Perkembangan filsafat Islam bermula pada perbandingan filsafat skolastik (gerakan intelek untuk membenarkan beberapa dogma agama) di erofa dengan gagasan kaum Mutazilah. Dalam Islam, tauhid (keesaan Tuhan) merupakan satusatunya dogma yang harus memaksakan akal untuk dapat menerimanya. Persoalan mabda (penciptaan), maad (datang dan kembali) dari dan kepada Tuhan, tanggungjawab dan moral manusia berdasarkan Causa Prima, merupakan isue sentral filsafat islam. Ego atau aku tidak akan hilang sama sekali setelah lepas dari tubuh kasarnya (jasad/jasmani) akan terus hidup sebagai satu kesatuan yang sadar diri sesudah hancur jasmani (gagasan ini berlaku bagi cendikia maupun non cendikia). Dari kronologis inilah muncul sejumlah filosof dengan julukan hukama (ahli ilmu) yang dalam berpikir sama dengan kerangka pikir orang modern, yang sebenarnya banyak dipengaruhi oleh pola pemikiran Aristoteles dan Neo-Platonisme.
Damardjati Supadjar membagi filsafat Islam menjadi Philosophy of Islam (Islam sebagai objek materia/ genetivus objectivus) dan Islamic philosophy (filsafat yang Islam/genetivus subjectivus) yang memaparkan kebenaran Islam dalam filsafat. Ahmad Fuad Al-Ahwani, Filsafat Islam pembahasan berbagai persoa;an alam semesta dan berbagai macam persoalan manusia atas ajaran Islam yang bertepatan dengan kelahiran Islam. Abuddin Nata, membagi Filsafat Islam menjadi lima ciri, yaitu: Pertama, dari sifat dan coraknya filsafat yang berdasar pada ajaran Islam Alquran dan Al-hadits; Kedua, dari ruang lingkupnya meliputi kosmologi, metafisika, khidupan dunia (profan), kehidupan akhirat (asketis), masalah ilmu pengetahuan, kebudayaan dll. Kecuali dzat Tuhan. Ketiga, dari segiu datangnya, filsafat Islam sejalan dengan perkembangan ajaran Islam yang memerlukan penjelasan secara rasinal dan filosofis; Keempat, segi pengembangnya yaitu disajikan orang-orang Islam; Kelima, dari kedudukannya sederajat dengan studi keislaman lainnya seperti fiqh, tauhid dll.
Ibnu Sina
Ketika menjelaskan metafisika, ia menjelaskannya dalam sepuluh dalil; di bawah lima dalil pertama, ia membahas asal mula ilmu, eksperimentasi, induksideduksi, benda dan gaya, hubungan sebab-akibat, yang pokok dan yang kebetulan, yang umum dan yang khusus. Di bawah dalil keenam dan ketujuh ia membuktikan bahwa Sebab Awal- ada karena Wujudnya- adalah satu dan Mutlak. Di bawah dalil kedel apan dan kesembilan ia membicarakan kesatuan Kosmos, hubungan jiwa manusia dengan Sebab Awal dan Intelektual aktif, yang sesuatu yang mula-mula diciptakan. Pada akhirnya ia membahas gagasan kehidupan akhirat, dengan memberi pemahaman maad serta gagasan bahwa jiwa manusia secara individu mempunyai kepribadian setelah terpisah dari alam kebendaan, tetapi perasaan senang dan sedih di akhirat adalah spiritual tergantung pada caranya menggunakan energi mental, moral dan fisiknya untuk mencapai kesempurnaan.
Ibnu Rusyd atau Averroes (Abul Walid Muhammad ibn Muhammad terlahir dari kalangan keluarga terkemuka pada tahun 520 H/ 1126 M di Cordoba. Kakeknya seorang qadi al qudat seluruh Andalusia di bawah pemerintahan Murabitun. Ia ahli hukum kelas satu, pengabdiannya di tabib, ilmu pasti dan filsafat. Ia menjadi qadi pada periode 1169-1170 di Sevilla dan tahun 1182 di Cordoba.