Oleh: Eva Maya Puspita Pembimbing: Dr Melvin Ng. Barus, M.Ked(OG), SpOG
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP. H. ADAM MALIK, MEDAN 2013
kekebalan tubuh
Menderita pneumonia
Pneumocystis carinii
dan candidiasis
Diperkirakan 2000 infeksi baru didapati pada anak-anak berusia di bawah 15 tahun
Jumlah HIV/AIDS yang tercatat sebenarnya jauh lebih kecil dari prevalensi sesungguhnya
Secara kumulatif jumlah HIV positif di Indonesia hingga Desember 2010 tercatat sebanyak 44.292 kasus dan AIDS sebanyak 24.131 kasus
ETIOLOGI
Darah
Produk-produk darah, ibu yang positif HIV kepada bayi yang dikandungnya
PATOGENESA
HIV menyerang T-lymphocytes CD4 surface antigen; CD4 berperan sebagai reseptor virus;
set point;
Melakukan replikasi lebih lanjut; HIV juga menyerang sel-sel makrofag monosit juga sel-sel mikroglial di otak;
CXCR4
CCR5
CD4 CELL
Gejala awal : demam, berkeringat malam hari, mual, muntah, diare, dsb
beberapa minggu
HIV
Setelah gejala awal viremia akan mencapai set point
Viremia asimptomatik hingga
AIDS tidak memiliki rentang waktu pasti rata-rata 10 tahun
Limfadenopati generalisata
Leukoplakia oral
Ulkus oral
Kandidiasis oesophageal
Kondiloma akuminata
Moluskum kontangiosum
PEMERIKSAAN SEROLOGIS
Protokol pemeriksaan standar
Immunoassay
Dapat diperiksa dalam Pemeriksaan konfirmatif : Western Blot atau
Immunofluorescence Assay
RAPID TEST
Sensitivitas dan spesifisitas mendekati pemeriksaan EIA Memberikan hasil dalam jangka waktu 10 60 menit
Beberapa kondisi dimana pemeriksaan serologik terhadap HIV sebaiknya ditawarkan kepada pasien adalah :
1. 2.
Wanita yang menggunakan obat terlarang intravena (IDU). Wanita pekerja seks atau pernah bekerja sebagai prostitusi.
3.
4. Wanita yang hidup dalam lingkungan atau dilahirkan di negara - negara dimana prevalensi infeksi HIV tinggi. 5. Wanita dengan riwayat pernah menerima transfusi darah.
Stadium Klinis 1
Stadium Klinis 2
Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia reproduksi; terdapat konsep ABCD A (Abstinencia) : Absen seks (tidak melakukan hubungan seksual bagi orang yang belum menikah) B (Be Faithful) : Bersikap saling setia (tidak berganti-ganti pasangan) C (Condom) : Cegah dengan kondom D (Drug No) : Dilarang menggunakan NAPZA 2. Mencegah Kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV (+) 3. Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV (+) ke bayi yang dikandungnya 4. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu HIV (+) beserta bayi dan keluarganya
1.
Transmisi perinatal
dikorelasikan secara lebih akurat didasarkan pada
Kemungkinan infeksi
sebesar 1% pada jumlah RNA < 400/ml
Kemungkinan infeksi
lebih dari 30% pada jumlah RNA > 100.000/ml
MANAJEMEN SELAMA KEHAMILAN Wanita dengan HIV (+) Tidak meneruskan kehamilan Meneruskan kehamilan
Konseling
PENGOBATAN ANTIRETROVIRAL
Untuk wanita dewasa tidak hamil anti retroviral diberikan
NNRTI
PI
Anti Retroviral
NRTI
FI
GOLONGAN Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI) Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
NELFINAVIR, LOPINAVIR/RITONAFIR, SAQUINAFIR AZT DAN 3CT, (AZT, 3CT dan NVP)
Koformulasi (FI)
Lorenzi dan kolega (1998) hampir 78% wanita hamil HIV (+) yang diterapi dengan dua regimen reverse
Watts (2002) dan Minkoff (2003) merekomendasikan wanita hamil dengan HIV (+) untuk memperoleh terapi tambahan selama kehamilan , mis : vaksin hepatitis B, vaksin influenza, dan vaksin pneumokokkus;
P R O F I L A K S I S
persalinan selesai
Neonatus Diberikan sirup 2 mg/kgBB dimulai 8-12 jam setelah kelahiran diteruskan tiap 6
Zidovudine diberikan intravena paling lambat 3 jam sebelum operasi dilaksanakan Apabila didahului ketuban pecah dini,
SEKSIO SESARIA
Transmisi vertikal HIV dapat dicegah hingga setengahnya dengan seksio sesaria dibandingkan persalinan per vaginam
Kombinasi seksio sesaria dengan antiretroviral pre natal, intrapartum ataupun terhadap neonatus menurunkan transmisi vertikal hingga 87%
ACOG (2000) merekomendasik an seksio sesaria dilakukan pada usia kehamilan 38 minggu untuk mencegah bertambahnya resiko ketuban pecah
PEMBERIAN ASI
Transmisi vertikal meningkat seiring dengan pemberian ASI tidak direkomendasikan pemberiannya Transmisi HIV per liter ASI resikonya sama dengan transmisi pada heteroseksual dengan praktek seks yang tidak aman Resiko penularan bergantung kadar RNA HIV, kesehatan payudara, dan durasi pemberian ASI Transmisi umumnya terjadi 6 bulan pertama, sebagaimana layaknya penyakit infeksi lainnya yang ditularkan lewat ASI
Ny. N, 22 tahun, G3P2A0, Melayu, Islam, SMA, IRT i/d Tn. J, 25 tahun, Melayu, Islam, SMA, Buruh datang ke RS. Haji Adam Malik Medan
KU : Mulas sesekali
dirasakan sejak tanggal 2-1-2013 pukul 20.00 wib, Riwayat keluar lendir darah (-), Riwayat keluar air air dari kemaluan (-) Sebelumnya 2 minggu yang lalu os kontrol di Poli Ibu Hamil RS. Haji Adam Malik dan di diagnosa dengan HIV stadium III + Prev sc 1x a/i HIV + MG + KDR ( 33-34 ) minggu + PK + AH + B. Inpartu, os tidak teratur kontrol di PIH dan Posyansus RSHAM. O.s. diduga tertular HIV dari suaminya yang telah terdiagnosa HIV positif sejak 4 tahun yang lalu dan sudah mencapai HIV stadium 4, sekarang masih dalam pengobatan. Riwayat batuk (-), riwayat demam (-), riwayat diare (-), riwayat menderita kelainan kulit (-).(-), riwayat Penurunan berat badan (+), riw. Transfusi darah (-), riw. seks bebas disangkal, riw. Menggunakan narkoba disangkal. BAK normal. BAB normal.
RPT : HIV sejak 3 tahun yang lalu RPO : HPHT: Lupa TTP : ? ANC : bidan 3 x
Riwayat persalinan: 1. , aterm, 3600 gr, PSP, bidan, rumah, 6 tahun , sehat 2. ,aterm, 3300gr, SC a/i HIV, SpOG, RS, 2 tahun 10 bulan, sehat 3. hamil ini
Status Presens:
: : : : :
Status Lokalisata
Kepala : Mata : Conj. Palp. Inferior pucat (-), sclera ikterik (-) Telinga / Hidung : dbn Mulut : oral kandidiasis (+) : dbn : Simetris Fusiformis Suara pernafasan : vesikuler, Suara tambahan : ronchi (-)
Leher Thorax
Status Obstetrikus
Abdomen TFU Tegang Terbawah Gerak His DJJ EBW : : : : : : : : membesar asimetris 3 jari bpx (33 cm) kanan kepala (+) (-) 144 x/i (3000-3200) gr
VT : cx tertutup
USG TAS
Janin tunggal , letak kepala FM (+), FHR (+) 148 x/I Plasenta fundal grade III BPD 86 mm AC 303 mm FL 65 mm Air ketuban cukup
EFW 2200 gr
Hasil laboratorium
Hb Leukosit Ht Trombosit
SGOT (AST) : 22 U/L SGPT (ALT) : 16 U/L Ureum Cretinine :16.2mg/dl :0.73mg/dl
Ad random : 106 mg% pT INR apTT TT : : : : 11.5 (13.00) 0.91 28,6 (30.9) 15,9 (18.2) Na/K/Cl :133/4.4 /104 mEq/L
Diagnosa Kerja: HIV stadium III + Prev SC 1x a/i HIV + MG + KDR (35-36) minggu + PK + AH + B. inpartu
Rencana
Observasi In partu
KU : -
Status Present:
Sensorium Tek.Darah Nadi Pernapasan Suhu : : : : : CM 110/80 mmHg 82x/I 18 x/i 37 0C Anemis : (-) Ikterik : (-) Sianosis : (-) Dipsnu :(-) Edema :(-)
Status Obstetrikus
Gerak His DJJ : (+) : (-) : 144 x/I
Diagnosa Kerja: HIV stadium III + Prev SC 1x a/i HIV + MG + KDR (35-36) minggu + PK + AH + B. inpartu
Rencana
USG konfirmasi
KU : Mulas sesekali
Status Present:
Sensorium Tek.Darah Nadi Pernapasan Suhu : : : : : CM 120/70 mmHg 86x/I 20 x/i 36,8 0C Anemis : (-) Ikterik : (-) Sianosis : (-) Dipsnu :(-) Edema :(-)
Status Obstetrikus
Gerak His DJJ
VT ST
Diagnosa Kerja: HIV stadium III + Prev SC 1x a/i HIV + MG + KDR (35-36) minggu + PK + AH + B. inpartu
Rencana
SC Cito
Ibu dibaringkan di meja operasi dengan infus dan kateter terpasang baik Dilakukan tindakan antiseptik dan aseptik pada lapangan operasi, kemudian ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi Dibawah spinal anestesi dilakukan insisi pada bekas luka operasi lama secara pfanenstiel mulai dari kutis, subkutis hingga fascia Dengan menyisipkan pinset anatomis dibawahnya fascia digunting ke kiri dan ke kanan ke atas dan ke bawah, otot dikuakkan secara tumpul Tampak perlengketan antara otot dan peritoneum, dibebaskan. lalu peritoneum digunting ke atas dan ke bawah, tampak uterus gravidarum sesuai usia kehamilan Dilakukan identifikasi SBR dan ligamentum rotundum Plika vesikouterina digunting secara konkaf kemudian disisihkan kearah blast secukupnya, Uterus diinsisi secara konkaf sampai subendometrium, lalu endometrium ditembus tumpul lalu dilebarkan sesuai arah sayatan
Dengan meluksir kepala lahir bayi laki BB 2800 gram PB 49 cm AS 8/10 Anus (+) Kemudian tali pusat diklem di dua tempat dan digunting diantaranya. Plasenta diahirkan secara PTT, kesan : lengkap Kedua ujung luka insisi kiri dan kanan dijepit dengan klem oval Dengan kasa terbuka cavum uteri dibersihkan dari sisa air ketuban, darah dan plasenta, kesan : bersih Kemudian pada ujung insisi uterus dilakukan penjahitan hemostasis figure of eight dengan benang chromic catgut no 2 secara continiuous interlocking. Kemudian dilakukan penjahitan overhecting Plica vesicouterina dijahit continuous dengan benang plain cat gut no 1. Evaluasi perdarahan : t.a.k Kavum abdomen dibersihkan kesan bersih Peritoneum dijahit dengan plain catgut no 1/0 secara continuous
Dilakukan penjahitan anastomose otot dengan benang plain cat gut no 1/0 secara simple suture Ujung fascia dijepit dengan kocher kemudian dilakukan penjahitan fascia dengan benang vicryl no 1 secara continuous Subcutis dijahit dengan benang plain cat gut no 0 secara simple suture Kutis dijahit dengan benang vicryl no 2/0 secara subkutikuler Luka operasi ditutup dengan sufratulle dan hipafix Vagina dibersihkan dengan kasa sublimat kesan : bersih Keadaan umum ibu post SC: stabil
NH0
Tanggal KU Status Praesent Sens. TD(mmHg) CM 120/70 mmHg 4 Januari 2013 Nyeri luka bekas operasi
BAK BAB/ Flatus Diagnosa Terapi
FOLLOW UP
(+) terpasang kateter, volume 50 cc/jam (-) / (+) Post SC a/i prev sc 1x a/i HIV (+) + NH0 IVFD RL + oksitosin 10-5-5 20 gtt/I Inj. ceftriaxon 1 gr/12 jam Metronidazol drip 500mg/12jam Inj. Ketorolac 30 mg /8 jam Inj Transamin 500 mg/ 8 jam Mobilisasi bertahap Diet MBTKTP
Nadi(x/i)
RR (x/i) T ( C) Status obstetrikus Abdomen TFU Kontraksi P/V Lochia
78 x/I
20 x/I
36,8 C
Soepel, Peristaltik (+) N 1 jari bawah pusat (+) Kuat (-) (+) rubra
NH1
Tanggal KU Status Praesent Sens. TD(mmHg) CM 110/80 mmHg 5 Januari 2013 Nyeri luka bekas operasi
BAK BAB/ Flatus Diagnosa Terapi
FOLLOW UP
(+) terpasang kateter, volume 60 cc/jam (-) / (+) Post SC a/i prev sc 1x a/i HIV (+) + NH1 IVFD RL + oksitosin 10-5-5 20 gtt/I Inj. ceftriaxon 1 gr/12 jam Metronidazol drip 500mg/12jam Inj. Ketorolac 30 mg /8 jam Lynoral tab 2 x 1 Mobilisasi bertahap Diet MBTKTP Tranfusi PRC : ( Hb x BB) x 3 = (10 7,3) x 50 x 3 = 405 ~ 2 bag PRC
Nadi(x/i)
RR (x/i) T ( C) Status obstetrikus
76 x/I
18 x/I
36,7 C
Rencana
Soepel, Peristaltik (+) N 1 jari bawah pusat (+) Kuat (-) (+) rubra
NH2
Tanggal KU Status Praesent Sens. TD(mmHg) CM 110/80 mmHg 6 Januari 2013 Nyeri luka bekas operasi
BAK BAB/ Flatus Diagnosa Terapi
FOLLOW UP
(+) terpasang kateter, volume 60 cc/jam (-) / (+) Post SC a/i prev sc 1x a/i HIV (+) + NH2 IVFD RL + oksitosin 10-5-5 20 gtt/I Inj. ceftriaxon 1 gr/12 jam Metronidazol drip 500mg/12jam Inj. Ketorolac 30 mg /8 jam Lynoral tab 2 x 1 Mobilisasi bertahap Diet MBTKTP
Nadi(x/i)
RR (x/i) T ( C) Status obstetrikus Abdomen TFU Kontraksi P/V Lochia
76 x/I
18 x/I
36,7 C
Soepel, Peristaltik (+) N 1 jari bawah pusat (+) Kuat (-) (+) rubra
NH3
Tanggal KU Status Praesent Sens. TD(mmHg) CM 110/80 mmHg 7 Januari 2013 BAK BAB/ Flatus Diagnosa Terapi
FOLLOW UP
(+) terpasang kateter, volume 100 cc/jam (-) / (+) Post SC a/i prev sc 1x a/i HIV (+) + NH3
Nadi(x/i)
RR (x/i) T ( C) Status obstetrikus
82 x/I
18 x/I
37,1 C
Rencana
Cefadroxil tab 2 x 500 mg As. Mefenamat tab 3 x 500 mg Metronidazol tab 3 x 500 mg B Comp tab 1 x 1 Vit C tab 1 x 1 Lynoral Tab 2 x 1 Diet MBTKTP Aff kateter dan infus Cek Elisa dan CD 4 (tidak dapat dilakukan karena pihak Pat. Klinik RSHAM kehabisan reagensia)
Soepel, Peristaltik (+) N 2 jari bawah pusat (+) Kuat (-) (+) rubra
NH4
Tanggal KU Status Praesent Sens. TD(mmHg) CM 120/80 mmHg 8 Januari 2013 BAK BAB/ Flatus Diagnosa Terapi
FOLLOW UP
(+) (-) / (+) Post SC a/i prev sc 1x a/i HIV (+) + NH4
Nadi(x/i)
RR (x/i) T ( C) Status obstetrikus
80 x/I
20 x/I
36,3 C
Rencana
Cefadroxil tab 2 x 500 mg As. Mefenamat tab 3 x 500 mg Metronidazol tab 3 x 500 mg B Comp tab 1 x 1 Vit C tab 1 x 1 Lynoral Tab 2 x 1 Diet MBTKTP GV luka operasi kering. PBJ kontrol poli tgl 11 Januari 2013 ke poli PIH dan poli Posyansus RSHAM
Soepel, Peristaltik (+) N 2 jari bawah pusat (+) Kuat (-) (+) rubra
Pada tanggal 12 September 2011 dengan seksio sesaria dilahirkan : bayi laki-laki, 3000 gram, 49 cm, AS = 8/10 O.s. dirawat di RB 1 sejak tanggal 12 September 2011 s/d
ANALISA KASUS
o.s. menderita HIV positif
ANALISA KASUS
Suami o.s. sudah terdiagnosa HIV sejak 4 tahun yang lalu
O.S tidak rutin minum obat sebelum hamil maupun selama hamil
ANALISA KASUS
SEKSIO SESARIA
Komunikasi, edukasi dan informasi menyangkut HIV / AIDS yang belum merata di semua kalangan penduduk