Anda di halaman 1dari 16

Gunawan's Site

Tak Akan Menyerah Dengan Keadaan


FENOMENA FACEBOOK DI INDONESIA
A. Pendahuluan
1. Latarbelakang Masalah
Indonesia saat ini telah menjadi the Republic of the Facebook (Putra, 2009). Itulah
headlines yang ditulis oleh Budi Putra mantan editor Harian Tempo yang dirilis oleh CNET
Asia portal IT terkemuka di Asia pada awal bulan Januari 2009 lalu (Linkedin.com; 2009).
Ungkapan ini terinspirasi oleh perkembangan penggunaan Facebook oleh masyarakat
Indonesia yang mencapai pertumbuhan 645% pada tahun 2008. Prestasi ini menjadikan
Indonesia sebagai the fastest growing country on Facebook in Southeast Asia. Bahkan,
angka ini mengalahkan pertumbuhan pengguna Facebook di China dan India yang
merupakan peringkat teratas populasi penduduk di dunia (Sahana, 2008).
Demam Facebook menggejala di Indonesia, sebagaimana yang dilaporkan oleh Tempo
Interaktif 9 Februari 2009, dimulai pada pertengahan tahun 2008. Bahkan disebutkan juga
hingga pertengahan 2007 Facebook nyaris tak dilirik pengguna Internet. Lonjakan pengguna
Facebook pada pertengahan 2008 dibuktikan dengan statistik Facebook sebagai situs ranking
kelima yang paling banyak diakses di Indonesia. Luar biasanya lagi, Indonesia tercatat
dalam sepuluh besar negara pemakai situs yang mulai dibuka untuk umum pada 2006 ini.
(Wiguna, 2009).
Melihat sepakterjang Facebook yang semakin familiar dan digandrungi oleh pengguna
internet di Indonesia, membuat kita bertanya-tanya, seperti apakah bentuk, daya tarik, dan
kelebihan situs jaringan sosial yang telah menjadi trandsetter dalam dunia virtual ini.
2. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Mengungkap muatan kapitalisme pada Facebook
2. Memberikan penyadaran kepada pengguna Facebook untuk tidak terjebak dalam
permainanan kapitalis
3. Memberikan solusi alternatif untuk migrasi dari Facebook ke situs komunitas buatan dalam
negeri.
B. Pembahasan
A. Sekilas tentang Facebook
Sebagaimana di rilis dalam Press Room official situs Facebook, dinyatakan bahwa web
jaringan sosial ini pertama kali diluncurkan pada tahun 6 Februari 2004 dan bertujuan untuk
memudahkan interaksi antar individu tanpa harus terikat oleh jarak dan sekat-sekat geografis.
Ditemukan pada bulan Januari 2004, Facebook adalah sebuah sarana sosial yang membantu
masyarakat untuk berkomunikasi secara lebih effisien dengan teman-teman, keluarga dan
teman sekerja. Perusahaan ini mengembangkan teknologi yang memudahkan dalam sharing
informasi melewati social graph, digital mapping kehidupan real hubungan sosial manusia.
Siapun boleh mendaftar di Facebook dan berinteraksi dengan orang-orang yang mereka kenal
dalam lingkungan saling percaya. (Facebook.com; 2009)
Penemu situs pertemanan ini adalah Mark Zuckerberg seorang mahasiswa droup out
Universitas Harvard Amerika Serikat. Dia dilahirkan pada 14 Mei 1984. Kejeniusan dan
kreativitas lewat Facebook membuat anak muda ini menempatkan dirinya sebagai jajarang
400 orang terkaya di Amerika Serikat versi Majalah Forbes edisi September 2008, tepatnya
peringkat 321 dengan total kekayaan 1,5 Miliyar Dollar US. (Forbes.com; September 2008)
Sebenarnya Zuckerberg adalah mahasiswa jurusan Psikologi Harvard. Mengutak-atik dan
menciptakan program komputer hanyalah kegiatan untuk bersenang-senang. Mungkin latar
belakang keilmuan psikologi itulah ia tertarik untuk membuat situs-situs sosial. Sebelum
menciptakan facebook ia telah merilis Coursematch yang memudahkan para mahasiswa
melihat mata kuliah yang diambil, Facemash yang memungkinkan para pengguna mengukur
daya tarik orang lain.
Pada usia 20 tahun, Zuckerberg meluncurkan The Facebook. Awalnya diperuntukkan
khusus bagi mahasiswa Universitas Harvard. Hanya dalam 24 jam setelah diluncurkan, 1.200
mahasiswa Harvard sudah menjadi anggota. Dalam sebulan, separuh warga Harvard menjadi
anggota. Keberhasilan ini membuat Zuckerberg membuka keanggotaan The Facebook
untuk seluruh mahasiswa di Boston. Belakangan dibuka bagi mahasiswa Ivy League
(kelompok delapan kampus paling top Amerika Serikat), dan kemudian seluruh mahasiswa di
Amerika Serikat (Wiguna, 2009).
Tepat awal februari yang lalu Facebook merayakan ulang tahunnya yang ke 5. Sejauh ini
tercatat lebih dari 175 juta pengguna Facebook tersebar di seluruh dunia yaitu pengguna yang
telah aktif dalam 30 hari terakhir (Facebook.com; 2009). 24 juta foto diunggah setiap hari,
dan rata-rata jumlah teman per-anggota 120 orang (Nurhoiri, 2009).
B. Facebook di Indonesia
Pengguna Facebook di Indonesia masih didominasi oleh kaum kelas menengah ke atas yang
memiliki akses internet (yang masih tergolong mahal di Indonesia). Kebanyakan mereka
adalah pelajar, mahasiswa, dosen, pekerja, politisi serta beberapa tokoh-tokoh nasional.
Terhitung sampai 22 Februari 2009, 1.333.649 user Indonesia telah terdaftar di Facebook dan
sekitar 73% (976.372 orang) di antaranya adalah user usia produktif (18-34 tahun). Dilihat
dari gender, 688.306 user laki-laki dan 600.045 user perempuan.(Allfacebook.com; 2009)
Demam Facebook adalah kelanjutan dari keberhasilan situs komunitas Friendster yang
berhasil menjaring 12 juta registered users atau sekitar 60% pengguna internet di Indonesia
(Friendster.com; Juli 2008). Bahkan banyak pengguna Friendster yang melakukan migrasi ke
Facebook karena layanan yang diberikan lebih lengkap dan mengikuti selera masyarakat.
Facebook memiliki sederet fitur yang memungkinkan penggunanya berinteraksi langsung
(real time), seperti chatting, tag foto, blog, game, dan update status what are you doing now
yang dinilai lebih keren dari Friendster.
C. Kapitalisme Informasional
Perdebatan kapitalisme di Indonesia seringkali mencurahkan perhatian yang besar pada
perusahaan multinasional yang mengeruk kekayaan negeri ini bertahun-tahun lamanya
(seperti Chevron, Freeford, dan Shell), kapitalisme yang diusung oleh institusi keuangan
global, dan produk-produk seperti Mc Donnald, Mc D, dan CFC.
Banyak yang tak sadar bahwa situs perkawanan Facebook adalah bagian dari kapitalisme
global. Mengapa penulis katakan demikian, karena banyak aktivis kampus, dosen, dan tokoh
masyarakat yang selama ini getol menyuarakan Anti Kapitalisme dan Anti Globalisme
menjadi anggota dari situs ini.
Berapapun banyak teman yang ada dalam jaringan Facebook, tidak memberikan pengaruh
signifikan dalam hubungan sosial. Bahkan tidak pula menaikkan popularitas. Kegiatan virtual
di Facebook hanyalah tamasya imajinasi. Hubungan yang terjalin adalah antar pelancong
yang sedang berehat melepas beban kehidupan nyata mereka.
Siapakah sebenarnya yang menangguk keuntungan dengan kehadiran Facebook, jika setiap
member terus mempromosikan layanan ini kepada orang-orang yang belum terdaftar?
Meningkatnya pengguna Facebook akan memperbesar pendapatan sang pemilik perusahaan
yang berbasis di Amerika Serikat ini. Sebagaimana diketahui, Facebook tak sekedar situs
komunitas sosial, tapi sebuah cooperate yang bermain dengan logika dagang untung dan rugi.
Member memang tidak membeli produk dalam bentuk barang. Malahan kegiatan yang
dilakukan, dan keasyikan dengan perjumpaan dengan berbagai karakter manusia dari
berbagai penjuru dunia, dilakukan sebatas sarana memperluas persahabatan. Semuanya
diberikan gratis dan manfaat yang didapatkan juga berjibun. Jadi dimanakah letak sisi negatif
dari kehadiran Facebook dalam ruang kehidupan.
Logika inilah yang dianut oleh pengguna Facebook terutama di Indonesia. Gencarnya
kampanye kenikmatan memakai Facebook telah menular secara cepat sehingga tak salah
pertumbuhan pengguna facebokk di indonesia mencapai angka 645% pada tahun 2008.
Demam Facebook telah menaikkan posisi ekonomis perusahaan ini.
Dalam kajian ini penulis hendak menguraikan bahwa Facebook merupakan bagian dari
kapitalisme global yang mencengkram sendi-sendi kehidupan kita. Mungkin ada yang
menyela, dimana sih letak sisi kapitalismenya? Tidak ada uang yang dikeluarkan ketika
bergabung dengan Facebook dan tidak ada produk yang dibeli. Malahan, berbagai
kemudahan difasilitasi oleh Facebook. Sungguh aneh jika ada yang bilang, Facebook telah
memanipulasi potensi ekonomi para member.
Jika persoalan ini didekati dengan logika kapitalisme yang belakangan semakin menguat
lewat invasi perusahaan multinasional yang menggeruk kekayaan bumi Indonesia, atau
semakin menjamurnya produk-produk berlabel internasional seperti KFC (Kentucy Fried
Chicken), Mc Donnald ataupun Microsoft (yang mencantumkan lisensi produk-produknya
dengan ratifikasi harga yang mahal), tentu bisa dikatakan Facebook bukanlah bagian dari
kapitalisme.
Tapi, apakah sesederhana itu? Ternyata tidak. Penulis mengajak pembaca menelaah apa yang
pernah diuraikan oleh Manuel Castells. Dalam buku Triloginya, The Information Age:
Economic, Society, and Culture, Castells memunculkan istilah kapitalisme informasional,
yakni Masyarakat yang perkembangan sumber utama produktivitasnya adalah kapasitas
kualitatif untuk mengoptimalkan kombinasi dan penggunaan faktor-faktor produksi berbasih
pengetahuan dan informasi. Penyebaran kapitalisme informasional menimbulkan efek
ekploitasi, eksklusi, ancaman terhadap diri, dan identitas.(Ritzer, 2007; 583).
Ekonomi informasional ini mendasarkan diri kepada kapasitas untuk menghasilkan,
memproses, dan mengaplikasikan pengetahuan informasional secara effisien. Kapitalisme
model ini tidak lagi memperoleh uang melalui proses produksi, tapi sistem jaringan global
dimana uang diperoleh tanpa batas. (Ritzer, 2007; 583).
Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Facebook secara gamblang dapat kita rujuk pada
uraian George Ritzer. Yang dijual oleh Facebook adalah nothing (bentuk yang dibayangkan
dan dikontrol secara sentral yang seluruh/sebagian besar kosong dari isi yang distingtif).
Mengekspor nothing ke seluruh dunia lebih mudah ketimbang menjual barang-barang
yang penuh dengan isi/something. Karena produk something lebih besar kemungkinan
untuk ditolak oleh beberapa kultur dan masyarakat karena isinya bertentangan dengan
nilai/isi lokal. Sebaliknya,karena kosong dari isi yang distingtif, bentuk-bentuk kosong lebih
kecil kemungkinan berkonflik dengan nilai/isi lokal. Selain itu, bentuk-bentuk kosong
mempunyai keuntungan lain dari sudut sifat minimalis, mudah bereplikasi terus-menerus dan
reproduksi relatif murah (Ritzer, 2007; 595).
Menurut penulis, Facebook adalah bentuk komersialisasi nothing, yang sekarang sukses
meraup keuntungan luar biasa. Nothing apa yang dijual Facebook? Naluriah alamiah
manusia untuk berinteraksi secara menyenangkan. Ini adalah bisnis psikologis. Mula-mula
memang hanya mampu mengaet ribuan orang (1200 mahasiswa Harvard). Dengan kejituan
strategi bisnis lewat analisis ilmiah psikologi yang mampu dimainkan oleh Sang Kreator,
Facebook berhasil menghipnotis jutaan orang di dunia. Publikasi terakhir menyebutkan 175
juta orang se-antero dunia dan 1.333.649 di antaranya ada di Indonesia menjadi member aktif
Facebook. Jumlah ini akan terus bertambah karena bergabungnya orang-orang populer
Indonesia, yang menjadi magnet bagi orang-orang biasa untuk mengikuti mereka dan
kecendrungan migrasi pengguna Friendster Indonesia (yang mencapai 12 juta orang) ke
Facebook.
Di Indonesia, penggemar Facebook rata-rata adalah golongan tingkat ekonomi menengah ke
atas. Tentu ini menjadi peluang bisnis yang potensial bagi penawaran barang dan jasa.
Pelanggan iklanpun berdatangan dan semakin ramai seiring meningkatnya popularitas
Facebook. Tak tanggung-tanggung, menghadapi pemilu 2009 ini parpol dan para caleg ikut
berkampanye lewat Facebook. Dari sinilah pundi-pundi income mengalir ke perusahaan
jaringan sosial virtual ini.
Ketika iklan terus ditampilkan dan intensitas mengakses Facebook juga meningkat setiap
hari, maka semakin kuatlah image iklan itu di pikiran. Situasi inilah yang diinginkan
pemasang iklan, menguasai alam pikiran orang, hingga produk mereka menjadi terkenal dan
secara tidak sadar akan dibeli.
Timbullah watak konsumeristik yang membelenggu diri. Klop sudah, alam bawah sadar yang
telah disandera oleh kapitalisme informasional yang awalnya ditawarkan secara gratis, akan
memaksa kita mengeluarkan sejumlah uang pada fase tertentu. Pengiklan dalam negeri
yang melihat efektivitas beriklan di Facebook tentu rela melepas uang demi mempopulerkan
dagangan mereka.
Itu baru dalam batas personal. Dalam scop yang lebih luas (negara), maka biaya bandwith
yang mesti dikeluarkan untuk membayar akses luar negeri (karena Facebook berpusat di
Amerika Serikat) juga semakin membengkak. Lagi-lagi uang terbang ke tangan asing tanpa
kita sadari.
Kapitalisme adalah bentuk strategi dagang demi memperoleh keuntungan yang sebesar-
besarnya dan cendrung mengabaikan keseimbangan ekonomi antar kelas masyarakat.
Kapitalisme menciptakan minoritas orang kaya dan mayoritas orang miskin, karena sumber-
sumber ekonomi diserap oleh pada kalangan tertentu. Sebagaimana yang diketahui Facebook
dikelola oleh segelintir orang, Mark Zuckerberg, Marc Andreessen, Jim Breyer, Don Graham
dan Peter Thiel, sebagai Member. David Sze dan Paul Madera sebagai Observer. Dalam
kamus kapitalis, roti yang ada di piring hendak diambil semuanya, dan mereka telah berhasil
menempatkan diri sebagai punggawa orang-orang terkaya di dunia, terutama sang owner
Mark Zuckerberg.
Jika demikian keadaannya, apa yang mesti dilakukan? Langkah-langkah apa yang mesti
diambil untuk menghadapi masalah yang tak dianggap masalah ini? Penulis melihat
persoalan ini sebagai persoalan mental. Mau tak mau, suka tak suka, mental inlander masih
bersemanyam di alam bawah sadar sebagian kita. Popularitas Facebook begitu cepat
meningkat karena trend ini adalah gaya hidup mahasiswa Harvard dan orang Amerika
Serikat. Mahasiswa Harvard saja gila sama Facebook, Orang-orang AS saja gandrung
sama Facebook. Harvard itu kan universitas kelas wahid se-dunia! AS itu kan negara maju
dan kiblat segala-galanya! Jadi, ketinggalan zaman (ngak gaul donk) kalau tidak punya
Facebook!
Persoalan mental, tentu harus diobati dengan terapi mental pula. Sebenarnya ada negara yang
memboikot Facebook. Ya, Iran dan Syiria. Sikap negasi kedua negara ini menolak Facebook
karena merasa terancam dengan pengaruh global yang akan mengacak-acak identitas
kebangsaan mereka. The enemies seek to assault our religious identity by exploiting the
Internet (Musuh mencoba menyerang identitas keyakinan kami dengan memanfaatkan
media internet), itulah pernyataan Abdolsamad Khoram Abadi Advisor Kejaksaan Umum
Pemerintah Iran, sebagaimana dilaporkan Koran Kargozaran Iran ketika menjawab
pertanyaan Kenapa Pemerintah Iran mengeluarkan kebijakan anti facebook?
Facebook yang muncul dengan latar belakang Amerika Serikat tentu tidak lepas dari kultur
individualistik masyarakatnya. Meski demikian, hasrat alamiah ingin berinteraksi dengan
orang lain tidak bisa mereka bendung. Maka diciptakanlah ruang-ruang yang bisa
menyalurkan hasrat alamiah ini dengan tetap mempertahankan sikap individualistik itu. Tentu
sarana yang tepat adalah internet dengan situs jaringan sosial yang bisa diakses secara
privat/sendirian, tanpa harus melibatkan emosional humanistik, kecuali rasa
kepercayaan(trust) saja.
Berbeda dengan kultur masyarakat Indonesia yang komunal. Tempat ekspresi individu lebih
sering dilakukan di komunitas sosial baik itu payuguban maupun organisasi masyarakat,
ataupun organisasi keagamaan. Keterlibata didasarkan pada satu tujuan bersama dan ikatan
emosional. Dorongan yang muncul karena ada rasa Saya ada bagian tak terpisahkan dari
komunitas ini.
Ketika ruang interaksi virtual ala Facebook mendominasi keseharian masyarakat, tentu saja
waktu untuk berkumpul secara nyata ikut berkurang. Perlahan sisi humanis memudar karena
perhubungan di Facebook lebih mengedepankan imajinasi dan visualisasi.
Kesadaran akan tragisnya nasib sebagai korban kapitalisme informasional seharusnya
menghentakkan masyarakat untuk kemudian merenung diri bahwa Saya adalah individu
yang bebas dan bermartabat. Negara berwibawa dan berkarakter berawal dari individu yang
punya identitas. Sehingga harus ada gerakan perubahan mendayagunakan energi yang
dimiliki untuk mengembangkan teknologi komunitas yang kuat dan situs komunitas virtual
yang menguntungkan bangsa sendiri. Karena langkah proteksi sebagimana yang dilakukan
oleh Iran dan Syiria (yang karakter masyarakatnya masih dikuasai oleh alam bawah sadar
feodalistik), tidak tepat untuk masyarakat Indonesia yang haus dengan hal-hal yang baru.
Kehebatan Facebook adalah simpel dan elegan, didukung dengan banyak fitur dalam satu
halaman. Spontanitas membuat orang enjoy dengan Facebook. Mereka bisa mengetahui
secara langsung apa yang sedang dipikirkan atau yang dilakukan oleh teman-temannya
sekaligus bisa langsung memberikan komentar. Semua berada pada satu halaman.
Untuk memutus rantai popularitas Facebook di Indonesia, dibutuhkan situs tandingan, karena
cara yang dipakai Iran dan Syiria tidak konstruktif untuk konteks Indonesia. Kita perlu
membuat situs komunitas baru Made In Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena tipikal
masyarakat Indonesia yang pembosan. Sebagaimana diungkapkan oleh Psikolog Universitas
Indonesia Niken Ardiyanti, demam facebook tidak tidak akan bertahan lama. Sebab para
penggemar Facebook di Indonesia akan mudah bosan. Ini sudah tipikal masyarakat
Indonesia. Yang bosenan dan supaya tidak dibilang kampungan, (Detiknews.com; 24
Februari 2009). Psikolog Niken Ardiyanti menilai tipikal orang Indonesia suka kagetan. Dulu
booming SMS, e-mail, friendster, kini Facebook. Seakan-akan kalau tidak bergabung di FB
nggak gaul,. Sehingga dari pertimbangan ini peluang mengalihkan orang ke situs komunitas
yang baru sangat dimungkinkan. (Republika.co.id; 15 Februari 2009).
Karakteristik konsumerisme menjadikan kita sebagai orang terjajah, memandegkan
kreativitas. Facebook sebagai bentuk penguatan konsumerisme harus dilawan dengan
menghadirkan fasilitas web komunitas sosial buatan anak bangsa sendiri. Yang tentunya
harus lebih canggih, tapi tetap mengusung nilai-nilai luhur bangsa. Seperti apakah blog
komunitas peredam Facebook ini? Situs baru ini harus paham dengan kebutuhan dan
kecendrungan netter Indonesia. Konsep yang penulis tawarkan sebagai berikut:
1. Fasilitas telepon
Kelebihan Facebook dari situs komunitas yang lain adalah fasilitas chat. Oleh karena itu,
penulis melihat dengan menyajikan fasilitas telepon akan membuat orang terbius, karena
belum tercover oleh Facebook.
2. Berisikan informasi tentang buku
Situs komunitas haruslah membuat orang-orang di dalamnya menjadi cerdas. Oleh karena itu,
ditampilkannya buku-buku baru dengan sinopsis yang menarik akan membuat suasana
intelektual. Sehingga lambat-laun budaya membaca semakin massif. Sebagaimana kita
ketahui, budaya baca masyarakat Indonesia masih rendah, dan sekarang budaya powerpoint
sudah menggejala.
3. Lowongan kerja terbaru
Kalau kita perhatikan perkembangan blog di Indonesia, ada dua kontent yang paling banyak
dicari yaitu masalah seks dan lowongan kerja. Oleh karena itu, penulis menilai, penampilan
lowongan kerja perlu dimasukkan.
4. Memungkinkan member mendapatkan uang
Bersenang-senang di internet tentu menghabiskan waktu. Sangat disayangkan keasyikan
berselancar mengurangi produktivitas. Ketika iklan yang ditampilkan di Facebook mendulang
uang yang sangat banyak hanya masuk ke kantong sang pemilik perusahaan, maka dalam
konsep situs baru ini dimungkinkan member juga mendapatkan reward berupa hadiah uang
tunai. Reward ini bisa diberikan dengan sumbangan pemikiran lewat tulisan, lomba-lomba
kreatif ataupun lewat klik iklan
5. Publikasi
Kenapa Facebook cepat menjalar di Indonesia? Tak lain dan tak bukan karena pemberitaan
media yang membuat banyak orang penasaran, apa itu Facebook? Bahkan Koran Republika
mengajak pembacanya untuk mengirimkan pengalaman mereka menggunakan Facebook.
Sehingga situs komunitas peredam ini harus dipromosikan secara yang gencar dan
kontroversial di media-media nasional dan lokal. Kerjasama pemerintah dan pemilik media
sangat diperlukan dalam hal ini.
6. Aplikasi bahasa daerah
Seseorang akan enjoy ketika menggunakan bahasa ibunya. Penggunaan bahasa daerah di situs
komunitas belum ada diberikan oleh Facebook. Oleh karena itu, untuk mengalahkan
Facebook di Indonesia, pilihan seluruh bahasa daerah tanag air di situs komunitas baru ini
sangat diperlukan. Tentu sangat mengasyikkan saling berkomunikasi dengan bahasa daerah
sendiri, sekaligus mempertahankan bahasa-bahasa daerah dari kepunahan.
Perkembangan kapitalisme informasional dapat dilawan oleh gerakan massal suatu bangsa
yang berusaha mempertahankan identitas mereka. Baik itu karena spirit religius,
nasionalisme, keluarga dan komunitas. Agar berhasil gerakan tandingan ini harus
bersandarkan pada informasi dan jaringan pula. Oleh karena itu situs komunitas made in
Indonesia sangat diperlukan untuk menghadang laju facebook. Karena perang teknologi
informasi tidak bisa dilawan dengan melarikan diri dari hiruk-pikuk dunia. Ia harus dihadang,
tentu dengan tawaran yang lebih hebat dari yang ada selama ini.
Daftar Pustaka
Putra, Budi. 2009. Welcome to the Republic of the Facebook!.
http://asia.cnet.com/blogs/toekangit/post.htm?id=63008431 [24 Februari 2009)
Editor. 2009. Budi Putra. http://www.linkedin.com/in/budip [24 Februari 2009]
Sahana. 2008. Facebook Indonesia Outpaces Southeast Asian Counterparts in 2008.
http://www.insidefacebook.com/2008/12/31/facebook-indonesia-outpaces-southeast-
asian-counterparts-in-2008/ [24 Februari 2009]
Wiguna, Oktamandjaya. 2009. Mabuk Kepayang Facebook (bagian 2 dari 2 tulisan).
http://www.tempointeraktif.com/hg/it/2009/02/09/brk,20090209-159177,id.html [24
Februari 2009]
Nurhoiri. 2009. NURKHOIRI. Facebook Berulang Tahun Kelima
http://www.majalah.tempointeraktif.com/hg/it/2009/02/05/brk,20090205-
158545,id.html [24 Februari 2009]
Editor. 2009. Lembar fakta Facebook.
http://www.facebook.com/press/info.php?factsheet [24 Februari 2009]
Editor. 2009. Facebook Demographic Statistics.
http://www.allfacebook.com/facebook-demographic-statistics/ [24 Februari 2009]
ONeill, Lerin. 2008. FRIENDSTER TEXT ALERTS NOW AVAILABLE IN
INDONESIA. http://www.friendster.com/info/presscenter.php?A=pr44 [24 Februari
2009]
Editor. 2009. 321 Mark Zuckerberg. http://forbes.com [24 Februari 2009]
Tanamas, Ronald. 2009. Demam Facebook, Agar Tidak Dibilang Kampungan.
http://www.detiknews.com/read/2009/02/24/161721/1089833/159/agar-tidak-
dibilang-kampungan [1 Maret 2009]
Editor. 2009. Apakah Anda Terserang Demam Facebook?.
http://www.republika.co.id/koran/0/31632/Apakah_Anda_Terserang_Demam_I_Face
book_I [ 1 Maret 2009]
Ritzer, George. dan Douglas J. Goodman. 2007. Teori Sosiologi Modern. Kencana
Prenada Media Group: Jakarta. Terjemahan dari: Modern Sociological Theory.
By Gunawan, on 29 Maret 2009 at 15:45, under Iptek. . 34 Komentar
Komentar tulisan or leave a trackback: Trackback URL.
Cinta Terlarang
11 Hari Menjelang Pemilu Legislatif
Komentar
alv On 30 Maret 2009 at 19:24
Permalink | Balas
aw! ngebuka mata banget.
aprillins On 31 Maret 2009 at 12:36
Permalink | Balas
istilah kapitalisme informasional suatu istilah yang keren!
Panji Sidharta On 4 April 2009 at 01:23
Permalink | Balas
Setuju banget mas. Tadinya saya hampir apriori dengan artikel ini yang saya pikir
hanya berisi kebencian membabi buta terhadap sesuatu yang datang dari luar negeri.
Tapi di bagian akhir, mas menawarkan solusi perlawanan. Saya jadi berbalik
mendukung. Api harus dilawan dengan api. Tapi sejujurnya bukankah teknologi
selalu bermata dua? Jadi selagi kita membangun sesuatu yang bisa mengungguli FB
atau FS, media itu tetap bisa digunakan untuk membangun jaringan yang anda cita-
citakan itu. Begitu sudah stabil dan populer, khan membernya bisa diajak migrasi,
seperti halnya yang trjadi saat FS kalah populer dengan FB.
Rindu On 12 April 2009 at 11:02
Permalink | Balas
Sampai hari ini, saya belum berminat punya FB
KANGEN On 13 April 2009 at 11:56
Permalink | Balas
Aku mo nanya ma Rindu gimana sih caran Join FB? gua sebenarnya pengan tapi gak
ngerti coz iam katro alias Ndeso gicu lho..!
KANGEN On 13 April 2009 at 12:03
Permalink | Balas
Aku mo nanya ma Rindu gimana sih caran Join FB? gua sebenarnya pengan tapi gak
ngerti coz iam katro alias Ndeso gicu lho !!
wirsa On 20 April 2009 at 10:26
Permalink | Balas
hihihi klo smw orng indonesia berpikir briliant sprti anda tidk akn trjadi yg namany
facebookholic di indonesia
wa2n On 24 April 2009 at 14:47
Permalink | Balas
saya sendiri sebenarnya tidak peduli dengan FB cuman itu semua kalah dengan
komunitas yang seringa mangajak untuk daftar FB.. tapi intinya kita boleh kok
facebookholic tapi sebisa mungkin yang local saja atau buatan dalam negeri.. ,
minimal untuk komunitas kita.. sebagi contoh http://blog.uns.ac.id kalau mereka bisa
kenapa kita ndak
gatut priyowidodo On 30 April 2009 at 09:09
Permalink | Balas
Amat inspiratif artikelnya. Boleh saya ijin mengutip beberapa bagian untuk kutipan
tulisannya? thanks.. Salam menebarkan semangat pencerahan via virtual world.
almaokay On 5 Mei 2009 at 15:12
Permalink | Balas
I dont facebook!!.
saya juga enggak ngefacebook.
biarin kata orang,saya gak up to date.
untuk apa up to date kalau hanya ikut-ikutan tanpa punya tujuan yang esensial bagi
kita.
fajarnick On 8 Mei 2009 at 22:23
Permalink | Balas
awalnya saya juga isenk berfacebook..tp setelah saya pahamifacebook hny mmbuat
kita manja..perassaan manja muncul saat status saya ada yg komentsaya juga setuju
dng artikel andauntuk melawan gobalisasi harus dengan lokalisasi
ndayax On 2 Juli 2009 at 09:04
Permalink | Balas
itu cuma teori aja
van-van On 3 Juli 2009 at 18:28
Permalink | Balas
yupz, bnr bgt tuh
fb bikin qt jd lupa wkt tmn2 gw bnyk loh yg oL fb sampe lbh dr 12jam dlm
sehari. sampe jam3 pagi jg msh rame aja yg lg oL ckckck padahal cm bwt
ngelakuin hal2 yg gak penting.
Stop On 6 Juli 2009 at 10:43
Permalink | Balas
bikin lupa waktu ya..
dududuh..
UNIVA Labuhanbatu On 27 Juli 2009 at 06:57
Permalink | Balas
Koq tulisan diatas mencerahkan pikiranku ya.. mata hati jadi terbuka, bahwa segala
sesuatu harus disikapi dengan bijak.
muth On 26 Agustus 2009 at 10:24
Permalink | Balas
s7..!!! inspiratif!!!! saya boleh juga ya mengutip sebagian tulisan di atas ? tks..
indra On 27 September 2009 at 23:55
Permalink | Balas
artikel yang menarik. hanya menurut saya saran anda untuk membuat tandingan atau
peredam fb sendiri ujung2nya hanya lanjutan kapitalisme dan konsumerisme yang
berpindah tangan aja.
menurut saya banyak forum di Indonesia yang cukup berhasil. tengok aja kaskus.us .
meski banyak pula user yang nge junk, tapi artikel nya banyak yang menarik. selain
itu forum jual beli nya jg bagus. tapi ujung2nya ya sama. jualan layanan juga kan.
kalau anda tidak berpikir sedikit kapitalis, ya ga bisa hidup (bukan saya pendukung
kapitalisme, cuman get real aja)
sori, just my humble opinion
khairul ihsan On 5 Oktober 2009 at 20:46
Permalink | Balas
facebook..
menurut aku bikin..sial n bisa bikin dosa
knp?? krna bsa mnmbulkan efek samping yang laur biasasprti!!!
shalat..dan cntoh2 lainnya..
mka mulai skarang taubatlah sblum terlambatoke
aji On 6 Oktober 2009 at 07:50
Permalink | Balas
Sebenarnya solusinya bukan dengan menciptakan situs tandingan,tapi memajukan
pendidikan.Jika menggunakan situs tandingan , sama kaya ganti makanan nasi sama
singkong , yang tadinya kerajingan Facebook nanti akan beralih menjadi Kerajingan
Tandingan Facebook , apa bedanya ??? .. Tapi jika pendidikan yang dimajukan ,
orang bisa lebih mengerti dan paham mengenai fungsi sesuatu , anda mungkin
contohnya , yang tau ada kapitalisme dalam facebook .. :).Pendidikan yang saya
maksud bukan hanya pendidikan secara formal di sekolah , tapi pendidikan di
masyarakat seperti artikel ini , bagaimana jika anda memuatnya di FB ??? mungkin
akan lebih banyak orang yang bisa tau ada muatan kapitalisme dalam FB atau
menjadikan FB untuk berbagi pengetahuan , bukan hanya sekedar Update Status
,Pamer Foto dan maen poker .. jika bukan orang yang sadar , siapa yang mau
menyadarkan yang ga sadar ha ha ha ha .. moga lebih banyak artikel bagus seperti
artikel anda setiap hari :)
heste On 12 Oktober 2009 at 16:20
Permalink | Balas
aku ikut gabung ya
comenx On 21 Oktober 2009 at 20:49
Permalink | Balas
Betul juga
tapi menurut saya situs tandingan bukan solusi, lebih bijak jika diusahakan untuk
melakukan penanaman berFacebook secara dewasa. karena diakui atau tidak facebook
juga merupakan media interaksi dan komunikasi yang cukup efektif dan sudah sangat
diterima di Indonesia
bankkonk On 23 Oktober 2009 at 14:42
Permalink | Balas
kita tunggu saja waktunya, fb pasti tidak akan tahan lama kalau sudh ada generasi
penerusnya. tapi saya sepakat dengan komentar yang diatas mengenai penanaman
pemahaman yang lebih diutamakan ketimbang memusuhi fb, dan salah satu faktor
pendukung menjamurnya fb di negeri ini disebabkan karna warganya yang slalu
terpengaruh sama sesuatu yang baru, facebookholik sebenarnya ingin mengupdate diri
tapi, yang namanya orang indonesia belum bisa mengoptimalakan fungsi dari
teknologi sesuai kebutuhan, malah menjadikan teknologi sebagai imam dan
peggunanya sebagai makmum.
heri setiawan On 28 November 2009 at 11:24
Permalink | Balas
wah thanks banget ya broww quw jadi lebih taw bnyk ttg fenomena face book di
INDONESIA.
Nelsa On 8 Januari 2010 at 16:41
Permalink | Balas
Hehehe!
Sa jga stuju dech!
Tp msh bnyak thu tmen2 sa yg tau memanfaatkn fb djaln yg bnar!
Cieile. . .
Sukses ya kq
thanx lo
sa jdt dpt inspirasi baru!
eros On 10 Januari 2010 at 23:47
Permalink | Balas
sekedar iseng :
klw setiap hal ada positif negatif,,, utk FB (facebook) sendiri jg berhak dunk
mendaptkn dua hal tsb.
ketidakpastian dlm perasaan org, mungkin bisa terpuaskn dgn adnya FB.. disisi lain
apakah salah klw perspektif org utk fb ini trlihat bgitu naiff kedua hal positif
negatif jgn digunakn klw itu menghilangkan kebaikan yg ada didalamny
just say On 11 Januari 2010 at 14:57
Permalink | Balas
positif : prita dibebaskan, bibit-chandra dibebaskan, gus dur calon pahlawan ????
Irni On 14 Januari 2010 at 12:23
Permalink | Balas
selamat siang, mas..tulisan ini boleh saya kutip untuk rencana tesis saya.. oh ya, saya
Irni, salam kenal yah.. sekarang lagi ambil S2 Profesi Psikolog, saya lagi ingin
mengangkat ini. sebelumnya terima kasih banyak.
ameLia On 19 Januari 2010 at 16:59
Permalink | Balas
baguss,,,, baguss
zahra On 18 Februari 2010 at 18:00
Permalink | Balas
tulisannya boleh aq kirim buat teman2 di FB ga? briliant banget artikelx
o admin On 18 Februari 2010 at 18:46
Permalink | Balas
boleh mbak..:) silahkan disebarkan..:) yang penting mencantumkan sumber
tulisan..:)
makasi ya atas kunjungannya di blog saya..:)
fatma On 19 Maret 2010 at 14:04
Permalink | Balas
baug banget..
ini bisa membantu sya untuk buat makalah sosiologi..thanks..
fatma On 19 Maret 2010 at 14:06
Permalink | Balas
bagus banget..
ini bisa bantu sya buat bikin laporan tentang dampak facebook..
thankz..
vivi On 15 April 2010 at 01:41
Permalink | Balas
Segala sesuatu itu pasti memiliki sisi negatif dan positifnya..Tergantung bgmn kita
mnyikapinya agar bs mengambil sisi positifnya dan menekan sisi negatifnya.
Oia tlsn ini boleh saya kutip untuk rencana skripsi saya y.=)
@ Mba Irni : Saya jg berencana mngambil tema facebook untuk skripsi saya
mba.Saya boleh minta alamat emailnya mba irni?? sapa tau aja qta bs sama2
sharingMakasiy sblmnya.=)
Lacak Balik
Oleh Facebook vs Blog!!! Pasukan Pinguin pada 27 Oktober 2009 jam 13:14
[...] telah terjadi. Jumlah pemakai internet di Indonesia semakin bertambah. Info lebih
lengkap baca di sini. Karena kepopuleran facebook sampai-sampai ada produk
handphone yang dapat memberikan fasilitas [...]
Tulis sebuah Komentar

3072 0

Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *
Nama *
E-mail (tidak akan dipublikasikan) *
Situs web
Komentar
Komentar tulisan
3072 1271289299

Beritahu saya tulisan-tulisan baru melalui surel.
Beritahu saya mengenai komentar-komentar selanjutnya melalui surel.
comment-form-blo


Pencarian untuk:
Cari

Home

Halaman
o Donasi
o Download
o Links
o Motto
o Profil
o Prolog
o Publication
o Tamu
Apprilins Dot Com

Kategori
Pilih Kategori

Blog Stats
o 623,376 Pengunjung
Buku Messianik Yahudi

Tulisan Terakhir

Anda mungkin juga menyukai