Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ONTOLOGI DALAM ILMU FILSAFAT


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Filsafat Ilmu



Oleh :
Agung Susila ( 1001125003 )
Arief Priamansyah ( 100112500 )
Angga Rizky R. ( 1001125009 )




UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
1URUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN
1AKARTA
2010

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam yang telah melimpahkan Rahmat serta
Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam semoga tetap tersanjungkan kepada baginda Rasul Muhammad SAW yang dengan jerih
payahnya telah mampu merubah peradaban yang tidak mengenal perikemanusiaan menuju
peradaban yang penuh dengan kebaikan.
Dalam kesempatan ini, dengan penuh rasa suka cita penulis mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada Ibu
Dosen Mata Kuliah FilsaIat Ilmu yang telah memberikan kepercayaannya kepada kami untuk
membuat makalah yang kami beri judul "ONTOLOGI DALAM FILSAFAT ILMU"
Penulis menyadari bahwa dalam makalah yang telah dibuat ini masih banyak kesalahan yang
harus diperbaiki, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang
budiman agar dalam pembuatan makalah yang berikutnya tidak terjadi kesalahan serupa.


Jakarta, 10 November 2010

Tim Penyusun





DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan...........................1

BAB II Pembahasan Ontologi.........................2

BAB III Penutup.............................8
















BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
FilsaIat merupakan induk semua ilmu pengetahuan, sedangkan ontologi
merupakan bagian dari IilsaIat ilmu yang berasal dari kata Yunani yang tersusun dari kata
philein dalam arti cinta dan sopbos dalam arti hikmat (wisdom).
Dalam makalah ini akan dikemukakan beberapa hal tentang ontologi oleh karena itu
ontologi merupakan bagian dari metaIisika yang mempersoalkan hal-hal yang berkenaan
dengan segala sesuatu yang ada atau khususnya eksistensinya. Menurut Aristoteles, katanya,
ontologi merupakan The First philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda.
Karena ontologi mempersoalkan hanya tentang benda, tidak Tuhan yang mempersoalkan
tentang Tuhan adalah teologi demikian menurut salah satu pendapat.
Jawaban tentang persoalan ontologi menurut Hasbullah Bakry ada empat
sehingga menimbulkan empat aliran di dalamnya Menurut yaitu aliran Dualisme yang
berpendapat bahwa substansi realitas itu ada dua. Aliran Monoisme berpendapat bahwa
subtansi dasar realitas itu hanya satu, aliran lainnya mengatakan substansi realitas itu satu,
yaitu materi, aliran yang berpendapat demikian bernama materialisme, kalau satu justru idea
maka aliran yang berpendapat demikian adalah aliran idealisme (kenyataan yang bersiIat
rohani) . Kalau yang satu alam maka yang mengatakannya bernama Naturalisme. Aliran ini
akan di bahas pada bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang pemikiran diatas maka timbul pokok bahasan 'Apa itu
ontologi dan sub masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan ontologi?
2. Bagaimana Obyek Iormal ontologi dan Metode dalam ontologi?
3. Bagaimana ontologi ditinjau dari segi ilmu pengetahuan?

BAB II
PEMBAHASAN ONTOLOGI
A. Pengertian Ontologi
Menurut bahasa ontologi ialah merupakan dari bahasa Yunani yaitu, On/Ontos
ada, dan Logos ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. adapun dalam Kamus
FilsaIat Ontologi merupakan suatu studi tentang ciri esensial dari yang ada dalam dirinya
sendiri berbeda dari studi-studi tentang hal-hal yang ada secara khusus. Dalam mempelajari
yang ada dalam bentuknya yang sangat abstrak studi tersebut melontarkan pertanyaan
seperti: Apa itu ada dalam dirinya sendiri? Apa hakekat ada sebagai ada? dan cabang
IilsaIat terdapat tata cara struktur realitas dalam arti seluas mungkin, yang menggunakan
kategori-kategori seperti: ada/menjadi, aktualitas/potensialitas, nyata/tampak, perubahan,
waktu, eksistensi/noneksistensi, esensi, keniscayaan, yang-ada sebagai yang-ada, hal-hal
terakhir,dasar.
Sedangkan dalam kamus istilah karya tulis ilmiah ontologi berasal dari bahasa
Yunani, ontos, yang sedang berada, logos, ilmu. Suatu asumsi tentang eksistensi (kehadiran,
keberadaan) yang mendasari setiap pola konseptual atau setiap teori atau sistem idea . Suatu
cabang penelitian metaIisika yang berhubungan dengan kajian eksistensi itu sendiri.
Ontologi mengkaji segala sesuatu yang ada sepanjang sesuatu itu ada dan ontologi menjadi
dasar metaIisika.
Ontologi merupakan salah satu kajian keIilsaIatan yang kuno dan berasal dari
Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersiIat konkret. Tokoh Yunani
yang memiliki pandangan yang bersiIat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan
Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan
dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai IilsuI yang pernah sampai pada kesimpulan
bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun
yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari
satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).
Menurut Ibnu Khaldun ontologi merupakan teori tentang wujud (suatu yang berwujud) dan
kadang-kadang juga ontologi disamakan dengan metaIisika. metaIisika juga disebut sebagai
prote-IilisoIia atau IilsaIat yang pertama.
Secara istilah ontologi adalah ilmu yang memperlajari tentang hakikat yang ada
(ultimate reality) baik jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. Didalam pemahaman
ontologi ditemukan pandangan-pandangan seperti monoisme yang menyatakan bahwa
hakikat yang asal itu hanya satu. Cabang dari monoisme ini adalah materialisme yang
berpandangan bahwa hakikat yang asal adalah satu yaitu dari materi, sementara cabang
lainnya yaitu idealisme yang berpandangan bahwa segala yang asal itu berasal dari ruh
(yang bersiIat rohani). Pandangan lainnya adalah dualisme yang menyatakan bahwa segala
sesuatu berasal dari dua unsur yaitu materi dan ruh, jasmani dan rohani.
Pandangan lainnya adalah pluralisme yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun
dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua identitas yaitu unsur tanah, air, api dan udara.
Ada juga Iaham nihilisme yang nampaknya Irustrasi menghadapi realitas. Realitas harus
dinyatakan tunggal dan banyak, terbatas dan takterbatas, dicipta dan tak dicipta, semuanya
serba kontradiksi, sehingga lebih baik tidak menyatakan apa-apa tentang realitas.
Pandangan terakhir yang dikemukan adalah agnostisisme yang merupakan
pemahaman yang menolak realitas mutlak yang bersiIat transendental.
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau
kenyataan konkret secara kritis. Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni Naturalisme
(kenyataan yang bersiIat kealaman), Materialisme (kenyataan yang bersiIat benda mati),
Idealisme (Kenyataan yan bersiIat rohani), HylomorIisme (yang sungguh ada kecuali berupa
Tuhan dan Malaikat berupa bahan bentuk) Empirisisme logis (segenap pernyataan mengenai
'kenyataan yang tidak mengandung makna) . itulah istilah-istilah penting yang terkait
dengan ontologi.
Ontologi tentang yang ada , yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta
universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam
rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua
bentuknya.


B. Objek Formal Ontologi dan Metode dalam Ontologi
Objek Iormal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Untuk pendekatan
kuantitatiI, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, bahan telaahnya akan menjadi
kualitatiI, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme,
atau hylomorphisme. Sedangkan menurut Al-Farabi dan Ibnu Sina objek pemikiran menjadi
objek sesuatu yang mungkin ada karena yang lain, dan ada karena dirinya sendiri. ReIerensi
tentang kesemuanya itu cukup banyak. Dalam taIsiran-taIsiran para ahli selanjutnya di
pahami sebagai upaya mencari alternatiI bukan dualisme, tetapi menampilkan aspek
materialisme dari mental.
Adapun metode dalam ontologi menurut Lorens Bagus memperkenalkan tiga
tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu : abstraksi Iisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi
metaphisik. Abstraksi Iisik menampilkan keseluruhan siIat khas sesuatu objek; sedangkan
abstraksi bentuk mendeskripsikan siIat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis.
Abstraksi metaphisik mengetangahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua
realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik.
Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua,
yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori.
Pembuktian a priori disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari
predikat dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan.
Sedangkan pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah
realitas kesimpulan dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam
kesimpulan hanya saja cara pembuktian a posterioris disusun dengan tata silogistik sebagai
berikut: Bandingkan tata silogistik pembuktian a priori dengan a posteriori. Yang apriori di
berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan predikat dan term tengah menjadi
sebab dari kebenaran kesimpulan; sedangkan yang a posteriori di berangkatkan dari term
tengah di hubungkan dengan subjek, term tengah menjadi akibat dari realitas dalam
kesimpulan.

C. Ilmu Pengetahuan Ditinjau dari Ontologi
Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan keIilsaIatan yang
paling kuno. Dimana awal mula alam pikiran orang Yunani telah menunjukkan perenungan
dibidang ontologi seperti yang kita kenal 'Thales atas perenungan terhadap air yang
merupakan subtansi terhadap asal mula dari segala sesuatu.
Asalnya air dapat di amati dari beberapa bentuknya. Air dapat menjadi benda halus
berbentuk uap, ia juga dapat menjadi cair bahkan dapat menjadi benda keras berupa es,
Secara totalitas air dapat dijadikan sumber kehidupan seluruh makhluk hidup, hewan,
tumbuh-tumbuhan maupun manusia. Para IilosoI selalu mencari apa yang pertama yang ada
dibelakang dari yang ada dan bersiIat hakiki atau dasar yang dibelakang dari segala yang
ada.
Berpijak dari alasan Thales, ontologi merupakan cabang IilsaIat yang
mendeskripsikan hakekat wujud. Di mana ilmu pengetahuan dari segi ontologi selalu
mengkaji yang telah diketahui atau yang ingin diketahui. Dari Ienomena yang terjadi
disekitarnya manusia melakukan berbagai aktiIitas untuk mengetahui apa sebenarnya di
balik apa yang diraba oleh pancaindranya, sebab ilmu hanya mengkaji ada bagian yang
bersiIat empiris yang dapat diuji oleh pancaindra manusia.
Ontologi merupakan kawasan ilmu yang tidak bersiIat otonom, ontologi merupakan sarana
ilmiah yang menemukan jalan untuk menangani masalah secara ilmiah. Oleh karena itu
ontologis dari ilmu pengetahuan adalah tentang obyek materi dari ilmu pengetahuan itu
adalah hal-hal atau benda-benda yang empiris.
Adapun dalam pemahaman ontologi dapat dikemukakan dengan Pandangan
Pokok Pikiran sebagai berikut:
1. Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat asal dari seluruh kenyataan itu adalah satu saja,
tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber asal, baik yang asal berupa
materi atupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri
sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok dan dominan menentukan
perkembangan yang lainnya. Istilah monoisme oleh Thomas Davidson disebut dengan
Block Universe. Paham ini kemudian terbagi kedalam dua aliran.
a. Materialisme, aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan
rohani, aliran ini sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya zat mati
merupakan kenyataan dan satu-satunya Iakta.
b. Idealisme, Sebagai lawan materialisme adalah aliran idealisme yang dinamakan dengan
spritualisme. Idialisme berarti serba cita, sedang spritualisme berarti ruh.

2. Dualisme
Setelah kita memahami bahwa hakikat itu satu (monoisme) baik materi ataupun rohani,
ada juga pandangan yang mengatakan bahwa hakikat itu ada dua. Aliran ini disebut
dualisme. Aliran ini berpendapat bahwa terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal
sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani. Pendapat ini mula-mula dipakai oleh
Thomas Hyde (1770).

3. Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan.
Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui semua macam bentuk itu adalah semua
nyata. pluralisme dalm Dictionory oI Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham
yang menyatakan bahwa kenyataan ala mini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau
dua identitas. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxa goros dan
Empedocles yang menyatakan bahwa subtansi yang ada itu berbentuk dan terdiri dari 4
unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara.

4. Nihilisme
Berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah doktrin yang tidak
mengakui validitas alternatiI yang positiI. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan
Tuegeniev dalam novelnya Fathers and Childern yang ditulisnya pada tahun 1862 di Rusia.
Dalam novelnya itu Bazarov sebagai tokoh sentral mengatakan lemahnya kutukan ketika ia
menerima ide nihilisme. Tokoh aliran ini adalah Friedrich Nietzsche (1844. 1900 M)
dilahirkan di Rocken di Prusia, dari kelurga pendeta dalam pandangannya bahwa ' Allah
sudah mati Allah kristiani dengan segalah perintah dan larangannya sudah tidak merupakan
rintangan lagi.

5. Agnositisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. baik
hakikat materi maupun hakikat rohani. Kata Agnostisisme berasal dari bahsa Grik Agnostos
yang berarti unknown. artinya tidak diketahui. Timbulnya aliran ini karena belum dapatnya
orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang
berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini menyangkal adanya kenyataan mutlak yang
bersiIat transendent. Aliran ini dapat kita temui dalam IilsaIat eksistensi dengan tokoh-
tokohnya seperti, Soren Kierkegaan, Hiedegger, Setre dan Jaspers. yang dikenal sebagai
julukan bapak IilsaIat.










BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat di tarik kesimpulan :
1. Ontologis : Cabang ini menguak tentang objek apa yang di telaah ilmu. Bagaimana
wujud yang hakiki dari objek tersebut. bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya
tangkap manusia (sepert berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
2. Objek Iormal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatiI,
realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, bidang telaahnya akan menjadi kualitatiI,
realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau
hylomorphisme.
3. Metode dalam Ontologi Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam
ontologi, yaitu :abstraksi Iisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik.
4. Ilmu Pengetahuan Ditinjau dari Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan
penyelidikan keIilsaIatan yang paling kuno. dimana awal mula alam pikran orang Yunani
telah menunjukkan perenungan dibidang ontologi seperti yang kita kenal 'Thales atas
perenungan terhadap air yang merupakan subtansi terhadap asal mula dari segala sesuatu.
5. Yang sebenarnya mempunyai wujud ialah idea-idea itu bukanlah benda yang dapat
ditangkap dengan pancaindra ini. Benda-benda nyata adalah khayal atau illusi belaka,
benda-benda berwujud karena idea-idea. Idea-idea adalah tujuan dan sebab dari wujud
benda.

Demikian pembahasan ini semoga dapat memberikan gambaran secara global
tantang 'Ontologi dalam FilsaIat Ilmu dan kami hanya bisa berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manIaat. Serta mohon maaI apabila terdapat kesalahan dalam makalah
ini.





DAFTAR PUSTAKA

O Bagus Loren, Kamus Filsafat (Cet. III), Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2002.
O Bakhtiar Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja GraIindo, 2006
O Issawi Charles, Filsafat Islam tentang Sefarah Cet. II; Jakarta: Tintamas, 1976
O Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 1996.
O Muhadjir Noeng, Filsafat Ilmu, Penerbit Rake Sarasin, Yogjakarta, 2001.
O Sri Suprapto, andasan Penelaah Ilmia dalam Tim Penyusun Fakultas Filsafat
UGM, filsafat Ilmu Sebagai dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan Cet. I;
Yogyakarta,: Intan Priwara, 1997.
O Syam, Mohammad Noor, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan
Pancasila Cet. IJ; Surabaya: Usaha Nasional, 1988.
O Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar Cet. I; Jakarta; PT. Bumi Aksara, 2005.

Anda mungkin juga menyukai