Anda di halaman 1dari 11

PROSTAT

De Broski Proost (UNS2011)

Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior. Bila mengalami pembesaran organ ini menekan uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urin keluar dari buli-buli. Prostat merupakan kelenjar aksesori terbesar pada pria; tebalnya 2 cm dan panjangnya 3 cm dengan lebarnya 4 cm, dan berat 20 gram. Prostat mengelilingi uretra pars prostatika dan ditembus di bagian posterior oleh dua buah duktus ejakulatorius. Kelenjar prostat terbagi atas 5 lobus : Lobus medius, Lobus lateralis (2 lobus), Lobus anterior, Lobus posterior. Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior dan lobus posterior akan menjadi satu disebut lobus medius. Pada penampang lobus medius kadang-kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan lobus ini tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat.

Menurut konsep terbaru kelenjar prostat merupakan suatu organ campuran terdiri atas berbagai unsur glandular dan non glandular. Telah ditemukan lima daerah/ zona tertentu yang berbeda secara histologi maupun biologi, yaitu: 1) Zona Perifer Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar prostat. Zona ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal karsinoma terbanyak. 2) Zona Sentralis. Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulatorius, sesuai dengan lobus tengah meliputi 25% massa glandular prostat. Zona ini resisten terhadap inflamasi. 3) Zona Transisional. Zona ini bersama-sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai kelenjar preprostatik. Merupakan

bagian terkecil dari prostat, yaitu kurang lebih 5% tetapi dapat melebar bersama jaringan stroma fibromuskular anterior menjadi benign prostatic hyperpiasia (BPH). 4) Zona Anterior atau Ventral Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma fibromuskular. Zona ini meliputi sepertiga kelenjar prostat. 5) Kelenjar-Kelenjar Periuretra Bagian ini terdiri dan duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar abortif tersebar sepanjang segmen uretra proksimal. Indikasi Operasi Pada Pembesaran Prostat Indikasi operasi pada pembesaran prostat yaitu : 1. Retensi urine karena obstruksi prostat 2. Infeksi saluran kemih yang terjadi berulang karena adanya obstruksi prostat 3. Adanya hematuri secara makroskopik 4. Adanya batu pada kandung kemih karena obstruksi prostat 5. Terjadinya gagal ginjal karena obstruksi prostat 6. Adanya divertikulum kandung kemih yang cukup besar karena adanya obstruksi prostat.

Prevalensi Terjadinya Ruptur Uretra Dan Buli Buli Pada Fraktur Pelvis Ruptur kandung kemih terbanyak karena kecelakaan lalu lintas yang disebabkan fragmen patah tulang pelvis (90%) yang mencederai buli-buli. Trauma tumpul menyebabkan rupture buli-buli terutama bila vesica urinaria penuh atau terdapat kelainan patologik seperti tuberculosis, tumor, atau obstruksi sehingga trauma kecil sudah menyebabkan rupture. Ruptur buli-buli dapat juga terjadi secara spontan, hal ini biasanya terjadi jika sebelumnya terdapat kelainan pada dinding vesica urinaria. Fraktur tulang pelvis terjadi robekan pars membranasea karena prostat dengan uretra prostatika tertarik ke kranial bersama fragmen fraktur, sedangkan uretra membranasea terikat diafragma urogenital Ruptur urethra merupakan suatu kegawat daruratan bedah, dimana sering terjadi dengan fraktur pelvis. Sekitar 70% dari kasus fraktur pelvis terjadi akibat kecelakaan kendaraan bermotor. 25% kasus didapatkan akibat jatuh dari ketinggian , dan ternyata trauma tumpul didapatkan lebih dari 90% kasus cedera urethra. Secara keseluruhan pada terjadinya fraktur pelvis, ikut pula terjadi cedera urethra bagian posterior ( 3,5%-19% ) pada pria dan (0%-6%) pada urethra perempuan. Dilaporkan cedera pada urethra posterior sekitar 16% pada fraktur pubis unilateral dan meningkat menjadi 41% pada fraktur pubis bilateral. Cedera urethra prostatomembranaceus bervariasi mulai dari jenis simple ( 25%), ruptur parsial ( 25%) dan ruptur komplit ( 50%)

Trauma Uretra PENGERTIAN Trauma uretra adalah trauma pada uretra yang terjadi langsung akibat trauma dan kebanyakan disertai fraktur tulang panggul, khususnya os pubis (simpiolisis). trauma uretra dibagi dua macam :
1. Trauma uretra posterior : paling sering pada membranacea. 2. Trauma uretra anterior : paling sering pada bulbosa disebut Straddle Injury, dimana

robekan uretra terjadi antara ramus inferior os pubis dan benda yang menyebabkannya.

1. TRAUMA URETRA POSTERIOR A. Etiologi trauma uretra posterior a.

Urethra pars membranacea adalah bagian uretra yang melewati

diafragma urogenitalis (diafragma U.G) dan merupakan bagian yang paling mudah terkena trauma, bila terjadi fraktur pelvis b. Diafragma U.G yang mengandung otot otot yang berfungsi sebagai sphincter urethra melekat / menempel pada daerah os pubis bagian bawah

c.

Bila terjadi trauma tumpul yang menyebabkan fraktur daerah tersebut,

maka urethra pars membranacea akan terputus pada daerah apex prostat dan pada daerah prostat membranaeous junction
B. Patofisiologi trauma uretra posterior a.

Trauma uretra posterior biasanya disebabkan oleh karena trauma Uretra biasanya terkena pada bagian proksimal dari diafragma U.G dan

tumpul dan fraktur pelvis


b.

terjadi perubahan posisi prostat ke arah superior (prostat terapung=floating prostat) dengan terbentuknya hematoma periprostat dan perivesical

C. Manifestasi klinis trauma uretra posterior

a.
b.

Pasien mengeluh tidak bisa kencing dan sakit pada perut bagian bawah Darah menetes dari uretra adalah gejala yang paling penting dari ruptur

uretra. Gejala ini merupakan indikasi untuk dilakukan urethrogram retrogade. Kateterisasi merupakan kontraindikasi karena dapat menyebabkan infeksi periprostatika dan perivesika hematoma serta dapat menyebabkan laserasi yang partial menjadi total c.
d.

Tanda tanda fraktur pelvis dan nyeri suprapubik dapat dijumpai pada Pada pemeriksaan colok dubur, bisa didapatkan prostat mengapung

pemeriksaan fisik (floating prostat) pada ruptura total dari uretra pars membranacea oleh karena terputusnya ligamen puboprostatika
D. Pemeriksaan penunjang trauma uretra posterior

a. b.

Pemeriksaan radiologis Retrograd urethrogram: menunjukkan ekstravasasi


E. Penatalaksanaan trauma uretra posterior a.

Kateterisasi urethra merupakan kontraindikasi pada pasien ruptur

uretra

b.

Setelah kegawatan dapat diatasi, maka dipasang sistosomi suprapubik

dengan membuka buli buli dan melakukan inspeksi buli buli secara baik untuk meyakinkan ada / tidaknya laserasi buli buli
c.

Dalam minggu pertama setelah dipasang sistosomi suprapubik,

pemasangan kateter urethra dapat dicoba dengan bantuan endoskopi dengan anestesi. Bila tindakan ini berhasil, kateter dipertahankan kurang lebih 4 minggu (kateter silikon)
F. Komplikasi trauma uretra posterior

a. b.

Striktura urethra, impotensi dan inkontinensia Komplikasi akan tinggi bila dilakukan repair segera, dan akan menurun

bila hanya melakukan sistostomi suprapubik terlebih dahulu dan kemudian repair dilakukan belakangan

2. TRAUMA URETRA ANTERIOR A. Etiologi trauma uretra anterior

Straddle injury dan iatrogenik, seperti instrumentasi atau tindakan endoskopik


B. Patofisiologi trauma uretra anterior

a. Kontusio b. Laserasi Straddle injury yang berat dapat menyebabkan robeknya uretra dan terjadi ekstravasasi urine yang bisa meluas ke skrotum, sepanjang penis dan ke dinding abdomen yang bila tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan infeksi dan sepsis
C. Manifestasi klinis trauma uretra anterior a. Riwayat jatuh dari tempat yang tinggi dan terkena darah perineum atau

Tidak terdapat robekan, hanya terjadi memar Hematoma perineal biasanya menghilang tanpa komplikasi

riwayat instrumentasi disertai adanya darah menetes dari uretra yang merupakan gejala penting b. Nyeri daerah perineumdan kadang kadang ada hematoma prostat

c. Retensio urine bisa terjadi dan dapat diatasi dengan sistosomi suprapubik untuk sementara, sambil menunggu diagnosa pasti. Pemasangan kateter urethra merupakan kontraindikasi
D. Pemeriksaan penunjang uretra anterior

Urethrogram retrograd akan menunjukkan gambaran ekstravasasi, bila terdapat laserasi uretra, sedangkan pada kontusio uretra tidak tampak adanya ekstravasasi. Bila tidak tampak adanya ekstravasasi, maka kateter uretra boleh dipasang.
E. Penatalaksanaan trauma uretra anterior

Eksplorasi segera pada daerah ruptura dan dilakukan repair uretra F. Komplikasi trauma urethra anterior Perdarahan, infeksi/sepsis dan striktura uretra

TRAUMA VESIKA URINARIA A. ETIOLOGI


Trauma tumpul pada panggul yang mengenai buli-buli. Trauma tembus. Akibat manipulasi yang salah sewaktu melakukan operasi Trans uretral Resection ( TUR ) Akibat luka tusuk misalnya ujung pisau, peluru. Didapati perforasi buli-buli, urin keluar melalui dinding buli-buli terus kekulit.

Fraktur tulang punggung yang menyebabkan kontusio dan ruptur buli-buli. Ruptur buli-buli dibedakan 2 macam, yaitu :

Intra peritoneal : peritoneum yang menutupi bagian atas / belakang dinding buli-buli robek sehingga urin langsung masuk ke dalam rongga peritoneum.

Ekstra peritoneal : peritoneum utuh, dan urin yang keluar dari ruptura tetap berada diluar. Akibat manipulasi salah sewaktu melakukan trans ureterol resection,

misalnya sewaktu reseksi tumor buli, operasi prostat, dll. B. PATOFISIOLOGI Bila buli-buli yang penuh dengan urine mengalami trauma, maka akan terjadi peningkatan tekanan intravesikel dapat menyebabkan contosio buli-buli / bulibuli pecah. Keadaan ini dapat menyebabkan ruptura intraperitoneal. C. TANDA DAN GEJALA

Nyeri supra pubik baik verbal maupun saat palpasi. Hematuria. Ketidakmampuan untuk buang air kecil. Regiditas otot. Ekstravasase urine. Suhu tubuh meningkat. Syok. Tanda-tanda peritonitis.

D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM / DIAGNOSTIK


Hematokrit menurun. Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine, vesika urinaria dapat pinddah atau tertekan.

E. PENATALAKSANAAN

Atasi syok dan perdarahan. Istirahat baring sampai hematuri hilang. Bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur vesica urinaria intra peritoneal dilakukan operasi sectio alta yang dilanjutkan dengan laparatomi.

F. KOMPLIKASI

Urosepsis. Klien lemah akibat anemia.

DAFTAR PUSTAKA Blandy Jp: Injuries of the urethra in the male, Injury 1975; 7:77 Guyton and Hall. 2007. Buku ajar Fisiologi kedokteran Edisi II. Jakarta : EGC HARDJOWIJOTO S. 1994. Gawat Darurat Urologi. Algoritma Penanganannya. dan prevalensi 1993 di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, JURI; 4:7 Ikatan Ahli Urologi Indonesia. 2000. Konsesus sementara benign prostat hiperplasia di Indonesia Purnomo B.B. 2000. Dasar Dasar Urologi. Jakarta: CV. Infomedika Purwadijanto, Agus. Kedaruratan Medik edisi ketiga. P.T Bina Rupa Aksara, Jakarta R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong.2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II.Jakarta : EGC

Robbins dkk. 2007. Buku ajar patologi edisi 7. Jakarta : EGC Sunaryo Hardjowijoto. penanganan ruptura uretra di Rsud Dr. Soetomo Surabaya. http://www.scribd.com/doc/53338603/www-urologi-or-idpdfJURI953-pdf

Anda mungkin juga menyukai