Anda di halaman 1dari 7

Kajian Daerah Perbatasan

Analisis Keberlanjutan Perkebunan Kakao Rakyat di Kawasan Perbatasan Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur
April, 2012

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PENDAHULUAN

Pulau Sebatik merupakan salah satu kawasan perbatasan negara antara Indonesia dan Malaysia. Kawasan perbatasan Pulau Sebatik letaknya sangat strategis dan menjadi pintu gerbang yang menghubungkan Provinsi Kalimantan Timur dengan negara tetangga, Malaysia. Posisi ini merupakan kekuatan sekaligus peluang bagi daerah, karena mempunyai akses pasar yang baik bagi komoditas yang dihasilkan terhadap barang-barang kebutuhan masyarakat. Akses pasar yang baik ini membuat arus lalu lintas barang antara Pulau Sebatik dengan Malaysia sangat lancar. Pulau Sebatik berada di bagian utara Kabupaten Nunukan yang terletak pada koordinat 1174105 - 1175556 BT, dan 40137 - 41005 LU. Kawasan Pulau Sebatik di sebelah utara berbatasan langsung dengan Negara Malaysia Timur (Sabah), sebelah barat berbatasan dengan Selat Nunukan, serta sebelah timur dan selatan berbatasan dengan Selat Makassar (Laut Sulawesi). Potensi sumberdaya lahan sangat mendukung untuk pengembangan pertanian, sehingga sektor pertanian diharapkan menjadi tulang punggung perekonomian di kawasan perbatasan Pulau Sebatik. Pertimbangan yang digunakan untuk menjadikan pertanian sebagai sektor andalan di kawasan tersebut antara lain adalah sebagai pemenuh kebutuhan pangan daerah, penghasil devisa, penyumbang PDRB, penyerap tenaga kerja terbesar, dan dapat diperbaharui. Pembangunan sektor pertanian di kawasan perbatasan relatif rendah jika dibandingkan dengan perkembangan pembangunan di daerah lain, terutama di Jawa. Sampai saat ini kawasan perbatasan negara relatif belum berkembangan, karena paradigma pembangunan masa lalu yang menempatkan kawasan perbatasan sebagai halaman belakang negara. Tanaman kakao merupakan komoditas unggulan yang telah dibudidayakan oleh masyarakat setempat sejak tahun 1980-an. Pengembangan kakao rakyat di kawasan ini mempunyai beberapa kendala, terutama dari aspek teknis, sosial, ekonomi, dan ekologi. Oleh karena itu, dalam rangka mengetahui dan meningkatkan status keberlanjutan perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik perlu dilakukan analisis keberlanjutan berdasarkan lima dimensi atau aspek, yaitu ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan infrastruktur, serta hukum dan kelembagaan.

PEMBAHASAN

Penelitian Analisis Keberlanjutan Perkebunan Kakao ini dimaksudkan untuk menilai indeks dan status keberlanjutan perkebunan kakao rakyat, mengidentifikasikan faktor-faktor atau atribut yang sensitif berpengaruh terhadap keberlanjutan perkebunan kakao rakyat dan menyusun arahan kebiajakan pengembangan perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik. Sumber data yang digunakan adalah data primer dari survey primer dan data sekunder hasil penelitian, laporan dan program dari dinas dan instansi terkait. Metode analisis yang digunakan adalah teknik ordinasi RAP-SEBATIK (Rapid Appraisal for Cocoa on Sebatik Island) yang merupakan statistik dengan melakukan transformasi multidimensi menjadi dimensi yang lebih sederhana (Fauzi dan Anna, 2005). Multi Dimensional Scalling (MDS) digunakan untuk menilai indeks dan status keberlanjutan serta untuk mengidentifikasi atributatribut yang paling sensitif dari masing-masing dimensi keberlanjutan melalui leverage analysis. Hasil analisis dari keberlanjutan perkebunan kakao di Pulau Sebatik adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pembahasan Keberlanjutan Perkebunan Kakao
No. 1. Dimensi Keberlanjutan Ekologi Atribut Faktor yang Berpengaruh Kesesuaian lahan dan agroklimat untuk tanaman kakao Luas lahan tanaman kakao yang dikelola Luas lahan bukan tanaman kakao yang dikelola Rata-rata umur tanaman kakao Penggunaan benih/bibit kakao Tingkat serangan hama PBK (Penggerek Buah Kakao) Tingkat serangan penyakit busuk buah Tingkat serangan hama dan penyakit selain PBK dan busuk buah Produktivitas hasil kakao Jarak kebun kakao dengan rumah/tempat tinggal Atribut Sensitif (Analisis Leverage) Rata-rata umur tanaman kakao Tingkat serangan hama dan penyakit Produktivitas hasil kakao Penggunaan benih/bibit kakao unggul Rencana Peningkatan Indeks Keberlanjutan Peremajaan atau penggantian tanaman baru Melakukan pemberantasan hama dan penyakit lebih intensif Perbaikan teknologi budidaya Menggunakan bibit unggul yang tahan hama penyakit dan produktivitasnya tinggi

No.

Dimensi Keberlanjutan

2.

Ekonomi

Atribut Faktor yang Berpengaruh Tindakan konservasi lahan pada lahan miring Jumlah tenaga kerja pertanian Pengelolaan lahan dan lingkungan Keuntungan usaha tani kakao Hasil usaha tani selain kakao Daya saing kakao dari Pulau Sebatik Tingkat ketersediaan akses jalan usaha tani Akses pasar Tingkat ketergantungan terhadap pasar luar negeri (Malaysia) Kontribusi kakao terhadap terhadap pendapatan PDRB

Atribut Sensitif (Analisis Leverage)

Rencana Peningkatan Indeks Keberlanjutan

Daya saing kakao dari Pulau Sebatik Tempat menjual/ pemasaran kakao Tingkat ketergantungan terhadap pasar kakao Malaysia Akses pasar

3.

Sosial Budaya

Tingkat pendidikan formal masyarakat Status kepemilikan lahan usaha tani kakao Status lahan usaha tani kakao Rata-rata umur petani Alokasi waktu untuk usaha tani kakao Akses masyarakat dalam kegiatan pertanian Pandangan masyarakat terhadap usaha tani kakao Partisipasi keluarga dalam usaha tani kakao Tingkat penyerapan tenaga kerja (dari usaha tani kakao) Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pertanian Peran masyarakat adat dalam kegiatan pertanian Pola hubungan

Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pertanian

Perbaikan teknologi budidaya dan pascapanen untuk meningkatkan daya saing (produktivitas hasil dan kualitas) kakao Mengupayakan tersedianya tempat pemasaran kakao yang lebih memadai dan mudah dijangkau oleh petani Mencari peluang atau akses pasar baru yang lebih menguntungan selain ke Tawau (Malaysia) Pemberdayaan petani atau masyarakat melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dalam penguasaan teknologi budidaya dan pasca panen kakao

No.

Dimensi Keberlanjutan

4.

Infrastruktur dan Teknologi

5.

Hukum dan Kelembagaan

Atribut Faktor yang Berpengaruh masyarakat dalam kegiatan pertanian Tingkat hubungan masyarakat lokal dengan masyarakat negara tetangga Ketersediaan basis data sumber daya lahan Pedoman teknologi usaha tani Sumber informasi teknologi dari negara tetangga Tingkat penguasaan dan penerapan teknologi Tindakan pemangkasan tanaman kakao Tindakan pemupukan Dukungan sarana dan prasarana jalan Standarisasi mutu produk pertanian Ketersediaan industri pengolahan hasil Keberadaan dan peran lembaga penyuluh pertanian Keberadaan lembaga/badan khusus kawasan perbatasan Keberadaan dan peran perbankan dalam kegiatan usaha tani Keberadaan lembaga keuangan mikro (LKM) Keberadaan kelompok tani Keikutsertaan petani dalam kelompok tani Mekanisme kerja sama lintas sektoral dalam pengembangan pertanian di kawasan perbatasan Sinkronisasi antara kebijakan pusat dan daerah

Atribut Sensitif (Analisis Leverage)

Rencana Peningkatan Indeks Keberlanjutan

Pedoman teknologi usaha tani yang dimiliki Tingkat penguasaan teknologi pertanian Dukungan diseminasi inovasi teknologi Standarisasi mutu produk pertanian

Perlunya penyebarluasan atau diseminasi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao dari dinas dan instansi terkait Dilaksanakan kursus dan pelatihan Penyuluhan pertanian yang lebih intensif dari pihak yang berwenang Perlunya standarisasi mutu produk kakao rakyat dari kawasan ini

Mekanisme kerja sama lintas sektoral dalam pengembangan pertanian di kawasan perbatasan Sinkronisasi antara kebijakan pusat dan daerah Keberadaan kelompok tani Keberadaan lembaga keuangan mikro (LKM)

Optimalisasi koordinasi antarlintas sektor untuk pengembangan pertanian di Pulau Sebatik Adanya kerja sama pemerintah pusat dan daerah dalam pengembangan pertanian di kawasan perbatasan Pulau Sebatik Peningkatan penyuluhan dan peran kelompok tani Penumbuhan LKM di sentra-sentra pengembangan kakao rakyat

No.

Dimensi Keberlanjutan

Atribut Faktor yang Berpengaruh Perjanjian kerjasama pengembangan pertanian dengan Malaysia

Atribut Sensitif (Analisis Leverage)

Rencana Peningkatan Indeks Keberlanjutan

Sumber: Hasil Review, 2012

Berdasarkan hasil analisis dengan RAP-SEBATIK dapat diketahui bahwa setiap atribut cukup akurat, yang terlihat dari nilai Stress yang berkisar antara 0,127-0,139 dan nilai determinasi (R2) antara 0,950-0,952. Nilai tersebut cukup memadai. Menurut Kavanagh dan Pitcher (2004) yang menyatakan bahwa nilai Stress kurang dari 0,25 dan nilai R2 mendekati 1,0 cukup akurat serta dapat dipertanggungjawabkan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model dari lima dimensi keberlanjutan sudah menggunakan peubah-peubah yang baik.
Tabel 2. Nilai Stress dan R2 Dimensi Keberlanjutan Perkebunan Kakao Rakyat di Pulau Sebatik
Parameter Ekologi Dimensi Keberlanjutan Infrastruktur Ekonomi Sosial Budaya dan Teknologi 0,133 0,127 0,138 0,950 0,951 0,950 Hukum dan Kelembagaan 0,139 0,951

Stress 0,139 R2 0,952 Sumber: Hasil Analisis, 2009

PENUTUP

Analisis keberlanjutan perkebunan kakao rakyat ini sangat bermanfaat bagi perkembangan perencanaan kawasan perkebunan yang sudah menjadi tumpuan hidup hampir seluruh rakyat di Pulau Sebatik. Hasil yang direncanakan pun cukup dapat mewakili potensi dan masalah yang ada di wilayah penelitian. Potensi produksi yang cukup besar dapat terus dikembangkan dengan peningkatan atribut-atribut yang sangta berpengaruh pada

perkembangan produksi pada masa mendatang seperti pada dimensi ekologi, ekonomi, serta infrastruktur dan teknologi. Sedangkan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dapat dilakukan dengan meningkatkan atribut yang berpengaruh pada dimensi sosial budaya. Perencanaan dan pengembangan perkebunan kakao rakyat yang ada di Pulau Sebatik ini juga dapat digunakan sebagai pemberdayaan potensi sumber daya alam yang melimpah tetapi tidak didukung dengan adanya infrastruktur yang memadai karena wilayahnya terdapat pada wilayah perbatasan yang cenderung jauh dari pusat kota dan kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Perencanaan ini juga berfungsi untuk mengangkat eksistensi kawasan perbatasan agar dapat meningkatkan pendapatan warga masyarakat daerah itu sendiri dan dapat meningkatkan sumber daya manusia yang ada agar dapat bersaing dengan masyarakat daerah lainnya untuk mengembangkan potensi sumber daya alam daerah yang sudah ada.

Anda mungkin juga menyukai