Anda di halaman 1dari 45

Analisa dan Penentuan Partikulat, Nitrogen Dioksida (NO

2
), Sulfur
Dioksida (SO
2
) , dan Amoniak (NH
3
) Udara Ambient







Di Susun Oleh :
M. Sholeh
Rahma Diana O,A
Rissa Ayou Juliant
Satriyo
Ziyadah Fitriana

Kimia V A





PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010/2011
KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil percobaan ini.
Adapun judul dari percobaan ini adalah Analisa dan Penentuan Partikulat, Nitrogen
Dioksida (NO
2
), Sulfur Dioksida (SO
2
) , dan Amoniak (NH
3
) Udara Ambient.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Etyn Yunita,
M.Si selaku dosen praktikum kimia lingkungan dan Ibu Nita Rosita S.Si selaku asisten dosen
praktikum kimia lingkungan yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis dalam menyelesaikan percobaan ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelasaian makalah ini dan memberikan motivasi
kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa hasil percobaan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir
kata, semoga hasil percobaan ini bermanfaat bagi semua pihak.


Jakarta, Desember 2010



Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi .
Abstrak ...
Abstract ..
Bab I Pendahuluan ...
I.1 Latar Belakang ..
I.2 Tujuan Penelitian ..
I.3 Manfaat Penelitian ....
Bab II Tinjauan Pustaka ....
II.1 Pengertian pH ...
II.2 Logam ..
II.3 Spektrofotometer UV-Vis ...
II.4 Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) .
II.5 Anemometer .
II.6 Sound Level Meter
II.7 Metode-metode
Bab III Metodelogi Penelitian .
III.1 Instrumentasi ...
III.2 Sampling Air dan Uji Fisik .
III.3 Penentuan Kadar Logam Besi dan Mangan Sampel Air
III.4 Uji Fosfat dengan Metode Asam Askorbat .
III.5 Uji Amonia Sampel Air dengan Metode Phenat
Bab IV Hasil dan Pembahasan ...
IV.1 Hasil Percobaan ..
IV.2 Pembahasan
Bab V Kesimpulan dan Saran
V.1 Kesimpulan .
V.2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran .
1.
2.
3.
4.
5.
6.
6.
8.
8.
9.
9.
11.
12.
13.
14.
14.
15.
17.
17.
19.
21.
22.
24.
27.
28.
29.
30.
39.
39.
39.
40.
41

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan kadar besi (Fe), mangan (Mn), fosfat (PO
4
-P) dan amonia
(NH
3
-N) dalam sample air minum isi ulang. Contoh air minum diperoleh dari tiga tempat depot
isi ulang yang berbeda di sekitar Ciputat.
Penentuan kadar besi (Fe) = 248.3 nm, mangan (Mn) = 279.5 nm, fosfat (PO
4
-P) =
880 nm, dan amonia (NH
3
-N) =640 nm dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-
Vis. Untuk uji fosfat (PO
4
-P) dengan menggunakan metode asam askorbat, sedangkan uji
amonia (NH
3
-N) dengan menggunakan metode phenat.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kandungan besi (Fe) dalam air mineral
sebesar 1,246ppm, -0,217ppm, -0,244ppm. Kandungan mangan (Mn) adalah 0,085ppm,
0,169ppm,-0.130ppm. Kandungan fosfat (PO
4
-P) adalah -0.0100ppm, -0.0340ppm, -
0,0100ppm. Kandungan amonia adalah tidak terdeteksi , jika dibandingkan dengan persyaratan
air minum yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan No. 907/Menkes/SK/VII/2002
tanggal29 Juli 2002 Untuk Air Minum diperoleh bahwa air dari ketiga depot isi ulang di daerah
Ciputat tersebut masih layak untuk dikonsumsi.
ABSTRACT

Determination of iron (Fe), mangan (Mn), phospate (PO
4
-P), and amonia (NH
3
-N) in
mineral water refile has been carried out. The sample of mineral water refil has taken from three
different place in Ciputat.
The determination iron (Fe) =248,3 nm, mangan (Mn) =279,5 nm, phosphate (PO
4
-P)
=880 nm, dan amonia (NH
3
-N) =640 nm were conducted by using UV-Vis Spectrophotometry.
Phosphate (PO
4
-P) were conducted by using ascorbic acid methode even though determination
of amonia (NH
3
-N) were conducted by using phenate methode.
The result obtained show that the iron (Fe) content in sample is 0.029ppm, 0.188ppm,
0.162ppm. Mangan (Mn) content in sample is -0.026ppm, -0,041ppm, -0.064ppm. Phosphate
(PO
4
-P) content in sample is 0.1405ppm, -0.1163ppm, 0,03714ppm. While amonia (NH
3
-N)
content in sample is not detected . Compared with the regulation Of Indonesia Ministry of Health
No. 907/Menkes/SK/2002 29
th
July 2002 for Drinking Water, it can be concluced that mineral
water refile in three different place at Ciputat is suitable to drink.
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Udara adalah salah satu komponen yang terpenting bagi kehidupan manusia. Udara
yang dibutuhkan adalah udara yang bersih minim partikulat materi-materi yng berbahaya
namun kaya akan oksigen. Udara yang seperti ini susah dideskripsikan dengan data-data. Oleh
karena itu, untuk memenuhi kebutuhan udara bersih, pemerintah dari setiap Negara khususnya
pemerintah Indonesia membuat peraturan pemerintah PP RI No. 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara. Baku mutu udara yang telah di tetapkan pemerintah bisa
dilihat pada bagian lampiran.
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang
kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu
dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi
mahluk hidup untuk hidup secara optimal. Pencemaran udara dewasa ini semakin
menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal
dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai
kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara
bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti
kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara
tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap
kesehatan manusia.
Definisi pencemaran udara menurut peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1986 adalah
masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy, dan atau komponen lain ke udara dan
atau berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga
kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Dengan adanya peraturan pemerintah
tersebut maka pada pelaksanaannya sudah dibuat ketentuan-ketentuan yang berhubungan
dengan hal tersebut seperti misalnya, ketentuan umum untuk baku mutu udara ambient adalah
batas yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara namun tidak
menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan, dan atau harta benda.
Sedangkan baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan
pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemar ke udara, sehingga tidak mengakibatkan
dilampauinya baku mutu udara ambien. Selain itu pemerintah mengeluarkan ketentuan
parameter apa saja yang harus diuji dan berapa nilainya untuk menentukan kedua baku mutu
udara tersebut.
Bila pemeriksaan dilakukan untuk sampel udara di suatu wilayah misalnya di terminal
bus dan ternyata hasilnya melebihi standar nilai yang dikeluarkan pemerintah untuk baku mutu
udara ambien, berarti sudah terjadi pencemaran udara diterminal tersebut. Pencemaran udara
terjadi di terminal karena disana banyak penyebab pencemaran yaitu perubahan bahan bakar
bensin yang berasal dari berbagai jenis kendaraan bermotor. Ada berbagai gas yang
dikeluarkan oleh knalpot kendaraan bermotor antara lain : gas CO
2
, NO
2
dan NO yang dikenal
dengan NO
x
, SO
2
, CO (kalau pembakaran tidak sempurna. Kendaraan bermotor merupakan
alat transportasi, sehingga selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dan selama
diperjalanan mengeluarkan hasil pembakarannya. Oleh karena itu kendaraan bermotor disebut
sebagai sumber yang bergerak dari bahan pencemar.
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi
di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan
tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia.
Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya
dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara
dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.Pencemar udara dibedakan menjadi
pencemar primer dan pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang
ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon monoksida adalah sebuah
contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar
sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di
atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran
udara sekunder.
Atmosfer merupakan sebuah sistem yang kompleks, dinamik, dan rapuh. Belakangan ini
pertumbuhan keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara dalam konteks global dan
hubungannya dengan pemanasan global, perubahan iklim dan deplesi ozon di stratosfer
semakin meningkat.
Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia perlu
mendapatkan perhatian yang serius, hal ini pula menjadi kebijakan Pembangunan Kesehatan
Indonesia 2010 dimana program pengendalian pencemaran udara merupakan salah satu dari
sepuluh program unggulan. Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dll
disamping memberikan dampak positif namun disisi lain akan memberikan dampak negatif
dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan kebisingan baik yang terjadi didalam
ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor) yang dapat membahayakan kesehatan
manusia dan terjadinya penularan penyakit.
Diperkirakan pencemaran udara dan kebisingan akibat kegiatan industri dan kendaraan
bermotor akan meningkat 2 kali pada tahun 2000 dari kondisi tahun 1990 dan 10 kali pada
tahun 2020.
Disamping kualitas udara ambien, kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality) juga
merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian karena akan berpengaruh terhadap
kesehatan manusia. Timbulnya kualitas udara dalam ruangan umumnya disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu kurangnya ventilasi udara (52%) adanya sumber kontaminasi di dalam
ruangan (16%) kontaminasi dari luar ruangan (10%), mikroba (5%), bahan material bangunan
(4%) , lain-lain (13%).
Sumber pencemaran udara dapat pula berasal dari aktifitas rumah tangga dari dapur
yang berupa asap, Menurut beberapa penelitian pencemaran udara yang bersumber dari dapur
telah memberikan kontribusi yang besar terhadap penyakit ISPA.
Udara merujuk kepada campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi. Udara bumi
yang kering mengandungi 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air, karbon dioksida, dan
gas-gas lain. Kandungan elemen senyawa gas dan partikel dalam udara akan berubah-ubah
dengan ketinggian dari permukaan tanah. Demikian juga massanya, akan berkurang seiring
dengan ketinggian. Semakin dekat dengan lapisan troposfer, maka udara semakin tipis,
sehingga melewati batas gravitasi bumi, maka udara akan hampa sama sekali.
Apabila makhluk hidup bernapas, kandungan oksigen berkurang, sementara kandungan
karbon dioksida bertambah. Ketika tumbuhan menjalani sistem fotosintesa, oksigen kembali
dibebaskan. Di antara gas-gas yang membentuk udara adalah seperti berikut : Helium,
Nitrogen, Oksigen, Karbon dioksida. Pengukuran kualitas udara ambien bertujuan untuk
mengetahui konsentrasi zat pencemar yang ada di udara. Data hasil pengukuran tersebut
sangat diperlukan untuk berbagai kepentingan, diantaranya untuk mengetahui tingkat
pencemaran udara di suatu daerah atau untuk menilai keberhasilan program pengendalian
pencemaran udara yang sedang dijalankan.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang valid (yang representative), maka dari mulai
pengambilan contoh udara (sampling) sampai dengan analisis di laboratorium harus
menggunakan peralatan, prosedur dan operator (teknisi, laboran, analis dan chemist) yang
dapat dipertanggungjawabkan. Dalam pelaksanaan pengukuran kualitas udara ambient dapat
dilakukan secara kontinyu menggunakan peralatan automatic yang dapat mengukur zat
pencemar secara langsung dan dengan cepat, sehingga fluktuasi konsentrasi zat pencemar di
udara ambient dapat dipantau.
Mengingat bahayanya pencemaran udara terhadap kesehatan sebagaimana kasus-
kasus tersebut diatas, maka dipandang perlu bagi petugas kesehatan di daerah untuk
mengetahui berbagai parameter pencemar seperti : sifat bahan pencemar, sumber dan
distribusi, dan dampak yang mungkin terjadi juga cara pengendalian, maka diperlukan suatu
pedoman atau acuan dalam rangka meminimalkan terjadi dampak terhadap kesehatan .
Jenis parameter pencemar udara dalam percobaan ini didasarkan pada baku mutu
udara ambien menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, yang meliputi : Sulfur
dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), amoniak (NH
3
) dalam udara ambient.

I.2 Tujuan Percobaan
Dalam percobaan kali ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1) Dapat melakukan pengambilan sampel (sampling) udara ambient (SO
2
, NO
2
, NH
3
, total
partikulat/debu).
2) Dapat melakukan pengambilan data-data pendukung sampling udara seperti suhu,
tekanan udara, laju alir udara, waktu/lama sampling, kebisingan, arah, dan kecepatan
angin).
3) Dapat menentukan volume sampel udara yang diserap.
4) Dapat menganalisa dan menentukan kadar NO
2
udara ambient dengan metode Griess
Saltzman.
5) Dapat menganalisa dan menentukan kadar SO
2
udara ambient dengan kisaran
konsentrasi 0,01 ppm sampai 0,4 ppm udara atau 25 g/m
3
sampai 1000 g/m
3
.
6) Dapat menentukan gas amoniak (NH
3
) di udara ambient dengan menggunakan metode
indofenol secara spektrofotometri pada panjang gelombang 640 nm.

I.3 Manfaat Percobaan
Hasil percobaan yang dilakukan ini akan memberikan informasi kepada masyarakat
tentang kandungan partikulat, sulfur dioksida (SO
2
), nitrogen dioksida (NO
2
) dan amoniak (NH
3
)
dalam udara ambient di sekitar Halte UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Udara Ambient
Kualitas udara ambient merupakan tahap awal untuk memahami dampak negative
cemaran udara terhadap lingkungan. Kualitas udara ambient ditentukan oleh:
a) Kuantitas emisi cemaran dari sumber cemaran.
b) Proses transportasi, konversi dan penghilangan cemaran di atmosfer.
Kualitas udara ambient akan menentukan dampak negative cemaran udara terhadap
kesehatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat (tumbuhan, hewan, material, dan
lainnya).

Informasi mengenai efek pencemaran udara terhadap kesehatan berasal dari data
pemaparan pada binatang, kajian epidemiologi, dan pada kasus yang terbatas kajian
pemaparan pada manusia. Penelitian secara terus menerus dilakukan dengan tujuan:
(1) Menetapkan secara lebih baik konsentrasi dimana efek negatif dapat dideteksi,
(2) Menentukan korelasi antara respon manusia dan hewan terhadap cemaran
(3) Mendapatkan informasi epidemiologi lebih banyak, dan
(4) Menjembatani gap informasi dan mengurangi ketidakpastan baku mutu yang sekarang
diberlakukan.
Baku mutu kualitas udara lingkungan/ambien ditetapkan untuk cemaran yaitu: O
3
(ozon),
CO (karbon monoksida), NO
x
(nitrogen oksida), SO
2
(sulfur oksida), hidrokarbon non-metana,
dan partikulat. Baku Mutu Kualitas Udara Nasional Amerika (Tabel 13) yang telah dikaji oleh
National Academics of Science and Environmental Protection Agency (NEPA) menetapkan
baku mutu primer dan baku mutu sekunder.

Baku mutu primer ditetapkan untuk melindungi pada batas keamanan yang mencukupi
(adequate margin safety) kesehatan masyarakat dimana secara umum ditetapkan untuk
melindungi sebagian masyarakat (15-20%) yang rentan terhadap pencemaran udara. Baku
mutu sekunder ditetapkan untuk melindungi kesejahteraan masyarakat (material,tumbuhan,
hewan) dari setiap efek negatif pencemaran udara yang telah diketahui atau yang dapat
diantisipasi. Baku Mutu Kualitas Udara Ambien Indonesia yang ditetapkan dengan
mempertimbangkan dan mengacu baku mutu negara lain di antara Baku Mutu Kualitas Udara
Ambien USA disajikan pada Tabel berikut.

Berdasarkan baku mutu kualitas udara ambient ditentukan baku mutu emisi berdasarkan
antisipasi bahwa dengan emisi cemaran dibawah baku mutu dan adanya proses transportasi,
konversi, dan penghilangan cemaran maka kualitas udara ambient tidak akan melampaui baku
mutunya. Salah satu contoh baku mutu emisi adalah untuk Pembangkit Daya Uap dengan
Bahan Bakar Batubara disajikan pada Tabel 6.19.

Berdasarkan proses pembentukannnya, zat pencemar di udara ambien dapat dibedakan
di zat pencemar primer dan zat pencemar sekunder . Zat pencemar primer dapat didefinisikan
sebagai zat pencemar yang terbentuk di sumber emisinya ( SO 2, NOx) , sedangkan zat
pencemar sekunder merupakan zat pencemar yang terbentuk di atmosfer, yang merupakan
produk dari reaksi kimia beberapa zat pencemar ( seperti senyawa oksidan dan ozon ).
Sedangkan berdasarkan fasanya , zat pencemar di udara dibedakan atas zat pencemar berupa
aerosol , atau partikulat (debu) dan zat pencemar berupa gas ( SO2, NOx,, Ozon dll)
Pengambilan sample udara ambient yang kita lakukan adalah pengambilan sample
udara ambient roadside artinya pengambilan samole udara ambient yang berasal dari pinggir
jalan.Menurut SNI-19-7119.9-2005 ada beberapa ha yang harus diperhatikan yakini pemilihan
tempat yang bebas dari pengganggu kimia maupun fisika.

Untuk sampling kualitas udara ambien, teknik pengambilan sampel kualitas udara
ambien saat ini terbagi dalam dua kelompok besar yaitu pemantauan kualitas udara secara aktif
(konvensional) dan secara pasif. Dari sisi parameter yang akan diukur, pemantauan kualitas
udara terdiri dari pemantauan gas dan partikulat



Gambar 1. Klasifikasi Sampling Kualitas Udara

Pemantauan parameter partikulat secara konvensional (aktif sampling) metoda passive
sampling dapat dijelaskan sebagai berikut :

II.2 Sulfur dioksida (SO
2
)
A. Sifat Fisika dan Kimia
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk
gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya
disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak
mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.
Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur
oksida, tetapi jumlah relative masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang
tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar. Jumlah SO3 yang terbentuk
bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.
Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai berikut :
S + O
2
< --------- > SO
2
2 SO
2
+ O
2
< --------- > 2 SO
3
SO
3
di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap air sangat
rendah. Jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika uap air terdapat dalam jumlah cukup, SO
3

dan uap air akan segera bergabung membentuk droplet asam sulfat (H
2
SO
4
) dengan reaksi
sebagai berikut :
SO
2
+ H
2
O
2
------------ > H
2
SO
4
Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO3 melainkan H2SO4 Tetapi jumlah
H2SO4 di atmosfir lebih banyak dari pada yang dihasilkan dari emisi SO3 hal ini menunjukkan
bahwa produksi H2SO4 juga berasal dari mekanisme lainnya. Setelah berada diatmosfir
sebagai SO2 akan diubah menjadi SO3 (Kemudian menjadi H2SO4) oleh proses-proses fotolitik
dan katalitik Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi oleh beberapa faktor
termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan distribusi spektrum sinar matahari,
Jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan alkalin yang tersedia. Pada malam hari atau kondisi
lembab atau selama hujan SO2 di udara diaborpsi oleh droplet air alkalin dan bereaksi pada
kecepatan tertentu untuk membentuk sulfat di dalam droplet.

B. Sumber dan Distribusi
Sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan hasil kegiatan manusia
dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga hasil kegiatan manusia dan kebanyakan
dalam bentuk SO2. Dua pertiga bagian lagi berasal dari sumber-sumber alam seperti vulkano
dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Masalah yang ditimbulkan oleh bahan pencemar
yang dibuat oleh manusia adalah ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia
adalah dalam hal distribusinya yang tidak merata sehingga terkonsentrasi pada daerah tertentu.
Sedangkan pencemaran yang berasal dari sumber alam biasanya lebih tersebar merata. Tetapi
pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber pencemaran Sox, misalnya
pembakaran arang, minyak bakar gas, kayu dan sebagainya Sumber SOx yang kedua adalah
dari proses-proses industri seperti pemurnian petroleum, industri asam sulfat, industri peleburan
baja dan sebagainya.
Pabrik peleburan baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan Sox. Hal ini
disebabkan adanya elemen penting alami dalam bentuk garam sulfida misalnya tembaga (
CUFeS2 dan CU2S ), zink (ZnS), Merkuri (HgS) dan Timbal (PbS). Kebanyakan senyawa
logam sulfida dipekatkan dan dipanggang di udara untuk mengubah sulfida menjadi oksida
yang mudah tereduksi. Selain itu sulfur merupakan kontaminan yang tidak dikehandaki didalam
logam dan biasanya lebih mudah untuk menghasilkan sulfur dari logam kasar dari pada
menghasilkannya dari produk logam akhirnya. Oleh karena itu SO2 secara rutin diproduksi
sebagai produk samping dalam industri logam dan sebagian akan terdapat di udara.

C. Dampak Terhadap Kesehatan
Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada
tanaman terjadi pada kadasr sebesar 0,5 ppm. Pengaruh utama polutan Sox terhadap manusia
adalah iritasi sistim pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan
terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif
iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan
terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem
pernafasan kadiovaskular. Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap
kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relative rendah. Kadar SO2 yang
berpengaruh terhadap gangguan kesehatan adalah sebagai berikut :

II.3 Nitrogen dioksida
A. Sifat Fisika dan Kimia
Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir yang
terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk oksida
nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan
pencemar udara. Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau
sebaliknya nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam.
Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar daripada NO2.
Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen diudara sehingga
membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2.
Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen. Pada suhu kamar, hanya
sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang
lebih tinggi (diatas 1210C) keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah banyak
sehingga mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu yang digunakan
biasanya mencapai 1210 1.765 C, oleh karena itu reaksi ini merupakan sumber NO yang
penting. Jadi reaksi pembentukan NO merupakan hasil samping dari proses pembakaran.

B. Sumber dan Distribusi
Dari seluruh jumlah oksigen nitrogen ( NOx ) yang dibebaskan ke udara, jumlah yang
terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi
pencemaran NO dari sumber alami ini tidak merupakan masalah karena tersebar secara merata
sehingga jumlah nya menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah pencemaran NO yang
diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat
tertentu.
Kadar NOx diudara perkotaan biasanya 10100 kali lebih tinggi dari pada di udara
pedesaan. Kadar NOx diudara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Seperti
halnya CO, emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang
diproduksi manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh
kendaraan bermotor, produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx
buatan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin.
Kadar NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari tergantung dari
intensitas sinar mataharia dan aktivitas kendaraan bermotor. Perubahan kadar NOx
berlangsung sebagai berikut :
a) Sebelum matahari terbit, kadar NO dan NO2 tetap stabil dengan kadar sedikit lebih
tinggi dari kadar minimum seharihari.
b) Setelah aktifitas manusia meningkat ( jam 6-8 pagi ) kadar NO meningkat terutama
karena meningkatnya aktivitas lalulintas yaitu kendaraan bermotor. Kadar NO tetinggi
pada saat ini dapat mencapai 1-2 ppm.
c) Dengan terbitnya sinar matahari yang memancarkan sinar ultra violet kadar NO2 (
sekunder ) kadar NO2 pada saat ini dapat mencapai 0,5 ppm.
d) Kadar ozon meningkat dengan menurunnya kadar NO sampai 0,1 ppm.
e) Jika intensitas sinar matahari menurun pada sore hari ( jam 5-8 malam ) kadar NO
meningkat kembali.
f) Energi matahari tidak mengubah NO menjadi NO2 (melalui reaksi hidrokarbon) tetapi
O3 yang terkumpul sepanjang hari akan bereaksi dengan NO. Akibatnya terjadi
kenaikan kadar NO2 dan penurunan kadar O3.
g) Produk akhir dari pencemaran NOx di udara dapat berupa asam nitrat, yang kemudian
diendapkan sebagai garamgaram nitrat didalam air hujan atau debu.
Merkanisme utama pembentukan asam nitrat dari NO2 di udara masih terus dipelajari
Salah satu reaksi dibawah ini diduga juga terjadi diudara tetapi diudara tetapi peranannya
mungkin sangat kecil dalam menentukan jumlah asam nitrat di udara. Kemungkinan lain
pembentukan HNO3 didalam udara tercemar adalah adanya reaksi dengan ozon pada kadar
NO2 maksimum O3 memegang peranan penting dan kemungkinan terjadi tahapan reaksi
sebagai berikut :
O
3
+ NO
2
NO
3
+ O
2
NO
3
+ NO
2
N
2
O
5
N
2
O
5
+ 2HNO
3
2HNO
3
Reaksi tersebut diatas masih terus dibuktikan kebenarannya, tetapi yang penting adalah
bahwa proses-proses

diudara mengakibatkan perubahan NOx menjadi HNO3 yang kemudian
bereaksi membentuk partikel-partikel.

II.4 Amoniak (NH
3
)
Amoniak terdapat dalam atmosfer bahkan dalam kondisi tidak tercemar. Berbagai
sumber, antara lain : mikroorganisme, perombakkan limbah binatang, pengolahan limbah,
industry amoniak, dan dari system pendingin dengan bahan amoniak. Konsentrasi yang tinggi
dari amoniak dalam atmosfer secara umum menunjukkan adanya pelepasan secara eksidental
dari gas tersebut.
Amoniak dihilangkan dari atmosfer dengan affinitasnya terhadap air dan aksinya
sebagai basa. Ini merupakan sebuah kunci dalam pembentukan dan netralisasi dari nitrat dan
aerosol sulfat dalam atmosfer yang tercemar. Amoniak bereaksi dengan aerosol asam ini untuk
membentuk garam ammonium.
NH
3
+ HNO
3
NH
4
NO
3

NH
3
+ H
2
SO
4
NH
4
HSO
4
Diantara aerosol-aerosol atmosfer, garam-garam ammonium termasuk yang lebih
korosif. Berikut adalah sifat-sifat dari Amoniak :
Nama Lain Amoniak NH
3
Ammonia Gas, Anhydrous Ammonia, Liquid Ammonia, Nitro-Sil
Wujud Gas tidak berwarna, berbau khas amoniak, iritan, mudah larut
dalam air.
Titik Leleh -77, 7
0
C
Titik Didih -33,4
0
C
Berat Jenis 0,682 (-33,4
0
C)
Berat Jenis Uap 0,6 (udara=1)
Tekanan Uap 400 mmHg (-45,4
0
C)
Suhu Kritis 133
0
C
Kelarutan dalam air 31 g/100 g (25
0
C)

II.5 Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur jumlah cahaya yang diabsorbsi atau
ditransmisikan oleh molekul-molekul di dalam larutan. Ketika panjang gelombang cahaya
ditrasnmisikan melalui larutan, sebagian energy cahaya tersebut akan diserap (diabsorbsi).
Besarnya kemampuan molekul-molekul zat terlarut untuk mengabsorbsi cahaya pada panjang
gelombang tertentu dikenal dengan istilah absorbansi (A), yang setara dengan nilai konsentrasi
larutan konsentrasi larutan tersebut dan panjang berkas cahaya yang dilalui (biasanya 1 cm
dalam spektrofotometer) ke suatu point dimana presentase jumlah cahaya yang ditrasnmisikan
atau diabsorbsi diukur dengan phototube.
Sebuah spektrofotometer memiliki lima bagian penting, diantaranya sumber cahaya,
monokromator, sel penyerap/wadah pada sample,photodetektor, dan analyzer. Untuk UV
umumnya digunakan lampu deuterium (D
2
O), Untuk visible digunakan lampu tungsten xenon
(Auc).
Suatu spectrometer UV-Vis biasanya bekerja pada daerah panjang gelombang sekitar
200nm (pada ultar-violet dekat) sampai sekitar 800nm (sinar tampak). Ketika sinar melewati
suatu senyawa, energy dari sinar tersebut digunakan untuk mendorong perpindahan electron
dari orbital ikatan atau orbital non-ikatan ke salah satu orbital anti- ikatan yang kosong.

II.6 Metode-metode
II.6.1 Metode Griess Saltzman dalam Penentuan Partikulat & NO
2
Udara ambient
Penetapan kadar NO
2
melingkupi : cara pengambilan sampel uji gas NO
2
dengan
menggunakan larutan penyerap, cara perhitungan volume sampel uji yang diserap, dan cara
penentuan gas NO
2
di udara ambient menggunakan metode Griess Saltzman. Gas nitrogen
dioksida diserap dalam larutan Griess Saltzman sehingga membentuk suatu senyawa azo dye
berwarna merah muda yang stabil setelah 15 menit. Konsentrasi ditentukan secara
spektrofotometri pada panjang gelombang 550 nm.

II.6.2 Metode Pararosanilin dalam Penetapan SO
2
Udara Ambient
Gas sulfur dioksida ( SO
2
) diserap dalam larutan penyerap tetrakloromerkurat
membentuk senyawa kompleks diklorosulfonato merkurat dengan menambahkan larutan
pararosanilin dan formaldehida kedalam senyawa diklorosulfonato merkurat maka terbentuk
senyawa pararosanilin metal sulfonat yang berwarna ungu. Konsentrasi larutan diukur pada
panjang gelombang 550 nm.

II.6.3 Metode Indofenol dalam Penetapan Kadar NH
3
Udara Ambient
Amoniak dari udara ambien yang telah diserap oleh larutan penyerap asam sulfat akan
membentuk ammonium sulfat kemudian direaksikan dengan phenol dan natrium hipoklorit
dalam suasana basa membentuk senyawa komplek indofenol yang berwarna biru. Intensitas
warna biru yang terbentuk diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 640 nm.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

A. Sampling Udara Ambient
III.1 Lokasi dan Waktu Percobaan
Lokasi : Halte UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tanggal : Jumat, 10 Desember 2010
Waktu : 09.00 WIB

III.2 Alat dan Bahan :
III.2.1 ALat:
1. Midget impinger (tabung penyerap)
2. Low volume air sampler (LVAS)
3. Pompa penghisap udara (Vaccum
Pump)
4. Flowmeter
5. Thermometer
6. Hygrometer
7. Sound level meter
8. Anemometer
9. Stopwatch
10. Hand tally counter
11. Desikator
12. Pinset.

III.2.2 Bahan :
1. Absorber SO
2
,
2. Absorber NH
3
,
3. Absorber NO
2
,
4. Aquades,
5. Filter hidrofobik pori 0.5 m diameter
110cm,
6. Botol /wadah sample + penutupnya,
7. Plastik polietilen.

III.3 Prosedur Kerja
a. Persiapan
1. Pembuatan Larutan Penyerap (Absorber) SO
2

Larutan penyerap tetrakloromerkurat (TCM) 0,04 M
Larutkan 10,86 gram merkuri (II) klorida (HgCl
2
) dengan 800 ml air suling ke dalam
gelas piala 1000 ml.
Tambahkan berturut-turut 5,96 gram kalium klorida (KCl) dan 0,066 gram EDTA
(HOCOCH
2
)
2
N(CH
2
)
2
N(CH
2
COONa)
2
.2H
2
O lalu aduk sampai homogeny.
Pindahkan ke dalam labu ukur, encerkan dengan air suling sampai batas tera.
Catatan : Pembuatan larutan penyerap ini stabil sampai 6 bulan jika tidak terbentuk
endapan.
2. Pembuatan Larutan Penyerap (Absorber) NO
2

Pembuatan larutan induk N-1-naftil-etilen-diamin-dihidroklorida (NEDA) 0,1%
Larutkan 0,1 g NEDA dalam labu ukur 100 ml, dengan air suling sampai batas tera.
Catatan : larutan disimpan dalam lemari pendingin dan stabil selama 1 bulan.
Larutan penyerap Griess Saltzman
Larutkan 2,5 gram asam sulfanilat anhidrat (H
2
NC
6
H
4
SO
3
H) atau 2,76 gram asam
sulfanilat monohidrat dalam labu ukur 500 ml dengan 300 ml air suling dan 70 ml asam
asetat glacial kemudian dikocok. Untuk mempercepat pelarutan dapat dilakukan
pemanasan, setelah dingin ke dalam larutan ditambahkan 10 ml larutan N-1-naftil-
etilen-diamin-dihidroklorida dan 5 ml aseton, tepatkan dengan air suling hingga batas
tera.
Catatan: pembuatan larutan penyerap ini tidak boleh terlalu lama kontak dengan udara.
Masukkan larutan penyerap tersebut ke dalam botol berwarna gelap dan simpan di
lemari pendingin. Larutan stabil dalam beberapa bulan (2 bulan).

3. Pembuatan Larutan Penyerap (Absorber) NH
3

Masukkan 3 ml H
2
SO
4
97 % ke dalam labu ukur 1000 ml yang telah berisi air suling
kurang lebih 200 ml. lalu tepatkan sampai batas tera
4. Filter yang diperlukan disimpan di dalam desikator selama 24 jam agar mendapatkan
kondisi stabil.
5. Filter kosong pada 1.a ditimbang sampai diperoleh berat konstan, minimal tiga kali
penimbangan sehingga diketahui berat filter sebelum pengambilan sampel, catat berat
filter blanko (B1) dan filter sampel (W1). Masing-masing filter tersebut ditaruh dalam
plastic PE setelah diberi kode sebelum dibawa ke lapangan.
6. Pompa penghisap udara dikalibrasi dengan kecepatan laju aliran udara 1 L/menit
dengan menggunakan flowmeter. (flowmeter harus dikalibrasi oleh laboratorium
pengkalibrasi).
7. Masing-masing absorber ditempatkan pada botol sample sebanyak 10 ml dan diberi
kode.

b. Pengambilan Sampel
1. Bawa seluruh peralatan dan bahan ke lokasi sampling yang sudah ditentukan.
2. Hubungkan midget impinge dan LVAS ke pompa penghisap udara dengan
menggunakan selang silicon dan Teflon. Pasang flowmeter pada selang. Pastikan tidak
ada kebocoran pada setiap sambungan selang baik yang berhubungan dengan LVAS
dan midget impinge maupun ke pompa penghisap udara.
3. LVAS diletakkan pada titik pengukuran dengan menggunakan tripod kira-kira setinggi
zona pernafasan manusia.
4. Bila tabung midget impinge dengan aquades lalu masukkan larutan absorber (SO
2
,
NO
2
, NH
3
) masing-masing 10 ml ke tabung midget impinge sesuai dengan gas yang
akan diuji.
5. Filter sampel dimasukkan ke dalam LVAS holder dengan menggunakan pinset dan
tutup bagian atas holder.
6. Pompa penghisap udara dihidupkan (power On) dan lakukan pengambilan sampel
dengan kecepatan laju aliran udara (flow rate 1 L/menit)
7. Atur time selama 1 jam. Lama pengambilan sampel dapat dilakukan selama beberapa
menit hingga satu jam (tergantung pada kebutuhan, tujuan, dan kondisi di lokasi
pengukuran).
8. Lakukan pembacaan temperature (t awal) dan tekanan udara (p awal), catat pada
worksheet (form 1).
9. Perhatikan dan catat kondisi sekitar lokasi sampling (kondisi cuaca, sumber-sumber,
emisi,dll). Apabila lokasi sampling di pinggir jalan, hitung jumlah kendaraan bermotor
yang lewat selama sampling dengan bantuan hand tally counter. Catat data tersebut di
worksheet (form 2).

B. Penentuan Partikulat dan NO
2
Udara Ambient dengan Metode Griess Saltzman
III.1 Lokasi dan Waktu Percobaan
Lokasi : Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tanggal : Jumat, 10 Desember 2010
Waktu : 14.00 WIB

III.2 Alat Dan Bahan
III.2.1 Alat
1. Timbangan Analitik
2. Pinset
3. Desikator
4. Spektrofotometri UV-Vis dan Kuvet
5. Pipet
6. Labu ukur 100mL
III.2.2 Bahan
1. Larutan Induk Nitrit (NO
2
-
)
Dilarutkan 2,460 gram NaNO
2
dengan air suling dalam labu ukur 1000 mL dan tepatkan
sampai batas tera. Simpan dalam lemari pendingin dan botol gelap. Larutan ini stabil selama 1
tahun.
2. Larutan Standar Nitrit
10 mL dipipet dari larutan induk nitrit ke dalam labu ukur 100 mL tambahkan air suling
sampai batas tera. Larutan ini digunakan dalam keadaan fresh.

III.3 Prosedur Kerja
1. Penentuan Partikulat
a. Ditimbang filter sampel dan filter blanko sebagai pembanding menggunakan timbangan
analitik yang sama sehingga diperoleh berat filter blanko (B2) dan filter sampel (W2). Catat
hasil penimbangan tersebut.
b. Dihitung volume sampel uji udara yang diambil (V).
Sampel uji udara yang diambil dikoreksi pada kondisi normal (25
0
C, 760mmHg) dengan
menggunakan rumus:


Keterangan:
V = adalah volume udara yang dihisap (L)
F = adalah laju alir awal (L/menit)
F2 = adalah laju alir akhir (L/menit)
t = adalah durasi pengambilan sampel uji (menit)
Pa = adalah tekanan barometer rata-rata selama pengambilan sampel (mmHg)
Ta = adalah temperature rata-rata selama pengambilan sampel uji (K)
298 = adalah temperatur pada kondisi normal 25
0
C (K)
760 = adalah tekanan pada kondisi normal 1 atm (mmHg)

c. Dihitung kadar debu total di udara dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
C (mg/L) =
() ()


Atau

C (mg/m3) =
() ()

x 103
Keterangan:
C = kadar debu total
B1 = berat filter blanko sebelum pengambilan sampel
B2 = berat filter blanko setelah pengambilan sampel
W1 = berat filter sampel uji sebelum pengambilan sampel
W2 = berat filter sampel uji setelah pengambilan sampel
V = volume udara pada waktu pengambilan sampel (L)

2. Penentuan NO
2
Udara Ambient
a. Pembuatan kurva kalibrasi
Dibuat deret standar dengan memipet (misalkan 0; 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 dan 1 mL) dari
larutan standar nitrit ke dalam labu ukur 25mL, diencerkan dengan larutan penyerap
sampai batas tera.
Dikocok dan didiamkan selama 15 menit sampai proses pembentukan warna
sempurna.
Diukur pada panjang gelombang 550nm.
Dibuat kurva kalibrasi dari hasil absorban yang terukur.
b. Pengukuran sampel
Setiap pengambilan sampel terbentuk warna merah violet.
Dimasukkan larutan sampel ke dalam kuvet tertutup, diukur serapan pada panjang
gelombang 550nm.
Setiap pengukuran harus dikoreksi terhadap blanko.
Pada pembacaan kuantitatif untuk warna terlalu pekat, maka dapat dilakukan
pengenceran dengan menggunakan larutan penyerap. Serapan yang diukur dikalikan
dengan faktor pengenceran.
c. Perhitungan
Perhitungan konsentrasi larutan standar nitrit:
NaNO
2
(g/mL)









Keterangan :
a = berat NaNO
2

b = volume larutan standar nitrit yang diambil untuk kurva kalibrasi

Volume sampel udara yang diambil
Volume sampel uji udara yang diambil dikoreksi pada kondisi normal (25
0
C, 760
mmHg) dengan menggunakan rumus:



Keterangan:
V = adalah volume udara yang dihisap (L)
F1 = adalah laju alir awal (L/menit)
F2 = adalah laju alir akhir (L/menit)
t = adalah durasi pengambilan sampel uji (menit)
Pa = adalah tekanan barometer rata-rata selama pengambilan sampel uji (mmHg)
Ta = adalah temperature rata-rata selama pengambilan sampel uji (K)
298 = adalah temperatur pada kondisi normal 25
0
C (K)
760 = adalah tekanan pada kondisi normal 1 atm (mmHg)

Konsentasi NO
2
di udara ambient
Konsentrasi NO
2
dalam sampel uji untuk pengambilan sampel uji selama 1 jam dapat
dihitung dengan rumus:
C =


Keterangan:
C = adalah konsentrasi NO
2
di udara (g/Nm
3
)
a = adalah jumlah NO
2
dari sampel uji dengan melihat kurva kalibrasi (g)
V = adalah volume udara pada kondisi normal (L)
1000 = adalah konversi liter (L) ke m
3

C. Penetapan SO
2
dalam Udara Dengan Metode Pararosanilin
III.1 Lokasi dan Waktu Percobaan
Lokasi : Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tanggal : Jumat, 10 Desember 2010
Waktu : 14.00 WIB

III.2 Alat Dan Bahan
III.2.1 Alat
1. UV-VIS Spektrofotometer dan kuvet silica
2. Labu Erlenmeyer 100 dan 250 ml
3. Labu ukur 50 ml
4. Pipet mikro 1000 L
III.2.2 Bahan
1. Larutan induk natrium metabisulfit (Na
2
S
2
O
3
)
Larutkan 0,03 gram Na
2
S
2
O
3
dengan air suling dalam labu ukur 50 ml sampai batas
tera,homogenkan. Air suling yang digunakan sudah didihkan .
Catatan : 0,03 gram Na
2
S
2
O
3
dapat diganti dengan 0,04 gram Na
2
SO
3

2. Larutan standar natrium metabisulfit
Masukkan 2 ml larutan induk sulfit ke dalam labu ukur 100 ml, encerkan sampai batas
tera dengan larutan penyerap lalu homogenkan. Larutan ini stabil selama 1 bulan jika disimpan
dalam suhu kamar.
3. Larutan Pararosanilin hidroklorida ( C
19
H
17
N
3
.HCl) 0,2%
Sebanyak 0,2 gram Pararosanilin dalam 6 ml HCl pekat dan ditepatkan 100 ml dengan
air suling. Simpan dan diamkan selama 1-2 hari kemudian disaring. Sebanyak 4 ml filtrate
ditambahkan 6 ml HCl pekat dan tepatkan hingga 100 ml dengan air suling.
Catatan : simpan dalam botol gelap dan stabil selama 9 bulan.
4. Larutan indicator kanji
0,4 gr kanji dan 0,002g HgI
2
dilarutkan dengan air mendidih sampai volume 250 ml lalu
didinginkan dan dipindahkan ke dalam botol pereaksi.
5. Larutan Formaldehide
Sebanyak 0,135 ml formaldehid 37% diencerkan menjadi 25ml dengan air suling.
Catatan : Larutan ini disiapkan pada saat akan digunakan
6. Larutan asam sulfanilic 0,6%
Sebanyak 0,6 gram dalam 100 ml air suling.

III.3 Prosedur Kerja
1. Standarisasi Larutan Stok MBS
Pipet 10 ml larutan stok MBS ke dalam Erlenmeyer 100
Tambahkan 10 ml air suling dan 1 ml indicator kanji
Titrasi dengan larutan standar iodine 0,025N hingga timbul warna biru.
Hitung nilai N larutan stok MBS
Konsentrasi larutan stok MBS setara dengan (32 x N MBS x1000) SO
2
/ml
2. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Alat spektrofotometer dioptimalkan sesuai petunjuk penggunaan alat
Maukkan larutan standar Na
2
S
2
O
3
pada langkah 3 masing-masing 0,0 ; 1,0; 2,0; 3,0;
dan 4,0 ml ke dalam labu ukur 25 ml dengan pipet volum atau biuret mikro.
Tambahkan larutan penyerap 10 ml
Kemudian ditambahkan 1ml larutan asam sulfanilic 0,6% tunggu samapai 10 menit.
Setelah itu tambahkan 2 ml larutan formaldehida 0,2% dan larutan pararosanilin
sebanyak 2 ml.
Tepatkan dengan air suling sampai 25 ml, lalu homogenkan dan tunggu sampai 30-60
menit.
Untuk blanko, 20 ml larutan TCM dalam labu ukur 25 ml ditambahkan dengan 1 ml
larutan asam sulfanilic 0,6% tunggu sampai 10 menit. Setelah itu tambahkan 2 ml
larutan formaldehida 0,2% dan laruutan pararosanilin sebanyak 2 ml.
Ukur serapan masing-masing larutan standar dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 550 nm.
Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah SO
2
(g)
3. Pengukuran sampel
Pindahkan sampel ke dalam labu ukur 25 ml
Tambahkan masing-masing 1 ml larutan asam sulfanilic 0,6%, tunggu sampai 10 menit.
Tambahkan 2 ml larutan formaldehida 0,2% dan larutan pararosanilin sebanyak 2 ml,
lalu tepatkan hingga batas tera dengan larutan TCM.
Sampel diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm.
4. Perhitungan
Volume sampel udara yang diambil
Volume sampel uji udara yang diambil di koreksi pada kondisi normal ( 25
0
C, 760
mmHg) dengan menggunakan rumus :

X t X


Keterangan :
V = adalah volum udara yang dihisap (L)
F1 = adalah laju alir awal (L/menit)
F2 = adalah laju alir akhir (L/menit)
t = adalah durasi pengambilan sampel uji ( menit )
Pa = adalah tekanan barometer rata-rata selama pengambilan sampel uji (mmHg)
Ta = adalah temperature rata-rata selama pengambilan sampel uji (K)
298 = adalah temperature pada kondisi normal 25
0
C (K)
760 = adalah tekanan pada kondisi normal 1 atm (mmHg)

Konsentrasi Sulfur Dioksida (SO
2
) di udara ambient
Konsentrasi SO
2
dalam sampel uji untuk pengambilan sampel uji selama 1 jam dapat
dihitung dengan rumus :
C =


Keterangan :
C = adalah konsentrasi SO
2
di udara (g/Nm
3
)
A = adalah jumlah SO
2
dari sampel uji dengan melihat kurva kalibrasi (g)
V = adalah volume udara pada kondisi normal (L)

= adalah factor pengenceran


= adalah ko9nversi liter (L) ke m
3

D.Penetapan Kadar NH
3
dalam Udara dengan Metode Indofenol
III.1 Lokasi dan Waktu Percobaan
Lokasi : Halte UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tanggal : Jumat, 10 Desember 2010
Waktu : 14.00 WIB

III.2 Alat dan Bahan :
III.2.1 ALat
1. UV-Vis Spektrofotometer dan kuvet silica
2. Labu Erlenmeyer 100 dan 250 ml
3. Labu ukur 50 ml
4. Pipet mikro 1000 L
III.2.2 Bahan :
1. Larutan stok amoniak 1000 g
Larutan 3,18 gram NH
4
Cl ( yang telah dikeringkan pada suhu 105
0
C selama 1 jam)
dengan air suling ke dalam labu ukur 1000 mL kemudian diencerkan sampai batas tera,
lalu homogenkan.
2. Pereaksi A
Timbang 1 gram phenol dan 0,005 gram natrium nitroprusid NaFe(CN)
5
NO.2H
2
O, lalu
larutkan dengan air suling dalam labu ukur 100 ml sampai batas tera.
3. Pereaksi B
Timbang 1,5 NaOH dan pipet 2 ml NaOCl, lalu larutkan dengan air suling dalam labu
ukur 100 ml sampai batas tera.
III.3 Prosedur Kerja:
1. Pembuatan kurva kalibrasi
1) Buat deret standar dengan konsentrasi 0, 2, 4, 8, 10 g/ml dalam labu ukur 25 ml.
2) Pipet sebanyak 4 ml dari setiap deret standar dalam test tube. Simpan dalam water
bath selama 1 jam dengan suhu 30
0
C.
3) Tambahkan masing-masing 2 ml pereaksi A dan 2 ml pereaksi B.
4) Homogenkan sampai terbentuk warna biru dan ukur pada panjang gelombang 640
nm.
5) Buat kurva kalibrasi dari hasil absorban yang terukur.
2. Pengukuran sampel
1) Pipet 4 ml sampel ke dalam test tube. Simpan dalam water bath selama 1 jam
dengan suhu 30
0
C.
2) Tambahkan masing-masing 2 ml pereaksi A dan 2 ml pereaksi B
3) Homogenkan sampai terbentuk warna biru dan ukur pada panjang gelombang 640
nm.
3. Perhitungan
Volume sampel udara yang diambil dikoreksi pada kondisi normal (25
0
C, 760 mmHg)
dengan menggunakan rumus :


Keterangan :
V = Volume udara yang dihisap (L)
F1 = laju alir awal (L/menit)
F2 = laju alir akhir (L/menit)
t = durasi pengambilan sampel uji (menit)
Pa = tekanan barometer rata-rata selama pengambilan sampel uji (mmHg)
Ta = temperature rata-rata selama pengambilan sampel uji (K)
298 = temperature pada kondisi normal 25
0
C (K)
760 = tekanan pada kondisi normal 1 atm (mmHg)
Konsentrasi amoniak (NH
3
) di udara ambient
Konsentrasi amoniak (NH
3
) dalam sampel uji untuk pengambilan sampel uji selama 1
jam dapat di hitung dengan rumus :


Keterangan:
C = konsentrasi NH
3
di udara (g/Nm
3
)
a = jumlah NH
3
dari sampel uji dengan melihat kurva kalibrasi (g)
V = volume udara pada kondisi normal (L)
1000 = konversi liter (L) ke m
3
.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Percobaan
A. Sampling Udara Ambient
Data noise (kebisingan)
No. Noise No. Noise No. Noise No. Noise No. Noise
1 96.5 25 88.1 49 86 73 87.2 97 90.8
2 89.8 26 86.1 50 88.8 74 86 98 87.7
3 93.6 27 88.4 51 86.9 75 83 99 88.1
4 89.6 28 95.5 52 85.1 76 83.4 100 89.6
5 89.6 29 98.5 53 82.2 77 86.7 101 85.9
6 92 30 89.1 54 83.6 78 91.7 102 87.5
7 89 31 92.1 55 85.8 79 95 103 86.6
8 91.5 32 88.3 56 82.8 80 88.1 104 86.4
9 89.3 33 84.2 57 83.4 81 89.6 105 85.5
10 87.4 34 94.6 58 89.1 82 94.4 106 88.8
11 86 35 88.8 59 86.5 83 93.3 107 93.2
12 87.3 36 88.8 60 86.4 84 90.7 108 87.5
13 90.1 37 94 61 85.8 85 94.9 109 87.7
14 85.1 38 86.7 62 92.9 86 81 110 91.1
15 83.3 39 88.1 63 86 87 87.7 111 84.2
16 84.1 40 95.8 64 89.9 88 95.2 112 87
17 88.2 41 85.4 65 87.1 89 94.8 113 88.3
18 87.7 42 87.4 66 87.2 90 90.9 114 84.3
19 84.8 43 95.5 67 98.6 91 88.4 115 90.6
20 89.1 44 88 68 92.2 92 90.7 116 90
21 88.8 45 84.5 69 87.3 93 89.7 117 89.7
22 90.4 46 82.2 70 89.3 94 85 118 89.8
23 87.3 47 86.3 71 88.3 95 94.4 119 86.9
24 91.3 48 85.8 72 88 96 87.2 120 86.2


Data noise (kebisingan) dan kecepatan angin
No. Parameter Nilai kebisingan
1 Nilai rata-rata kebisingan 91,14 Db
2 Kecepatan angin I. 1,32 m/s
II. 2, 92 m/s
3 Nilai minimum kebisingan 81 dB
4 Nilai Maksimum kenisingan 98,6dB

Data Analisa Lapangan Sampling Udara
No
.
Parameter Vol. absorber
(mL)
Flowrate (L/
menit)
Temperature(
o
C) Tekanan udara
(mmHg)
Time sampling
(menit)
Awal Akhir Awal Akhir
1 SOX 10 2 28 32,5 739 739 60
2 NOX 10 2 28 32,5 739 739 60
2 NH3 10 2 28 32,5 739 739 60
3 Total
partikulat
28 32,5 739 739 60

Data Kendaraan
No. Jenis Kendaraan Jumlah
1 Mobil 693
2 Motor 4057
3 Bis 25
4 Angkot 693

B. Penentuan Partikulat dan NO
2
Udara Ambient dengan Metode Griess Saltzma
1. Penentuan Partikulat
Berat filter blanko (B2) dan filter sampel (W2).

No SAMPEL Ulangan Bobot (gram) Bobot Rata-rata (g)
1. Filter Blanko Awal (B1)
1 0,3760
0,3762 2 0,3758
3 0,3768
2. Filter Sampel Awal (W1)
1 0,3821
0,3815 2 0,3817
3 0,3806
3. Filter Blanko Akhir (B2)
1 0,3866
0,3863 2 0,3859
3 0,3863
4. Filter Sampel Akhir (W2)
1 0,3805
0,3814 2 0,3823
3 0,3815

1) Volume sampel uji udara yang diambil (V).


L
2) Kadar debu total di udara
C (mg/L) =
() ()


C (mg/L) =
() ()


C (mg/L) =



2. Penentuan NO
2
Udara Ambient
a. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Konsentrasi Nitrit Standar mg/L
(1)
Absorbansi Standar
(2)
Sampel ID
(3)
0,00 0,001305 Blanko
0,80 0,1393 Standar 1
1,60 0,2737 Standar 2
3,20 0,5531 Standar 3
4,00 0,6764 Standar 4



b. Perhitungan
Perhitungan konsentrasi larutan standar nitrit:
NaNO
2
(g/mL)









NaNO
2
(g/mL)









NaNO
2
(g/mL)



Volume sampel udara yang diambil


L
Konsentasi NO
2
di udara ambient
C =


Dari kurva kalibrasi didapatkan persamaan garis y = 0.1707x, dari persamaan ini
didapatkan bahwa nilai a= 12,40 g.
Maka: C =

1000
C =


C =



y = 0.1707x
R = 0.9997
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 1 2 3 4 5
A
b
s
o
r
b
a
n
s
i

Konsentrasi Nitrit Standar
Kurva Standar NO2
C. Penetapan SO
2
dalam Udara Dengan Metode Pararosanilin

Konsentrasi
Larutan Standar
(mg/L)
Absorbansi
Standar
Sample ID Jumlah
SO
2
sampel
(g)=a
Konsentrasi SO
2

udara
(g/Nm
3
)=c
0,00 -0,01904 0,0 1,4184 4,94802
2,56 0,03237 0,4 1,4184 4,94802
5,12 0,0972 0,8 1,4184 4,94802
12,80 0,2852 2 1,4184 4,94802
25,60 0,6265 4 1,4184 4,94802

Kurva Kalibrasi dar data (1) dan (2) :



Perhitungan :
1. Volume sampel Udara yang Diambil


V = 114,664 L
2. Konsentrasi Sulfur dioksida (SO
2
) di udara ambien


y = 0.0254x - 0.0297
R = 0.999
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
0 5 10 15 20 25 30
A
b
s
o
r
b
a
n
s
i

Konsentrasi
Kurva Kalibrasi SO2



D.Penetapan Kadar NH
3
dalam Udara dengan Metode Indofenol

Konsentrasi
Larutan Standar
mg/L
(1)
Absorbansi
Standar
(2)
Sampel
ID
(3)
Jumlah NH
3

sampel ( g) = a
(4)
Konsentrasi NH
3

Udara (g/Nm
3
) = C
(5)
0,00 0,007511 0 - 3,2256 - 2,81 x 10
-5

2,00 0,2277 0,2 - 3,2256 - 2,81 x 10
-5

4,00 0,4853 0,4 - 3,2256 - 2,81 x 10
-5

6,00 0,7536 0,6 - 3,2256 - 2,81 x 10
-5

10,00 1,245 1,0 - 3,2256 - 2,81 x 10
-5


Kurva Kalibrasi dar data (1) dan (2) :



Perhitungan :
1. Volume sampel Udara yang Diambil


y = 0.15x - 0.0564
R = 0.9718
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
0 2 4 6 8 10
A
b
s
o
r
b
a
n
s
i

Konsentrasi
Kurva Kalibrasi


V = 114,664 L

2. Konsentrasi Amoniak (NH
3
) di udara ambien



IV.2 Pembahasan
Pada pengambilan samplen udara ambient yang dilakukan pada tanggal 10 desember
2010 di halte UIN jam 09.00-10.00 wib . pengukuran di mulai dengan temperature awal
sebesar 28
o
C dan tekanan awal sebesar 739 mmHg, pada pengambilan sample udara
ambient ini menghasilkan data nilai kebisingan minimum sebesar 81 dB, nilai maksimum 98,6
dB, dari 120 data nilai kebisingan diperoleh nilai rata-rata kebisingan yakni sebesar 91,14
dengan jumlah kendaraan bermotor berjumlah 5004 kendaraan, berarti keadaan lalulintas
pada saat pengambilan samople sangat padat . Pada akhir pengambilan sampel diukur suhu
yakni sebesar 28
o
C dan tekanan sebesar 739 mmHg .
Pada percobaan kali ini juga dilakukan penentuan partikulat dan NO
2
udara ambient
dengan Metode Griess Saltzman. Dalam penentuan partikulat perlu dihitung terlebih dahulu
filter sampel dan fiter blanko. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa filter blanko awal
sebesar 0,3762 gram, filter sampel awal sebesar 0,3815, filter blanko akhir 0,3863 gram dan
filter sampel akhir sebesar 0,3814 gram. Dari pengambilan sampel uji udara, didapatkan
volumenya sebesar 114,19 L dalam kondisi normal (25
0
C, 760 mmHg). Untuk kadar debu total
di udara didapatkan sebesar 893 10
5
.
Udara ambient yang diambil untuk sampling, ditentukan pula penentuan NO
2
nya. Dari
hasil percobaan didapatkan persamaan garis kurva kalibrasi nitrit standar yaitu y = 0.1707x.
Nilai koefisien korelasi dari kurva standar nitrit sebesar 0,9997, hal ini membuktikan bahwa
saat preparasi deret standar dilakukan dengan benar. Untuk nilai konsentrasi larutan standar
nitrit didapatkan sebesar 7262
Dari persamaan kurva kalibrasi dapat dicari jumlah NO
2
sampel uji sebesar 12,40 g.
Konsentrasi NO2 di udara ambient dapat dihitung dan didapatkan sebesar 10859 gNm
3
.
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk
gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya
disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak
mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.
Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur
oksida, tetapi jumlah relative masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang
tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar. Jumlah SO
3
yang terbentuk
bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.
Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai berikut
S + O
2
< --------- > SO
2

2 SO
2
+ O
2
< --------- > 2 SO
3

SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap air sangat
rendah. Jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika uap air terdapat dalam jumlah cukup,
SO3 dan uap air akan segera bergabung membentuk droplet asam sulfat (H
2
SO
4
) dengan
reaksi sebagai berikut :
SO SO
2
+ H
2
O
2
------------ > H
2
SO
4

Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO
3
melainkan H
2
SO
4
Tetapi jumlah
H
2
SO
4
di atmosfir lebih banyak dari pada yang dihasilkan dari emisi SO
3
hal ini menunjukkan
bahwa produksi H
2
SO
4
juga berasal dari mekanisme lainnya.
Setelah berada diatmosfir sebagai SO
2
akan diubah menjadi SO
3
(Kemudian menjadi
H
2
SO
4
) oleh proses-proses fotolitik dan katalitik Jumlah SO
2
yang teroksidasi menjadi SO
3

dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan
distribusi spektrum sinar matahari, Jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan alkalin yang
tersedia. Pada malam hari atau kondisi lembab atau selama hujan SO
2
di udara diaborpsi oleh
droplet air alkalin dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk membentuk sulfat di dalam
droplet.
Amoniak (NH
3
) adalah suatu gas yang tidak berwarna dan merupakan senyawa
nitrogen yang dapat berubah menjadi NH
4
+
(ion ammonium) pada pH yang relatif rendah.
Amoniak mempunyai bau yang sangat tajam, lebih ringan dari udara, larut dalam air dan
mempunyai titik didih -33
0
C serta titik lebur -78
0
C.
Sifat-sifat bahaya dari amoniak bagi kesehatan dalam efek jangka pendek (akut) adalah
iritasi terhadap saluran pernapasan, hidung, tenggorokan dan mata terjadi pada 400-700 ppm.
Sedang pada 5000 ppm menimbulkan kematian. Kontak dengan mata dapat menimbulkan
iritasi hingga kebutaan total. Kontak dengan kulit dapat menyebabkan luka bakar (frostbite).
Sedangkan dalam efek jangka panjang (kronis) adalah menghirup uap asam pada jangka
panjang mengakibatkan iritasi pada hidung, tenggorokan dan paru-paru. Amoniak termasuk
bahan teratogenik. Reaktivitas amoniak stabil pada suhu kamar, tetapi dapat meledak oleh
panas akibat kebakaran. Larut dalam air membentuk ammonium hidroksida.
Metode penentuan amoniak ini didasarkan pada reaksi antara analit amonia dengan
fenol dan hipoklorida membentuk senyawa indofenol yang berwarna biru yang menyerap sinar
dengan kuat pada daerah panjang gelombang sinar tampak sehingga dapat ditentukan secara
spektrofotometri UV-Vis. Untuk mempercepat reaksi pembentukan indofenol biru digunakan
katalisator natrium nitroprussida.
Dalam percobaan ini, amoniak dari udara ambien yang telah diserap oleh larutan
penyerap asam sulfat akan membentuk ammonium sulfat kemudian direaksikan dengan
phenol dan natrium hipoklorit dalam suasana basa membentuk senyawa komplek indofenol
yang berwarna biru. Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm.
Sebagaimana dilaporkan Bolleter dan Tidwell dalam Tetlow dan Wilson, mekanisme
pembentukan indofenol biru relative cukup rumit dan melalui beberapa tahapan. Tahapan-
tahapan reaksi inilah yang menjadi dasar dalam melakukan optimasi analisis.


Dari hasil percobaan pada grafik larutan standar di dapat persamaan y = 0.15x - 0.056
dengan nilai R = 0.971. Dari persamaan regresi ini praktikan dapat mencari nilai kadar NH
3

pada sample udara, kadar sample udara yang didapat dapat diakui cukup akurat karena
pembandingnya atau larutan standar mempunyai nilai R
2
= 0.994. dari hasil perhitungan
didapatkan hasil Volume sampel Udara yang Diambil adalah sebesar 114,664 L sedangkan
konsentrasi Amoniak (NH
3
) di udara ambient adalah sebesar -281 x 10
5
g / Nm
3
.




























BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.I Kesimpulan

Dari sampling udara yang telah dilakukan di Halte UIN Jakarta, didapatkan volume sampel
uji udara yang diambil sebanyak 11419 L.
Kadar debu total didapatkan sebesar 893 10
5

.
Kurva kalibrasi satndar nitrit mempunyai persamaan garis y = 0.1707x dengan koefisien
korelasi sebesar 0,9997.
Konsentrasi larutan standar nitrit sebesar 7262

.
Konsentrasi NO
2
udara sebesar 10859 gNm
3
.



Berdasarkan dari hasil analisis yang dilakukan dalam penetapan kadar NH
3
dalam
udara dengan metode indofenol dapat disimpulkan bahwa udara yang terdapat di sekitar halte
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak begitu buruk. Hal ini dikarenakan pada hasil kadar
parameter yang diuji masih berada dalam ambang batas dan belum termasuk dalam
pencemaran udara sesuai dengan peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1986

























Daftar Pustaka

www.pupukkaltim.com/img/images//page/MSDS%20Amoniak.pdf
blog.unila.ac.id/kes_manik/files/2010/06/Ilmu-Lingk-1.pdfa
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13897/1/09E02381.pdf
i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=581
Achmad, Rukaesih, 2004, Kimia Lingkungan, Yogyakarta : Penerbit Andi.
www.tempointeraktif.com/PP RI No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
Udara diakses tanggal 2 januari 2011.
www.menlh.com diakses tanggal 2 januari 2011.
Himpunan peraturan tentang pengendalian pencemaran udara bapedal 770-0007-1996
http://id.wikipedia.org/wiki/Udara
http://geo.ugm.ac.id/archives/69
www.depkes.go.id/downloads/Udara.PDF
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-industri/pencemaran-udara-
ambien/


Lampiran

No. Parameter Waktu
pengukuran
Baku Mutu Metode analisis Peralatan

1 SO
2
1 Jam 900 ug/Nm
3
Pararosanilin Spektrofotometer
(Sulfur
Dioksida)
24 Jam 365 ug/Nm
3

1 Thn 60 ug/Nm
3


2 CO 1 Jam 30.000
ug/Nm
3

NDIR NDIR Analyzer
(Karbon
Monoksida)
24 Jam 10.000
ug/Nm
3


1 Thn -

3 NO
2
1 Jam 400 ug/Nm
3
Saltzman Spektrofotometer
(Nitrogen
Dioksida)
24 Jam 150 ug/Nm
3

1 Thn 100 ug/Nm
3


4 O
3
1 Jam 235 ug/Nm
3
Chemiluminescent Spektrofotometer
(Oksidan) 1 Thn 50 ug/Nm
3


5 HC 3 Jam 160 ug/Nm
3
Flame Gas
Ionization
(Hidro Karbon) Chromatogarfi

6 PM
10
24 Jam 150 ug/Nm
3
Gravimetric Hi - Vol
(Partikel < 10
um )

PM
2,5
(*) 24 Jam 65 ug/Nm
3
Gravimetric Hi - Vol
(Partikel < 2,5
um )
1 Thn 15 ug/Nm
3
Gravimetric Hi - Vol





7 TSP 24 Jam 230 ug/Nm
3
Gravimetric Hi - Vol
(Debu) 1 Thn 90 ug/Nm
3


8 Pb 24 Jam 2 ug/Nm
3
Gravimetric Hi Vol
(Timah Hitam) 1 Thn 1 ug/Nm
3
Ekstraktif
Pengabuan AAS

9 Dustfall 30 hari
(Debu Jatuh ) 10
Ton/km
2
/Bulan
(Pemukiman)
Gravimetric Cannister



20
Ton/km
2
/Bulan

(Industri)
10 Total Fluorides
(as F)
24 Jam 3 ug/Nm
3
Spesific Ion Impinger atau
90 hari 0,5 ug/Nm
3
Electrode Countinous
Analyzer
11 Fluor Indeks 30 hari 40 u g/100
cm
2

Colourimetric Limed Filter
Paper
dari kertas
limed filter




12 Khlorine & 24 Jam 150 ug/Nm
3
Spesific Ion Impinger atau
Khlorine
Dioksida
Electrode Countinous
Analyzer

13 Sulphat Indeks 30 hari 1 mg SO
3
/100 Colourimetric Lead
cm
3

Dari Lead Peroxida Candle
Peroksida

Anda mungkin juga menyukai