Anda di halaman 1dari 15

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama.

Pada dasarnya epilepsi merupakan suatu penyakit Susunan Saraf Pusat (SSP) yang timbul akibat adanya ketidakseimbangan polarisasi listrik di otak (Dewanto, 2007). Ketidak seimbangan polarisasi listrik tersebut terjadi akibat adanya fokus-fokus iritatif pada neuron sehingga menimbulkan letupan muatan listrik spontan yang berlebihan dari sebagian atau seluruh daerah yang ada di dalam otak. (Basori, 1998). Epilepsi sering dihubungkan dengan disabilitas fisik, disabilitas mental, dan konsekuensi psikososial yang berat bagi penyandangnya (pendidikan yang rendah, pengangguran yang tinggi, stigma sosial, rasa rendah diri, kecenderungan tidak menikah bagi penyandangnya). Sebagian besar kasus epilepsi dimulai pada masa anak-anak. Pada tahun 2000, diperkirakan penyandang epilepsi di seluruh dunia berjumlah 50 juta orang, 37 juta orang di antaranya adalah epilepsi primer, dan 80% tinggal di negara berkembang. Laporan WHO (2001) memperkirakan bahwa rata-rata terdapat 8,2 orang penyandang epilepsi aktif di antara 1000 orang penduduk, dengan angka insidensi 50 per 100.000 penduduk. Angka prevalensi dan insidensi diperkirakan lebih tinggi di negara-negara berkembang (Steve White, 2005). Epilepsi dihubungkan dengan angka cedera yang tinggi, angka kematian yang tinggi, stigma sosial yang buruk, ketakutan, kecemasan, gangguan kognitif, dan gangguan psikiatrik (Tarwoto, 2007). Pada penyandang usia anak-anak dan remaja, permasalahan yang terkait dengan epilepsi menjadi lebih kompleks. Penyandang epilepsi pada masa anak dan remaja dihadapkan pada masalah keterbatasan interaksi sosial dan kesulitan dalam mengikuti pendidikan formal. Mereka memiliki risiko lebih besar terhadap terjadinya kecelakaan dan kematian yang berhubungan dengan epilepsi. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana dampak epilepsi terhadap berbagai aspek kehidupan penyandangnya. Masalah yang muncul adalah bagaimana hal tersebut bisa muncul, bagaimana manifestasinya dan bagaimana penanganan yang dapat dilakukan untuk kasus ini masih memerlukan kajian yang lebih mendalam. Penanganan terhadap penyakit ini bukan saja menyangkut penanganan medikamentosa dan perawatan belaka, namun yang lebih penting adalah bagaimana meminimalisasikan dampak yang muncul akibat penyakit ini bagi penderita dan keluarga maupun merubah stigma masyarakat tentang penderita epilepsi (Arif, 2000). Pemahaman epilepsi secara menyeluruh sangat diperlukan oleh seorang perawat sehingga nantinya dapat ditegakkan asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan epilepsi.

1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah asuhan keperawatan dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada pasien epilepsi? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Menjelaskan serta mengidentifikasi tentang epilepsi beserta Asuhan Keperawatan yang dilakukan untuk menangani masalah keperawatan yang timbul. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. 2. 3. 4. 5. Mengidentifikasi Epilepsi dan penyebabnya. Mengidentifikasi patofisiologi pada Epilepsi. Mengidentifikasi manifestasi klinis dan penatalaksanaan pada Epilepsi. Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada masalah keperawatan yang Mengidentifikasi pertumbuhan dan perkembangan pada pasien dengan

timbul akibat Epilepsi. Epilepsi. 1.4 Manfaat Memberikan informasi tentang definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan serta Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Epilepsi

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK Pengkajian tgl : 27 Feb 2012 Jam : 09.00 Tanggal MRS : No. RM : 10.057.818 Dx. Masuk : Epilepsy Ruang/Kelas : R. Poli Anak

Identitas

Identitas Anak

Identitas Orang Tua

Nama : An. M : tidakada keluhan, kedatangan untu kotrol rutin Nama Ayah : Tn. K Keluhan utama Tanggal Lahir : usia 11 tahunNama Ibu 3 tahun jatuh dari motor sat kcelakaan lalul lintas. : Ny. V Riwayat penyakit saat ini : Riwayat usia Jenis kelamin : Laki-laki 7 tahun, saat itu pasien dtang dengan pansa tinggi disusul deng n Pekerjaan ayah/ibu : swasta Kejang pertama saat usia Tanggal MRS : - 3XPendidikan ayah/ibu :durasi 1 mennit dan kemudin di awat di RS timbulnya kejang dalam sehari dengan SMA Alamat : Bojonegoro Agama : ketika demam kejang timbul lagi dengan frekuensi 3X sehri bojonegoro. Pada usia 9 tahun Islam Diagnosa medis dan lama 5 menit. : Epilepsi Suku/bangsa : Jawa Sumber informasi Sebelumnya Riwayat Kesehatan : Ibu, petugas kesehatan Riwayat RM Alamat : Bojonegoro kesehatan yang lalu : Penyakit yang pernah diderita : Demam Operasi Alergi : Imunisasi : Kejang : Batuk Pilek Tahun: Debu Ya Tidak

Makanan

Obat Udara

Lainnya, Sebutkan :tidak ada riwayat alergi BCG (umur : 10 hari) DPT 1x (umur 2 bln) Polio 1x (umur 2 bln) Hepatitis 2x (umur 0 hari, 2 bln ) Riwayat Sakit dan Kesehatan Riwayat kesehatan keluarga Penyakit yang pernah diderita keluarga : Lingkungan rumah dan komunitas : lingkungan rumah berada di daerah pedesaan , agak jauh dari jalan raya, pelayanan kesehatan yang terdekat adalah puskesmas desa Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : anak suka jajan disekolah Persepsi keluarga terhadap penyakit anak : ibu merasa cemas dengan keadaan anak jika telah dewasa akan kemungkinan serangan ulang

Riwayat Nutrisi Nafsu makan : Baik Pola makan Riwayat Sakit dan Kesehatan : 2x/hr : Ya : bervariasi Tidak 3x/hr Tidak Mual Muntah >3x/hr (porsi makan tidak habis)

Minum: air putih dengan jumlh yang tidakdiketahui Pantangan makanan Menu makanan Riwayat Pertumbuhan BB saat ini : 35,5 Kg, TB : 77 cm, LK : - cm BB lahir :3000 gr Panjang lahir :48 cm Riwayat Perkembangan Pengkajian Perkembangan (DDST) :Tahap Perkembangan Fisik (ROS: Review vs inferiority, Anak terlihat tenang dan Observasi& Pemeriksaan Psikososial :mastery of System) tertarik dengan lingkungan ruangan poli, memperhatikan beragam tulisan di dinding Keadaan Umum Normal Tidak, jenis.. Sedang Lemah Kesadaran: CM Bentuk dada : : Baik Tahap Perkembangan Psikoseksual : fase laten o Tanda vital TD : RR : 22x/menit Pola napas irama: TeraturNadi :86x/menit Suhu badan: 37,2 C Tidak teratur Jenis: Dispnoe Kusmaul Ceyne Stokes Wheezing Batuk : Ya ICS Tidak ada Ya : Nasal Masker Respirator Lain-lain : Ronchi Tidak Supraklavikular

ROS

Suara napas : Vesikular Lain-lain: Sesak napas : Ya PerkemihanPeryarafan B3 (Brain) Kardiovaskular B2 (Blood) Pernafasan B1 (Breath) Penginderaan B4 (Bladder)

Stridor

Tidak Ada

Retraksi otot Bantu napas : Suprasternal

Alat Bantu pernapasan: Tidak

Lain-lain : .............

Masalah :

Penglihatan (mata) Pupil : Isokor Anisokor : Lain-lain Ikterus Lain-lain:

Sclera/konjungtiva

Anemis Ya

Pendengaran/Telinga : Kebersihan : Irama :jantung : : Urin Jumlah Bunyi jantung : Kandung kencing CRT :

Tidak

Jelaskan:

Bersih : tidak ditemukan masalah Kotor Masalah Reguler Warna Irreguler cc/hari : Bau: S1/S2 tunggal Ya Tidak Murmur Ya Gallop :NormalMembesar Tidak >Yadtk Tidak 3 Panas Normal Dingin normal, sebutkan Dingin basah Tidak kering Lain-lain:

Nyeri Bantu (kateter, dan Ya Tidak : lain-lain) : Alat dada < 3 dtktekan Nyeri

Akral : alat kelamin : Hangat Bentuk Masalah :Uretra :Masalah : Normal

Hipospadia/Epispadia

Gangguan

Anuria

Oliguri

Retensi

Inkotinensia

Nokturia Penciuman (hidung) Bentuk : Normal

Inkotinensia Lain-lain: Tidak Jelaskan: Jelaskan: Total: 15 Menggenggam lain-lain: lain-lain: Moro

Gangguan penciuman : GCS Eye:4 Verbal:5 Reflek fisiologis :

Ya Tidak Motorik:6

Menghisap Menoleh Triceps Babinsky

Patella Reflek patologis Lain-lain: Istirahat / Tidur : 8 :

Biceps

Budzinsky Kernig

jam/hari Minum susu Mainan Cerita dongeng

Kebiasaan sebelum tidur :

Masalah : Penglihatan (mata) Pupil : Isokor : Anisokor Anemis Tidak Lain-lain Ikterus Jelaskan: Lain-lain:

Sclera/konjungtiva

Gangguan pandangan : Ya Pendengaran/Telinga : Persyarafan B3 (Brain) Gangguan pendengaran : Penciuman (hidung) Bentuk : Gangguan penciuman : Ya

Ya

Tidak

Jelaskan:

Normal Tidak

Tidak Jelaskan:

Jelaskan:

Masalah : tidak ditemukan masalah

Pencernaan B5 Muskuloskeletal/Integument B6 (Bone) (Bowel)

Nafsu makan : Porsi makan :

Baik Menurun Habis cc/hari Kotor Lembab

Frekwensi: Keterangan:

Tidak

Minum : kurang lebih 1000 Mulut dan Tenggorokan Mulut : Mukosa : Bersih

Berbau Stomatitis

Kering

Tenggorokan :

Sakit menelan/nyeri tekan Kesulitan menelan Lain-lain : Ascites Supel

Pembesaran tonsil Abdomen Perut : Tegang Kembung

Nyeri tekan : Ya Tidak Lokasi: K Kemampuan pergerakan sendi : Bebas Terbatas Peristaltik : x/menit Kekuatan otot : Pembesaran hepar : Ya Tidak Pembesaran lien : Ya Tidak Kulit Masalah : tidak ditemukan masalah 5 5 Buang air besar : 2x/hari Teratur: Ya Tidak Warna kulit: Ikterus Sianotik Kemerahan Pucat Konsistensi: padat Bau. Khas Warna: kecoklatan 5 T Turgor : Baik Sedang 5 Jelek Oedema: Ada Tidak ada Lokasi:

Hiperpigmentasi

Lain-lain: Masalah : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Defisit volume cairan Masalah : tidak ditemukan masalah

Endokrin

Masalah : Tyroid Membesar : Ya Hiperglikemia : Hipoglikemia : Ya Ya Tidak Tidak

Tidak Tidak

Pers. Higiene

Luka gangren : Ya Lain-lain :

Mandi : 2 Keramas

x/hari Sikat gigi:2 :1

x/hari

x/hari Memotong kuku : 1x/seminggu

Ganti pakaian :2x/hari Masalah : tidak ditemukan masalah

Psiko-Sosio-Spiritual Ekspresi afek dan emosi : Senang Sedih Terapi / Tindakan lain: Cemas Marah Diam Depaken 2x3cc Takut Lain-lain Asam folat 1x1 H Hubungan denga keluarga : Akrab Kurang akrab Vitamin B6 1x1 Dampak hospitalisasi bagi anak: Data Penunjang (Lab, Foto, USG, dll): sehingga setiap control diutamakan bersama ibu karena ayah bekerja Masalah : tidak ditemukan masalah Pemeriksaan EEG juni 2011: Pada perekaman abnormal mengindikasikan adanya gangguan fungsional yang berpotensi epileptogeik di regio temporal kiri CT Scan, didapatkan data bahwa ada lesi pada daerah capsula externa kiri ukuran 0,9x0,2x0,2 cm tanpa di sertai deviasi midline struktur.

Menangis

Dampak hospitalisasi bagi orang tua : aktivitas orang tua dalam mencari nafkah terganggu

Ners.

(..)

Surabaya, 27 Feb 2012 Ners (................................)

ANALISA DAN SINTESA DATA No 1 Pengelompokan data Tanggal 27-02-2012 jam 09.00 WIB Kemungkinan Penyebab Cidera lobus temporal Diagnosa/masalah Resiko cedera

S : Ibu mengatakan bahwa Area epileptogenik anaknya tidak pernah sakit kejang lagi dan kunjungan Perubahan adalah untuk control saja keseimbangan dari sel O : keadaan composmentis neuron Tanda vital : S : 37,2 C N : 86x/mnt RR : 22x/mnt
o

Terjadinya hipereksitabilitas pada arus yang melewati area

Kulit hangat, akral hangat, rusak anak tampak tenang suka memperhatkan lingkungan Kejang sekitar. Bibir tampak tidak

pecah-pecah cukup.

turgor kulit Resiko cedera

Pemeriksaan EEG juni 2011: Pada perekaman abnormal mengindikasikan 2. adanya Ansieta s (orang tua) gangguan fungsional yang berpotensi epileptogeik di regio temporal kiri S : Ibu dengan menyataan cemas Cidera lobus temporal keadaan epilepsy

yang d iderita anak, yang Area epileptogenik harus secara utin control dan bagaimana dewasa O: Fisiologis: terlihat gelisah Emosioal : ibu menyatakan ketakutan kognitif: sangat ibu kalau sudah Perubahan keseimbangan dari sel neuron Terjadinya hipereksitabilitas pada

menyatakan arus yang melewati area memikirkan masa rusak Kejang Resiko cedera Ansietas pada orang tua

depan klien

Diagnosa Keperawatan Analisa dan sintesa data di atas maka dapat diambil diagnosa keperawatan sebagai berikut : Resiko cedera behubungan dengan gerakan tonik/klonik yang tidak terkontrol selama episode kejang Ansietas (keluarga) berhhubungn dengan riwayat epilepsy anak

RENCANA INTERVENSI Tanggal 27-02-2012 jam 11.30 WIB

Diagnosa / masalah : Resiko cedera behubungan dengan gerakan tonik/klonik yang tidak terkontrol selama episode kejang Tujuan : kejang ulang tidak terjadi Kriteria : Tidak terjadi serangan ulang Suhu tubuh normal (36-37,5oC) Kesadaran composmentis Rencana : Menganjurkan terjadinya orang tua dan kejang Ketepatan orang tua dalam mengetahui terjadinyaserangan Observasi keberhasilan melakukan dilakukan Peningkatan suhu yang terlalu tinggiketika berativitas akan memberikan resik terjadinya kejng susulan Kepatuhan pada program pengobatan akan menurunkan serangan ulang kemungkinn terjdinya daritindakan menentukan yang akan

observasi vtal sig terutama suhu Batasi aktivitas ketika anak panas Berikan pengobatan sesuai advise dokter Depaken 2x3cc Asam folat 1x1 Vit B 6 1x1

Berikan health education kepada keluarga Pengetahun yang cukup dari orang tua tentang penykit dan prosedur pengobatan: akan menurunkan kecemasn atas keadaan penyebab kejang, apa yang arus dilaukan anak dan menningkatkan kepatuhan pada ketika terjadi terapi kejang, pentingnya terapi sesuai melakukan pengobatan

dengan program Diagnosa / masalah : Ansietas (keluarga) berhhubungn dengan anak Tujuan : ansietas pada keluarga minimal Kriteria : Orang tuaterlihat lebih tenang Orang tua menyatakan tidak takut dengan kondisi anak pengobatan anak Rencana : 1. Mengeksplorasi pengetahuan orang tua menjadi pemicu timbulnya kecemaan 2. meluapkan perasaan yang membebani Orang tua optimis dengan program terkait status sehatan anak yang mungkin riwayat epilepsy

Menggali pengetahuan orang terhadap akan menurunkan keegangan dalam pikiran penyakit anak, program pngobatan, dan yang menjadi penyebab kecemasan prognosa dari program pngobatan 3. pengetahuan yang cukup dan benar Membantu orang tua meluapkan perasaan mampu meminimalkn kecemasan yang

yang membebanni pikiran terkait keadaan akan timbul dan mencegah harapan dri dan program pngobatan anak Health education : Etiologi epilepsy Mekanisme epilepsy Pengobatan epilepsy Prognosa epilepsy Memberikan optimis motivasi untuk selalu program dalam menjalankan program pengobatan yang tidak rasional 4. motivasi yang kuat dalam menjalankan program pengobatan akan mendukung kpatuhan dilakukan dalam program pengobatan sehingga memaksimalan hasil terapi yang

pengobatan sesuai dengan yang telah diprogramkan

57 IMPLEMENTASI Pelaksanaan

Tanggal

Evaluasi mengatakan bahwa

Jam 27-02-2012

Diagnosa : Resiko cedera behubungan dengan S:Ibu

gerakan tonik/klonik yang tidak terkontrol anaknya tidak pernah sakit

Jam WIB

09.00 selama episode kejang kejang dan melakukan observasi vital sign terutama suhu dan membatasi aktivitas ketika anak panas

kejang O:

lagi

dan

kunjungan

Menganjurkan orang tua Observasi terjadinya adalah untuk control saja keadaan composmentis Tanda vital : S : 37,2oC, N : 86x/mnt, RR : 22x/mnt tenang suka lingkungan turgor kulit

Berikan health education kepada keluarga Kulit hangat, akral hangat, anak tentang penykit dan prosedur pengobatan: tampak penyebab kejang, apa yang arus dilaukan memperhatkan terapi pengobatan sesuai dengan program pecah-pecah cukup. Pemeriksaan EEG juni 2011: Pada perekaman abnormal adanya yang mengindikasikan gangguan temporal kiri A : Tujuan belum berhasil P: Rencana dipertahankan fungsional

ketika terjadi kejang, pentingnya melakukan sekitar. Bibir tampak tidak

berpotensi epileptogeik di regio

Diagnosa: Ansietas (keluarga) berhubungn S: dengan riwayat epilepsy anak Menggali pengetahuan orang

Ibu

mengatakan keadaan anak

cemas dan

dengan

terhadap kemungkinan serangan dimasa O:

penyakit anak, program pengobatan, dan depan anak prognosa dari program pngobatan: orang tua mengetahui tentang kemungkinan timbulnya Fisiologis: terlihat gelisah epiepsi akibat riwayat terjatuh dari sepeda. Emosioal : ibu menyatakan Orangtua juga menytakan telah mngetahui ketakutan tandaterjadinya kejang dari serangan yang kognitif: ibu menyatakan sangat terdahulu. Pengobatan yang dilakukan bersifat memikirkan masa depan klien mencegah timbulnya kejang dan harus A : Tujuan belum dilakukan secara rutin dan kemungkin untuk berhasil seumur hidup Health education : Etiologi epilepsy: riwayat cedera dari motor Mekanisme epilepsy: area rusak dalam otak P: Rencana dipertahankan

menyebabkan hipereksitabilitas sel meningkat Pengobatan epilepsy: depaken sebagi anti kejang dan vitaminB6 dan asamfoat untuk regenerasi sel otak Prognosa epilepsy: bersifat muncul serangan tiba-tiba berobat Memberikan motivasi untuk selalu optimis dalam menjalankan program pengobatan sesuai dengan yang telah diprogramkan dapatdiminimalkan dengan rutin

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Epilepsi adalah sindroma klinis yang ditandai dengan dua atau lebih bangkitan. Sebagian besar timbul tanpa provokasi akibat kelainan abnormal primer di otak dan bukan sekedar oleh penyebab sistemik (Dewanto, 2007). Penyebab kejang mencakup faktor faktor perinatal, anoksia, malformasi otak konginetal, faktor genetik, penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis), penyakit demam, gangguan metabolik, trauma, neoplasma, toksin, gangguan sirkulasi dan penyakit degeneratif sistem saraf. Penatalaksanaan pada pasien dengan epilepsi dibedakan menjadi 3 jenis cara penanggulagan yaitu selama kejang terjadi, setelah kejang dan pengobatan jangka panjang. Saran Faktor resiko epilepsy pada masa kehamilan, bagi ibu yang memiliki riwayat epilepsy diharapkan melakukan pemeriksaan kehamilan sejak dini guna mencegah terjadinya trauma pada ibu dan janin. Bagi tenaga medis diharapkan memberikan perhatian dalam penanganan dan pemantauan secara berkala dan rutin serta lakukan kolaborasi dengan tenaga medis neurologi untuk batasan dosis obat yang aman Bagi masyarakat pada umumnya diharapkan dapat menghargai dan menjaga privasi klien tersebut. Pada penyandang epilepsi sering dihadapkan oleh berbagai masalah psikososial yang menghambat kehidupan normal. Hal itu dilaksanakan agar pasien tetap dapat bersosialisasi dengan masyarakat dan tidak akan menimbulkan masalah pada klien. DAFTAR PUSTAKA Betz, C.L & Sowden, L.A., (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edsi 5. Jakarta :EGC Brashers, V.L., (2007). Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan & Manajemen. Edisi 2. Jakarta : EGC Dewanto, G. dkk, (2007). Panduan Praktis Diagnosis & Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta : EGC Ginsberg, L., (2005). Lectur Notes : Neurologi. Jakarta : Erlangga Medical Series Ikawati. (2009). Epilepsi. Diakses dari http://scribd.com tanggal 2 Maret 2012 jam 20.00 WIB. Kelompok Studi Epilepsi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi), (2003). Pedoman Tata Laksana Epilepsi. Muscary, M.E., (2005). Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC. Purba, J.S., (2008). Epilepsi : Permasalahan di Reseptor atau Neurotransmiter. Departemen Neurologi RSCM FKUI, 21(4), Desember, pp: 99-100

Raharjo, T.B., (2007). Faktor Faktor Resiko Epilepsy pada Anak di bawah Usia 6 Tahun. Published Thesis for Doctor of Neurology, Diponegoro University, Semarang Wong, (2003). Pedoman Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC Zulkarnain, 19.00 WIB (2011). Asuhan keperawatan epilepsy. Diakses dari http://nuzul_fkp09.web.unair.ac.id/artikel-detail-36168.html tanggal 2 Maret 2012 jam

Anda mungkin juga menyukai