JURUSAN FISIKA
PENDAHULUAN
Mineral ataupun batuan merupakan suatu zat(fasa) padat dari unsur kimia ataupun persenyawaan kimia yang dibentuk oleh proses-proses anorganik dan mempunyai susunan kimiawi tertentu dengan suatu penempatan atom-atom yang beraturan atau dikenal sebagai struktur kristal. Karena mempunyai susunan kimiawi tertentu dan susunan atom-atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral dan batuan mempunyai sifat-sifat fisik maupun kimia tersendiri. Salah satu sifat-sifat fisik mineral antara lain seperti sistem kristal, bentuk, belahan, kekerasan, berat jenis, porositas, kilap dan warna.Dengan mengetahui nilai densitas dan porositas suatu mineral ataupun batuan maka akan bisa dianalisa penggunaan yang tepat dari mineral atau batuan tersebut.
DENSITAS Salah satu sifat penting dari suatu zat adalah kerapatan alias massa jenisnya atau disebut densitas (density) dimana perbandingan massa terhadap volume zat.
Secara matematis ditulis : =mV .............................(1) = Massa jenis zat (kg/m3) m = Massa zat (kg) V = Volume zat (m3) Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air). Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg/m3). Densitas atau massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin besar densitas suatu
benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah.
Untuk bahan yang tidak beraturan dapat dicari volume dengan berbagai metode, seperti mencelupkan bahan (bahan padat) kedalam air untuk mendapatkan volume (prinsip archimedes), atau menggunakan metode gravimetri menggunakan piknometer untuk sampel serbuk atau sampel ringan yang tidak memungkinkan untuk digunakan metode archimedes.[1]
PIKNOMETER
Piknometer merupakan alat bantu dalam mencari nilai densitas bahan berbentuk serbuk. Peralatan laboratorium ini berbentuk tabung dengan leher mengecil yang bertujuan mengurangi error pada pengukuran.Perumusan yang dipakai untuk mencari densitas dengan memakai piknometer ialah sebagai berikut. batuan = M3-M1M2-M1+ M4M3aquades(2) dimana M1 : Massa piknometer kosong tutup M2 : Massa piknometer kosong tutup+penuh air M3 : Massa piknometer kosong tutup+bahan M4 : Massa piknometer kosong tutup+bahan+penuh air beserta beserta beserta beserta
Untuk air dapat digantikan dengan alkohol sebagai pelarutnya. Alasan digunakan alkohol adalah karena alkohol cepat kering tidak perlu menunggu kering (alkohol = 0,8 gr/cm3).[2] HUKUM ARCHIMEDES
Namun sebenarnya neraca pegas ini adalah alat ukur gaya. Neraca pegas menggunakan prinsip kesetimbangan gaya elastis pegas yang dinyatakan oleh persamaan: (2) Dimana k menyatakan konstanta pegas dan x menyatakan pertambahan panjang pegas. Neraca pegas pada umumnya menggunakan satuan Newton,namun ada juga yang menggunakan dua satuan sekaligus yaitu Newton dan Kg, sehingga alat ini dapat juga digunakan untuk
Hukum Archimedes menyatakan bahwa ketika sebuah benda seluruhnya atau sebagian dimasukkan ke dalam air, air akan memberikan gaya ke atas pada benda setara dengan berat cairan yang di pindahkan. Hal ini disebabkan karena adanya gaya apung.
Pada gambar diatas Fapung merupakan gaya total yang diberikan fluida pada batu yaitu Fapung = F2-F1 (3)
Dimana, F1 = gaya yang diberikan fluida pada bagian atas batu, F2 merupakan gaya yang diberikan fluida pada bagian bawah batu, Fapung = gaya apung. Sehingga Arah gaya apung ke atas, karena gaya yang diberikan fluida pada bagian bawah batu (F2) lebih besar daripada gaya yang diberikan fluida pada bagian atas batu (F1). [3] Hal ini dikarenakan tekanan fluida pada bagian bawah lebih besar daripada tekanan fluida pada bagian atas batu. Gaya apung proporsional dengan volume batuan sehingga massa jenis batuan akan proporsional terhadap faktor dari gaya beratnya terhadap gaya apung yang dialaminya. Secara matematis: =mgFA (4) Kemudian nilai densitas pada bahan padat dapat menggunakan perhitungan sebagai berikut dengan analisa total nilai gaya apung batuan ialah sebagia berikut: Fa = Wk Wb (5)
mendapat massa dengan ketelitian 0,0001 gr lalu dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.Kemudian Sampel ditimbang kembali menggunakan neraca Newtonian untuk mengetahui berat keringnya. Setelah itu sampel ditimbang dengan menggunakan neraca Newtonian kembali sambil dicelupkan ke dalam air untuk mengetahui berat basahnya. Percobaan diulangi untuk sampel yang lainnya. b. Menentukan densitas bahan serbuk Pada percobaan ini menggunakan bahan serbuk pasir besi. Mula mula sampel ditimbang dengan neraca digital, dan didapatkan massa sebesar 2 gram. Kemudian, densitas bahan diukur dengan menggunakan piknometer.
Jenis Batu Genteng 1 Genteng 2 Bata Merah Bata Putih Batu kali Batu Apung
Dimana Fa ialah gaya apung cairan(N), Wk ialah berat kering bahan (N), dan Wb ialah berat basah bahan (N). = (air . Mk. g) / Fa (6) dimana = densitas bahan (kg/m3), Mk ialah massa kering (kg), g adalah besar gravitasi 9,8 m/s2.
Contoh perhitungan : Diketahui : Mk = 18,1450 gr Wk = 0,18 N Wb = 0,101 N air= 1000 kg/m3 Ditanya : densitas ? Jawab :
=mkx g x air Wk-Wb = 0,01814 x 10 x 10000.18-0.101
METODOLOGI PERCOBAAN
a. Densitas bahan padatan Pada percobaan ini menggunakan beberapa sampel bahan yaitu batu bata merah, batu bata putih, batu kali,batu apung dan dua macam genteng. Sampel-sampel tersebut kemudian ditimbang dengan menggunakan neraca digital untuk
= 2296,8 kg/m3 Tabel 2. Data perhitungan densitas Jenis Batu Genteng 1 Genteng 2 Bata Merah Bata Putih Batu kali Batu apung Densitas kg/m3 2296,8 2653,061 2205,88 1041,66 1182,72 1594,20
m1 m2 m3 m4
Kemudian untuk densitas batuan dapat yakni densitas serbukan, dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Data Percobaan Densitas Serbukan Ket. massa (gr)
= 2.714165 gr/cm3
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa allumunium alloy memiliki nilai densitas yang paling besar. Hal ini bisa diprediksi sebelumnya karena metal alloy merupakan metal yang sudah dimix sedemikian rupa sehingga menghasilkan metal dengan sifat fisis baru (densitas, modulus young, reactvitas dan sebagainya) yang lebih bagus daripada metal biasa. Batu bata merah menjadi sampel dengan nilai densitas yang paling kecil, namun tetap lebih besar daripada densitas air. Dugaan awal adalah sampel bata putih yang diharapkan memiliki nilai densitas yang paling kecil karena banyaknya poros di permukaannya. Dimungkinkan poros yang banyak tadi tidak saling berhubungan satu sama lain
untuk membentuk rongga / saluran pada bagian dalam sampel sehingga kerapatan matrixnya lebih besar daripada fillernya. Sedangkan untuk batu bata merah adalah kebalikannya. Dimungkinkan struktur poripori batu bata merah saling berhubungan satu sama lain dan membentuk saluran rongga-rongga sehingga kerapatan matrixnya sama atau bahkan lebih kecil daripada fillernya. Hal ini tentunya mempengaruhi besar densitas terhitung ketika dilakukan pengukuran densitas dengan jenis metode seperti metode archimedes ini, khususnya untuk sampel yang poros. Lain halnya dengan sampel bongkah yang hampir tidak memiliki pori seperti tembaga dan allumunium alloy. Pada kedua sampel ini diasumsikan pengukuran densitasnya tidak bergantung atau dipengaruhi oleh densitas filler karenastrukturnya yang sangat solid. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa, semakin poros suatu materi, maka densitasnya akan semakin kecil. Untuk sampel serbuk, didapatkan nilai densitasnya rata-rata lebih besar daripada mayoritas sampel bongkahan.Hal ini memverifikasi bahwa porositas berbanding
terbalik dengan densitas. Serbuk-serbuk bisa diasumsikan tidak berpori sama sekali sehingga tidak ada pengaruh filler. Dengan diketahuinya nilai densitas sampel serbuk, maka akan bisa dianalisa kualitas densitas materi penyusun sampel serbuk. Dengan ini natinya diharapkan bisa dijadikan sarana optimasi bahan ataupun materi untuk berbagai kebutuhan sehingga bisa menghemat biaya serta meningkatkan keefektifitasan bahan.
dijadikan sebuah acuan dalam studi pemanfatan mineral atau batuan. 3. Uji densitas bisa dijadikan sebagai sarana optimasi penggunaan bahan dan material untuk menghemat biaya serta meningkatkan efektifitas ataupun daya guna dari bahan / material.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
KESIMPULAN
Dari hal-hal yang telah diperoleh selama percobaan ini maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Densitas dan tingkat poros suatu material mempunyai hubungan berbanding terbalik. 2. Nilai densitas bisa dijadikan acuan tentang keadaan molekular dari suatu material seperti informasi jarak ikatan antar molekul penyusun material. Hal ini bisa