Anda di halaman 1dari 20

MODUL SESAK Skenario Seorang anak laki-laki umur 1 tahun 1 bulan masuk rumah sakit dengan keluhan sesak

yang dialaminya sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, selain sesak dia juga ada keluhan batuk berlendir dan demam. Anak tersebut lahir dengan berat badan 3 kg, lahir spontan dan cukup bulan sebelumnya tidak ada riwayat sesak. Kata kunci : Anak laki-laki 1 tahun 1 bulan, dispnea, demam, batuk produktif, bayi normal. Pertanyaan : 1. Apa yang menyebabkan terjadinya sesak napas dan demam ? 2. Penyakit apa yang menimbulkan sesak, demam, batuk produktif, dan menyerang anak balita ? 3. Bagaimana gejala klinis dari penyakit tersebut ? 4. Bagaimana etiologinya ? 5. Jika merupakan infeksi bakteri atau virus, bagaimana morfologi dan klasifikasi dari bakteri atau virus tersebut ? 6. Patomekanisme gejala utama dari penyakit tersebut ? 7. Pemeriksaan apa yang diperlukan untuk menegakkan diagnosa ? 8. Bagaimana penatalaksanaannya ? 9. Komplikasi apa yang dapat ditimbulkan ? 10. Prognosis dari penyakit ini adalah ? 11. Korelasi berat badan dengan sesak ? 12. Bagaimana pengaruh lahir normal terhadap timbulnya penyakit saluran napas ? Jawab 1. Sesak napas terjadi karena obstruksi (menyempitnya saluran napas sewaktu ekspirasi) dan restriksi (gangguan pengembangan paru saat inspirasi). Sesak juga dapat terjadi bila ada gangguan pada jantung misalnya payah jantung karena adanya

retensi pada pembuluh darah vena sehingga menyebabkan udem pada jaringan intersitisial paru dan menyebabkan gangguan difusi oksigen dan karbondioksida. Demam terjadi karena adanya proses peradangan di mana zat-zat yang bersifat pirogen dilepaskan misalnya mediator IL-1 dan beberapa jenis toksin bakteri ada yang bersifat pirogenik. Zat-zat ini kemudian akan merangsang pusat vasomotor pada hipotalamus untuk melepaskan panas tersebut ke permukaan tubuh sehingga suhu tubuh meningkat (demam). 2. Diferensial diagnosis yang muncul sewaktu kelompok kami berdiskusi adalah : a. Bronkitis akut b. Asma bronkial c. TB primer pada anak d. Infeksi saluran napas atas e. Hyalin membran disease f. Pneumothorax g. Atelektasis h. SARS Pertanyaan selanjutnya yang mengenai diferensial diagnosis berikutnya akan dibahas satu-persatu

BRONKITIS AKUT Definisi Peradangan pada bronkus yang sifatnya reversibel dan perlangsungan sementara. Bronkitis akut ini kebanyakan disebabkan oleh infeksi virus sinsisial pernafasan (Infeksi RSV) dan hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh bakteri. Angka kejadian infeksi RSV tertinggi ditemukan pada bayi berumur 2-6 bulan. Etiologi Penyebabnya adalah RSV (respiratory syncytial virus). RSV adalah virus yang menyebabkan infeksi pada paru-paru dan saluran pernafasan. RSV mudah ditularkan melalui kontak fisik; menyentuh, mencium dan berjabatan tangan dengan penderita bisa menularkan infeksi RSV. Penularan biasanya terjadi melalui percikan ludah atau bendabenda yang terkontaminasi oleh ludah penderita, dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui mata maupun hidung. Di tangan, RSV bisa hidup selama setengah jam atau lebih. Virus juga bisa hidup selama beberapa jam pada tisu bekas. Penularan tertinggi terjadi pada hari ke 2-4, tetapi partikel-partikel virusnya bisa terus menyebar sampai 2 minggu setelah hidung mulai mampet. Resiko terjadinya bronkitis akut ditemukan pada bayi yang - Lahir prematur - Menderita gangguan sistem kekebalan - Menderita penyakit jantung tertentu Gejala Gejalanya mulai timbul dalam waktu 2-8 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: - Bronkitis akut biasanya dimulai dengan batuk kering. - Batuk kemudian dapat menjadi berlendir yang warnanya putih, kuning, atau hijau. - Sakit kepala, demam, menggigil, sesak napas. Pada anak-anak yang lebih besar dan pada orang dewasa, gejalanya cenderung lebih ringan seperti nyeri tenggorokan, sakit kepala ringan, batuk ringan, demam rendah dan merasa tidak enak badan) atau sama sekali tidak menimbulkan gejala.

Patogenesis Virus sinsisial pernapasan berasal dari golongan paramyxovirus yang mempunyai envelop HN (hemagglutinin dan neurominidase) protein yang berfungsi untuk perlekatan dan fungsi lainnya yang berguna sebagai protein fusion. Virus yang terinhalasi bersama udara akan melekat pada epitel kolumnair bersilia dan selanjutnya akan melakukan replikasi. Replikasi virus dalam sel ini akan menimbulkan nekrosis sel, udem, dan radang pada epitel nasofaring sampai bronkiolus terminalis. Radang pada bronkus akan mengakibatkan puing-puing nekrotik yang berkelompok, sumbatan dari epitel yang mengelupas dan sel-sel radang. Selanjutnya hal ini akan menmenutup saluran napas dan menimbulkan sesak napas. Respon imun tbuh bekerja dengan limfosit T sitotoksik (CD8). Pemeriksaan Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan dengan stetoskop, akan terdengar wheezing maupun bunyi abnormal paru-paru lainnya. Beberapa pasien tidak menunjukkan adanya bronkospasme. Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan: Rontgen dada (bisa menunjukkan pneumonia atau bronkiolitis) Serologi RSV Analis gas darah arteri. Penatalakasanaan - Segera membawa anak ke dokter jika menunjukkan gejala bronkitis. - Bronkitis akut biasanya hanya berlangsung selama beberapa hari antara 7 14 hari tetapi ada beberapa kasus yang sampai 3 minggu. Anak sebaiknya minum banyak cairan (baik air putih maupun jus buah) agar lendir hidung lebih encer dan mudah dikeluarkan. - Untuk menurunkan demam sebaiknya gunakan asetaminofen, jangan memberikan aspirin kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye. Bronkitis akut biasanya disebabkan oleh infeksi RSV sehingga tidak dapat diobati dengan antibiotik, karena antibiotik tidak dapat melawan virus.

Jika terjadi pneumonia berat, kadang diberikan obat anti-virus ribavirin. Ribavirin diberikan hanya pada anak yang beresiko tinggi dari bronkitis ini mengingat harganya yang sangat mahal. Ribavirin bekerja dengan menghambat pembelahan virus RSV sehingga meminimalkan cedera jaringan.

Bayi yang menderita pneumonia berat mungkin perlu dirawat di rumah sakit guna mendapatkan terapi pernafasan khusus, seperti oksigen yang lembab dan obat-obatan untuk membuka saluran pernafasan.

Pencegahan Cara yang paling sederhana untuk membantu mencegah adalah mencuci tangan sesering mungkin, terutama sebelum merawat bayi. Beberapa tindakan berikut bisa membantu melindungi bayi dari bronkitis akut : Cuci tangan dengan sabun dan air hangat setiap kali sebelum merawat bayi Penderita pilek atau selesma sebaiknya tidak berada dekat bayi atau jika terpaksa, gunakan masker Mencium bayi dapat menularkan virus Anak-anak sangat sering menderita bronkitis akut dan infeksi ini mudah menular diantara anak-anak, karena itu jauhkan mereka dari adiknya yang masih bayi Jangan merokok di dekat bayi karena asapnya menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya bronkitis dan infeksi RSV. Tindakan pencegahan terhadap bronkitis akut karena infeksi RSV, yaitu immunoglobulin RSV dan palvizumab. Kedua bahan tersebut terbukti dapat mencegah terjadinya infeksi RSV pada anak yang berumur kurang dari 24 bulan. Immunoglobulin RSV diberikan 1 kali/bulan melalui infus, palvizumab diberikan 1 kali/bulan melalui suntikan.

TUBERKULOSIS ANAK Definisi Penyakit yang disebabkan mikrobacterium turberculosae. Etiologi Mycobacterium TB terbagi menjadi dua bagian yaitu tipe human dan tipe bovin. Patogenesis Penularan TB melalui droplet bakteri terbang di udara (1-2jam) bakteri tersebut diinhalasi oleh orang sehat menempel pada saluran nafas makrofag akan terangsang bakteri berkembang biak dalam sitoplasma makrofag terbentuknya sarang primer(Ghon) bakteri menjalar ke pleura sehingga terjadi efusi pleura bakteri masuk melalui saluran gastrointestinal,orofaring(limfadenopati) menjalar ke vena dan dibawa ke seluruh organ dan ke arteri pulmonalis ke seluruh jaringan paru (TB milier)

Gejala klinis: - Demam (subfebris,kadang mencapai 40-41C) - Pada mulanya batuk non produktif kemudian batuk produktif - Sesak nafas(ditemukan pada penyakit yang telah lanjut) - Nyeri dada(timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura menyebabkan gesekan pleura. Malaise (anoreksia, badan makin kurus, sakit kepala, nyeri otot, dan keringat malam) Pemeriksaan fisis Konjungtiva dan kulit pucat, subfebris, dan badan kurus. Pada auskultasi ditemukan ronki basah,kasar dan nyaring Pemeriksaan laboratorium - uji darah - uji sputum : BTA positif - Tes tuberkulin Radiologi TB aktif kelihatan bercak,berawan,berselubung dan ada kavitas TB inakif kelihatan klasifikasi dan fibrosis. Pentalaksanan Berikan obat streptomisin,ethambutol dan rifampicin

HYALINE MEMBRANE DISEASE Definisi Kerusakan Etiologi Berhubungan dengan diabetes maternalis, kehamilan multipel, seksio saesar, aspirasi cairan amniotik. Epidemiologi Sering pada bayi prematur beberapa jam selepas kelahiran hingga hari ke-28. Patogenesis Sebagai akibat defisiensi surfaktan (yang mengandung fosfolipid dan yg disekresi oleh pneumosit tipe II, yang diatur oleh gluko hormon-hormon lain yg meningkat jelas setelah gestasi 35 itu imaturitas paru pada bayi kurang bulan adalah (Respiratory Distress Syndrome) yang terpenting. menurunkan tegangan permukaan dalam alveoli protein) kortikoid dan minggu. Karena penyebab terjadinya RDS Surfaktan fungsinya untuk sehingga memudahkan alveolis yg difus disertai membran hialin disebabkan defisiensi surfaktan paru akibat komplikasi prematuritas ( < 36 minggu ).

mengembangnya alveoli. Kurangnya surfaktan menyebabkan paru-paru kaku hipoksemia asidosis dan kerusakan kapiler paru. Dalam alveoli terbentuk eksudat yg kaya akan fibrin (membrana hialin) yg selanjutnya memperburuk pertukaran gas. Gejala Klinis : Takipnea, dispnea, ekspirasi mendengkur, sianosis, Banyak kesamaannya dengan sindroma distres pernafasan dewasa (adult respiratoriy distress Pemeriksaan 1. Pengukuran konsentrasi surfaktan dalam cecair amnion 2. Menggunakan ultrasonography untuk mengukur tingkat maturitas. 3. Alveoli tidak terbuka dengan membrane hialin menutupi duktus alveoli dan pembuluh limfe paru melebar. Penatalaksanaan 1. Pemberian oksigen yang mencukupi ( 2-3L/jam ) sesuai kebutuhan. 2. Pemberian ventilasi buatan seperti betamethason untuk meningkatkan maturitas paru fetus. syndrome ARDS).

ASMA BRONKIAL Definisi Asma Bronkiol adalah suatu penyakit dicirikan oleh gerak balas pencerutan bronkus yang berlebihan terhadap pelbagai stimulus yang menyebabkan penyekatan pengaliran udara semasa ekspirasi. Asma bronkiol boleh diklasifikasikan kepada 2 berdasarkan jenis stimulus yaitu asma ekstrinsik imunologi dan asma instrinsik bukan imunologi. Etiologi Allergen merupakan factor presipitasi utama yang mencetuskan berlakunya asthma. Selain itu, terdapat beberapa obat yang bisa menyebabkan tercetusnya serangan asthma yaitu aspirin, tetrazine, beta adrenergic antagonists dan sulfating agents. Lingkungan dan polusi udara juga dapat menyebabkan asthma terutama di daerah-daerah industrial dan kampong-kampung yang persekitarannya kurang bersih. Faktor perkerjaan juga mempengaruhi. Bagi yang terdedah pada metal salts, abuk kayu, industrial chemicals dan plastics. Infeksi yang selalu dikaitkan dengan asthma adalah infeksi virus. Emotional stress juga akan mencetuskan serangan asthma. Bagi yang telah mengidap asthma, olahraga akan menyebabkan penderita bisa diserang penyakit ini. Gambaran klinis Penderita akan dating dengan keluhan utama berupa sesak napas. Juga disertai dengan batuk-batuk. Pada serangan yang pertama, penderita akan mengalami batuk-batuk berlendir. Namun pada peringkat yang lebih memburuk, penderita sudah mulai batuk=batuk dengan produksi sputum yang kental. Sewaktu bernafas otot-otot bantu pernafasan kelihatan menonjol. Penderita juga akan mengalami takikardi dan nyeri dada yaitu rasa seperti terjepit. Bunyi pernafasan akan kedengaran bunyi wheezing. Sianosis akan ditemukan pada fase terakhir yaitu merupakan tanda-tanda semakin memburuk.

Patogenesis Asthma ekstrinsik imunologi adalah penyakit hipersensitiviti jenis I yang diperantarakan oleh IgE. Ia berlaku pada individu yang atopik yang menghasilkan antibody IgE akibat pendedahan kepada allergen biasa. Antibody ini terikat pada sel mast di dalam mukosa trakeabronkus. Sel yang terpeka akibat pendedahan berikutan kepada allergen dengan cepat melepaskan histamine yang telah sedia terbentuk dan dengan serta merta memulakan pembentukan perantara lain, yang paling penting antaranya adalah prostaglandin PGD4 dan leukotrien LTD4. Leukotrien ini merupakan bronkokonstriktor yang seribu kali lebih kuat daripada histamine. Asthma intrinsic bukan imunologi dipostulatkan sebagai akibat daripada satu ketaknormalan dalam pengawalan system parasimpatetik fungsi saluran udara. Otot polos saluran udara, kelenjar submukosa, dan kapilari dikawalatur oleh system saraf autonomic; peransangan kolinergik dan peransangan alfa-adrenergik menyebabkan bronkokonstriksi dan rembesan mukosa, manakala peransangan beta-adrenergik menyebabkan perkara sebaliknya. Menurut teori, pendedahan kepada cuaca sejuk, peningkatan ventilasi semasa bersenam, pencemaran udara dan stimulus bukan imunologik yang lain dapat meransang eferen vagus kolinergik dan alfa-adrenergik menyebabkan perubahan berciri dalam asthma. Pemeriksaan Fisis Sewaktu inspeksi, saat pasien menarik dan menghembus napas, akan kelihatan otototot pernapasannya menonjol. Pada auskultasi pula akan terdengar bunyi tambahan yaitu wheezing atau dengan nama lain terdapat bunyi mengik. Laboratorium Pemeriksaan sputum akan ditemukan warna keputihan dan lengket. Selain itu, juga ditemukan histosit, Curschmanns spiral, dan Charcot Leyden crystal. Dalam tes mikroskopik akan ditemukan pula eosinophil tanda berlakunya reaksi allergy. Pada tes darah ditemukan kadar eosinophil meningkat dan begitu juga dengan Ig E.

Penatalaksanaan

Cara pengobatan terbahagi kepada 2 yaitu secara non farmakologi dan farmakologi. Kalau secara non farmakologi, pasien disarankan untuk menjauhi sebarang factor-faktor risiko seperti atopi, perokok, polusi udara dan beberapa obat-obatan yang bisa mencetuskan serangan asthma seperti aspirin dan tetrazine. Cara farmakologi pula, kerja obat untuk penyakit ini adalah dengan menghambat kontraksi otot polos pada bronkus yaitu obat beta adrenergic agonist, methylxantine dan anticholinergics. Cara obat yang lain berupa mencegah atau mengobati inflamasi yang terjadi yaitu glucocorticoids dan mast cell stabilizing agents. PNEUMOTORAKS Defenisi Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya gas/udara dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga dada. Klasifikasi Pneumotoraks dapat dibagi menurut : Derajat kolaps : pneumotoraks kolaps totalis dan kolaps parsialis. Sebab terjadinya : pneumotoraks spontan dan trumatik Fistel : pneumotoraks tertutup, pneumotoraks terbuka, pneumotoraks ventil. Etiologi Etiologi dari pneumotoraks ada bermacam-macam dan dibagi menjadi : Pneumotorak spontan yang terjadi secara tiba-tiba dan diklasifikasikan lagi menjadi : Pneumotoraks spontan primer, terjadi tanpa ada riwayat penyakit paru. Pneumotoraks spontan sekunder, terjadi karena penyakit paru yang mendasari, seperti : TB paru, PPOK, asma bronchial, pneumonia, tumor paru dsb. Pneumotoraks traumatik yang terjadi akibat suatu penetrasi kedalam rongga pleura karena luka tusuk/ tembak, terbagi atas : Pneumotoraks iatrogenik, terjadi akibat tindakan oleh tenaga medis. Terbagi:

Pneumotoraks iatrogenik aksidential, karena kesalahan/komplikasi tindakan. Pneumotoraks iatrogenik artificial, tejadi karena sengaja dikerjakan.

Pneumotoraks bukan iatrogenik, terjadi akibat jejas kecelakaan. Patogenesis Pneumotoraks terjadi akibat kombinasi peninggian tekanan intrabronkus dan intra alveolus pada suatu tempat yang lemah dalam jaringan paru yang pecah, sehingga udara dapat masuk ke dalam rongga pleura. Tempat lemah dapat berupa bula dalam parenkim bagian paru perifer atau emfisema interstitial local (bleb) atau proses paru yang menimbulkan destruksi parenkim bagian perifer dan pleura yang berdekatan sehingga terbentuk fistel bronkopleural. Gambaran klinis Pada anak besar sering didapatkan rasa nyeri yang sekonyong-konyong disisi toraks yang terkena, yang kemudian disusul oleh dispneu. Gejala ini sering dikira suatu serangan angina pectoris. Pada sebagian penderita kadang kadang dijumpai faktor pencetus berupa batuk, bersin atau latihan jasmani yang berat. Namun kadang-kadang pneumotoraks dapat terjadi pada waktu tidur. Pada pemeriksaan fisis didapatkan disisi toraks yang terkena, perkusi hipersonor atau timpani, disertai bising napas yang berkurang (lemah) atau menghilang pada auskultasi. Pemeriksaan penunjang Radiology : foto toraks memperlihatkan silkus costoprenikus radiolusen, mediastinum dan trakea dapat terdorong kesisi yang berlawanan. Analisis gas darah kemungkinan ditemukan hipoksemia.

Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada pneumotoraks bergantung pada beberapa fa ktor, yaitu : Jenis pneumotoraks, Pertama kali atau residif, Besarnya kolaps paru,

Adanya komplikasi seperti perdarahan atau tension. Penderita diberi obat sedatife untuk mengurangi rasa nyeri dan untuk menenangkan.

Batuk perlu dicegah misalnya dengan kodein. Anak dengan pneumotoraks spontan diobati secara konservatif, karena pada umumnya resorpsi udara dan pengembangan kembali jaringan paru berjalan cepat. Namun bila didapatkan pneumotoraks tension segera dilakukan pungsi rongga pleura yang bersangkutan dengan jarumdan kemudian dilakukan water sealed drainage. Pada pneumotoraks yang terjadi berulang-ulang dapat diberikan suntikan larutan glukosa kedalam rongga pleura untuk menimbulkan pleuritis secara kimiawi sehingga terjadi perlengketan antara pleura viscelaris dan parietalis. Tindakan bedah hanya dilakukan bila : Cara konservatif tidak bisa, Pneumotoraks spontan terjadi berulang kali, Terdapat kista atau bula yang besar, Pneumotorak disebabkan oleh luka tembus.

Komplikasi Kegagalan respirasi akut. Pneumomediastinum dan emfisema subkutan Henti jantung dan kematian Prognosis Pasien dengan penatalaksanan baik umumnya tidak ada komplikasi. INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) Definisi Radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik bakteri, virus maupun riketsia, yang pada umumnya terjadi pada komunitas tertutup. Etiologi

Infeksi bakteri, riketsia, virus (orthomyxovirus, paramyxovirus, methamyxovirus, adenovirus, picornavirus, dan coronavirus ) Gambaran Klinis Patogenesa Saluran pernapasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga dibutuhkan system pertahanan yang efektif dan efisien dari saluran pernapasan. Adapun tiga unsur dari system ketahanan yang penting, antara lain : utuhnya epitel mukosa dan gerak mukosilia makrofag alveoli antibody setempat Nyeri tenggorokan Rhinitis Batuk-batuk (kuning/putih kental) Nyeri retrosternal Konjunctivitis Malaise Cephalgia Anorexia Nausea Diare

Medikamentosa Pemberian asetosol ( antipiretik dan analgetik ) Pemberian HCL- Codein 3x15 mg dan noscapin 3x30 mg (antitusif )

Pencegahan vaksinasi : - meneteskan pada mukosa hidung - parenteral larutan vaksin dalam air kemoprofilaksis : - pemberian adamantanamin / HCL-amantadin - tidak memberikan kekebalan, menghambat/mencegah masuknya virus ke dalam sel

ATELEKTASIS Definisi Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. Sindroma Lobus Medialis Sindroma lobus medialis merupakan atelektasis jangka panjang dimana lobus medialis dari paru kanan mengkerut. Penyebab biasanya adalah penekanan bronkus oleh suatu tumor akibat pembesaran kelenjar betah bening. Paru-paru tersumbat dan mengkerut, dapat berkembang menjadi pneumonia yang tidak sembuh total dan peradangan kronik, jaringan parut dan bronkiektasis. Atelektasis Percepatan Atelektasis percepatan biasanya terjadi pada pilot pesawat tempur. Penerbangan dengan kecepatan yang tinggi akan menutup saluran pernafasan yang kecil, menyebabkan alveoli menciut. Penyebab

Penyebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus. Bronkus adalah percabangan utama dari trakea yang langsung menuju ke paru-paru, penyumbatan bisa juga terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bias juga disebabkan oleh adanya penyumbatan lendir, tumor, atau benda asing yang terhisap kedalam bronkus. Atau bronkus bias tersumbat oleh suatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah bening. Jika saluran nafas tersumbat, udara di dalam alveoli akan terseret dalam aliran darah sehingga alveoli aka menciut dan memadat. Jaringan paru yang mengkerut biasanya terisis dengan sel darah, lendir dan kemudian akan mengalami infeksi. Faktor-faktor resiko terjadinya atelektasis: Gejala Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas secara ringan. Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala, walaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek. Gejalanya bias berupa: Gangguan pernafasan Nyeri dada Batuk. Kadang-kadang sampai terjadi syok. Pembiusan (anastesia) pembedahan Tirah baring jangka panjag tanpa perubahan posisi Pernafasan dangkal Penyakit paru-paru

Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala danhasil pemeriksaan fisik Roentgen dada akan menunjukan adanya daerah bebas udara di paru. Untuk menentukan penyebab terjadinya penyumbatan mungkin perlu dilakukan pemeriksaan CT-scan atau bronkoskopi serat optik. Pengobatan Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan mengembangkan jaringan paru yang terkena.

Tindakan yang biasa dilakukan: Berbaring pada posisi paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena bias kembali mengembang. Menghilsngksn penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya. Latihan menarik nafas dalam Perkusi (menepuk-neouk) dada untuk mengencerkan dahak Postural drainase Antibiotic diberikan untuk semua infeksi Pengobatan tumor atau keadaan yang lainnya. Pada kasusu tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu diangkat Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut ataupun kerusakan lainnya. Pencegahan Ada beberapa cara yang biasa dilakukan untuk mencegah terjadinya atelektasis: Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong untuk bernafas dalam, batuk teratur dan kembali melakukan aktivitas secepat mungkin meskipun perokok memiliki resiko lebih besar, tetapi resiko ini bias diturunkan dengan berhenti merokok dalam 6-8 minggu sebelum pembedahan. Seseprang dengan kelainan dada atau keadaan neurologist yang menyebabkan pernafadsan dangkal dalam jangka panjang/lama, mungkin akan baik bila menggunakan alat bantu mekanis untuk membantu pernafasan mesin ini akan menghasilkan tekanan secara terus menerus ke paru-paru sehingga meskipun pada akhir suatu pernafasan, saluran nafas tidak menciut. SARS Definisi dan Etiologi SARS muncul di Cina akhir tahun lalu. Setelah itu, beberapa kasus muncul dan mulai

menjadi perhatian khusus WHO. Sebenarnya, penyebabnya masih belum diketahui dengan jelas. Ini penyakit baru. Namun, beberapa waktu lalu, ada laporan bahwa salah seorang peneliti asal Hongkong menemukan satu virus. Penemuan itu diduga sebagai virus penyebab SARS. Meski begitu, penemuan ini masih belum mendapat tanggapan WHO. Saya lihat di website WHO, penemuan ini belum di update. Gejala klinis Ada dua kategori sebutan yang diberikan untuk seseorang yang ada kaitannya dengan gejala SARS. Pertama, orang tersebut dicurigai terkena SARS. Kedua, orang yang diduga keras terkena penyakit tersebut. Untuk yang dicurigai, gejala umumnya seperti pnemonia. Suhu badannya tinggi hingga mencapai 38 derajat Celcius. Terdapat keluhan respiratorik, yaitu sesak napas dan batuk. Ia baru dicurigai bila ternyata merupakan orang yang merawat pasien SARS, atau berhubungan dengan penderita, atau berasal dari negara-negara yang dijangkiti SARS. Sedangkan, untuk mereka yang diduga keras terkena SARS adalah mereka yang mengalami gejala tadi serta riwayat kontak dengan penderita, ditambah dengan pembuktian lain. Pembuktian itu adalah rontgen paru-paru. Bila hasilnya memperlihatkan radang seperti pnemonia serta tampak ada respiratory distress (gagal napas), akan memperkuat dugaan SARS. Penatalaksanaan Selama ini, untuk pengobatan pnemonia adalah antibiotika. Namun, pemberian antibiotika berspektrum selalu tak berhasil mengobati penderita SARS. Obatnya mungkin bukan antibiotika, tapi jenis yang mungkin bisa membunuh virus. Ada dua obat yang diberikan pada pasien SARS, yaitu sejenis obat golongan Steroid dan Ribavirin. Pencegahan Selama ini, para penderita SARS sebagian besar adalah petugas kesehatan. Waktu pada kasus-kasus pertama, orang belum banyak yang tahu caranya menangani penyakit ini dan mencegahnya. Namun, kejadian di Frankfurt, Jerman itu, sudah banyak orang yang tahu. Jadi, waktu dokter Singapura itu ada gejala SARS, penumpang lainnya langsung dikarantinakan.

Karena itu, WHO sudah memberikan peraturan untuk penanganannya. Saya yakin kita siap menangani. Berdasarkan informasi WHO yang sudah disebarluaskan, ada beberapa cara menangani pasien SARS, seperti menggunakan sarung tangan, masker khusus yang bisa menyaring virus, dan menempatkan pasien di ruang isolasi serta terpisah dengan pasien lain. Saya pikir, kita harus menjalankan peraturan itu selama masih belum ada penjelasan lebih lanjut soal penyakit misterius ini. Untuk itu, banyak kalangan tengah berupaya melakukan berbagai penelitian untuk menguak penyakit ini. Memang, kita harus melihat kepada kondisinya, karena hal ini mungkin bisa berubah setiap saat.

DAFTAR PUSTAKA

Kuliah sistem respirasi. Baliga, Ragavendra R.. 2003. 250 Cases In Clinical Medicine. New York : W.B. Saunders Company Ltd. Engel, Joyce. 1995. Pengkajian Pediatrik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Gillespie, Stephen and Kathleen Bamford. 2003. Medical Microbiology and Infection at a Glance. Oxford : Blackwell. Greenwood, David, dkk.. 2002. Medical Mycrobiology. Oxford : Churcil Livingstone. Harvey, Richard A. and Pamela A. Champe. 2001. Mycrobiology. New York : Wolters Kluwers Company. Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit (buku 2). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Shulman, Phair, and Sammers. Dasar Biologis dan Klinis Penyakit Infeksi Edisi 4. 1994. Yogyakarta : UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai

  • TAPE Tugas
    TAPE Tugas
    Dokumen3 halaman
    TAPE Tugas
    Jaslyanti Achmad
    Belum ada peringkat
  • Ikm Ku
    Ikm Ku
    Dokumen44 halaman
    Ikm Ku
    Jaslyanti Achmad
    Belum ada peringkat
  • Ilmu Penyakit Dalam
    Ilmu Penyakit Dalam
    Dokumen38 halaman
    Ilmu Penyakit Dalam
    Hoho Nienda
    Belum ada peringkat
  • Pengaruh Suhu Pada Pertumbuhan
    Pengaruh Suhu Pada Pertumbuhan
    Dokumen31 halaman
    Pengaruh Suhu Pada Pertumbuhan
    Anindya P. Tamara
    Belum ada peringkat
  • Kompre Mei 29
    Kompre Mei 29
    Dokumen10 halaman
    Kompre Mei 29
    Jaslyanti Achmad
    Belum ada peringkat
  • Modul Batuk
    Modul Batuk
    Dokumen21 halaman
    Modul Batuk
    Jaslyanti Achmad
    Belum ada peringkat
  • Modul Batuk
    Modul Batuk
    Dokumen21 halaman
    Modul Batuk
    Jaslyanti Achmad
    Belum ada peringkat
  • Laporan PBL
    Laporan PBL
    Dokumen12 halaman
    Laporan PBL
    Jaslyanti Achmad
    Belum ada peringkat
  • Laporan PBL
    Laporan PBL
    Dokumen12 halaman
    Laporan PBL
    Jaslyanti Achmad
    Belum ada peringkat
  • Laporan PBL
    Laporan PBL
    Dokumen11 halaman
    Laporan PBL
    Jaslyanti Achmad
    Belum ada peringkat
  • Laporan PBL
    Laporan PBL
    Dokumen11 halaman
    Laporan PBL
    Jaslyanti Achmad
    Belum ada peringkat