Pendahuluan
Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelago country) di dunia yang amat luas dengan 13.662 pulau, spesifik, memiliki masalah teritorial yang sifatnya sehingga memerlukan penanganan yang juga sifatnya spesifik. diantaranya adalah faktor geografi, demografi,
Berbabagai faktor yang terindikasi berpengaruh terhadap kekhasan masalah teritorial Indonesia tersebut, sosial, ekonomi dan politik masyarakat Indonesia. Secara geografi, Indonesia terletak diantara posisi silang strategik dua benoa Asia dan Australia yang dihuni oleh bangsa-bangsa dengan karakteristiknya masing-masing; demikian juga Indonesia berada di antara dua samudra (Samudra Pasifik dan Samudra Hindia) yang menjadi jalur lintas penghubung berbagai negara di dunia. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap masalah dan penanganan teritorial laut dan udara Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia jumlahnya sudah lebih dari 212 juta jiwa dengan indeks pembangunan manusia (Human Decvelopment Index)-nya yang masih berposisi pada urutan ke-110 dari 175 negara pada tahun 2002, posisi 112 di tahun 2003, dan posisi 111 dari 177 negara di tahun 2004. Tahun 2005, posisi Indonesia naik ke urutan 110, namun posisi ini masih cukup jauh
2 dibandingkan negara-negara tetangga, seperti Malaysia (urutan 59 tahun 2004 dan 61 tahun 2005), Thailand (urutan 76 tahun 2004 dan 73 tahun 2005), Pada tahun 2006 Indonesia mengalami Filipina (urutan 58 tahun 2004 dan 84 tahun 2005), dan Vietnam (urutan 111 tahun 2004 dan 108 tahun 2005). kemajuan dengan angka IPM mencapai 0,711 dan berada urutan ke-108, mengalahkan Vietnam yang mempunyai nilai 0,709 (urutan 109). Pertumbuhan ekonomi Indonesia meskipun terus membaik, namun angka kemiskinan masih cukup tinggi, yakni 34% pada tahun 1998, 17% tahun 2005 dan sekitar 18% tahun 2006. Dalam APBN 2009, laju inflasi ditargetkan 6,2% dan pertumbuhan ekonomi sekitar 6%. Pada posisi ini, jumlah penduduk Indonesia yang miskin mencapai 27,755 32,382 juta orang atau tingkat kemiskinan setara dengan 12 14%. oleh keadaan iklim, Masih besarnya angka kemiskinan ini akan mewarnai kekayaan sumberdaya alamnya, dan sosial politik masalah teritorial Indonesia 1 . Permasalahan teritorial Indonesia juga dicirikan masyarakat Indonesia. Kekhasan tersebut menyebabkan Indonesia merupakan daerah penyangga (bufferzone) dari beberapa gatra, diantaranya: 1. Politik.-- Indonesia berada diantara dua sistem politik yang berbeda, yakni sistem demokrasi Australia dan sistem demokrasi Asia Selatan; 2. Ekonomi.-- Indonesia berada di antara sistem ekonomi liberal Australia dan sistem ekonomi sentral Asia; 3. Ideologi.-- Indonesia berada diantara ideologi kapitalisme di Selatan dan ideologi komunis di sebelah utara; 4. Sistem Pertahanan.-- Indonesia berada diantara sistem pertahanan maritim di selatan dan sistem pertahanan kontinental di sebelah utara. Untuk itulah maka masalah teritorial dan penanganannya di Indonesia membutuhkan sesuatu pendekatan yang spesifik melalui suatu prosedur geostrategi yang baik, agar diperoleh: (a). pembinaan wilayah yang dapat menciptakan ketahanan nasional yang maksimal dan efektif di berbagai bidang (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, militer, kehidupan beragama dan keberlanjutan pembangunan nasional), (b). faktor kesejahteraan dan keamanan bangsa, dan (c). Pembinaan teritorial yang menitikberatkan pada penyusunan potensi pertahanan dan keamanan (Hankam).
1
3 Ditinjau dari perspektif kritik isu aktual tersebut, topik kajian yang
diberikan kepada penulis memang menarik dan gayut untuk dikaji secara mendalam guna mencari titik temu yang menguntungkan bagi terselenggaranya Ketahanan Nasional Pembinaan Teritorial bagi TNI adalah upaya, pekerjaan dan tindakan,
baik secara berdiri sendiri maupun bersama dengan aparat terkait dan komponen bangsa lainnya untuk membantu pemerintah dalam menyiapkan kekuatan pertahanan matra darat, laut dan udara; yang meliputi wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya, serta terwujudnya kemanunggalan TNI dan Rakyat, yang dilaksanakan sesuai kewenangan dan peraturan perundang-undangan dalam rangka tercapainya tugas pokok TNI. Apabila dikaitkan dengan Undang Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI pada pasal 7 ayat (2) butir b angka 8, disebutkan bahwa tugas TNI adalah memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan Sistem Pertahanan Rakyat Semesta.
Dasar Hukum
Dasar hukum yang berkait dengan pembinaan teritorial dalam mendukung ketahanan nasional tersebut, adalah: a. UUD 1945 Pasal 30 Ayat (2) tentang Pertahanan dan Keamanan Negara: Usaha Pertahanan dan Keamanan Negara dilaksanakan melalui Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta oleh TNI dan Polri, sebagai kekuatan Utama, dan rakyat sebagai Kekuatan Pendukung. b. UU RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 7 ayat (2): Sistem Pertahanan Negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan TNI sebagai Komponen Utama dengan didukung oleh cadangan dan Komponen Pendukung. c. UU RI Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI Pasal 8d, tentang tugas TNI AD : Angkatan Darat bertugas melaksanakan Pemberdayaan Wilayah Pertahanan di darat.
5 mempertahankan keutuhan wilayah NKRI dan melindungi keselamatan segenap bangsa dan negara UU RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam pasal 10 ayat (3): Urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah sebagimana dimaksud pada ayat (1) meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiscal nasional serta agama. Upaya untuk melaksanakan pembinaan teritorial yang berhubungan dengan perundang-undangan, adalah melaksanakan pemberdayaan wilayah sehingga mampu disiapkan sebelum, pertahanan diseluruh wilayah NKRI, kepentingan pertahanan negara.
Tinjauan Sishanta
Sistem Pertahanan Semesta (Sishanta) diadopsi dari pengalaman perang kemerdekaan, dimana pada saat itu secara konsepsional seluruh rakyat dikerahkan untuk melakukan perlawanan bersenjata. Namun pada situasi sekarang, pemahaman tersebut tidak relevan lagi karena tuntutan situasi kondisi di era dewasa sudah berbeda, sehingga secara fundamental konsepsi sishanta adalah membangun kesemestaan dalam rangka pertahanan sedemikian rupa sehingga sinergi dalam suatu sistem sederhana tetapi komperehensif, efektif dan efisien. Mencermati perkembangan kawasan dan analisa kajian lingkungan strategis baik global, regional dan nasional, maka ancaman yang paling mungkin terhadap integritas nasional adalah Gerakan Separatis, Pemberontakan bersenjata, aksi teror, bencana alam, isu pelanggaran HAM, demokratisasi yang berujungpada intervensi asing, pencurian sumber daya alam, sektarianisme dan fanatisme golongan. Bagi TNI pemberdayaan wilayah pertahanan dilaksanakan dengan cara pembinaan teritorial. Adapun dalam Implementasi, kita masih mendapatkan hambatan/kendala :
implementatif. b. Keterbatasan anggota untuk melengkapi alut sista dan keterbatasan dana, khususnya minimnya gaji prajurit dan anggaran untuk latihan, pendidikan dan lain-lainnya. c. Tingkat kedewasaan sebagian politisi sipil yang belum matang antara lain masih cenderung menarik-narik TNI/unsur TNI untuk ikut politik praktis. d. Masih lemahnya kesadaran bela negara di kalangan masyarakat terutama kaum muda, padahal kesadaran tersebut merupakan fundamen Sishanta. e. Bagi masyarakat luas wacana/pembahasan masalah Hankamnas dipandang seolah barang asing, sehingga masalah ini belum disentuh/diperhatikan, bahkan juga oleh komunitas intelektual/akamedisi. f. Secara kuantitatif masih kurang pakar sipil yang mendalam maslah Hankam oleh karena itu perlu dibuka program studi kajian pertahanan di perguruan tinggi nasional sehingga menghasilkan pakar dengan muatan nasional yang tebal bukan mengusung teori-teori akademis dari luar negeri/barat.
Permasalahan
Berttitk tolak dari uraian di atas dan mencermati kondisi aktual di lapangan, maka kita dapat mengidentifikasi dan menginventarisir beberapa permasalahan di antaranya adalah : a. Kurangnya pemahaman tentang Binter bagi komponen bangsa lainnya. b. Belum tersosialisasinya peraturan perundang-undangan yang mengharuskan masing-masing departemen atau pemerintah daerah melakukan secara konkrit pembangunan di bidang masing-masing yg terkait dengan kepentingan pertahanan. c. Khusus dalam upaya mengoptimalisasi peran TNI sebagai komponen utama pertahanan negara (dalam hal Binter). Apakah jumlah dan kualitas personil (SDM) yg ada sudah memadai. Apakah Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) sudah memadai sesuai dengan perkembangan senjata teknologi modern.
Solusi/arah kebijakan
Beberapa arah kebijakan yang perlu diformulasikan sebagai solusi, dianataranya: 1. Menumbuh-kembangkan kesadaran dan pemahaman setiap warga negara tentang bela negara, kecintaan terhadap Tanah Air (Sishaneg dan Binter). 2. Mendorong kemauan Politik Elit (pengelola dan penyelenggara negara). Peraturan Perundang-undangan sebagai payung hukum (keterlibatan setiap departemen dan pemerintah dalam bidang pertahanan). Dana/Anggaran Bidang Pertahanan. 3. Memperkokoh dan memelihara integritas dan kemanunggalan internal antar komponen TNI, serta TNI dan Rakyat. 4. Membangun TNI yang tangguh/profesional, efektif, dan modern. Peran Binter TNI AD sebagai salah satu kegiatan utama dalam pemberdayaan wilayah pertahanan di darat dan mewujudkan kemanunggalan TNI Rakyat dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD dalam sistem pertahanan negara. Hakikat Binter TNI AD adalah kegiatan penyiapan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan Sistem Pertahanan Semesta serta upaya untuk membangun, memelihara, meningkatkan dan memantapkan Kemanunggalan TNI-Rakyat melalui kegiatan bantuan untuk mengatasi kesulitan masyarakat.
9 b. Kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat disekitar. c. Kemampuan mendata geografi, demografi dan kondisi sosial terkait per-tahanan negara. d. Kemampuan meningkatkan kesadaran bela negara masyarakat sekitar. e. Kemampuan penguasaan medan sekitar. (3). Terwujudnya sikap Teritorial setiap prajurit dalam berinteraksi dengan masyarakat.
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Makna yg tersirat dari Sistem Pertahanan yang bersifat Semesta tersebut, mengandung nilai-nilai yg bersifat : Kerakyatan: adanya keikutsertaan seluruh warga negara sesuai dengan kemampuan dan keahlian dalam Sistem Pertahanan Negara. Kesemestaan: seluruh daya bangsa dan negara mampu memobilsasi diri guna menanggulangi segala bentuk ancaman dari luar maupun dari dalam negeri. Kewilayahan: seluruh wilayah negara merupakan tumpuan perlawanan agar dapat berlanjut. didayagunakan untuk mendukung setiap bentuk perlawanan secara
11
12 Ada tiga masalah utama pembangunan : 1. Pengangguran 2. Ketimpangan distribusi pendapatan 3. Kemiskinan dalam arti luas Cita-cita dan tujuan dipengaruhi oleh tiga unsur : 1. Letak geografis wilayah 2. Sumber daya alam 3. Sumber daya manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi: 1. Tradisi (nilai dan kaedah) tradisionalisme = sikap pandangan menuju dan mempertahankan. 2. Pendidikan untuk menilai apakah budaya tidak sesuai lagi, 3. Kepemimpinan.-- Perlu kepemimpinan yg kuat dan berwibawa. 4. Tujuan sebagai unsur pengarah, pemersatu motivasi, identitas, falsafah 5. Kepribadian.-Merupakan hasil pengembangan sejarah dan cita-cita. Kepribadian penting untuk menjadi daya tangkal. Tujuan yang dicapai : a. Meningkatkan empati-kepedulian b. Terapan ipteks teamwork-interdisipliner c. Nilai kepribadian : 1. Nasionalisme dan jiwa Pancasila 2. Keuletan, etos kerja, 3. Tanggung jawab 4. Kemandirian, 5. Kepemimpinan 6. Kewirausahaan d. Meningkatkan daya saing e. Menanamkan jiwa pengabdian 1. Learning community and learning society bersifat mengubah, perlu sistem pendidikan yang kondusif untuk mencapai tujuan.
13 Membangun karakter bukan pada sumberdaya alam, tetapi pada kualitas ssumberdaya manusia: 1. Managemen organisasi 2. Money 3. Metode 4. Machine 5. Material 6. Marketing 7. Aparatur 8. Tabiat 9. Akhlak, dan lain-lain Pasal 10 UU Nomor 3 tahun 2002 : 1. TNI sebagai alat pertahanan negara RI 2. TNI : AD AL AU 3. TNI bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara : Mempertahankan kedaulatan Negara & keutuhan Wilayah Melindungi kehormatan & keselamatan bangsa Melaksanakan operasi militer selain perang internasional
Konsepsi Tannas
1. Merupakan pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa. 2. Mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional. 3. Mampu mengatasi a t h g.
Hakekat Tannas
Keuletan & ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nas. Utk dpt menjamin kelangsungan hidup bgs & neg. Dlm mencapai tunas.
14
Asas-asas tannas
1. Kecerdasan kesejahteraan & keamanan 2. Konprehensif integral = menyeluruh terpadu 3. Mawas kedlm & mawas keluar 4. Kekeluargaan
Sifat-sifat Tannas :
1. Mandiri 2. Dinamis 3. Wibawa 4. Konsultasi & kerjasama
Keamanan nasional
1. Kepentingan vital melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. 2. Kepentingan major memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
15 3. Kepentingan pheripheral ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Kesimpulan
Keberadaan TNI yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, merupakan gelar komando dan kewilayahan TANNAS. (KOWIL) Kemudian untuk TNI pada
hakekatnya melaksanakan perannya dalam upaya pertahanan negara, sekaligus menunjang dan HAM, Pembangunan Nasional dibangun
dikembangkan secara profesional sesuai dengan kepentingan politik negara yang mengacu pada nilai dan prinsip demokrasi, ketentuan hukum nasional, transparan dan akuntabel. Tugas TNI adalah untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan wilayah NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 45, melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman, gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara supremasi sipil, dan internasional yang telah dikelola secara
16
CURRICULUM VITAE
H. Mansur Mashum, lahir di Rensing 18 November 1951 dari Ayah Tuan Guru Haji Mashum (alm. 1995) dan Ibu Sitti Ramlah (alm. 1969). Menyelesaikan Sekolah Dasar di Rensing (SD 2 dan SD 1) tahun 1964, SMPN Selong dan SMPN 1 Mataram (1970), dan SMAN Mataram (1970). Sarjana Muda (B.Sc.) diselesaikan di Fakultas Pertanian Unram (1974), Sarjana (Ir.) Pertanian diselesaikan tahun 1978 dari UGM dengan predikat cum laude. Doktor (Ph.D.) diselesaikan dari University of Adelaide Australia tahun 1989. Beristri Hj. Ida Rosanti dan telah memiliki empat orang putri dan putra, yakni Agrina Ika Wahidayati, S.Psi., M.Psi (saat ini telah bekerja di PT Cussons Indonesia, Jakarta), Agrian Isnanta Hidayat (alm. 1979), Agriana Rosmalina Hidayati, S. Farm., Apt., dan Agriananta Fahmi Hidayat, S.T. Guru Besar Tetap dalam bidang Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Mataram diperoleh tahun 2004, dengan Pangkat Pembina Utama dan Golongan IVe. Saat ini menduduki jabatan sebagai Rektor Unram Periode II (2005 2009), dan Periode I (2001- 2005). Prof. Mansur Mashum mengajar mata kuliah Kesuburan Tanah, Biologi Tanah, Pengelolaan Tanah, dan Hidrologi Pertanian; telah mempublikasikan sebanyak 37 karya ilmiah yang dimuat baik di jurnal dalam dan luar negeri; telah menerbitkan 6 buku teks bidang ilmu tanah, pupuk, dan iklim, diantaranya Will It Rain? The Effect of Southern Oscillation and El-Nino in Indonesia (co editor Ian Patridge, Queensland Centre for Climate Application), Department of Primary Industries, Queensland, Australia, (2002), telah menghadiri 31 kegiatan Seminar/Simposium/ Workshop/Training; terlibat dalam beberapa organisasi profesi ilmiah (HITI, PERHIMPI, PERAGI, ICMI, dan Ikatan Sarjana Nahdlatul Wathan); dan di samping juga berperanserta dalam beberapa organisasi kemasyarakat seperti WASIAT NUSANTARA, STI, Ketua Komite Sekolah SMAN 1 Mataram. Penghargaan yang pernah diterima adalah K. P. Barley Prize (1987) sebagai The Best Postgraduate Research, The University of Adelaide, Australia, dan Satyalancana Karya Satya XX Tahun (dengan Surat Keputusan Presiden RI No. 014/TK/Tahun 2003 tanggal 15 April 2003). Alamat komunikasi: mansurmashum@hotmail.com. mansurmashum@unram.org dan