Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. struktur keluarga di Indonesia terdiri dari Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. patrilineal, yaitu keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah. Matrilineal, yaitu keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. Matrilokal, yaitu sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu. Patrilokal , yaitu sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami. Keluarga kawinan, yaitu hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.( http://yenibeth.wordpress.com/2008/06/15/konsep-keluarga/ )

Peran suami masih dominan dalam

pengambilan keputusan

Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi dan adanya anggapan bahwa Keluarga Berencana adalah urusan perempuan. Adapun faktorfaktor lain yang mempengaruhi perempuan menjadi akseptor adalah jumlah anak yang sudah cukup faktor usia, faktor ketakutan istri bila suami menjadi akseptor akan

selingkuh, dan keluarga tidak harmonis ( http://www.bkkbn.go.id ).

Pada program Keluarga Berencana, masalah yang paling menonjol yang berhubungan dengan kebudayaan patriarki salah satunya hakhak perempuan yang belum mendapatkan akses dan peluang yang layak. Ini terbukti dari 95% peserta Keluarga Berencana adalah perempuan. Dan kesertaanan pria sangatlah rendah (1,1%), jika dibandingkan dengan negaranegara lain

Malaysia (1,6%), Iran (13%), Bangladesh (14%), USA (35%) bahkan Jepang (80%) pada tahun 2003. Dikarenakan hal tersebut, diupayakan peningkatan kesertaan pria dalam menjadi akseptor Keluarga Berencana yang sesuai

dengan perubahan visi dan misi program Keluarga Berencana yakni berupaya mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 perlindungan dan bantuan untuk mewujudkan melalui promosi, reproduksi,

hakhak

memaksimalkan akses dalam kualitas pelayanan Keluarga Berencana dengan sorotan peningkatan partisipasi pria (2, http://www. bkkbn.go.id ).

Dari hasil penelitian Sriudayani tahun 2003 yang dilakukan pada tiga provinsi yakni Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Bengkulu ditemui bahwa masih terbatasnya pada pengambilan keputusan di dalam keluarga atau urusan

domestik keluarga, sedangkan suami masih sebagai pengambilan keputusan yang dominan serta mempunyai anggapan suamilah yang harus dihormati yang sudah berlaku umum dalam masyarakat ( http://www. bkkbn hasil penelitian.go.id, ).

Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel mencatat masih rendahnya partisipasi pria dalam program KB. Selama 2006, keikutsertaan pria hanya 1,12 persen dari total peserta KB aktif. Sementara itu, data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumsel menunjukkan, pemakai kontrasepsi untuk pria selama 2006 hanya 1,79 persen atau 17.441 dari 976.992 peserta KB aktif.

(http://www.prakarsarakyat.org/artikel/kolom/artikel.php?aid=17111)

Perempuan tidak mempunyai kekuatan dalam penentuan metoda kontrasepsi yang diinginkan yang dikarenakan ketergantungan kepada keputusan suami, selain itu keputusan laki-laki dalam program keluarga berencana sangat kecil, namun kontrol perempuan dalam hal memutuskan untuk berk-KB sangat dominan (Pinem. 2009. hlm. 45).

Dan ini berbeda sekali dengan pelayanan KB bermutu seperti yang direncanakan. Dimana pelayanan KB bermutu ialah pelayanan KB yang memungkinkan klien secara sadar dan bebas memilih cara pengendalian kelahiran yang diinginkan, aman, serta memuaskan kebutuhan pria dan wanita. (14http://www.prov.bkkbn.go.id, diperoleh tanggal 16 Oktober 2009).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di wilayah desa . . . mayoritas penduduknya berpaham patriarki yakni bersuku Jawa serta tidak

ditemukannya pria sebagai akseptor keluarga berencana, setelah dilakukan wawancara terhadap sepuluh PUS tentang indikator pengambilan keputusan

dalam mengikuti program KB hasil survey menunjukkan bahwa terdapat . . . responden mengatakan bahwa suami menentukan dan memutuskan istri menjadi peserta KB atau tidak, sedangkan . . . responden mengatakan bahwa menjadi peserta KB atas keputusan dan inisiatif sendiri sebagai istri. Kondisi ini menggambarkan bahwa paham budaya patriarki masih dan sangatlah kental. ana.

Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul hubungan tipe keluarga patriakal dengan keputusan memilih alat kontrasepsi di Wilayah Desa Ringinpitu Kecamatan Pelemahan Kabupaten Kediri Tahun 2012 ) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut : Adakah Hubungan Tipe Keluarga Patriakal Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Wilayah Desa Ringinpitu Kecamatan Pelemahan Kabupaten Kediri Tahun 2012? .

C. Tujuan 1. Tujuan Umum Menganalisis Tipe Keluarga Patriakal Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Wilayah Desa Ringinpitu Kecamatan Pelemahan Kabupaten Kediri Tahun 2012. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi Tipe Keluarga Patriakal di Walayah Desa Ringinpitu Kecamatan Pelemahan Kabupaten Kediri Tahun 2012. b. Mengidentifikasi Pemilihan Alat Kontrasepsi di Wilayah Desa Ringinpitu Kecamatan Pelemahan Kabupaten Kediri Tahun 2012. c. Menganalisa adanya hubungan Tipe Keluarga Patriakal Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Wilayah Desa Ringinpitu

Kecamatan Pelemahan Kabupaten Kediri Tahun 2012.

D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak diantaranya : 1. Bagi Peneliti Hasil ini merupakan sesuatu yang baru sekaligus berharga bagi peneliti untuk mengkaji, menganalisis serta menyajikan hasil penelitian masalah yang diangkat seabagai suatu karya, khusunya dalam bidang penelitian lapangan.

2. Bagi Instansi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan atau suatu analisa bagi mahasiswa sebagai kajian penelitian selanjutnya. 3. Bagi Tempat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu masukan dan penilaian tentang pentingnya peran serta kedua anggota keluarga yang bersangkutan terhadap pemilihan alat kontrasepsi. 4. Bagi Ilmu Kebidanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi masyarakat untuk program kebidanan tentang keikutsertaan pasangan dalam pemilihan alat kontrasepsi. 5. Bagi Klien Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi klien untuk mengerti dan memahami tentang tentang pentingnya

keikutsertaan suami/istri dalam memilih alat kontrasepsi. E. Batasan Penelitian Penelitian Hubungan Tipe Keluarga Patriakal Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Wilayah Desa Ringinpitu Kecamatan Pelemahan Kabupaten Kediri Tahun 2012. Sasaran penelitian ini adalah Keluarga Pasangan Usia Subur di Wilayah Desa Ringinpitu Kecamatan Pelemahan Kabupaten Kediri yang dipilih berdasarkan teknik . . . . . . . . . Aspek

penelitian ini hanya dibatasi pada Tipe Keluarga khususnya Tipe Keluarga Patriakal.

Anda mungkin juga menyukai