problem solving dengan inIormasi-
inIormasi baru diperoleh dari belajar mandiri (self directed learning).

Dapat disimpulkan bahwa problem based instruction memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi, berpikir kritis
9



dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang essensial dari materi pelajaran melalui suatu aktivitas untuk mencari,
memecahkan dan menemukan sesuatu. Dalam pembelajaran siswa didorong
bertindak aktiI mencari jawaban atas masalah, keadaan atau situasi yang dihadapi
dan menarik simpulan melalui proses berpikir ilmiah yang kritis, logis, dan
sistematis. Siswa tidak lagi bertindak pasiI, menerima dan menghapal pelajaran.


2.1.3 Tujuan Problem Based Instruction ( PBI ) antara lain:
Model pembelajaran PBI merupakan pendekatan yang eIektiI untuk
pengajaran berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa memproses
inIormasi yang ada dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka tentang
dunia sosial dan sekitarnya.
Menurut Jacobsen (2009:242), problem based instruction memiliki tujuan
sebagai berikut :
a. Mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat menyelidiki secara
sistematis suatu pertanyaan atau masalah.
b. Mengembangkan pembelajaran yang self-directed, dimana siswa
bertanggung jawab dengan investigasi sendiri sehingga mereka dapat
mengontrol pembelajaran mereka sendiri.
c. Penguasaan konten terhadap masalah yang bersiIat implisit dan
insidental.


2.1.4 Tahap - Tahap Pelaksanaan PBI
Pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari 8 langkah yang dimulai
dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan
pengujian hasil (solusi) hasil kerja siswa. Adapun Pelaksanaan model problem
based instruction meliputi beberapa tahap antara lain:
10



Tabel 2.1
Tahap - Tahap Model Pembelajaran Problem Based Instruction
Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Tahap 1 :
Menemukan
masalah
Memberikan permasalahan
yang diangkat dari latar
kehidupan sehari hari siswa.
Berikan masalah yang
bersiIat tidak terdeIenisikan
dengan jelas ( ill-defined ).
Berusaha menemukan
permasalahan dengan cara
melakukan kajian dan
analisis secara cermat
terhadap permasalahan yang
diberikan.
Memberikan sedikit Iakta di
seputar konteks permasalahan
Melakukan analisis terhadap
Iakta sebagai dasar dalam
menemukan permasalahan.
Tahap 2 :
MendeIenisikan
masalah
Mendorong dan membimbing
siswa untuk menggunakan
kecerdasan intrapersonal dan
kemampuan awal ( prior
knowledge ) untuk memahami
masalah.
Dengan menggunakan
kecerdasan intrapersonal dan
kemampuan awal ( prior
knowledge )berusaha
memahami masalah
Membimbing siswa secara
bertahap untuk
mendeIenisikan masalah
Berusaha mendeIenisikan
permasalahan dengan
menggunakan parameter
yang jelas
Tahap :
Mengumpulkan
Iakta
Membimbing siswa untuk
melakukan pengumpulan
Iakta
Melakukan pengumpulan
Iakta dengan menggunakan
pengalaman pengalaman
yang sudah diperolehnya.
Membimbing siswa
melakukan pencarian
inIormasi dengan berbagai
cara/metode
Melakukan pencarian
inIormasi dengan berbagai
cara serta dengan
menggunakan kecerdasan
majemuk yang dimiliki
Membimbing siswa
melakukan pengelolaan
inIormasi
Melakukan pengelolaan /
pengaturan inIormasi yang
telah diperoleh, dengan
berpatokan pada :
a. now, yaitu inIormasi
apa yang diketahui
b. eed to know, yaitu
inIormasi apa yang
dibutuhkan
c. eed to do, apa yang
akan dilakukan dengan
inIormasi yang ada

11



Tahap 4 :
Menyusun
hipotesis

Membimbing siswa untuk
menyusun jawaban/hipotesis
( dugaan sementara ) terhadap
permasalahan yang dihadapi
Membuat hubungan
hubungan antarberbagai Iakta
yang ada
Membimbing siswa untuk
menggunakan kecerdasan
majemuk dalam menyusun
hipotesis
Menggunakan berbagai
kecerdasan majemuk untuk
menyusun hipotesis
Membimbing siswa untuk
menggunakan kecerdasan
interpersonal dalam
mengungkapkan
pemikirannya
Menggunakan kecerdasan
interpersonal untuk
mengungkapkan
pemikirannya
Membimbing siswa untuk
menyusun alternatiI jawaban
sementara
Berusaha menyusun beberapa
jawaban sementara
Tahap 5 :
Melakukan
penyelidikan
Membimbing siswa untuk
melakukan penyelidikan
terhadap inIormasi dan data
yang telah diperolehnya.
Melakukan penyelidikan
terhadap data dan inIormasi
yang telah diperoleh
Dalam membimbing siswa
melakukan penyelidikan,
guru membuat struktur
belajar yang memungkinkan
siswa dapat menggunakan
berbagai cara untuk
mengetahui dan memahami
dunianya.
Dalam melakukan
penyelidikan siswa
menggunakan kecerdasan
majemuk yang dimilikinya
untuk memahami dan
memberi makna data dan
inIormasi yang ada.
Tahap 6 :
Menyempurnak
an
permasalahan
Membimbing siswa
melakukan penyempurnaan
terhadap masalah yang telah
dideIenisikan
Melakukan penyempurnaan
masalah yang telah
dirumuskan
Tahap :
Menyimpulkan
alternatiI
pemecahan
masalah secara
kolaboratiI
Membimbing siswa untuk
menyimpulkan alternatiI
pemecahan masalah secara
kolaboratiI
Membuat kesimpulan
alternatiI pemecahan masalah
secara kolaboratiI
Tahap 8 :
Melakukan
pengujian hasil
pemecahan
masalah
Membimbing siswa
melakukan pengujian hasil
( solusi ) pemecahan masalah
Melakukan pengujian hasil
(solusi) pemecahan masalah.
Sumber : Fogarty (dalam Wena 2010 : 94 )


12



2.1.5 Kelebihan Problem Based Instruction
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihannya masing masing,
begitu pula dengan PBI memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan model
pembelajaran lainnya. Menurut Ibrahim (dalam Ade Rusmiyati 200) beberapa
kelebihan PBI antara lain :
a. Mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
b. Mendorong siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan orang
lain.
c. Melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri. Hal ini
memungkinkan siswa menjelaskan dan membangun pemahamannya
sendiri mengenai Ienomena tersebut.
d. Membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri. Bimbingan guru
kepada siswa secara berulang-ulang, mendorong dan mengarahkan
siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian
masalah mereka sendiri. Dengan begitu siswa belajar menyelesaikan
tugas-tugas mereka secara mandiri dalam hidupnya kelak


2.1.6 Perbedaan Model Pembelajaran Problem Based Instruction Dengan
Metode Pembelajaran Konvensional
Dalam menggunakan pembelajaran pada umumnya guru masih
menggunakan metode seperti ceramah, diskusi, tanya jawab dan pemberian tugas
sehingga proses pembelajaran berpusat pada guru. Berbeda halnya dengan model
pembelajaran problem based instruction yang bersiIat kontekstual dengan
mengaitkan materi pelajaran ( content ) dengan situasi dunia nyata ( context ) dan
mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan
penerapannya dalam kehidupan. Adapun perbedaan model pembelajaran problem
based instruction dengan metode pembelajaran konvensional antara lain :


1



Tabel 2.2
Perbedaan Model Pembelajaran Problem Based Instruction Dengan
Metode Pembelajaran Konvensional
No. Problem based instruction Konvensional
1 Kurikulum
O Jangka panjang, interdisiplinary,
pelajar sebagai pusat perhatian dalam
menyimak isu dunia nyata yang
menarik perhatian pelajar
O Adanya investasi dan riset yang dalam
O Memahami proses, mendorong
kemampuan berpikir kritis dan
menghasilkan penemuan.
Kurikulum
O Mengacu pada
kurikulum yang baku
O akupan materi yang
lebar
O Menghapal materi tanpa
berpikir Iakta
2. Kelas
O Pelajar duduk secara Ileksibel santai
dan berkolaborasi di dalam tim
O Petunjuk pembelajaran Ileksibel,
banyak perbedaan tingkat dan topik
yang dipelajari oleh tiap pelajar
O Mendorong pelajar bekerja dalam tim
yang heterogen untuk mencapai target
Kelas
O Pengajaran dilakukan
dengan penempatan
pelajar pada tempat
duduk yang kaku
O Berusaha merangkul
bersama sama
O Berusaha secara individu
untuk mencapai target
. Pengajar
O Pengajar sebagai Iasilitator dan
menyediakan sumber daya
Pengajar
O Pengajar sebagai
pemberi
ceramah/narasumber
4. Pelajar
O Bertanggung jawab atas diri sendiri,
menggambarkan tugasnya sendiri dan
bekerja sebagai anggota satu tim
untuk waktu tertentu dengan suatu
target
O Pelajar berIungsi sebagai pemandu
Pelajar
O Bergantung kepada
pengajar dalam
menyelesaikan instruksi
Sumber : Yudipurnawan ( 15 Pebruari 2011 ).




14



2.1.7 Pengertian Model Pembelajaran Konvensional
Salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak
digunakan oleh guru adalah model pembelajaran konvensional. Model ini
sebenarnya sudah tidak layak lagi untuk digunakan sepenuhnya dalam suatu
proses pengajaran, dan perlu diubah. Tapi untuk mengubah model pembelajaran
ini sangat susah bagi guru, karena guru harus memiliki kemampuan dan
keterampilan menggunakan model pembelajaran lainnya.
Memang, model pembelajaran konvensional ini tidak serta merta kita
tinggal, dan guru mesti melakukan model konvensional pada setiap pertemuan,
setidaknya pada awal proses pembelajaran. Atau awal pertama kita memberikan
kepada peserta didik sebelum kita menggunakan model pembelajaran yang akan
kita gunakan.
Menurut Djamarah ( 15 Pebruari 2011 ) bahwa :

Metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran
tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu
metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru
dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran.

Selanjutnya Agus ( 15 Pebruari 2011 ) menyatakan bahwa :
Penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas
pemberian inIormasi yang harus 'ditelan oleh siswa, yang wajib diingat
dan dihaIal. Proses ini lebih jauh akan berimplikasi pada terjadinya
hubungan yang bersiIat antagonisme di antara guru dan siswa. Guru
sebagai subjek yang aktiI dan siswa sebagai objek yang pasiI dan
diperlakukan tidak menjadi bagian dari realita dunia yang diajarkan
kepada mereka.

Dalam proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas guru lebih
mendominasi sehingga tercipta situasi dan kondisi belajar yang kaku dan terjadi
komunikasi yang searah.
15



Sedangkan Agus ( 15 Pebruari 2011 ), menyatakan bahwa :
Pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa
memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mereIleksi materi-
materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan
sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata.
Pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu:
(1) Pembelajaran berpusat pada guru,
(2) Terjadi passive learning,
() Interaksi di antara siswa kurang,
(4) Tidak ada kelompok-kelompok kooperatiI, dan
(5) Penilaian bersiIat sporadis.

Pembelajaran tradisional yang mengandalkan guru sebagai sumber utama
pengetahuan melalui 'rote learning tidak dapat dipertahankan. Hal ini
dibenarkan oleh Imran (2009) yang menyatakan bahwa 'metode tradisional tidak
sesuai lagi digunakan, karena guru adalah orang yang serba tahu dan menentukan
segala sesuatu yang dianggap penting oleh siswa.
Pada hakekatnya pembelajaran harus mampu mencerdaskan siswa agar
mampu berpikir kritis dan rasional, mampu memecahkan masalah, mencari dan
mengolah inIormasi yang ia butuhkan, dan mampu mengembangkan potensinya.
Unesco ( dalam Salirawati 2011 ), mengemukakan bahwa :

Pembelajaran konvensional masih dominan mengajarkan ' learning to
know ' dan itupun melalui pemberian inIormasi, belum menyentuh belajar
tentang cara belajar ` ( learning to learn ). Menurut Unesco masih sangat
sedikit proses pembelajaran yang mengembangkan ' learning to be` yaitu
membantu setiap individu untuk menemukan, meningkatkan dan
memperkaya potensi kreatiInya agar dapat mewujudkan potensi dalam
dirinya tersebut menjadi apa yang ia cita citakan.

Dari uraian di atas ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran
konvensional tidak layak lagi kita gunakan sepenuhnya dalam suatu proses
pengajaran, karena cenderung berpusat kepada guru sehingga siswa kurang
16



mampu berpikir kritis dan rasional, mampu memecahkan masalah, mencari dan
mengolah inIormasi yang ia butuhkan, dan mampu mengembangkan potensinya.

2.1.9 Hasil Belajar Ekonomi
Pada hakekatnya hasil belajar berasal dari dua kata yakni hasil dan belajar.
Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang
dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Hasil yang dicapai oleh setiap
siswa dalam suatu mata pelajaran belum tentu sama hal ini mungkin saja
disebabkan karena keadaan dan cara belajar seseorang yang berbeda.
Sedangkan belajar, menurut Gagne (dalam Muslich, 2009:196), 'learning
is change in human disposition or capacity, which persist over a period time, and
wich is not simply ascribable to process of growth`.
Sehingga dapat diartikan Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam
kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya
disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
Selanjutnya, menurut Sagala (2005:9) ' belajar merupakan proses
terbentuknya tingkah laku baru yang disebabkan individu merespon
lingkungannya, melalui pengalaman pribadi.
Jadi dapat disimpulkan hasil belajar siswa merupakan suatu keberhasilan
siswa yang diperoleh dari hasil belajar secara terus menerus melalui pengalaman
pribadinya. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seorang siswa di dalam suatu
mata pelajaran, maka perlu dilakukan pengukuran atau evaluasi.

1



Menurut Suharianto (2011:21) 'hasil belajar merupakan perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Suharianto juga mengatakan
bahwa 'hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung.
Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan
pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai.
Sedangkan, Sudjana (2009:4) menyatakan ' hasil belajar adalah
kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
pengalaman belajarnya.
Belajar ekonomi merupakan suatu aktivitas untuk memperdalam
penguasaan siswa dalam bidang ekonomi melalui pembelajaran. Ekonomi
merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ).
Menurut Fitriyanti (2009) bahwa 'Ekonomi terdiri dari konsep konsep
dan teori teori yang memerlukan berbagai analisis serta Ienomena Ienomena
yang memerlukan pemikiran yang terorganisir.
Dengan demikian, hasil belajar ekonomi adalah perubahan kemampuan
belajar siswa yang diperoleh melalui nilai tes setelah mengikuti proses belajar
mengajar dalam bidang studi ekonomi.

2.2 Penelitian Yang Relevan
Suharianto ( 2008 ) yang berjudul ' Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Based Instruction Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI
SMA Swasta Y.P Sinar Husni Medan T.A. 2008/2009, menunjukkan bahwa
hasil belajar peserta didik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
18



problem based instruction adalah eIektiI pada pokok bahasan siklus akuntansi
perusahaan. Hasil analisa data yang diperoleh adalah terdapat pengaruh yang
signiIikan antara pengajaran berdasarkan masalah terhadap hasil belajar siswa
kelas XI SMA Swasta Y.P Sinar Husni Medan T.A 2008/2009, uji hipotesis dapat
diterima dengan hasil t
hitung
5,512 dengan t
tabel
1,66 dengan kata lain t
hitung
~
t
tabel
atau Ha diterima.
Amelia ( 2010 ) yang berjudul ' Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI
SMAN 14 Medan T.A 2009/2010, menunjukkan bahwa hasil belajar peserta
didik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran problem based
learning adalah eIektiI pada pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan. Hasil
analisa data yang diperoleh adalah terdapat pengaruh yang signiIikan antara
pengajaran berdasarkan masalah terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS
semester ganjil di SMA Negeri 14 Medan T.A 2009/2010, uji hipotesis dapat
diterima dengan hasil t
hitung
,6 dengan t
tabel
2,26 dengan kata lain t
hitung
~ t
tabel

atau Ha diterima.
Yusniar ( 2010 ) yang berjudul ' Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Based Instruction Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI
SMAN 1 Percut Sei Tuan T.A 2008/2009, menunjukkan bahwa hasil belajar
peserta didik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran problem
based instruction adalah eIektiI pada kompetensi dasar mengidentiIikasi sistem
ekonomi. Hasil analisa data yang diperoleh adalah terdapat pengaruh yang
signiIikan antara pengajaran berdasarkan masalah terhadap hasil belajar siswa
19



kelas XI Negeri 1 Percut Sei Tuan T.A 2010/2011, uji hipotesis dapat diterima
dengan hasil t
hitung
2,529 dengan t
tabel
1,01 dengan kata lain t
hitung
~ t
tabel
atau
Ha diterima.

2.3 Kerangka Berpikir
Rendahnya hasil belajar ekonomi siswa selama ini serta kurang mampunya
siswa mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari hari merupakan
indikasi lemahnya kualitas dari proses maupun metode pembelajaran yang
digunakan guru di sekolah. Kurang variatiInya guru mengajar juga turut
menuntun lemahnya implementasi ilmu yang didapat siswa disekolah untuk
digunakan dalam kehidupannya. Untuk itu, sekarang ini mutlak diperlukan
inovasi pembelajaran dan peningkatan kualitas guru yang berkesinambungan.
!roblem based instruction merupakan salah satu terobosan inovatiI gaya
pengajaran untuk menjawab salah satu persoalan pendidikan yang ada sekarang
ini. Pembelajaran dengan model problem based instruction dimulai oleh adanya
masalah ( dapat dimunculkan oleh siswa atau guru ), kemudian siswa
memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa
yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam model
pembelajaran ini siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk
dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktiI dalam belajar. Masalah
yang dijadikan sebagai Iokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja
kelompok sehingga dapat memberi pengalaman pengalaman belajar yang
beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping
pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti
20



membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan,
mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan,
mempresentasikan, berdiskusi dan membuat laporan.
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model problem based instruction
dapat memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain,
penggunaan PBI dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka
pelajari sehingga diharapkan setelah diterapkan PBI ini mereka mampu
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan
intelektualnya dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman
belajarnya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari hari. Sehingga lulusan
lulusan dari berbagai jenjang pendidikan yang ada diharapkan tidak hanya kaya
teori saja melainkan aplikasi juga.
Dari uraian di atas, maka diduga ada pengaruh model pembelajaran
problem based instruction terhadap hasil belajar akonomi siswa di kelas XI SMA
Wiyata Dharma Medan T.A 2010/2011.

2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berpikir di atas, maka penulis
merumuskan hipotesis penelitian ini yaitu :
Ho =


Ha =
Tidak ada pengaruh model pembelajaran problem based
instruction terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI SMA
Wiyata Dharma Medan T.A 2010/2011.
Ada pengaruh model pembelajaran problem based instruction
terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI SMA Wiyata
Dharma Medan T.A 2010/2011.
21



BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas XI SMA Wiyata Dharma Medan
yang beralamat di Jl. Wahidin No. 1 Medan Sumatera Utara.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap TA. 2010/2011.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IS yang
berjumlah tiga kelas dengan total 120 siswa ( XI IS
1
40 siswa, XI IS
2
40, XI
IS

40 siswa ) SMA Wiyata Dharma Medan T.A 2010/2011.


3.2.2 Sampel
Sampel penelitian ini dipilih dengan teknik random sampling (secara acak)
sebanyak dua kelas dan yang terpilih sebagai kelas eksperimen yaitu kelas XI IS
1
yang berjumlah 40 siswa untuk diterapkan model pembelajaran problem based
instruction dan kelas kontrol yaitu kelas XI IS
2
sebanyak 40 siswa yang
diterapkan pembelajaran konvensional.


22



3.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
3.3.1 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel yakni :
a. 'ariabel bebas ( X ) adalah model pembelajaran problem - based
instruction dan metode konvensional.
b. 'ariabel terikat ( Y ) adalah hasil belajar ekonomi siswa.

3.3.2 Defenisi operasional
1. Model pembelajaran problem based instruction merupakan suatu
pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang
autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari
permasalahan nyata, dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka
sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih
tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
2. Metode konvensional adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru
dimana siswa hanya bersiIat pasiI menerima apa yang disampaikan oleh
guru.
. Hasil belajar adalah suatu hasil yang dicapai siswa dari mempelajari
tingkat penguasaan bidang studi ekonomi dengan alat ukur berupa evaluasi
yang dinyatakan dalam bentuk angka huruI atau simbol.



2



3.4 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen yaitu penelitian yang
dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan
pada subjek yaitu siswa. Penelitian ini melibatkan dua kelas yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol dimana kedua kelas ini mendapat perlakuan yang
berbeda. Kelas eksperimen diberikan model pembelajaran problem based
instruction sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan metode pembelajaran
konvensional.
Dalam penelitian ini diberikan tes sebanyak dua kali yaitu sebelum
perlakuan dan sesudah perlakuan. Tes yang diberikan sebelum perlakuan ( T
1
)
disebut pre-tes dan tes yang diberikan sesudah perlakuan ( T
2
) disebut post-tes.
Perbedaan antara T
1
dan T
2
yakni T
2
T
1
diasumsikan sebagai eIek dari perlakuan.
Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Desain Penelitian Two Group ( Pretes dan Postes )
Kelas Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen T
1
X
1
T
2
Kontrol T
1
X
2
T
2
Keterangan :
T
1
Pre-test
T
2
Post-test
X
1
Perlakuan dengan model pembelajaran !roblem Based Instruction
X
2
Perlakuan dengan metode pembelajaran konvensional
24



3.5 Instrumen Penelitian
Adapun instrumen atau alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah
dengan memberikan tes hasil belajar yang terdiri dari 20 item dalam bentuk tes
objektiI dengan 5 option ( a,b,c,d,e). Dalam penyusunan tes hasil belajar mengacu
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) untuk SMA kelas XI
semester II. Tingkatan pengukuran hasil belajar ini ditetapkan pada ranah kognitiI.
Tabel 3.2
Kisi - Kisi Tes Materi Perekonomian Terbuka
No. Sub Materi
Pokok
Kategori 1umlah
C1 C2 C3 C4
1 ManIaat
Perdagangan
Internasional


1,
15, 9
4, 1,
20
6
2 Jenis jenis
perdagangan
internasional
2,12 18 8, 9,
10,14
8
Sebab -
sebab
Perdagangan
internasional
6 1,16
4

Masalah
masalah
perdagangan
internasional
5 11
Jumlah 2 8 20

Keterangan :
1 : Pengetahuan
2 : Pemahaman
: Aplikasi
4 : Analisis
25



3.6 Langkah - Langkah Penelitian
Dalam rangka mengumpulkan dan pengolahan data ditempuh langkah
langkah sebagai berikut :
3.6.1 Tahap Awal ( Persiapan Dan Perencanaan )
Pada tahap ini hal hal yang dilakukan adalah :
1. Membuat jadwal penelitian
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) yang sesuai dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP )
. Menyiapkan tes

3.6.2 Tahap Pelaksanaan
1. Menentukan sampel sebanyak dua kelas dan dikelompokkan menjadi dua
bagian yaitu kelompok pertama sebagai kelas eksperimen dan kelompok
kedua sebagai kelas kontrol
2. Memberi pretes kepada kedua kelompok untuk mengetahui kondisi awal
sampel. Tes ini diberikan sebelum ada perlakuan.
. Melakukan perlakuan ( guru yang bersangkutan ) yaitu untuk kelas
eksperimen menggunakan pembelajaran problem based instruction
sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional
4. Memberikan postes kepada kedua kelompok untuk melihat kondisi akhir
sampel. Tes ini diberikan setelah perlakuan selesai.
26



Karena yang melakukan penelitian ini adalah guru yang bersangkutan,
maka perlu dibuat instruksi kerja guru dalam mengajar di kedua kelas
penelitian yang berbeda tersebut, antara lain sebagai berikut :
3.6.2.1 Langkah - Langkah Kerja Guru Pada Kelas Eksperimen
1. Pendahuluan
a. Mengabsen dan mencek kesiapan siswa
b. Apersepsi dan motivasi
c. Menyampaikan judul dan tujuan belajar mengajar
2. Kegiatan inti
a. Orientasi pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang
dibutuhkan, mengajukan Ienomena atau demonstrasi atau cerita untuk
memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlihat dalam
memilih dan mencari pemecahan masalah yang dipilih.
b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja
sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau
dalam kelompok kecil ( berempat ). Dan juga pada model
pembelajaran PBI dibutuhkan pengembangan keterampilan
kerjasama di antara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki
masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal tersebut siswa
memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan
tugas tugas pelaporan.
2



c. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
1. Investigasi : guru membantu siswa dalam pengumpulan inIormasi
dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan dan membuat
mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis inIormasi yang
diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut.
2. Diskusi : guru mendorong pertukaran ide gagasan secara bebas dan
penerimaan sepenuhnya gagasan gagasan tersebut merupakan hal
yang dalam tahap penyelidikan dalam rangka pembelajaran PBI.
. Representasi : guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya sesuai seperti laporan, video dan model serta
membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Puncak proyek proyek pengajaran berdasarkan pemecahan masalah
adalah penciptaan dan presentasi artiIak seperti laporan, poster, model
dan video.
e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Tugas guru pada tahap akhir pengajaran berdasarkan masalah adalah
membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir
mereka sendiri, dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
. Penutup
a. Menyimpulkan pelajaran
b. Penugasan

28



3.6.2.2 Langkah - Langkah Kerja Pada Kelas Konvensional
1. Pendahuluan
a. Mengabsen dan mencek kesiapan siswa
b. Apersepsi dan motivasi
c. Menyampaikan judul dan tujuan belajar
2. Kegiatan inti
Pembahasan materi pembelajaran kebijakan perdagangan internasional
dengan menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab.
. Penutup
a. Menyimpulkan pelajaran
b. Penugasan

3.7 Teknik Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes
berbentuk tes objektiI ( pilihan ganda ). Pengumpulan data dilakukan sebanyak
dua kali pada tes awal ( pre-test ) dan tes akhir ( post-test )
3.7.1 Tes Awal ( Pre-test )
Sebelum mengadakan pengajaran terlebih dahulu dilakukan pre-test pada
kelas yang dijadikan sampel. Tujuan pelaksanaan tes ini adalah untuk mengetahui
kemampuan awal siswa pada kompetensi dasar mendeskripsikan kebijakan
perdagangan internasional.


29



3.7.2 Tes Akhir ( Post-test )
Setelah kompetensi dasar kebijakan perdagangan internasional diajarkan
maka post-test dengan tujuan untuk mengetahui hasil pembelajaran, serta sebagai
data dalam pengujian hipotesis.

3.8 Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul maka kemudian data tersebut diolah dengan
bantuan program SPSS 1 dengan langkah langkah sebagai berikut :

3.8.1 Mengetahui Diskriptif Statistik Tiap Kelompok
DeskriptiI statistik diperlukan untuk mencari mean, median, std.deviation,
variance, range, Irekuensi data, graIik data dan inIormasi lain yang dibutuhkan.
Untuk menentukan nilai rata rata hitung digunakan dengan rumus :

x
n
x
i
(Sudjana, 2005 : 9)
Untuk menghitung simpangan baku digunakan rumus :
S
) 1 (
) (
2 2

% %
n n
x x n
i i
(Sudjana, 2005 : 94)

3.8.2 Uji Normalitas Data
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal
atau tidak. Uji yang digunakan dikenal dengan nama uji iliefors.
Langkah langkah yang dilakukan sebagai berikut :
0



- Pengamatan X
1
, X
2
, .,X
n
dijadikan angka baku Z
1
, Z
2
, ., Z
n

dengan menggunakan rumus :
Z
1

s
x x
1

(Sudjana, 2005 :466)
Untuk bilangan baku dihitung dengan menggunakan daItar distribusi
normal baku dan kemudian dihitung peluang dengan rumus :
F (Z
i
) (ZA Z
i
)
- Menghitung proporsi S (Z
i
) dengan rumus :
S (Z
i
)
n
Z yang Z Z Z Banyak
n 1 2 1
, ,..... , A

Menghitung selisih F (Z
i
) S (Z
i
), kemudian menentukan harga
mutlaknya.
- Diambil harga yang paling besar diantara harga harga mutlak
selisih tersebut. Harga terbesar disebut L
o

Kemudian L
o
dibandingkan dengan nilai kritis L yang diambil dari
daItar nilai kritis untuk uji LilieIors.
Kriterianya :
L
hitung
L
tabel
,

maka sampel berdistribusi normal
L
hitung
~ L
tabel
, maka sampel tidak berdistribusi normal

3.8.3 Uji Homogenitas
Jika dalam pengujian normalitas data berdistribusi normal, selanjutnya
akan dilakukan uji homogenitas yaitu dengan menguji kesamaan dua varians
sebelum dilakukan perlakuan.
1



Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui data mempuyai varians yang
homogen atau tidak. rumus yang digunakan adalah :
F
hitung

ecil JarianTerk
besar JariansTer
(Sudjana, 2005 :250)

3.8.4 Uji Hipotesis
Uji yang digunakan adalah uji-t, yaitu untuk melihat ada tidaknya
perbedaan yang berarti (signiIikan pada taraI tertentu) dari kedua variabel yang
diteliti. Dengan adanya perbedaan maka dapat dilihat ada tidaknya pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Rumus uji t yang digunakan adalah :
(Sudjana , 2002 : 29)

Dimana s adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus :
S
2

2
) 1 ( ) 1 (
2 1
2
2
2
2
1
1


n n
n n
s s
(Sudjana, 2002: 29)
Keterangan :
t Distribusi t
X
1
Nilai rata rata sampel 1
X
2
Nilai rata rata sampel 2
n
1
Jumlah sampel kelas eksperimen
n
2
Jumlah sampel kelas kontrol
S
t
2



Setelah kedua data penelitian telah memenuhi kriteria berdistribusi normal
dan homogen, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan uji t. Uji ini
dapat dilakukan dengan cara mendistribusikan data postes kedua kelas penelitian
tersebut dengan SPSS 1 pada kolom Independent Sample . T Test. Dari analisis
ini akan menghasilkan output uji t pada tabel independent sample test. Selanjutnya
membandingkan nilai t
hitung
yang diperoleh dengan t
tabel
.
Keterangan : 2 1 X X : Tidak ada pengaruh Pembelajaran problem
based instruction terhadap hasil belajar
ekonomi kelas XI SMA Wiyata Dharma
Medan T.A 2010 / 2011
2 1 X X : Ada pengaruh Pembelajaran problem based
instruction terhadap hasil belajar ekonomi
kelas XI SMA Wiyata Dharma Medan T.A
2010/2011.






















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Wiyata Dharma Medan Kelas XI
Semester II T.A 2010/2011 dan merupakan penelitian eksperimen yang
melibatkan dua kelas yang berbeda yang diberi model pembelajaran yang berbeda.
Sampel penelitian diambil dua kelas yang dipilih secara acak ( random sampling )
yakni kelas XI IS
1
yang berjumlah 40 siswa untuk kelas yang mendapat
pengajaran problem based instruction sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IS
2

yang berjumlah 40 orang untuk kelas yang mendapat pengajaran konvensional
sebagai kelas kontrol.
Pada awal dan akhir penelitian, siswa diberikan tes awal ( pretes ) dan tes
akhir ( postes ) berupa tes pilihan berganda sebanyak 20 soal yang diberikan
kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sehingga data yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran
problem based intruction dan metode konvensional di SMA Wiyata Dharma
Medan T.A 2010/2011.

4.1.1 Mean Dan Standar Deviasi
Berdasarkan tes hasil belajar ekonomi siswa baik pretes maupun postes
pada kelas kontrol ataupun kelas experimen, maka diperoleh descriptives statistic
untuk masing masing kelompok sebagai berikut :
4




Tabel 4.1
Data escri5tives Statistic Hasil Belajar Ekonomi
Statistics

Pretes Kelas
Kontrol
Postes Kelas
Kontrol
Pretes Kelas
Experimen
Postes Kelas
Experimen
N Valid 40 40 40 40
Missing 0 0 0 0
Mean 51.8750 63.5000 53.0000 82.8750
Median 50.0000 65.0000 55.0000 85.0000
Std. Deviation 7.04268 6.71775 6.96143 7.58604
Variance 49.599 45.128 48.462 57.548
Range 25.00 25.00 25.00 30.00
Minimum 40.00 50.00 40.00 65.00
Maximum 65.00 75.00 65.00 95.00
Sum 2075.00 2540.00 2120.00 3315.00

ean atau rata rata nilai pretes siswa adalah 51.88 untuk kelas kontrol
dan 5.00 untuk kelas experimen. Setelah kedua kelas mendapatkan perlakuan
dari model pembelajaran yang berbeda, diperoleh output mean postes siswa
adalah 6.50 untuk kelas kontrol dan 82.88 untuk kelas experimen.
Standar deviasi untuk nilai pretes siswa adalah .04 pada kelas kontrol
dan 6.961 pada kelas experimen. Sedangkan standar deviasi untuk nilai postes
siswa adalah 6.18 pada kelas kontrol dan .586 pada kelas experimen.
Selain dari data di atas, mean dan standar deviasi dapat pula dilihat pada
histogram di bawah ini :

5



Histogram 4.1 ean Nilai Postes Siswa Kelas Kontrol

Histogram 4.2 ean Nilai Postes Siswa Kelas Experimen
6




Pada histogram di atas, sumbu vertikal mengindikasikan jumlah Irekuensi
siswa yang masuk kelompok data tersebut. Sedangkan sumbu horizontal
mengindikasikan nilai yang diperoleh siswa.
Untuk melihat apakah data memenuhi syarat kualiIikasi untuk penelitian,
maka terlebih dahulu diketahui uji normalitas dan homogenitas data.

4.1.3 Uji Normalitas




Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data pretes dan
postes siswa dari kelas experimen dan kelas kontrol tersebut memiliki distribusi
yang normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan cara membandingkan
besarnya angka taraI signiIikasi (Sig) penelitian dengan taraI signiIikasi u sebesar
0,05 dengan kriteria sebagai berikut :
Jika signiIikansi 0,05, maka data berdistribusi tidak normal.
Jika signiIikansi ~ 0,05, maka data berdistribusi normal.

Tabel 4.3
Uji Normalitas Nilai Pretes Dan Postes
%0sts of NormaIity

Kolmogorov-Smirnov
a
Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Pretes Kelas Kontrol .155 40 .103 .940 40 .089
Postes Kelas Kontrol .163 40 .092 .941 40 .058
Pretes Kelas Experimen .163 40 .061 .940 40 .100
Postes Kelas Experimen .135 40 .101 .948 40 .233
a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan tabel data diatas terlihat untuk kolom uji kolmogorov-smirnov
dapat diketahui bahwa nilai signiIikansi untuk pretes kelas kontrol sebesar 0.10
untuk postes kelas kontrol sebesar 0.092 untuk pretes kelas eksperimen sebesar
0.061 dan untuk postes kelas experimen sebesar 0.101. Hal ini berarti hasil tes
tersebut ~ 0,05 maka keseluruhan data tersebut berdistribusi normal.
Sedangkan angka statistic pada tabel kolmogorov-smirnov menunjukkan
bahwa semakin kecil nilainya maka distribusi data semakin normal. Sehingga
8



berdasarkan tabel data di atas dapat disimpulkan postes kelas experimen memiliki
distribusi data yang paling normal karena memiliki nilai yang terkecil.

4.1.4 Uji Homogenitas
Setelah uji normalitas selesai dan dinyatakan normal maka selanjutnya
dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui apakah sampel berasal dari varians
yang sama atau homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan cara
membandingkan besarnya taraI signiIikansi (Sig) penelitian dengan taraI
signiIikansi u sebesar 0,05 dengan kriteria sebagai berikut :
Jika signiIikansi 0,05, maka sampel tidak homogen.
Jika signiIikansi ~ 0,05 maka sampel homogen.

Tabel 4.4
%0st of Homog030ity of Varia3c0s

Levene Statistic df1 df2 Sig.
.017 1 78 .897

NOV


Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 4805.000 1 4805.000 95.610 .000
Within Groups 3920.000 78 50.256

Total 8725.000 79

9



Berdasarkan tabel Test Of Homogeneity Of Jariances di atas terlihat nilai
F
Titung
~ F
Tabel
( 95.610 ~ .96 ) dengan signiIikansi sebesar 0.89, maka dapat
disimpulkan sampel berasal dari varians yang sama yaitu 0.89 ~ 0.05.
Angka evene Statstic sebesar 0.01 menunjukkan semakin kecil nilainya maka
semakin besar homogenitasnya.


4.1.5 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model
pembelajaran !roblem Based Instruction terhadap hasil belajar siswa. Pengujian
hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan besarnya taraI signiIikansi (Sig)
penelitian dengan taraI signiIikansi u sebesar 0,05 dengan kriteria sebagai berikut:
Jika signiIikansi 0.05, maka Hipotesis diterima.
Jika signiIikansi ~ 0.05, maka Hipotesis ditolak.

Tabel 4.5
Hasil Uji Hipotesis
roup Statistics

KELAS N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
NLA KELAS EXPERMEN 40 82.88 7.586 1.199
KELAS KONTROL 40 63.50 6.718 1.062



40



3/0p03/03t SampI0s %0st

NLA

Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Levene's Test
for Equality of
Variances

F .212

Sig. .646

t-test for
Equality of
Means

T 2.778 2.778
Df 78 77.196
Sig. (2-tailed) .002 .002
Mean Difference 19.380 19.380
Std. Error Difference 1.585 1.585
95% Confidence nterval of
the Difference
Lower 12.344 12.344
Upper 18.656 18.656

Berdasarkan tabel diatas terlihat nilai t
hitung
~ t
tabel
(2.8 ~ 1991 ) dengan
Sig ( 0.002 0.05 ) maka Hipotesis diterima, artinya bahwa ada pengaruh model
pembelajaran problem based instruction terhadap hasil belajar siswa. Pada tabel
group statistics terlihat rata rata ( mean ) untuk kelas kontrol adalah 6.50 dan
untuk kelas experimen adalah 82.88, artinya bahwa rata rata nilai ujian kelas
experimen lebih tinggi dari pada rata rata nilai ujian kelas kontrol. Hal ini juga
dapat dilihat dari nilai T
Hitung
yang bersiIat positiI yang berarti mean kelas
experimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.
Berdasarkan data data di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh model pembelajaran problem based instruction terhadap hasil belajar
ekonomi siswa kelas XI SMA Wiyata Dharma Medan Tahun Ajaran 2010/2011.


41



4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian diperoleh mean atau rata rata nilai pretes siswa
untuk kelas kontrol adalah 51.88 dengan standar deviasi .04 dan mean untuk
kelas eksperimen adalah 5.00 dengan standar deviasi 6.961. Setelah kedua kelas
mendapatkan perlakuan dari model pembelajaran yang berbeda, diperoleh output
mean postes siswa untuk kelas kontrol adalah 6.50 dengan standar deviasi 6.18
dan mean kelas experimen adalah 82.88 dengan standar deviasi .586.
Berdasarkan uji normalitas terlihat pada kolom uji kolmogorov-smirnov
dapat diketahui bahwa nilai signiIikansi untuk pretes kelas kontrol sebesar 0.10
untuk postes kelas kontrol sebesar 0.092 untuk pretes kelas eksperimen sebesar
0.061 dan untuk postes kelas experimen sebesar 0.101. Hal ini berarti hasil tes
tersebut ~ 0,05 maka keseluruhan data tersebut berdistribusi normal.
Setelah dilakukan uji normalitas kemudian dilakukan uji homogenitas
dengan signiIikansi sebesar 0.89 dan nilai F
Hitung
~ F
Tabel
( 95.610 ~ .96 ).
Dengan kriteria bahwa jika Sig ~ 0.05 maka sampel dinyatakan berasal dari
varians yang sama atau homogen.
Setelah kedua data memenuhi syarat kualiIikasi data, maka selanjutnya
dilakukan uji hipotesis dengan pengujian dua sisi. Dan diperoleh output t
hitung

sebesar 2.8 dan t
tabel
sebesar 1991 pada taraI u 0,05. Maka setelah
membandingkan dengan kriteria pengujian hipotesis adalah terima Ha apabila
t
hitung
~ t
tabel
dan Sig 0,05
.
Maka diperoleh bahwa t
hitung
~ t
tabel
atau 2.8 ~ 1991
dengan Sig. 0.002. Maka dapat disimpulkan Ada Pengaruh Model Pembelajaran
42



!roblem Based Isntruction Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI
SMA Wiyata Dharma T.A 2010/2011.
Berdasarkan data hasil perhitungan di atas ternyata diketahui ada
kelebihan dari model pembelajaran problem based instruction terhadap hasil
belajar siswa. Hal ini bisa dipahami karena pada model pembelajaran ini siswa
diawali dengan pemberian materi pokok ekonomi berupa ilustrasi masalah. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa sekaligus mengajak siswa
bersama sama berpikir aktiI, kreatiI dan kritis terhadap masalah yang ada
disekitar mereka baik secara individu maupun berkelompok untuk dapat
memecahkan masalah tersebut, membuat penyelidikan, membuat penyelesaian
dan mempresentasikan hasil tersebut di depan kelas. Sehingga dapat mengurangi
rasa bosan karena siswa lebih aktiI dalam belajar. Selain itu melalui model
pembelajaran ini juga bisa memupuk dan meningkatkan kekompakkan dan rasa
tanggung jawab sesama siswa.









4



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. ean atau rata rata nilai pretes siswa adalah 51.88 dengan standar
deviasi .04 untuk kelas kontrol dan 5.00 untuk kelas experimen dengan
standar deviasi 6.961. Setelah kedua kelas mendapatkan perlakuan dari
model pembelajaran yang berbeda, diperoleh output mean postes siswa
adalah 6.50 dengan standar deviasi 6.18 untuk kelas kontrol dan 82.88
untuk kelas experimen dengan standar deviasi .586. Jadi dapat
disimpulkan penerapan model pembelajaran problem based instruction di
SMA Wiyata Dharma Medan memberikan hasil belajar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

2. Berdasarkan tabel independent samples test diperoleh output t
hitung
sebesar
2.8 dan t
tabel
sebesar 1991 pada taraI u 0,05. Setelah membandingkan
dengan kriteria pengujian hipotesis adalah terima Ha apabila t
hitung
~ t
tabel
dan Sig 0.05
.
Maka diperoleh bahwa t
hitung
~ t
tabel
atau 2.8 ~ 1991
dengan Sig. 0.002. Jadi dapat disimpulkan ada pengaruh model
pembelajaran problem based instruction terhadap hasil belajar ekonomi
siswa kelas XI SMA Wiyata Dharma T.A 2010/2011.
44



5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka
penulis menyarankan :
1. Penerapan model pembelajaran problem based instruction di SMA Wiyata
Dharma Medan memberikan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional, sehingga diharapkan bagi guru agar
dapat menerapkan model pembelajaran problem based instruction pada
materi pelajaran lain.
2. Agar guru lebih aktiI dalam mengawasi jalannya diskusi kelompok dan
lebih bisa memotivasi siswa untuk percaya diri dalam mengemukakan
pendapatnya.
. Agar guru lebih kreatiI mendesain masalah terutama masalah yang relevan
dan berhubungan langsung dengan kehidupan siswa. Sehingga diharapkan
siswa lebih mudah mengerti dalam proses belajar mengajar.

Anda mungkin juga menyukai