Anda di halaman 1dari 7

Transmisi Vertikal Penyebaran Virus HIV/AIDS Pada Anak

Ironi Penyebaran Vertikal Virus HIV/AIDS Pada Anak Indonesia

Ringkasan : Alif Yanur,2011.Transmisi HIV/AIDS dari ibu ke anak tidak bisa dipungkiri kecuali adanya kesadaran akan ibu, perlu adanya perhatian dari lembaga maupun organisasi yang bisa memberikan pengertian dan perhatian kepada anak penderita HIV/AIDS agar menerima akan keadaan yang dialaminya dan tidak terkucilkan sehingga berpotensi menyebarkan virus ini lebih luas tanggung jawab ini memerlukan ahli obstetri untuk menyediakan yang diperlukan penderita untuk mengurangi kejadian tansmisi HIV dari ibu ke anak. Para ahli obstetri harus bekerja secara ahli dalam menghadapi HIV untuk memastikan pencapaian tujuan tersebut. Pada akhir 2015 diperkirakan akan terjadi penularan HIV secara kumulatif pada lebih dari 38.500 anak yang dilahirkan dari ibu HIV positif. Kurangnya perhatian lembaga dan organisasi yang peduli akan penderita HIV pada anak menyebabkan terus berkembangnya virus ini. penyediaan akses universal layanan pengobatan, perawatan, dukungan dan pencegahan sampai 2010. Tragedi sub-Sahara, negeri dengan tingkat HIV/AIDS tertinggi dan masa depan yang buruk, harus memberi pengalaman pahit sehingga kita berharap tidak akan terjadi di Indonesia.

Kata kunci : HIV, ibu, anak, vertikal, transmisi, AIDS .

HIV

(Human

immunodeficiency

virus

dan

AIDS

(Acquired

Immunodeficiency Syndrome) adalah masalah yang tiada habisnya dari tahun ketahun, adanya peningkatan, Di indonesia sendiri merupakan negara yang di setiap daerahnya terdapat penderita HIV. hampir semua provinsi dan kabupaten di Indonesia melaporkan adanya kasus AIDS di daerahnya masing-masing. Peningkatan prevalensi pada penjaja seks terjadi di kota-kota besar dan kecil bahkan di pedesaan, terutama di Papua dan Irian Jawa Barat. Di kedua provinsi ini, epidemi sudah menyerang populasi umum dengan ditemukannya kasus pada ibu rumah tangga baik di kota atau desa. Pada akhir September 2007 jumlah kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 10.384 dan kasus HIV sebanyak 5.904. Secara berurutan jumlah penderita paling banyak adalah di Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Papua, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Riau, dan Kepulauan Riau. Rate kumulatif kasus AIDS sampai dengan September adalah adalah 8,15 per 100.000 penduduk. Itu bila dihitung berdasarkan data BPS 2006 yang menyatakan jumlah penduduk Indonesia 227.132.350 jiwa. Penderita tertinggi terjadi pada kelompok usia 20-29 tahun (49,57 persen), disusul kelompok umur 30-39 tahun (29,84 persen) dan kelompok umur 40-49 tahun (8,71 persen). Menurut Tjandra dalam detiknews. HIV/AIDS sekarang merupakan kasus tertinggi ke empat pada wanita usia 25-44 tahun dan penyebab utama kematian pada wanita kulit hitam pada kelompok umur ini1. Pada wanita usia ini merupakan usia subur dan akan mengalami kehamilan yang membutuhkan progam khusus dan perhatian dalam transmisi perinatal. Transmisi vertikal HIV dari ibu ke anak dapat timbul dari intra
uterin, selama persalinan atau postpartum. Sehingga dapat meningkatkan angka kematian bayi karena sebagian besar penyebaran HIV/ AIDS melalui transmisi

vertikal, apabila lahir dengan selamat kemungkinan bayi tidak terinfeksi kecil dan
biasanya terkena pada usia dibawah 5 tahun. Transmisi vertikal timbul mendekati 25-

Ahdieh L. Pregnancy and infection with Human Immunodficiency Virus. Clinicl Obstetrics and Gynecology 2001;44:154-166

30%2 dari bayi yang lahir dari ibu yang tidak mendapat pengobatan anti virus

selama kehamilan, sedangkan waktu terjadinya infeksi vertikal dari HIV belum dapat ditentukan dengan baik. Penelitian di beberapa tempat di Riau pada tahun 1998-1999 menunjukkan 0,35% ibu hamil terinfeksi HIV. Penelitian yang sama di Papua menunjukkan hasil 0,25%. Konseling dan testing sukarela pada ibu hamil yang berisiko tertular HIV di Jakarta Utara menunjukkan 1,5% ibu hamil terinfeksi HIV pada tahun 2000 dan 2,7% pada tahun 2001. Laporan pasif antara 1996-2000 menunjukkan ada 26 ibu hamil yang positif HIV di Jakarta, Papua, Jawa Barat, Jawa Timur dan Riau. Dilaporkan juga ada 13 bayi yang terlahir dengan infeksi HIV. Diperkirakan tiap tahun ada sekitar 9.000 ibu hamil positif HIV yang melahirkan di Indonesia. Jika tidak ada intervensi, setiap tahun bisa lahir 3.000 bayi positif HIV di Indonesia. Jumlah bayi lahir dari ibu HIV positif tiap tahun terus meningkat. Dari satu kasus pada 1999 menjadi 17 kasus pada 2003, 44 kasus pada 2004 dan 74 kasus pada 2005. Jumlah keseluruhan kasus bayi dilahirkan dari ibu HIV positif periode 1999-2005 adalah 143 kasus, sebanyak 81 bayi positif HIV. Pada tahun 2006 persentase kasus AIDS pada anak 5 tahun ke bawah mencapai 1%.8 Diperkirakan sebanyak 4.360 anak tertular dari ibu HIV positif dan separuhnya telah meninggal. Transmisi intrapartum virus mendukung kenyataan bahwa 50-70% anak terinfeksi memiliki tes virologi negatif pada saat lahir, menjadi positif pada saat usia 3 bulan. Ditunjukkan bahwa anak yang lahir pertama dari kembar dua berada pada risiko lebih tinggi mengalami infeksi dibanding yang lahir kedua, karena lebih lamanya paparan terhadap sekresi mukosa servikovaginal. Peningkatan risiko transmisi telah digambarkan selama persalinan yang memanjang, pecah ketuban yang lama, perdarahan plasenta dan adanya cairan amnion yang mengandung darah. Bagaimana tidak meningkatkan kematian ibu dan anak kalau banyaknya bayi yang meninggal akibat transmisi vertikal dan faktor lain yang tanpa adanya penyelesaian.
2 Fernandez AD, McNeeley DF. Management of the infant born to a mother infected with human immunodeficiency virus type 1(HIV-1): Current concepts. Am J of Perinatology 200;17:429-435

Kebanyakan episode dari infeksi kongenital HIV ini timbul selama periode intrapartum, dimungkinkan berhubungan dengan terpaparnya bayi terhadap darah ibu yang terinfeksi dan sekret serviks atau vagina, sebagaimana mikrotransfusi darah ibu-anak muncul selama kontraksi uterus. Bayi yang lahir tanpa infeksi juga bisa terkena HIV positif karena terpapar oleh ASI (air susu ibu) yang positif HIV. Sebenarnya sangat ironi akan tranmisi vertikal kareana bayi yang dilahirkan menanggung resiko dari orangtuanya kareana perbuatan mereka, juga merusak masa depan anak jika dapat tumbuh kembang dewasa kelak serta anak yang akan dilahirkan kemungkinan tertular 80% sehingga terjadi terus menerus generasi penderita HIV/AIDS. Prediksi terburuk virus ini adanya ancaman epidemi HIV, tampak dari terus meningkatnya infeksi HIV khususnya pada kelompok berisiko tinggi di sejumlah wilayah tanah air. Sejak 2002 Indonesia digolongkan dalam epidemi

terkonsentrasi dengan tingkat penularan HIV yang rendah pada populasi umum, tetapi tinggi pada populasi-populasi tertentu. Pada akhir 2015 diperkirakan akan terjadi penularan HIV secara kumulatif pada lebih dari 38.500 anak yang dilahirkan dari ibu HIV positif. Kurangnya perhatian lembaga dan organisasi yang peduli akan penderita HIV pada anak menyebabkan terus berkembangnya virus ini karena kurangnya pengetahuan dan belum bisa menerima keadaannya yang seringkali dikucilkan.

Pada masa lalu, banyak pasien yang tidak dapat bertahan hidup lebih dari 12 tahun setelah terdiagnosis AIDS. Namun, sejak ditemukan antiretroviral dan profilaksis terhadap patogen oportunistik, angka kematian menurun secara signifikan. Pengetahuan tentang HIV terus berkembang, pengukuran secara kuantitatif viral load dan tes resistensi makin meningkat. Barangkali perkembangan yang paling dramatis adalah terapi antiretroviral pada kehamilan yang telah berhasil mengurangi transmisi HIV dari ibu ke anak. Namun demikian, ternyata pandemi HIV/AIDS tengah mengancam penduduk dunia saat ini. Oleh karena itu, karakteristik berupa ancaman nyata dari HIV/AIDS, kondisi yang baik bagi penyebaran HIV/AIDS dan fenomena gunung es dari penyakit harus dicatat para petugas pada sektor kesehatan masyarakat atau swasta. Peraturan, pendidikan
4

kesehatan dan pelajaran agama harus ditekankan dalam setiap aspek kehidupan. Pendidikan sangat diperlukan mengingat perilaku berisiko seperti perilaku seks bebas dan penggunaan NAPZA sudah dimulai sejak usia remaja. Beberapa panduan ke arah kesehatan reproduksi remaja berkualitas adalah sayangi diri sendiri, tingkatkan pengetahuan mengenai fungsi reproduksi, hindarkan dari membuat keputusan-keputusan yang merugikan dan berikan keutamaan yang benar pada semua aspek kehidupan.

Ada berbagai cara untuk mencegahan transmisi vertical infeksi HIV yaitu dengan dilakukan antepartum, peripartum dan asuhan pediatric dari ibu terinfeksi dan bayi dengan menghindari paparan terhadap darah dan cairan tubuh.3 Upaya preventif secara agresif harus terus ditingkatkan khususnya di antara pengguna NAPZA suntik dan kelompok perilaku seksual berisiko. Akses yang mudah untuk perawatan dan terapi ODHA harus tersedia. Pengobatan anti retroviral harus bisa diupayakan dan sistem perawatan medis harus ditingkatkan. Hal ini seiring dengan tujuan kampanye AIDS dunia 2005-2010, yakni para pemimpin dan pembuat kebijakan harus dapat memenuhi janjinya untuk mengurai benang kusut seputar permasalahan penanggulangan HIV/AIDS, seperti penyediaan akses universal layanan pengobatan, perawatan, dukungan dan pencegahan sampai 2010. Tragedi sub-Sahara, negeri dengan tingkat HIV/AIDS tertinggi dan masa depan yang buruk, harus memberi pengalaman pahit sehingga kita berharap tidak akan terjadi di Indonesia.

Chambliss LR. Obstetric Intensive Care: Human Immunodeficiency Virus infection and pregnancy.WB Saunders Co, 1995:405-417

DAFTAR PUSTAKA Avroy A F, Richard JM. Neonatal-perinatal medicine disesases of the fetus th and infant. 6 ed. St.Louis Baltimore:Mosby,1996:779-782 Chambliss LR. Obstetric Intensive Care: Human Immunodeficiency Virus infection and pregnancy.WB Saunders Co, 1995:405-417 Fernandez AD, McNeeley DF. Management of the infant born to a mother infected with human immunodeficiency virus type 1(HIV-1): Current concepts. Am J of Perinatology 200;17:429-435 Komisi Penanggulangan AIDS. Statistik kasus s/d September 2007. Website: http://www.aidsindonesia.or.id Komisi Penanggulangan AIDS. Strategi nasional penanggulangan HIV/AIDS 2007-2010. Website: http://www.spiritia.or.id M ansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, Kapita selekta kedokteran. Jilid 2. Edisi ketiga. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2000. p.162-7 Mandelbrot L etal. Perinatal HIV-1 transmission. The Journal of the American Medical Association 1998;280:55-60 Nopriyanti, Nugroho SA. Gambaran klinis dan pengobatan infeksi HIV/AIDS. Berkala Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 2005; 17:254-67 Penularan HIV/AIDS masuki area keluarga. Gemari 2007; 79:37 Rukmini NKP, Kurniati N, Suyoko D. Pendekatan diagnosis dan tata laksana Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) pada anak:. Sari Pediatri 2007; 9:101-11 Suharto. Clinical-epidemiological data on HIV/AIDS patients admitted to atop referral hospital during 1997-2005. A database for action in the future, referring to another developing countries. Folia Medica Indonesiana 2005; 41:149-58 Terdapat 4,3 juta infeksi baru, intervensi harus jangkau kelompok berisiko. 2006. Website: http://www.depkes.go.id

Daftar Riwayat Hidup Judul Naskah Esai : Ironi Penyebaran Vertikal Virus HIV/AIDS pada Anak Indonesia

Nama Penulis/Peserta : Alif Yanur Abidin Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta,14 Agustus 1992 Nama Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya Nama Fakultas, Jurusan : F.Kedokteran / Ilmu Keperawatan Domisili : Jl.Sumbersari Gg IV No.225 G Alamat Email : leon_alif@yahoo.co.id Ponsel : 085735050292 kartu tanda mahasiswa (KTM) yang masih berlaku :

Anda mungkin juga menyukai