Anda di halaman 1dari 15

BAB IPENDAHULUAN Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit,

jamur maupun nekbrosis steril yang bersumber dari sistemgastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai komplikasi dari peradanganakut saluran empedu. (Robins, et al, 2002).Bakteri ini bisa sampai ke hati melelui: 1) kandung kemih yang terinfeksi. 2)Luka tusuk atau luka tembus. 3) Infeksi didalam perut., dan 4) Infeksi dari bagiantubuh lainnya yang terbawa oleh aliran darah. Gejalanya berkurangnya nafsu makan,mual dan demam serta bisa terjadi nyeri perut. (Schoonmaker, D., 2003).Pada umumnya abses hati dibagi dua yaitu abses hati amebik (AHA) danabses hati pyogenik (AHP). AHA merupakan komplikasi amebiasis ekstraintestinalyang sering dijumpai di daerah tropik/ subtropik, termasuk indonesia. Abses hepar pyogenik (AHP) dikenal juga sebagai hepatic abscess, bacterial liver abscess, bacterial abscess of the liver, bacterial hepatic abscess. (Aru, W. S., 2002)Pada era pre-antibotik, AHP terjadi akibat komplikasi appendisitis bersamaandengan pylephlebitis. Bakteri phatogen melalui arteri hepatika atau melalui sirkulasivena portal masuk ke dalam hati, sehingga terjadi bakteremia sistemik, ataupunmenyebabkan komplikasi infeksi intra abnominal seperti divertikulitis, peritonitis daninfeksi post operasi. (Robins, et al, 2002).Liver abses masih merupakan masalah kesehatan dan sosial pada beberapa negara berkembang. Prevalensi yang tinggi sangat erat hubungannya dengan sanitasi yang jelek, status ekonomi yang rendah serta gizi yang buruk. Meningkatnya arus urbanisasi menyebabkan bertambahnya kasus liver abses di daerah perkotaan. Dinegara yang sedang berkembang abses hati amebik lebih sering didapatkan secaraendemik dibanding dengan abeses hati piogenik. Dalam beberapa dekade terakhir initelah banyak perubahan mengenai aspek epidemiologi, etiologi, bakteriologi, caradiagnostik maupun mengenai pengelolaan serta prognosisnya.

BAB II TINJAUAN TEORITIs A. KONSEP MEDIK 1. Definisi a. Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekbrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai komplikasi dari peradangan akut saluran empedu. (Robins,etal,2006.dikutip dari http://ilmubedah.info/abses hati-20110321.html ) b. Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekbrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai komplikasi dari peradangan akut saluran empedu (http://www.anggun.web.id/abse-hati-liver-abscesses.html ) c. Jadi Abses hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan oleh infeksi. Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal 2. Anatomi dan Fisiolog Hati merupakan organ homeostasis yang memainkan peranan penting dalam proses metabolisma dalam manusia dan haiwan. Hati mempunyai pelbagai fungsi termasuk menyimpan glikogen, mensintesis protein plasma, dan menyahtoksik dadah. Ia menghasilkan hempedu yang penting bagi penghadaman. Ia melaksana dan mengawal pelbagai fungsi

biokimia jumlah besar yang memerlukan tisu khas. Istilah perubatan yang berkaitan dengan hati sering kali bermula dari perkataan Greek bagi hati yaitu hepar, menjadi hepato atau hepatik. Hati berwarna perang kemerahan dan terletak di bawah diafragma yaitu di dalam rongga abdomen. Hati menerima makanan terlarut dalam darah apabila makanan ini tercerna dan diserap di usus. Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, mempunyai berat sekitar 1.kg. Walaupun berat hati hanya 2-3% dari berat tubuh, namun hati terlibat dalam 25-30% pemakaian oksigen. Sekitar 300 milyar sel-sel hati terutama hepatosit yang jumlahnya kurang lebih 80%, merupakan tempat utama metabolisme intermedier . Ia terletak di bawah diafragma di sebelah kanan badan Hati manusia dewasa mempunyai berat antara 1.3 - 3.0 kilogram. Ia adalah organ lembut berwarna perang kemerahan. Hati merupakan organ kedua terbesar manusia (organ terbesar adalah kulit) dan kelenjar terbesar dalam tubuh manusiamanusia. Sebahagian besar permukaan hati terletak di dalam sangkar toraks bagi melindunginya daripada kecederaan. ia juga menjadi alas bagi pundi hempedu yang menyimpan hempedu. Secara anatomi, hati dapat dibahagikan kepada empat lobus iaitu lobus kanan (right lobe), lobus kiri (left lobe), caudate lobe, dan quadrate lobe. Lihat gambar untuk penerangan yang lebih jelas. Berikut adalah fungsi-fungsi hati: 1. Mengawal aras glukosa darah dengan menyimpan glikogen di dalam hati 2. Menyimpan vitamin dan garam mineral tertentu. 3. Mengawalatur metabolisme karbohidrat, lipid dan asid amino. 4. Menghasilkan hempedu yang akan disimpan di dalam pundi hempedu. 5. Menghasilkan protein-protein plasma tertentu seperti albumin. 6. Menghasilkan faktor-faktor pembekuan darah I (fibrinogen), II (protrombin), V, VII, IX, X and XI 7. Menyahtoksik bahan-bahan beracun terutama dadah dan bahan-bahan bernitrogen seperti ammonia. 8. Sebagai tempat penghasilan sel-sel darah merah fetus. 9. Menguraikan molekul hemoglobin tua. 10. Menyingkirkan hormon-hormon berlebihan. ( price & Wilson 2006 ) 3. Etiologi a. Salmonella Thypi b. Entamoeba Hystolytica c. Streptokokus d. Escherichia Coli Abses hati piogenik dapat terjadi melalui infeksi yang berasal dari : 1. vena porta yaitu infeksi pelvis atau gastrointestinal, bias menyebabkan pielflebitis porta atau emboli septik. 2. saluran empedu merupakan sumber infeksi yang tersering. Kolangitis septik dapat menyebabkan penyumbatan saluran empedu seperti juga batu empedu, kanker, striktura saluran empedu ataupun anomali saluran empedu kongenital. 3. infeksi langsung seperti luka penetrasi, fokus septik berdekatan seperti abses perinefrik, kecelakaan lau lintas 4. septisemia atau bakterimia akibat infeksi di tempat lain. 5. kriptogenik tanpa faktor predisposisi yang jelas, terutama pada organ lanjut usia. Pada amebiasis hati penyebab utamanya adalah entamoeba hystolitika. Hanya sebagian kecil individu yang terinfeksi E.hystolitika yang memberi gejala amebiasis invasif, sehingga ada dugaan ada 2 jenis E.hystolitika yaitu strain patogen dan non patogen. Bervariasinya virulensi berbagai strain E.hystolitika ini berbeda berdasarkan kemampuannya menimbulkan lesi pada hati. Patogenesis amebiasis hati belum dapat diketahi secara pasti. Ada beberapa

mekanisme yang telah dikemukakan antara lain faktor virulensi parasit yang menghasilkan toksin, ketidakseimbangan nutrisi, faktor resistensi parasit, imunodepresi pejamu, berubahubahnya antigen permukaan dan penurunan imunitas cell-mediated Secara singkat dapat dikemukakan 2 mekanisme : 1. Strain E.hystolitica ada yang patogen dan non patogen. 2. Secara genetik E.hystolitica dapat menyebabkan invasi tetapi tergantung pada interaksi yang kompleks antara parasit dengan lingkungan saluran cerna terutama pada flora bakteri. Mekanisme terjadinya amebiasis hati : a. Penempelan E.hystolitica pada mukus usus. b. Pengerusakan sawar intestinal. c. Lisis sel epitel intestinal serta sel radang. Terjadinya supresi respons imun cellmediated yand disebabkan enzim atau toksin parasit, juga dapat karena penyakit tuberkulosis, malnutrisi, keganasan dll. d. Penyebaran ameba ke hati. Penyebaran ameba dari usus ke hati sebagian besar melalui vena porta. Terjadi fokus akumulasi neutrofil periportal yang disertai nekrosis dan infiltrasi granulomatosa. Lesi membesar, bersatu dan granuloma diganti dengan jaringan nekrotik. Bagian nekrotik ini dikelilingi kapsul tipis seperti jaringan fibrosa. Amebiasis hati ini dapat terjadi berbulan atau tahun setelah terjadinya amebiasis intestinal dan sekitar 50% amebiasis hati terjadi tanpa didahului riwayat disentri amebiasis 4. Insiden Abses hati didapatkan di seluruh dunia, abses hati piogenik lebih sering ditemukan di negara maju termasuk Amerika Serikat, sedangkan abses hati amuba di negara sedang berkembang yang beriklim tropis dan sub tropis terutama pada daerah dengan kondisi lingkungan yang kurang baik. Insiden tahunan abses hati piogenik mencapai 2,3 kasus per 100.000 penduduk dan lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 3,3 berbanding 1,3 per 100.000 penduduk. Insiden abses hati amuba di Amerika Serikaty mencapai 0,05 % sedangkan di India dan Mesir mencapai 10%-30% / tahun dengan perbandingan laki-laki: perempuan sebesar 3:1 sampai dengan 22:1 Insiden amoebiasis hati di RS di Indonesia berkisar antara 5-15 pasien pertahun. Penelitian epidemiologi di Indonesia menunjukkan perbandingan pria : wanita berkisar 3:1 sampai 22:1, Penularan pada umumnya melalui jalur oral-fekal dan dapat juga oral-anal-fekal. Kebanyakan amoebiasis hati yang dikenai adalah pria. Usia yang dikenai berkisar antara 20-50 tahun terutama dewasa muda dan lebih jarang pada anak. 5. Patofisiologi Akibat masuknya bakteri atau amoeba ke hepar, menyebabkan jaringan yang sehat menjadi rusak dan menimbulkan reaksi radang karena adanya kerusakan jaringan dan radang yang berlangsung lama menyebabkan jaringan hepar menjadi nekrosis. Hati tampak membengkak dan daerah yang abses menjadi pucat kekuningan, berbeda dengan hati sehat yang berwarna merah tua. Sel hepar yang jauh dari fokus infeksi juga mengalami sedikit perubahan meskipun tidak ditemukan amoeba. Abses tersebut dikelilingi oleh jaringan ikat yang membatasi perusakan lebih jauh kecuali bila ada infeksi tambaha. 6. Manifestasi klinis Manifestasi sistemik AHP lebih berat dari pada abses hati amebik. Dicurigai adanya AHP apabila ditemukan sindrom klinis klasik berupa nyeri spontan perut kanan atas, yang di tandai dengan jalan membungkuk kedepan dengan kedua tangan diletakan di atasnya.( Herrero, M., 2005 kutip dari http://ilmubedah.info/abses-hati-20110321.html ) Demam/panas tinggi merupakan keluhan yang paling utama, keluhan lain yaitu nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, dan disertai dengan keadaan syok. Apabila AHP letaknya dekat digfragma, maka akan terjadi iritasi diagfragma sehingga terjadi nyeri pada bahu sebelah kanan, batuk ataupun terjadi atelektesis, rasa mual dan muntah, berkurangnya nafsu

makan, terjadi penurunan berat badan yang unintentional, (Tukeva,T.A.etal,2005 dikuti dari http://www.anggun.web.id/abse-hati-liver-abscesses.html ) Cara timbulnya abses hati amoebik biasanya tidak akut, menyusup yaitu terjadi dalam waktu lebih dari 3 minggu. Demam ditemukan hampir pada seluruh kasus. Terdapat rasa sakit diperut atas yang sifat sakit berupa perasaan ditekan atau ditusuk. Rasa sakit akan bertambah bila penderita berubah posisi atau batuk. Penderita merasa lebih enak bila berbaring sebelah kiri untuk mengurangi rasa sakit. Selain itu dapat pula terjadi sakit dada kanan bawah atau sakit bahu bila abses terletak dekat diafragma dan sakit di epigastrium bila absesnya dilobus kiri. Anoreksia, mual dan muntah, perasaan lemah badan dan penurunan berat badan merupakan keluhan yang biasa didapatkan. Batuk-batuk dan gejala iritasi diafragma juga bisa dijumpai walaupun tidak ada ruptur abses melalui diafragma. Riwayat penyakit dahulu disentri jarang ditemukan. Ikterus tak biasa ada dan jika ada ia ringan. Nyeri pada area hati bisa dimulai sebagai pegal, kemudian mnjadi tajam menusuk. Alcohol membuat nyeri memburuk dan juga perubahan sikap. Pembengkakan bisa terlihat dalam epigastrium atau penonjolan sela iga. Nyeri tekan hati benar-benar menetap. Limpa tidak membesar. Gambaran klinik tidak klasik dapat berupa : a. Benjolan didalam perut, seperti bukan kelainan hati misalnya diduga empiema kandung empedu atau tumor pancreas. b. Gejala renal. Adanya keluhan nyeri pinggang kanan dan ditemukan massa yang diduga ginjal kanan. Hal ini disebabkan letak abses dibagian posteroinferior lobus kanan hati. c. Ikterus obstruktif. Didapatkan pada 0,7% kasus, disebabkan abses terletak didekat porta hepatis. d. Colitis akut. Manifestasi klinik colitis akut sangat menonjol, menutupi gambaran klasik absesnya sendiri. e. Gejala kardiak. Ruptur abses ke rongga pericardium memberikan gambaran klinik efusi pericardial. f. Gejala pleuropulmonal. Penyulit yang terjadi berupa abses paru menutupi gambaran klasik abses hatinya. g. Abdomen akut. Didapatkan bila abses hati mengalami perforasi ke dalam rongga peritoneum, terjadi distensi perut yang nyeri disertai bising usus yang berkurang. h. Gambaran abses yang tersembunyi. Terdapat hepatomegali yang tidak jelas nyeri, ditemukan pada 1,5 %. i. Demam yang tidak diketahui penyebabnya. Secara klinik sering dikacaukan dengan tifus abdominalis atau malaria.7. Pemeriksaan Penunjang Menurut Julius, ilmu penyakit dalam jilid III, (2005). Pemeriksaan penunjang antara lain a. Laboratorium Untuk mengetahui kelainan hematologi antara lain hemoglobin, leukosit, dan pemeriksaan faal hati. b. Foto dada Dapat ditemukan berupa diafragma kanan, berkurangnya pergerakkan diafragma, efusi pleura, kolaps paru dan abses paru. c. Foto polos abdomen Kelainan dapat berupa hepatomegali, gambaran ileus, gambaran udara bebas diatas hati. d. Ultrasonografi Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma. e. Tomografi

Melihat kelainan di daerah posterior dan superior, tetapi tidak dapat melihat integritas diafragma. f. Pemeriksaan serologi Menunjukkan sensitifitas yang tinggi terhadap kuman. 8. Penatalaksanaan a. Medikamentosa 1. Abses hati piogenik a) Sefalosporin generasi ke-3 dan klindamisin atau metronidazole. Jika dalam waktu 2 48 jam belum ada perbaikan klinis dan laboratoris, maka antibiotika yang digunakan diganti dengan antibiotika yang sesuai dengan hasil kultur sensitivitas aspirat abses hati. b) Pengobatan secara parenteral dapat dirubah menjadi oral setelah pengobatan parenteral selama 10-14 hari, dan kemudian dilanjutkan kembali hingga 6 minggu kemudian . 2. Abses hati Ameba a) Metronidazole 3 x 750 mg per oral selama 7-10 hari atau Tinidazole 3 x 800 mg per oral selama 5 hari, dilanjutkan dengan preparat luminal: b) Paromomycin 2535 mg/kg/hari per oral terbagi dalam 3 dosis selama 7 hari atau lini kedua Diloxanide furoate 3 x 500 mg per oral selama 10 hari . b. Aspirasi jarum perkutan Indikasi aspirasi jarum perkutan: 1. Resiko tinggi untuk terjadinya ruptur abses yang didefinisikan dengan ukuran kavitas lebih dari 5 cm 2. Abses pada lobus kiri hati yang dihubungkan dengan mortalitas tinggi dan frekuensi tinggi bocor ke peritoneum atau perikardium 3. Tak ada respon klinis terhadap terapi dalam 5-7 hari c. Drainase perkutan Drainase perkutan abses dilakukan dengan tuntunan USG abdomen atau CT scan abdomen. Penyulit yang dapat terjadi : perdarahan, perforasi organ intra abdomen, infeksi, ataupun terjadi kesalahan dalam penempatan kateter untuk drainase. d. Drainase secara operasi Tindakan ini sekarang jarang dikerjakan kecuali pada kasus tertentu seperti abses dengan ancaman rupture atau secara teknis susah dicapai atau gagal dengan aspirasi biasa/ drainase perkutan. e. Reseksi hati Pada abses hati piogenik multipel kadang diperlukan reseksi hati. Indikasi spesifik jika didapatkan abses hati dengan karbunkel (liver carbuncle) dan disertai dengan hepatolitiasis, terutama pada lobus kiri hati. Berdasarkan kesepakatan PEGI (Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia) dan PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia) di Surabaya pada tahun 1996: a. Abses hati dengan diameter 1-5 cm : terapi medikamentosa, bila respon negatif dilakukan aspirasi b. Abses hati dengan diameter 5-8 cm: terapi aspirasi berulang c. Abses hati dengan diameter 8 cm : drainase per kutan B. PROSES KEPERAWATAN 1. Pengkajian Keperawatan Data dasar pengkajian pasien dengan Abses Hepar, meliputi. a. Aktivitas/istirahat, menunjukkan adanya kelemahan, kelelahan, terlalu lemah, latergi, penurunan massa otot/tonus.

b. Sirkulasi, menunjukkan adanya gagal jantung kronis, kanker, distritmia, bunyi jantung ekstra, distensi vena abdomen. c. Eliminasi, Diare, Keringat pada malam hari menunjukkan adanya flatus, distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus, feses warna tanah liat, melena, urine gelap pekat. Makanan/cairan, menunjukkan adanya anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat mencerna, mual/muntah, penurunan berat badan dan peningkatan cairan, edema, kulit kering, turgor buruk, ikterik. Neurosensori, menunjukkan adanya perubahan mental, halusinasi, koma, bicara tidak jelas. Nyeri/kenyamanan, menunjukkan adanya nyeri abdomen kuadran kanan atas, pruritas, sepsi perilaku berhati-hati/distraksi, focus pada diri sendiri. Pernapasan, menunjukkan adanya dispnea, takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan, ekspansi paru terbatas, asites, hipoksia Keamanan, menunjukkan adanya pruritas, demam, ikterik, angioma spider, eritema. 2. Diagnose Keperawatan a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum. b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual/muntah. c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan edema d. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan. e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dengan proses penyakit. f. Hipertermi berhunbungan dengan proses infeksi. g. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar. h. Pola napas tidak efektif berhubunagn dengan asites dan restriksi pengembangan toraks akibat asites, distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks. 3. Rencana Keperawatan DX.I . Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum. Tujuan : Klien menunjukkan perbaikan terhadap aktifitas. Kriteria hasil : a. Mengekspresikan pemahaman tentang pentingnya perubahan tingkat aktifitas. b. Meningkatkan aktifitas yang dilakukan sesuai dengan perkembangan kekuatan otot. Rencana keperawatan dan rasional Intervensi Rasional 1. Tingkatkan tirah baring, ciptakan 1. Meningkatkan ketenangan istirahat lingkunga yang tenang. dan menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan. 2. Tiarah baring lama dapat 2. Tingkat aktifitas sesuai toleransi. menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktifitas yang mengganggu periode istirahat. 3. Membantu menurunkan kadar aktifitas tepat, sebagai peningkatan 3. Awasi kadar enzim hepar prematur pada potensial resiko berulang. DX.II. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual/ muntah Tujuan : Klien menunjukkan status nutrisi yang adekuat. Kriteria hasil : a. Nafsu makan baik.

b. Tidak ada keluhan mual/muntah. c. Mencapai BB , mengarah kepada BB normal . Rencana keperawatan dan rasional Intervensi 1. Awasi keluhan anoreksia, mual/muntah. 2. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makanan sediki dalam frekwensi sering.

3. Lakukan perawatan mulut sebelum makan 4. Timbang berat badan. 5. Berikan obat vit. B kompleks, vit. c tambahan diet lain sesuai indikasi.

Rasional 1. Berguna dalam mendefinisikan derajat, luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat. 2. Makan banyak sulit untuk mengatur bila klien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk pada siang hari, membuat masukan makanan sulit pada sore hari. 3. Menghilangkan rasa tidak enak dan meningkatkan nafsu makan 4. Penurunan BB menunjukkan tidak adekuatnya nutrisi klien. 5. Memperbaiki kekurangan dan membantu dan proses penyembuhan.

DX.III. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan edema Tujuan : pemulihan kepada volume cairan yang normal Rencana keperawatan dan rasional Intervensi 1. Batasi asupan Natrium dan cairan jika Diinstruksikan 2. Berikan diuretic, suplemen kalium dan protein. 3. Catat asupan dan haluaran cairan. 4. Ukur dan catat lingkar abdomen setiap hari.

Rasional 1. Meminimalkan pembentukan asites dan edema. 2. Meningkatkan ekskresi cairan lewat ginjal dan mempertahankan keseimbangan cairan serta elektrolit yg normal. 3. Menilai efektivitas terapi dan kecukupan asupan cairan. 4. Memantau perubahan pembentukan asites dan pembentukan cairan

DX.IV. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan . Tujuan : Klien menunjukkan jaringan kulit yang utuh. Kriteria hasil : a. Melaporkan penurunan proritus atau menggaruk. b. Ikut serta dalam aktifitas untuk mempertahankan integritas kulit Rencana keperawatan dan rasional Intervensi 1. Lakukan perawatan kulit dengan sering,hindari sabun alkali. 2. Pertahankan kuku klien terpotong pendek. Instruksikan Klien menggunakan ujung jari untuk

Rasional 1. Mencegah kulit kering berlebihan. Memberikan penghilang gatal 2. Untuk menurunkan resiko kerusakan kulit bila menggaruk.

Intervensi menekan pada kulit bila sangat perlu menggaruk 3. Pertahankan liner dan pakaian kering.

Rasional 3. Pakaian basah dan berkeringat adalah sumber ketidak nyamanan

DX.V. Kurang pengetahuan berhubungan kurangnya informasi tentang proses penyakit. Tujuan : Klien dan keluarga mengetahui tentang proses penyakitnya. Kriteria hasil : a. Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit. b. Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan Rencana keperawatan dan rasional Intervensi Rasional 1. Kaji tingkat pemahaman proses 1. Mengidentifikasi area penyakit, harapan /prognosis, kekurangan / salah informasi dan kemungkinan pilihan pengobatan. memberikan informasiambahan sesuai 2. Berikan informasi khusus keperluan. tentang penyakitnya. 2. Kebutuhan atau rekomendasi 3. Jelaskan pentingnya istirahat akan bervariasi karena tipe hepatitis dan latihan. dan situasi individu. 3. Aktifitas perlu dibatasi sampai hepar kembali normal.

DX.VI. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. Tujuan : Klien menujukkan suhu tubuh dalam batas normal Kriteria hasil : a. Klien tidak mengeluh panas b. Badan tidak teraba hangat c. Suhu tubuh 36 37 0C Rencana keperawatan dan rasional Intervensi Rasional 1. Kaji Adanya keluahan tanda 1. Peningkatan suhu tubuh tanda peningkatan suhu tubuh menujukkan berbagai gejala seperti 2. Monitor tanda - tanda vital uka merah, badan teraba hangat terutama suhu tubuh 2. Demam disebabkan efek - efek dari endotoksin pada hipotalamus dan efinefrin yang melepaskan pirogen

3. Berikan kompres hangat pada aksila / dahi

3. Akxila merupakan jaringan tipis dan terdapat pembulu darah sehingga akan mempercepat pross konduksi dan dahi berada didekat hipotalamus sehingga cepat memberikan respon dalam mengatur suhu tubuh.

ADX.VII. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar. Tujuan : klien mengungkapkan nyeri berkurang / teratasi Rencana keperawatan dan rasional Intervensi Rasional 1. Kaji tingkat nyeri 1. Mengetahui persepsi dan reaksi 2. Monitor tanda - tanda vital klien terhadap nyeri serta sebagai 3. Berikan kenyamanan tindakan dasar keefektifan untuk intervensi misalnya perubahan posisi relaksasi selanjutnya 4. Ajarkan tehnik penangan rasa 2. Perubahan frekuwensi jantung nyeri control stress dan cara relaksasi atau TD menujukkan bahwa pasien 5. Kolaborasi dengan tim medis mengalami nyeri, khususnya bila dalam pemberian analgetik alasan lain untuk perubahan tanda vital talah terlihat 3. Tindakan non analgetik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidak nyamanan 4. Untuk mengalihkan perhatian. Meningkatkan control rasa serta meningkatkan kemampuan mengatasi rasa nyeri dan stress dalam periode yang lama 5. Analgetik berfungsi untuk mengurangi rasa sakiti individu.

DX.VIII. Pola napas tidak efektif berhubunagn dengan asites dan restriksi pengembangan toraks akibat asites, distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks. Tujuan : Perbaikan status pernapasan Intervensi Rencana keperawatan dan rasional Intervensi Rasional 1. Tinggikan bagian kepala tempat 1. Mengurangi tekanan abdominal tidur. pada diafragma dan memungkinkan 2. Hemat tenaga pasien pengembangan toraks dan ekspansi 3. Bantu pasien menjalani dalam paru yg maksimal. Paresentesis dan torakosintesis 2. Mengurangi kebutuhan metabolic dan oksigen pasie 4. Paresentesis dan torakosintesis merupakan tindakan yang menakutkan bagi pasien. Bantu pasien untuk bekerjasama dalam menjalani prosedur ini.

DAFTAR PUSTAKA Anggun.Web. (2011). Abses Hati. Web Paling Anggun. Diakses tanggal 19 Agustus 2011. http://www.anggun.web.id/abses-hati-liver-abscesses.html andri LA, Rasjid HA. 2006. Abses amuba pada hepar. Dexa Medica 2004; 21-6 . Santoso M, Wijaya. 2005. Diagnostik danpenatalaksanaan abses amebiasis hati. Dexa Medica 2004;4:17-20. Widita, H & Soemohardjo, S. ( 2006). Beberapa Kasus Abses Hati Amuba. Jurnal Penyakit Dalam. V. 7 (2). p. 121-128 Artikel bedah. (2011). Abses Hepar. Ilmubedah.Info. diakses tanggal 20 Agustus 2011. <http://ilmubedah.info/Abses-Hepar-20110321.html>. Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Doenges, E., Moorhouse, MF dan Geissler, A.SA (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Nanah di Hati adalah daerah yang dipenuhi nanah dalam hati. Ada banyak potensi penyebab abses hati antara lain: * Infeksi perut seperti usus buntu, divertikulitis, atau perforasi usus; * Infeksi darah; * Infeksi hati sekresi (bilier) saluran; * Trauma yang merusak hati Bakteri yang paling umum yang menyebabkan abses hati adalah: * Bacteroides Bacteroides * Enterococcus Enterococcus * Escherichia coli * Klebsiella Klebsiella * Staphylococcus Staphylococcus * Streptococcus Streptococcus Perawatan Perawatan biasanya terdiri dari pembedahan atau penyedotan melalui kulit dengan jarum atau tabung untuk mengeringkan abses. Seiring dengan prosedur ini, penderita diberikan terapi antibiotik jangka panjang (biasanya 4-6 minggu). Kadang-kadang pemberian antibiotik sendiri belum dapat menyembuhkan infeksi.

GEJALA-GEJALA ABSES HEPAR atau ABSES HATI BERDASARKAN ANAMNESIS * Demam/panas tinggi merupakan keluhan yang paling utama, * Nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, seperti ditusuk atau di tekan, rasa sakit akan berubah saat berubah posisi dan batuk * Batuk sebagai gejala iritasi diafragma * Rasa mual dan muntah, * Berkurangnya nafsu makan (anoreksia), * Penurunan berat badan yang unintentional. * Sindrom klinis klisik berupa nyeri spontan perut kanan atas, yang ditandai dengan jalan membungkuk kedepan dengan kedua tangan diletakan di atasnya.( Herrero, M., 2005 * Terkadang mengeluh nyeri di dada kanan * Urin berwarna gelap PEMERIKSAAN FISIK PADA ABSES HEPAR atau ABSES HATI * Nyeri tekan pada regio perut kanan * Perbesaran hati 3-6 jari PEMERIKSAAN TAMBAHAN A. Darah: haemoglobin menurun, leukositosis yang tinggi dengan pergeseran ke kiri, kadar albumin berkurang, globulin, bilirubin serum meningkat, fosfatase alkali meningkat, SGOT-SGPT, peningkatan laju endap darah, peningkatan enzim transaminase dan waktu protrombin yang memanjang. B. Rontgen thorak: peninggian kubah diafragma kanan, berkurangnya gerak diafragma, efusi pleura, kolaps paru dan abses paru. C. Foto Polos Abdomen: berupa gambaran illeus, hepatomegali atau gambaran udara bebas di atas hati jarang didapatkan berupa air fluid level yang jelas. D. USG bentuk bulat atau oval tidak ada gema dinding yang berarti ekogenisitas lebih rendah dari parenkim hati normal bersentuhan dengan kapsul hati peninggian sonic distal E. Serologi indirect haemaglutination (IHA), Yang banyak dilakukan adalah tes IHA. Tes IHA menunjukkan sensitivitas yang tinggi. Titer 1:128 bermakna untuk diagnosis amoebiasis

invasive. counter immunoelectrophoresis (CIE), dan ELISA. DIAGNOSIS ABSES HEPAR ABSES HATI Criteria Sherlock : 1. Hepatomegali yang nyeri tekan 2. Respon baik terhadap obat amoebisid 3. Leukositosis 4. Peninggian diafragma kanan dan pergerakan yang kurang 5. Aspirasi pus 6. Pada USG didapatkan rongga dalam hati 7. Tes hemaglutinasi positif Kriteria Ramachandran (bila didapatkan 3 atau lebih dari) : 1. Hepatomegali yang nyeri 2. Riwayat disentri 3. Leukositosis 4. Kelainan radiologis 5. Respon terhadap terapi amoebisid Kriteria Lamont dan Pooler (bila didapatkan 3 atau lebih dari ) : 1. Hepatomegali yang nyeri 2. Kelainan hematologis 3. Kelainan radiologis 4. Pus amoebik 5. Tes serologic positif 6. Kelainan sidikan hati 7. Respon yang baik dengan terapi amoebisid PENGOBATAN DAN TINDAKAN ABSES HEPAR ABSES HATI Medikamentosa 1. Metronidazole : 3750 mg selama 5-10 hari dan ditambah dengan ; 2. Kloroquin fosfat : 1 g/hr selama 2 hari dan diikuti 500/hr selama 20 hari, ditambah; 3. Dehydroemetine : 1-1,5 mg/kg BB/hari intramuskular (maksimum 99 mg/hr) selama 10 hari. Tindakan aspirasi terapeutik Indikasi : 1. Abses yang dikhawatirkan akan pecah 2. Respon terhadap medikamentosa setelah 5 hari tidak ada. 3. Abses di lobus kiri karena abses di sini mudah pecah ke rongga perikerdium atau peritoneum. 3. Tindakan pembedahan Pembedahan dilakukan bila : 1. Abses disertai komplikasi infeksi sekunder. 2. Abses yang jelas menonjol ke dinding abdomen atau ruang interkostal. 3. Bila terapi medikamentosa dan aspirasi tidak berhasil. 4. Ruptur abses ke dalam rongga intra peritoneal/pleural/pericardial. Tindakan bisa berupa drainase baik tertutup maupun terbuka, atau tindakan reseksi misalnya lobektomi. Penatalaksanaan drainase terbuka secara operasi dan antibiotik spektrum luas oleh karena bakteri penyebab abses terdapat di dalam cairan abses yang sulit dijangkau dengan antibiotik tunggal tanpa aspirasi cairan abses.

KOMPLIKASI ABSES HEPAR atau ABSES HATI Septikaemia/bakteriemia Ruptur abses hati Peritonitis generalisata Empiema Fistula hepatobronkial Ruptur kedalam perikard atau retroperitoneum. Efusi pleura Pneumonia. Fistula bronkopleura, biliopleura dan biliobronkial juga dapat timbul dari reptur abses amuba. Pasien-pasien dengan fistula ini akan menunjukan ludah yang berwarna kecoklatan yang berisi amuba yang ada. (Adams, E. B., 2006).A

1. Keluhan Utama : Nyeri perut di bagian kanan atas Masalah : 1. Demam2. Menggigil3 Mual4. Badan lemes (malaise)5. Nafsu makan menurun (anoreksia)6. Berat badan menurun 2. Riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, d a n r i w a y a t keluarga yang relevan dengan keluhan utama.A.Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan nyeri perut di bagian kanan atas yang t e r u s menerus sej ak 2 minggu, perut dirasakan makin membesar dan t e r a s a kencang, pasien merasa sulit untuk bergerak dan berjalan. Selain itu pasien jugam e n g e l u h b a d a n p a n a s , m e n g g i g i l , m u a l , n a f s u m a k a n m e n u r u n d a n b e r a t badan menurun.3 Sering pula pasien mengeluh kalau badannya terasa lemes dan cepat lelah.Keluhan tersebut berkurang setelah diberi obat. Pasien tidak mengeluh adanya bercak-bercak merah pada dada bagian atas punggung, lengan atas maupun pada telapak tangan. Juga tidak ada keluhan muntah, BAB normal, BAK normal.Pasien tidak mengeluh adanya sesak nafas maupun berdebar-debar, jugatidak ada udem. B.Riwayat Penyakit Dahulu : Sebelumnya pasien pernah dirawat di RS Sinar Kasih dengan keluhan rasa sakit di perut bagian kanan atas C.Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit kuning. 4.Pemeriksaan fisik yang dibutuhkan dan kenapa ? Pemeriksaan fisik secara umum berpengaruh pada penatalaksanaan awal s a a t pasien datang, baik itu dalam kasus kegawatdaruratan m a u p u n n o n kegawatdaruratan.K e a d a a n u m u m : S e d a n g Kesadaran :Compos mentisT a n d a v i t a l : T e k a n a n d a r a h : 1 2 0 / 8 0 m m H g Nadi :74 x / m e n i t Respirasi :22 kali/menit,S u h u : 3 8 C . P a d a p a s i e n i n i t i d a k d i t e m u k a n a d a n y a t a n d a - t a n d a k e g a w a t d a r u r a t a n y a n g memerlukan penatalaksanaan secepatnya

Pemeriksaan kepala:Venektasi (-), (untuk m e n g e t a h u i a d a n y a t a n d a - t a n d a gagal jantung kanan)R a m b u t : T i d a k m u d a h r o n t o k ( u n t u k m e n g e t a h u i a d a n y a t a n d a - tanda kegagalan hati) M a t a : K o n j u n g t i v a a n e m i s ( - / - ) , s k l e r a i k t e r i k ( + / + ) ( u n t u k mengetahui adanya tanda-tanda meningkatnya bilirubin)P e m e r i k s a a n l e h e r : J V P t i d a k me n i n g ka t ( u n t u k me n g e t a h u i a d a n y a t a n d a - tanda gagal jantung kanan) Pemeriksaan dadaD i n d i n g d a d a : S p i d e r n a e v i ( u n t u k m e n g e t a h u i a d a n y a t a n d a t a n d a hipertensi portal)C / P : d b n Pemeriksaan abdomenI n s p e k s i : P e r u t m e m b u n c i t k e a r a h p e r i f e r P a l p a s i : H e p a r , t e r a b a 4 j a r i B A C Lien tidak terabaUndulasi cairan (-) Nyeri tekan perut kanan atas (+) P e r k u s i : R e d u p d i p e r u t b a g i a n k a n a n a t a s , t i m p a n i A u s k u l t a s i : B U ( + ) N Pemeriksaan dari inspeksi perkusi adalah untuk mengetahui adanya pembesaranhepar Pemeriksaan ekstremitasSuperior :Udem (-), telapak tangan eritema palmaris (-/-)I n f e r i o r : U d e m ( - ) Pemeriksaan dari superior maupun inferior adalah untuk mengetahui adanya tanda-tanda hipertensi portal 5.Bagaimana informasi pada 4 membantu untuk mendukung hipotesis ? Hipotesis kami adalah Abses hepar, DD :Hepatitis kronis, tumor hepar Pada pemeriksaan fisik ditemukan :1 ) P e m e r i k s a a n A b d o m e n I n s p e k s i : P e r u t m e m b u n c i t k e a r a h p e r i f e r P a l p a s i : H e p a r , t e r a b a 4 j a r i B A C Lien tidak terabaUndulasi cairan (-) Nyeri tekan perut kanan atas (+) P e r k u s i : R e d u p d i p e r u t b a g i a n k a n a n a t a s , t i m p a n i A u s k u l t a s i : B U ( + ) N 2)Pemeriksaan mata :Sklera ikterik (+/+) 6.Pemeriksaan penunjang apa yang dibutuhkan u n t u k m e n d u k u n g hipotesis dan terangkan rasionalisasinya. Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan adalah pemeriksaan darahl e n g k a p , u r i n l e n g k a p , f e s e l e n g k a p , k i m i a d a r a h , U S G , C T d a n M R I . Pemeriksaan tersebut untuk mengetahui adanya t a n d a - t a n d a p e n y a k i t y a n g curigai. Penyakit-penyakit penyerta seperti anemia, infeksi baik akut maupunkronik, kelainan hepar, jantung maupun ginjal.a . P e m e r i k s a a n d a r a h l e n g a p

Hb : 10,2 (13-16 g/dl) AL : 28.300 (5_10RBU / MIU L Hmt : 32 (37-45%) AE : 3,98 (4-5 JT/MI) AT : 251.000 (150-400RBU/ML) MCV : 81,7 (82-92pq) MCH : 25,6 (73-31%) Berat badan menurunP e m e r i k s a a n F i s i k : Pemeriksaan mata :Sklera ikterik (+/+) Pemeriksaan AbdomenI n s p e k s i : P e r u t m e m b u n c i t k e a r a h p e r i f e r P a l p a s i : H e p a r , t e r a b a 4 j a r i B A C Lien tidak terabaUndulasi cairan (-) Nyeri tekan perut kanan atas (+)P e r k u s i : R e d u p d i p e r u t b a g i a n k a n a n a t a s , t i m p a n i A u s k u l t a s i : B U ( + ) N Pemeriksaan Penunjang:USG 9. Terangkan pemilihan pengelolaan dengan literatur A.Non Farmakologi -Diet -Drainase B.Farmakologi - Antibiotik 9.Tentukan Prognosis Prognosis abses hepar sangat ditentukan diagnosis dini, lokasi yang sangatakurat dapat ditetapkan dengan ultrasonografi, pemberian antibiotik perioperatif dan aspirasi perkutan atau drainase secara bedah

Anda mungkin juga menyukai