Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL UNIT WATERTREATMENT PADA MINIPLANT PLTU SKALA LABORATORIUM DI WORKSHOP

INSTRUMENTASI

Disusun Oleh : Refi Kiki Aprilyanto NRP. 2409 030 018

Dosen Pembimbing : Ir Moh Ilyas HS NIPN. 19490919 1979031 002

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK INSTRUMENTASI JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2012

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL TUGAS AKHIR

JURUSAN TEKNIK FISIKA FTI-ITS

1. Judul : Rancang Bangun Sistem Kontrol Unit Watertreatment Pada Miniplant PLTU Skala Laboratorium Di Workshop Instrumentasi 2. Bidang Studi : Instrumentasi 3. a. Nama : Refi Kiki Aprilyanto. b. NRP : 2409 030 018 c. Jenis Kelamin : Laki - Laki 4. Jangka Waktu : 1 semester 5. Pembimbing I : Ir Moh Ilyas HS 6. Usulan Proposal ke I

Surabaya, 23 Februari 2012

Dosen Pembimbing

Mengetahui, Kepala program studi D3 Teknik Instrumentasi

Mahasiswa

Ir Moh Ilyas HS. NIPN. 19490919 1979031 002

Imam Abadi, ST. MT. NIPN. 19761006 1999031 002

Refi Kiki Aprilyanto NRP. 2409 030 018

I.

Judul Rancang Bangun Sistem Kontrol Unit Watertreatment Pada Miniplant PLTU Skala Laboratorium Di Workshop Instrumentasi

II. III. Pembimbing

Bidang Studi Instrumentasi Ir Moh Ilyas HS

IV.

Abstrak Boiler merupakan kumpulan pipa pipa air yang disusun vertical membentuk dinding dinding yang berfungsi sebagai tempat penguapan air. Pipa didalam akan dipanaskan oleh hasil pembakaran bahan bakar minyak sebagai udara pembakar. Dalam pengoperasiannya boiler ditunjang oleh economizer, furnace, dinding pipa (all tube), burner, steam drum, superheater, reheater, steam coil air heater, air heater, shoot blower dan cerobong. Air yang sebelumnya masuk ke dalam boiler akan melalui proses pengolahan air yang disebut proses watertreatment. Watertreatment adalah proses pengolahan air agar mineral berbahaya yang terkandung didalam air bisa dihilangkan kandungannya agar tidak menyebabkan kerak pada dinding boiler karena kerak akan merusak dinding-dinding dari boiler dan mengganggu proses dari penghasilan listrik tersebut. Sistem akan dirancang dengan sistem pengendalian otomatis dengan menggunakan mikrokontroller ATmega 8535 bermode on/off sebagai kontrollernya, ketika mencapai set point maka pompa akan menyala. V. Latar Belakang Sistem pengendalian di industri merupakan faktor yang sangat penting dalam proses produksi. Agar produksi tetap tercapai maka suatu system pengendalian sangat diperlukan untuk menjaga kestabilan variabel proses. Variabel proses antara lain temperatur, tekanan, flow, level, konsentrasi, volume dan lain sebagainya. Pada umumnya proses yang ada di industri mempunyai karakteristik yang nonlinier, multivariable dan kompleks. Dalam perkembangan teknologi saat ini banyak menggunakan sistem pengendalian salah satu nya pada proses watertreatment. Watertreatment merupakan salah satu proses penyaringan air, sehingga menghasilkan air yang lebih jernih. Dalam proses penyaringan air ini terdapat proses variabel yang dapat dikendalikan seperti halnya pengendalian level dan pressure. Untuk memudahkan dalam proses pengendalian maka dari itu menggunakan pengendalian secara otomatis, dengan menggunakan mikrokontroller ATMega 8535. Dengan adanya pengendalian otomatis ini apabila level air dalam keadaan high maka secara otomatis akan menyalakan pompa dan apabila level air dalam keadaan low maka pompa akan mati secara otomatis. Sehingga dengan adanya pengendalian secara otomatis ini level airnya tetap terjaga. VI. Permasalahan Pada pelaksanaan tugas akhir ini terdapat permasalahan yaitu bagaimana menjaga dan mempertahankan level ,pressure dan kekeruhan air pada Unit Watertreatment miniplat PLTU di Workshop Instrumentasi.

VII.

Batasan Masalah Perlu diberikan beberapa batasan permasalahan agar pembahasan tidak meluas dan menyimpang dari tujuan. Adapun batasan permasalahan dari sistem yang dirancang ini adalah :

1. Bahwa tugas akhir ini hanya membahas tentang sistem pengendalian untuk level,pressuredan kekeruhan air sebagai bagian dari suatu sistem pengendalian pada unit Watertreatment 2. Dalam tugas akhir ini untuk pengendalian yang digunakan adalah pengendalian on off. 3. Mode pengukuran yang dilakukan adalah mode pengukuran linear dari data masukan dan untuk tampilan hasil pengukuran dapat dimonitoring melalui LCD dan komputer. 4. Pengambilan data dilakukan dengan cara mengamati perubahan variabel yaitu variabel level ,pressure,dan kekeruhan air yang nantinya dari data tersebut akan diakuisisi sehingga dapat ditampilkan oleh LCD, dan dari data tersebut akan dijadikan acuan untuk HMI oleh penyaji berikutnya dalam satu tim untuk miniplant PLTU. I. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah untuk merancang dan membangun suatu sistem pengendalian level, pressure dan kekeruhan yang compatible dan sederhana serta memiliki kemampuan yang bisa diintegrasikan dalam sebuah sistem pengendalian terdistribusi melalui sistem komunikasi HMI. II. Teori Penunjang 9.1 Sistem Pengendalian Proses Hampir semua proses di industri membutuhkan peralatan peralatan otomatis untuk mengendalikan parameter parameter prosesnya. Otomatisasi tidak hanya diperlukan demi kelancaran operasi, keamanan, ekonomi maupun mutu produk, tetapi lebih merupakan kebutuhan pokok. Suatu proses industri tidak akan dapat dijalankan tanpa bantuan sistem pengendalian. Parameter parameter yang umum dikendalikan dalam suatu proses adalah tekanan (pressure), laju aliran (flow), suhu (temperature ) dan permukaan zat cair (level). Gabungan serta alat alat pengendalian otomatis itulah yang disebut sistem pengendalian proses (process control system). Sedangkan semua peralatan yang membentuk sistem pengendalian tersebut disebut instrumentasi pengendalian proses (process control instrumentation). Istilah istilah yang perlu diketahui dalam sistem otomatis adalah sebagai berikut: Proses : tatanan peralatan yang mempunyai suatu fungsi tertentu, contohnya level tangki. Controlled Variable : besaran atau variabel yang dikendalikan. Besaran ini pada diagram kotak disebut juga dengan output proses atau level tangki.. Manipulated Variable : input dari suatu proses yang dapat di manipulasi agar controlled variable sesuai dengan set point-nya. Disturbance : besaran lain (selain manipulated variable) yang dapat menyebabkan berubahnya level tangki diatas dari tangki yang dikendalikan Sensing Element : bagian paling ujung suatu sistem pengukuran, seperti sensor level. Transmitter : untuk membaca sinyal sensing element dan mengubah sinyal yang dapat dipahami oleh kontroller seperti signal conditioning (SC). Tranducer : unit pengalih sinyal. Measurement Variable : sinyal yang keluar dari transmitter. Jika dalam pengendalian level, sinyal yang keluar adalah berupa level. Set Point : besar process variable (level) yang dikehendaki. Controller : elemen yang melakukan tahapan mengukur - membandingkan menghitung mengkoreksi. Proporsional Integral Derivatif (PID) salah satu controller yang sering digunakan dalam industri.

Final Control Element : bagian akhir dari instrumentasi sistem pengendalian yang berfungsi untuk mengubah measurement variable dengan cara manipulated variable, berdasarkan perintah pengendali. Salah satu final control element yang digunakan dalam pengendalian level adalah motorized valve. Secara garis besar suatu rangkaian pengendalian proses dibagi menjadi 4 langkah, yaitu : mengukur membandingkan - menghitung mengkoreksi. Langkah pertama yaitu mengukur , merupakan tugas dari sensor. Langkah berikutnya adalah membandingkan apakah hasil pengukuran dari sensor sudah sesuai dengan apa yang dikehendaki. Apabila terjadi ketidaksesuaian antara set point dengan hasil pengukuran maka akan dilakukan perhitungan untuk menentukan aksi apa yang dilakukan supaya sesuai dengan set point yang diinginkan. Pada langkah kedua dan ketiga ini adalah tugas dari pengendali. Langkah terakhir adalah melakukan pengkoreksian yang merupakan tugas dari aktuator.

Gambar 9.1 Diagram Blok Aliran Proses Pengendalian 9.2 Solenoid valve Dalam sistem pengendalian terdapat aksi terakhir yang merupakan bagian terpenting di suatu sistem pengendalian. Pada dunia industri final element yang dipakai menggunakan control valve, tetapi ada juga yang menggunakan solenoid valve sebagai sistem safety. Karena secara umum, prinsip kerja dari solenoid valve ini menggunakan sistem on-off. Oleh karena itu, solenoid valve ini hanya bisa digunakan sebagai sistem pengendalian on-off. Solenoid valve berfungsi sebagai pengatur aliran air yang akan masuk ke actuator. Tugas-tugas mereka untuk mematikan rilis maupun dosis dan mendistribusikan campuran cairan. Mereka ditemukan di banyak area aplikasi. Solenoid valve menawarkan switching cepat dan aman, keandalan yang tinggi, umur panjang, kompatibilitas medium yang baik dari bahan yang digunakan, daya kontrol rendah dan desain yang kompak.

Gambar 9.2 Selenoid Valve 9.3 Sensor Ultrasonik Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu, yang digunakan untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Dalam lingkungan sistem pengendali dan robotika, sensor memberikan kesamaan yang menyerupai mata, pendengaran, hidung, lidah yang kemudian akan diolah oleh kontroler sebagai otaknya. Dalam pembuatan alat ini kita akan mencoba menggunakan sensor ultrasonic. Gelombang ultrasonik merupakan gelombang akustik yang memiliki frekuensi mulai 20 kHz hingga sekitar 20 MHz. Frekuensi kerja yang digunakan dalam gelombang ultrasonik bervariasi tergantung pada medium yang dilalui, mulai dari kerapatan rendah pada fasa gas, cair hingga padat. Sensor ultrasonik adalah sebuah sensor yang mengubah besaran fisis (bunyi) menjadi besaran listrik. 9.4 Pressure Transmitter Transmitter ini untuk meneruskan sinyal yang berasal dari sensor tekanan. Tekanan yang diukur diberikan pada capsule bellow. Tekanan output berdasarkan keseimbangan gaya merupakan sinyal pneumatic dan berbanding lurus dengan tekanan yang diberikan pada capsule bellow. Agar keluaran dari Pressure Transmitter bisa langsung diolah oleh pada mikrokontroler, rincian dari tegangan catu daya diperlukan beban resistansi yaitu sebsar 250 , agar keluaran dari Pressure transmitter tersebut menjadi tegangan 0-5 (Volt) agar dapat dicontrol melalui mikrokontroler. 9.5 Photodioda Sambungann dioda pn pada dioda memiliki kepekaan terhadap nilai radisai gelombang Em ketika jatuh pada sambungan. Kepekaan ini akan mempengaruhi hubungan karakteristik antara I dan V pada sambungan karena adanya perubahan pembawa arus. Beberapa dioda tertentu memungkinkan pada sambungan pn menerima atau dikenal radiasi dari gelombang Em. Jenis dioda ini disebut juga photodetektor. Dikarenakan sambungan sangatlah kecil, sehingga diperlukan lensa untuk memfokuskan radiasi yang dating. Keunggulan dari device ini adalah nilai waktu respon yang sangat cepat. Kebanyakan photodetektor memiliki waktu respon yang sangat kecil mendekati 1 mikrodetik, sekarang ada pula yang mendekati nanodetik. Photodioda adalah dioda yang bekerja berdasarkan intensitas cahaya, dimana jika photodioda terkena cahaya maka photodioda bekerja seperti dioda pada umumnya, tetapi jika tidak terkena cahaya maka photodioda akan berperan seperti resistor dengan nilai tahanan yang bersar sehingga arus listrik tidak dapat mengalir. Simbol dan bentuk photodioda hampir sama dengan LED, tetapi pada simbol photodioda arah dua panahnya menghadap kedalam. Photodioda banyak digunakan sebagai sensor cahaya dalam dunia elektronika, karena sifatnya yang peka terhadap cahaya.

Gambar 9.3 photodiode

Led inframerah LED inframerah mempunyai panjang gelombang 7.800 atau frekuensi 4.105 Hz. LED inframerah merupakan dioda dengan sambungan pn yang mengeluarkan cahaya inframerah dan mempunyai sifat tak dapatdilihat oleh mata, seperti sifat LED pada umumnya maka untuk mengaktifkan LED inframerah diperlukan catuan listrik agar mudahdihasilkan pancaran inframerah sesuai dengan yang dikehendaki. Sedangkan untuk mendeteksi adanya pancaran cahaya inframerah biasanya digunakan tranduser yang peka terhadap adanya perubahan intensitas cahaya terutama cahaya inframerah. Tranduser tersebut dapat berupa fotodioda atau fototransistor

9.6

Gambar 9.4 (a) (b)Gambar LED. (a) Diagram energi. (b) Lambang/simbol( Malvino, 1986:54) Bila suatu diode diberi prategangan maju, elektron-elektron bebasakan bergabung kembali dengan lubang-lubang di sekitar persambungan,seperti ditunjukkan dalam gambar 2.5 Ketika meluruh dari tingkat energi lebih tinggi ke tingkat energi lebih rendah elektronelektron bebas tersebutakan mengeluarkan energinya dalam bentuk radiasi. Dalam diode penyearah, hampir seluruh energi ini dilepaskan dalam bentuk panas LED, sebagian dari selisih energi ini dilepaskan sebagai radiasi cahaya. LED mempunyai penurunan tegangan lazimnya dari 1,5V sampai2,5V untuk arus di antara 10 dan 150 mA. Penurunan tegangan yang tepattergantung dari arus LED, warna, kelonggaran, dan sebagainya Lambang skematis untuk LED, panah-panah sebelah luar melambangkan cahaya yang dipancarkan Filter membran RO Pengertian dari sistem Reverse Osmosis atau RO adalah perpindahan air melalui satu tahap ke tahap berikutnya yakni bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Teknologi reverse osmosis (RO) banyak dimanfaatkan manusia untuk berbagai keperluan, salah satunya adalah untuk teknologi pengolahan air minum. Salah satu ciri utama reverse osmosis sistem (RO) adalah dengan adanya membran (semipermeable membrane). Membran semipermeabel ini harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut. Proses reverse osmosis menggunakan tekanan tinggi agar air bisa melewati membran, di mana kerapatan membran reverse osmosis ini adalah 0,0001 mikron (satu helai rambut dibagi 500.000 bagian). Jika air mampu melewati membran reverse osmosis, maka air inilah yang akan kita pakai, tapi jika air tidak bisa melewati membran semipermeable maka akan terbuang pada saluran khusus. Sebelum melewati membran, proses kerja sistem reverse osmosis melalui beberapa tahap penyaringan antara lain cartridge (sediment), karbon blok, karbon granular. Perbedaan yang paling jelas sistem reverse osmosis dengan pengolahan air yang 9.7

lain adalah sistem reverse osmosis ada 2 hasil karena air yang memiliki kepekatan di atas 15 ppm akan terbuang menjadi limbah, sedangkan pengolahan air yang lain hanya satu hasil. Terdapat dua jenis larutan yang berbeda diletakkan secara berdampingan dan diantara kedua jenis larutan itu diletakan membran semi permeable sebagai pembatas. Pada wadah sebelah kiri disebut concentrated solution, yaitu larutan dengan kadar garam tinggi. Sedangkan pada wadah sebelah kanan disebut dilute solution, yaitu larutan dengan kadar garam rendah. Fungsi membran semi permeable diletakkan ditengah kedua larutan tersebut untuk mencegah terjadinya percampuran diantara kedua larutan tersebut. Membran semi permeable adalah membran yang bisa dilewati oleh molekul air tetapi tidak bisa dilewati molekul garam. 9.8 Pompa Booster Pompa adalah alat untuk menggerakan cairan atau adonan. Pompa menggerakan cairan dari tempat bertekanan rendah ke tempat dengan tekanan yang lebih tinggi, untuk mengatasi perbedaan tekanan ini maka diperlukan tenaga (energi). Disini juga digunakan pompa booster yaitu pompa yang digunakan untuk memompa air agar masuk ke filter RO ( Reverse Osmosis ) karena RO membutuhkan kekuatan tekanan air yang sangat besar agar air bisa masuk dan disaring oleh membran RO. Pompa ini memiliki tekanan sebesar 80 125 Psi, membutuhkan tegangan sebesar 24VDC.

Gambar 9.5 Pompa Booster 9.9 LCD (Liquid Crystal Display) Module Layar LCD merupakan media penampil data yang sangat efektif dalam suatu sistem elektronik. Agar sebuah pesan atau gambar dapat tampil pada layar LCD, diperlukan sebuah rangkaian pengatur scanning dan pembangkit tegangan sinus. Rangkaian yang cukup rumit ini awalnya sering menjadi kendala bagi pemula elektronika dalam menggunakan agar LCD dan antarmuka ke mikrokontroler. LCD yang terdiri dari Liquid yang bisa diartikan cair yang mengatur kristal agar mempolarisasikan cahaya. Setiap cell berlaku seperti prisma yang membiaskan cahaya matahari (putih) menjadi warna tertentu. Bahan kristal yang digunakan adalah Pasive matrix, indium-tin oxide, Active matrix. Pada LCD terdapat downloader yang akan disambungkan ke mikrokontroler.

Gambar 9.6 LCD Board 9.10 Mikrokontroler ATMEGA 8535 ATMEGA 8535 merupakan microcontroller berbasis AVR yang menggunakan RISC architecture, dimana untuk menjalankan satu instruksi dapat dilakukan dalam satu clock cycle saja. Hal ini jelas membuat teknologi AVR jauh lebih efisiensi dan lebih cepat dari mikrocontroller yang berbasis CISC.

Gambar 9.7 ATMEGA 8535 ATMEGA 8535 memiliki karakteristik sebagai berikut, microcontroller 8-bit yang memiliki kemampuan tinggi dan konsumsi daya yang rendah. 8K Byte programmable flash, 512 byte internal SRAM. 32 general pupose register, 130 instruction, 8 channel, 10 bit ADC, 32 programmable I/O, serta on-chip osilator. Analog to Digital Converter (ADC) Mikrokontroler AVR ATmega16 memiliki keunggulan sebagai berikut, Sudah terintegrasinya ADC 10bit sebanyak 8 saluran, 13-260uS conversion time. Mencapai 15kSPs pada resolusi maksimum. Optional left adjustment untuk ADC result readout. Interupsi pada ADC Conversion Complete. Sleep mode noise canceler. Input ADC pada mikrokontroler dihubungkan ke sebuah 8 channel Analog multiplexer yang digunakan untuk single ended input channels. Jika sinyal input dihubungkan ke masukan ADC dan 1 jalur lagi terhubung ke ground, disebut single ended input. Jika input ADC terhubung ke 2 buah input ADC disebut sebagai differential input, yang dapat dikombinasikan sebanyak 16 kombinasi. Empat kombinasi terpenting antara lain kobinasi input diferensial (ADC0 dengan ADC1 dan ADC2 dengan ADC3) dengan penguatan yang dapat diatur. ADC0 dan ADC2 sebagai tegangan input negatif sedangkan ADC1 dan ADC3 sebagai tegangan input positif. Besar penguatan yang dapat dibuat yaitu 20dB (10x) atau 46dB(200x) pada tegangan input diferensial sebelum proses konversi ADC. Secara umum, proses inisialisasi ADC meliputi proses penentuan clock, tegangan referensi, format output data, dan mode pembacaan. Register yang perlu diset nilainya adalah ADMUX (ADC Multiplexer Selection Register), ADCSRA (ADC Control and Status Register), dan SFIOR (Special Function IO Register). ADMUX merupakan register 8 bit yang berfungsi menentukan tegangan referensi ADC, format data output, dan saluran ADC yang digunakan.

Gambar 9.8 Register ADMUX Untuk memilih channel ADC mana yang digunakan(single ended atau diferensial), dengan mengatur nilai MUX4 :0. Misalnya channel ADC0 sebagai input ADC, maka MUX4 :0 diberi nilai 00000B, informasi lebih lengkap dapat di lihat pada datasheet. Tegangan referensi ADC dapat dipilih antara lain pada pin AREF, pin AVCC atau menggunakan tegangan referensi internal sebesar 2.56V. Agar fitur ADC mikrokontroler dapat digunakan maka ADEN (ADC Enable, dalam I/O register ADCSRA) harus diberi nilai 1. Setelah konversi selesai (ADIF high), hasil konversi dapat diperoleh pada register hasil (ADCL, ADCH). Untuk konversi single ended, hasilnya sebagai berikut, ADC = Vin x 1024/ Vref. Dimana Vin ialah tegangan pada input yang dipilih dan Vref merupakan tegangan referensi. Jika hasil ADC =000H, maka menunjukkan tegangan input sebesar 0V, jika hasil ADC=3FFH menunjukkan tegangan input sebesar tegangan referensi dikurangi 1 LSB. Sebagai contoh, jika diberikan Vin sebesar 0.2V dengan Vref 5V, maka hasil konversi ADC ialah 41. Jika menggunakan differensial channel, hasilnya ialah 40.96, yang bila digenapkan bisa sekitar 39,40,41 karena ketelitian ADC ATmega 16 sebesar +- 2LSB. Jika yang digunakan saluran diferensial, maka hasilnya ialah ADC = (Vpos-Vneg)x512/Vref. Dimana Vpos ialah tegangan pada input pin positif. Vneg ialah tegangan input pada pin negatif, gain ialah faktor penguatan dan Vref ialah tegangan referensi yang digunakan. Dapat mengkonfigurasi fasilitas ADC pada CodeVision AVR sebagai berikut:

Gambar 9.9 Konfigurasi ADC Dengan mencentang ADC Enabled akan mengaktifkan on-chip ADC. Dengan mencentang Use 8 bits, maka hanya 8 bit terpenting yang digunakan. Hasil konversi 10 bit dapat dibaca pada ADC Data Registers ADCH dan ADCL. Misalnya, jika hasil konversi ADC bernilai 54(36H), dalam 10 bit biner ditulis dengan 00 0011 0110B. Jika dalam format right adjusted (ADLAR=0), maka I/O register ADCH berisi 0000 0000B(00H) dan I/O register ADCL berisi 0011 0110B (36H). X. Metodologi

Berikut ini adalah perancangan hardware yang terdapat pada rancang bangun sistem kontrol. Diagram blok sistem alat pengendalian level dan pressure yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Mikrokontroller AVR LCD Signal conditioning

Sensor

Gambar 10.1 Diagram Alir Perancangan Alat Sebelum melakukan pembuatan alat pada Tugas Akhir ini, maka terlebih dahulu dilakukan suatu perancangan alat terhadap kerja dari alat yang akan dibuat, baik perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Sedangkan untuk Perancangan perangkat keras (hardware) untuk proses sistem akuisisi data dari sensor hingga tampilan LCD, meliputi: rangkaian catu daya, rangkaian sensor level dan pressure, dan rangkaian minimum sistem mikrokontroler AVR 8535 serta LCD. Dalam hal ini dapat dilihat pada diagram blok pada gambar 11.1. Dalam diagram blok diatas, maka dapat dilihat Proses sistem monitoring pengukuran dari sensor sampai pada LCD, untuk Prinsip kerja dari diagram blok alat diatas adalah: Ketika sampel data yang berupa air dari unit feed water yang melalui beberapa proses tertentu dengan pengecekkan level dan pressure sehingga dibutuhkan sensor untuk lebih mudah memonitoring tersebut. Data yang dikirimkan oleh sensor adalah data level dan pressure terlebih dahulu dikirim ke ADC yang terdapat didalam Mikrokontroler AVR 8535. Data yang didapatkan dari sensor masih berupa data analog, sehingga di butuhkan ADC, dalam mikrokontroller AVR ini sudah terdapat ADC didalamnya. ADC berfungsi untuk mengubah data yang berupa analog ke dalam bentuk digital sehingga data yang didapatkan akan dapat diolah oleh Mikrokontroler AVR 8535. Tampilan data level dan pressure akan dapat dilihat dari LCD, dari data yang diolah dengan menggunakan software Bahasa C (Code Vision), yang terdapat pada IC AVR 8535. XI. Penelitian Untuk mencapai tujuan penyelesaian tugas akhir yang direncanakan, maka perlu dilakukan suatu langkah-langkah dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Adapun langkahlangkahnya adalah sebagai berikut : Merancang sistem yang dibutuhkan dalam pembuatan alat system kontrol pada unit Watertreatment miniplat PLTU. Mendesain semua komponen komponen dari sistem yang ada. Perancangan software pada IC mikrokontroller. Pengujian sistem dari rancang bangun yang telah dibuat dengan menguji rangkaian dari perancangan alat untuk mengetahui performasi alat, baik keakuratan dan keoptimalan alat

Menyusun hasil teori dari pembuatan hardware, analisa data dan kesimpulan dari data dan sistem yang ada.

Berikut ini merupakan flow chart dari perancangan tugas akhir ini, adalah sebagai berikut :

Gambar 11.1 Flow chart Pengerjaan Tugas Akhir

XII

Waktu Pelaksanaan Kegiatan dalam tugas akhir ini akan dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut : Tabel 12.1 Jadwal Pengerjaan Tugas Akhir Bulan No Jenis Kegiatan I II III IV V VI Studi Literatur dan eksperimen 1 larutan. Perencanaan dan pembuatan alat 2 ( hardware dan software ) 3 Pengambilan data 4 Pengolahan dan analisa data 5 Penulisan laporan

XIII

Daftar Pustaka Gunterus.F, Falsafah Dasar Sistem Pengendalian Proses, Elex Media Komputindo, Jakarta, 1994. Malvino, Prinsip Prinsip Elektronika, Erlangga.Jakarta, 1997. Panduan Praktis Teknik Antar Muka dan Pemograman Mikrokontroler (Paulus AN., 2003) Sistem Pengukuran Aplikasi dan Perancangan (Ernest O. Doebelin)

HASIL PROPOSAL TUGAS AKHIR Proposal ini harus ditanda tangani oleh mahasiswa yang bersangkutan dan pembimbingnya dengan format sebagai berikut: Proposal ini : *) a. Ditolak b. Diterima c. Diterima dengan revisi (proposal ini harus dilampirkan pada proposal hasil revisi). Surabaya, 23 Februari 2012 Pembimbing Pengusul

Ir Moh Ilyas HS NIPN. 19490919 1979031 002

Refi Kiki Aprilyanto NRP. 2409 030 018

* Lingkari yang dipilih

Anda mungkin juga menyukai