Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN Mata ajar Pokok bahasan Sub pokok bahasan Peserta didik Hari, Tanggal Tempat

I. : Keperawatan Medikal Bedah : Muskuloskeletal : Pemasangan Gips : Klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal : dislokasi sendi : Rabu, 1 Februari 2012 : Ruang 102, GPS- RSUP Fatmawati Jakarta Selatan

Waktu : 9.30 09.45 (15 menit)

TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah mengikuti penyuluhan pendidikan kesehatan , klien dapat mengetahui mengenai prosedur pemasangan gips dan perawatannya.

II.

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Setelah mengikuti penyuluhan pendidikan kesehatan, klien mampu menyebutkan sub pokok bahasan, meliputi:
1. Menguraikan definisi gips

2. Menyebutkan macam-macam gips 3. Menyebutkan tujuan pemasangan gips 4. Menjelaskan komplikasi pemasangan gips
5. Menjelaskan bagaimana perawatan Gips

III.

MATERI PENGAJARAN Gangguan sistem muskuloskeletal : dislokasi Hip secara garis besar bahasan: 1. Definisi gips 2. Macam-macam Gips 3. Tujuan Pemasangan gips 4. Komplikasi pemasangan gips 5. Perawatan Gips

II.

METODE PENGAJARAN 1. Ceramah 2. Tanya jawab

3. Demontrasi

III.

MEDIA 1. Lembar balik 2. Leaflet

IV.

BAGAN RENCANA KEGIATAN PENGAJARAN No Tahapan dan waktu 1. Kegiatan awal/ pembuka (2 menit).

Kegiatan pengajar Memberi salam. Validasi (tanyakan kabar klien) Menjelaskan tujuan dan materi yang akan diberikan.

Kegiatan keluarga Menjawab salam. Memperhatikan dan mendengarkan. Memperhatikan dan mendengarkan

Kegiatan inti (10 menit).

Menjelaskan definisi gips Menjelaskan jenis-jenis gips Menjelaskan tujuan pemasangan gips Menjelaskan komplikasi pemasangan gips

Memperhatikan dan mendengarkan. Memperhatikan dan mendengarkan Memperhatikan dan mendengarkan. Memperhatikan dan mendengarkan.

Menjelaskan perawatan gips

Memperhatikan dan mendengarkan

Memberikan kesempatan untuk bertanya.

Bertanya

Meminta klien untuk menyebutkan definisi

Menjawab

gips

Meminta klien macammacam gips Meminta klien menyebutkan tujuan pemasangan gips

Menjawab

menjawab

Meminta klien menyebutkan komplikasi gips menjawab menjawab

Meminta klien menjelaskan pemasangan gips

3. Penutup ( 3 menit)

merangkum

Memperhatikan & mendengarkan

Mengucapkan terima kasih atas perhatian yang diberikan mahasiswa.

Memperhatikan & mendengarkan

Mengucapkan salam penutup.

Menjawab salam.

KLIEN DENGAN GIPS


A. Definisi

Gips dalam bahasaa latin disebut kalkulus, dalam bahasa ingris disebut plaster of paris, dan dalam belanda disebut gips powder. Gips merupakan mineral yang terdapat di alam berupa batu putih tang mengandung unsur kalsium sulfat dan air. Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak sesuai dengan kontur tubuh tempat gips di pasang (Brunner & sunder, 2000). Gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk imobilisasi bagian tubuh dengan mengunakan bahan gips tipe plester atau fiberglass (Barbara Engram, 1999). Jadi gips adalah alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang terdapat di alam dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass. Indikasi pemasangaan gips adalah pasien dislokasi sendi , fraktur, penyakit tulang spondilitis TBC, pasca operasi, skliosis, spondilitis TBC, dll Gips merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan patah tulang. Gips memiliki sifat menyerap air dan bila itu terjadi akan timbul reaksi eksoterm dan gips akan menjadi keras. Sebelum menjadi keras, gips yang lembek dapat dibalutkan melingkari sepanjang ekstremitasdan dibentuk sesuai dengan bentuk ekstremitas. Gips yang dipasang melingkari ekstremitas disebut gipas sirkuler sedangkan jika gips dipasang pada salah satu sisi ekstremitas disebut gips bidai. B. Jenis-jenis Gips Kondisi yang ditangani dengan gips menentukan jenis dan ketebalangips yang dipasang. Jenis-jenis gips sebagai berikut:
1. Gips lengan pendek. Gips ini dipasang memanjang dari bawah siku sampai lipatan

telapak tanga, dan melingkar erat didasar ibu jari.


2. Gips lengan panjang. Gips ini dipasang memanjang. Dari setinggi lipat ketiak sampai

disebelah prosimal lipatan telapak tangan. Siku biasanya di imobilisasi dalam posisi tegak lurus.
3. Gips tungkai pendek. Gips ini dipasang memanjang dibawah lutut sampai dasar jari

kaki, kaki dalam sudut tegak lurus pada posisi netral

4. Gips tungkai panjang, gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah

paha sampai dasar jari kaki, lutut harus sedikit fleksi.


5. Gips berjalan. Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat dan dapat

diserta telapak untuk berjalan 6. Gips tubuh. Gips ini melingkar di batang tubuh
7. Gips spika.gipsini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstremitas (gips

spika tunggal atau ganda) 8. Gips spika bahu. Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan siku
9. Gips spika pinggul. Gips ini melingkari batang tubuh dan satu ekstremitas bawah (gips

spika tunggal atau ganda) C. Bahan-bahan gips meliputi:


1. Plester

Gips pembalut dapat mengikuti kontur tubuh secara halus . gulungan krinolin diimregasi dengan serbuk kalsium sulfat anhidrus ( Kristal gypsum ). Jika basah terjadi reaksi kristalisasi dan mengeluarkan panas. Kristalisasi menghasilkan pembalut yang kaku . kekuatan penuh baru tercapai setelah kering , memerlukan waktu 24-72 jam untuk mongering. Gips yang kering bewarna mengkilap , berdenting, tidak berbau,dan kaku, sedangkan gips yang basah berwarna abu-abu dan kusam, perkusinya pekak, teraba lembab, dan berbau lembab. 2. Nonplester. Secara umum berarti gips fiberglass, bahan poliuretan yang di aktifasi air ini mempunyai sifat yang sama dengan gips dan mempunyai kelebihan karna lebih ringan dan lebih kuat, tahan air dan tidak mudah pecah.di buat dari bahan rajuutan terbuka, tidak menyerap, diimpregnasi dengan bahan pengeras yang dapat mencapai kekuatan kaku penuhnya hanya dalam beberapa menit. 3. Nonplester berpori-pori, Sehingga masalah kulit dapat di hindari . gips ini tidak menjad lunak jika terkena air,sehingga memungkinkan hidro terapi. Jika basah dapat dikeringkan dengan pengering rambut.
D. Tujuan Pemasangan Gips

1. Imobilisasi kasus dislokasi sendi

2. Fiksasi fraktur yang telah di reduksi 3. Koreksi cacat tulang


4. Imobilisasi pada kasus penyakit tulang setelah dilakukan operasi

5. Mengoreksi deformitas 6. Pemasangan gips E. Persiapan alat alat untuk pemasangan gips:
1. Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips

2. Baskom berisi air biasa (untuk merendam gips) 3. Baskom berisi air hangat 4. Gunting perban
5. Bengkok

6. perlak dan alasnya


7. Waslap

8. pemotong gips 9. kasa dalam tempatnya 10. alat cukur 11. sabun dalam tempatnya
12. handuk

13. krim kulit 14. spons rubs ( terbuat dari bahan yang menyerap keringat) 15. padding (pembalut terbuat dari bahan kapas sintetis) F. Teknik pemasangan gips, yaitu: 1. siapkan pasien dan jelaskan pada prosedur yang akan dikerjakan 2. siapkan alat-alat yang akandigunakan untuk pemasangan gips
3. daerah yang akan di pasang gips dicukur, dibersihkan,dan di cuci dengan sabun,

kemudian dikeringkan dengan handuk dan di beri krim kulit 4. sokong ekstremitas atau bagian tubuh yang akan di gips.
5. Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang di tentukan

dokter selama prosedur


6. Pasang spongs rubs(bahan yang menyerap keringat) pada bagian tubuh yang akan

di pasang gips, pasang dengan cara yang halus dan tidak mengikat. Tambahkan bantalan di daerah tonjolan tulang dan pada jalur saraf.

7. Masukkan gips dalam baskom berisi air, rendam beberapa saat sampai gelembung

gelembung udara dari gips habis keluar. Selanjutnya, diperas untuk mengurangi air dalam gips.
8. Pasang gips secara merata pada bagian tubuh. Pembalutan gips secara melingkar

mulai dari distal ke proksimal tidak terlalu kendor atau ketat. Pada waktu membalut, lakukan Dengan gerakan bersinambungan agar terjaga ketumpangtidihan lapisan gips. Dianjurkan dalam jarak yang tetap(kira-kira 50% dari lebar gips) Lakukan dengan gerakan yang bersinambungan agar terjaga kontak yang konstan dengan bagian tubuh. 9. Setelah pemasangan, haluskan tepinya, potong serta bentuk dengan pemotong gips. 10. Bersihkan Partikel bahan gips dari kulit yang terpasang gips.
11. Sokong gips selama pergeseran dan pengeringan dengan telapak tangan. Jangan

diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan hindari tekanan pada gips. G. Komplikasi Gips Sindrome kompartemen. Sindrome kompartemen dapat terjadi bila peningkatan tekanan jaringan dalam rongga terbatas yang akan memperburuk peredaran darah dan fungsi jaringan dalam rongga yang tertutup tadi. Luka tekan. Tekanan gips pada jaringan lunak mengakibatkan anoksia jaringan dan ulkus. Ekstremitas bawah yang merupakan tempat paling rentan terhadap tekanan adalah tumit, maleoli, punggung kaki, kaput fibula, dan permukaan anterior fibula. Sindrome disuse. Selama di gips, pasien diajari untuk menegangkan atau melakukan kontraksi otot (mis, kontraksi otot isometrik) tanpa menggerakkan bagian. Dapat mengurangi atrofi otot dan mempertahankan kekuatan otot. H. Yang harus diperhatikan dalam pemasangan Gips 1. Gips yang tidak pas akan menyebabkan perlukaan 2. Gips patah tidak bisa digunakan 3. Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien. 4. Sebelum pemasangan perlu dicatat apabila ada luka. I. Gips Tubuh atau Spika gips yang membungkus batang tubuh (gips tubuh) dan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ektremitas (gips spika) membutuhkan tehnik keperawatan

khusus. Spika panggul digunakan pada pasien dengan patah leher tulang femur dan beberapa pembedahan sendi panggul. Gips spika bahu disang pada patah leher tulang humerus. Persiapan, pembalikan, dan perawatan kulit serta hygene pasien dan pengawasan tanggung jawab keperawatan. Setelah pemasangan gips, pasien harus disokong dengan bantal tahan air yang fleksibel sampai kering untuk mencegah terjadinya cekungan. Dukungan gips yang tidak adekuat dapat menyebabkan gips yang masih lunak menjadi retak atau cekung, mengakibatkan titik tekanan. Pasien harus dimiringkan setiap 2 jam untuk memindahkan tekanan dan memungkinkan gips untuk mengeras. Kulit di sekitar tepi gips harus diinseksi sesering mungkin untuk adanya tanda iritasi. Beberapa daerah dibawah gips dapat diinpeksi dengan menarik kulit dan memakai senter. Lubang perinium harus cukup besar untuk perawatan higienis. Bila tidak, gips harus dibetulkan agar gips tahan terhadap kotoran, perawat dapat menutup perinium dengan lap dan menyemprot gips yang sudah kering dengan semprotan plastik pelindung. J. Perawatan Gips 1. Gips tidak boleh kotor, jika kotor gips harus di bersihkan dengan lap, begitu juga ketika BAB jika gips terkena kotoran maka harus di bersihkan. 2. Gips juga tidak boleh basah atau terkena air, karena jika gips terkena air dapat menjadi lunak dan fungsinya terganggu. 3. Jika ingin BAK atau BAB , maka gunakan pispot fraktur untuk klien yang terpasang gips. Ujung datar pispot diletakkan secara benar dibawah bokong klien untuk memperkecil kemungkinan tumpah. 4. Sebelum memasang pispot pasang alas atau plastik anti air di sekitar gips agar tidak terkena basah/urine. 5. Angkat plastik bila eliminasi telah selesai.

DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 3 . Jakarta : EGC. Kozier & Erb. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta : EGC Suratun dkk (2008). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal SAK. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai