0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
171 tayangan47 halaman
Dokumen tersebut merupakan usulan panduan tata laksana perdarahan uterus abnormal di HIFERI Cabang Jakarta yang mencakup definisi, sistem klasifikasi FIGO, penanganan berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan, dan penjelasan tahapan pemeriksaan diagnostik."
Dokumen tersebut merupakan usulan panduan tata laksana perdarahan uterus abnormal di HIFERI Cabang Jakarta yang mencakup definisi, sistem klasifikasi FIGO, penanganan berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan, dan penjelasan tahapan pemeriksaan diagnostik."
Dokumen tersebut merupakan usulan panduan tata laksana perdarahan uterus abnormal di HIFERI Cabang Jakarta yang mencakup definisi, sistem klasifikasi FIGO, penanganan berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan, dan penjelasan tahapan pemeriksaan diagnostik."
Definisi an Ter!in"#"$i Perdarahan uterus abnormal meliputi semua kelainan haid baik dalam hal jumlah maupun lamanya. Terminologi menoragia saat ini diganti dengan perdarahan haid banyak atau heavy menstrual bleeding (HMB) sedangkan perdarahan uterus abnormal yang disebabkan faktor koagulopati, gangguan hemostasis lokal endometrium, dan gangguan ovulasi merupakan kelainan yang sebelumnya termasuk dalam perdarahan uterus disfungsional (P!). ". Perdarahan uterus abnormal akut didefinisikan sebagai perdarahan haid yang banyak sehingga perlu dilakukan penanganan yang #epat untuk men#egah kehilangan darah. Perdarahan uterus abnormal akut dapat terjadi pada kondisi P" kronik atau tanpa ri$ayat sebelumnya B. Perdarahan uterus abnormal kronik merupakan terminologi untuk perdarahan uterus abnormal yang telah terjadi lebih dari % bulan. &ondisi ini biasanya tidak memerlukan penanganan yang #epat dibandingkan P" akut '. Perdarahan tengah (intermenstrual bleeding) merupakan perdarahan haid yang terjadi diantara ( siklus haid yang teratur. Perdarahan dapat terjadi kapan saja atau dapat juga terjadi di $aktu yang sama setiap siklus. )stilah ini ditujukan untuk menggantikan terminologi metroragia. % P"*!"* T"T" +"&,"*" P-.!"."H"* T-., "B*/.M"+ (P") PUA A. Akut 5. %ron!k C. Perdarahan tengah &Intermenstrual bleeding)
Siste! K#asifi&asi 'FIGO( o Terdapat sembilan kategori utama yang disusun sesuai dengan akronim 0P"+M1'/-)*2 o &elompok 0P"+M2 merupakan &e#ainan str)&t)r yang dapat dinilai dengan berbagai teknik pen#itraan dan atau pemeriksaan histopatologi o &elompok '/-)* merupakan &e#ainan n"n str)&t)r yang tidak dapat dinilai dengan teknik pen#itraan atau histopatologi * %las!!kas! PUA &FI'() PALM COEIN A. Pol!+ 5. Adenom!os!s C. Le!om!oma D. Malignancy and hyperplasia E. Coagulopathy F. Ovulatory dysfunction '. Endometrial H. Iatrogen!k I. Not yet classified A. P"#i+ 'PUA,P( o Biasanya polip bersifat asimptomatik, namun pada umumnya dapat pula menyebabkan P" o +esi umumnya jinak, namun sebagian ke#il atipik atau ganas o !iagnosis polip ditegakkan berdasarkan pemeriksaan ,3 dan atau histeroskopi, dengan atau tanpa hasil histopatologi 5. Aen"!i"sis 'PUA,A( o &riteria adenomiosis ditentukan berdasarkan kedalaman jaringan endometrium pada hasil histopatologi o "denomiosis dimasukkan dalam sistem klasifikasi berdasarkan pemeriksaan M.) dan ,3. Mengingat terbatasnya fasilitas M.), pemeriksaan ,3 #ukup untuk mendiagnosis adenomiosis o Hasil ,3 menunjukkan jaringan endometrium heterotopik pada miometrium dan sebagian berhubungan dengan adanya hipertrofi miometrium C. Lei"!i"!a )teri 'PUA,L( o Mioma uteri umumnya tidak memberikan gejala dan biasanya bukan penyebab tunggal P" o Pertimbangan dalam membuat sistem klasifikasi mioma uteri4 o hubungan mioma uteri dengan endometrium dan serosa o lokasi, ukuran, serta jumlah mioma uteri o &lasifikasi o primer4 ada atau tidaknya satu atau lebih mioma uteri o sekunder4 membedakan mioma uteri yang melibatkan endometrium (mioma uteri submukosum) dengan jenis mioma uteri lainnya o tersier4 klasifikasi untuk mioma uteri submukosum, intramural dan subserosum D. Malignancy and hyperplasia 'PUA,M( o Meskipun jarang ditemukan, namun hiperplasia atipik dan keganasan merupakan penyebab penting P" o &lasifikasi keganasan dan hiperplasia menggunakan sistem klasifikasi 5)3/ - dan 6H/ E. Coagulopathy 'PUA,C( o Terminologi koagulopati digunakan untuk kelainan hemostasis sistemik yang terkait dengan P" o Tiga belas persen perempuan dengan perdarahan haid banyak memiliki kelainan hemostasis sistemik, dan yang paling sering ditemukan adalah penyakit von Willebrand F. Ovulatory dysfunction 'PUA,O( o 3angguan ovulasi merupakan salah satu penyebab P" dengan manifestasi perdarahan yang sulit diramalkan dan jumlah darah yang bervariasi o !ahulu termasuk dalam kriteria perdarahan uterus disfungsional (P!) o 3ejala bervariasi mulai dari amenorea, perdarahan ringan dan jarang, hingga perdarahan haid banyak o 3angguan ovulasi dapat disebabkan oleh sindrom ovarium polikistik (,/P&), hiperprolaktinemia, hipotiroid, obesitas, penurunan berat badan, anoreksia atau olahraga berat yang berlebihan '. Endometrial 'PUA,E( o Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan siklus haid teratur o Penyebab perdarahan pada kelompok ini adalah gangguan hemostasis lokal endometrium o Terdapat penurunan produksi faktor yang terkait vasokonstriksi seperti endothelin17 dan prostaglandin 5( serta peningkatan aktifitas fibrinolisis o 3ejala lain kelompok ini adalah perdarahan tengah atau perdarahan yang berlanjut akibat gangguan hemostasis lokal endometrium o !iagnosis P"1- ditegakkan setelah menyingkirkan gangguan lain pada siklus haid yang berovulasi . H. Iatr"$eni& 'PUA,I( o Perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan penggunaan estrogen, progestin, atau "&!. o Perdarahan haid di luar jad$al yang terjadi akibat penggunaan estrogen atau progestin dimasukkan dalam istilah perdarahan sela atau breakthrough bleeding (BTB). Perdarahan sela terjadi karena rendahnya konsentrasi estrogen dalam sirkulasi yang dapat disebabkan oleh4 1 Pasien lupa atau terlambat minum pil kontrasepsi 1 Pemakaian obat tertentu seperti rifampisin o Perdarahan haid banyak yang terjadi pada perempuan pengguna anti koagulan ($arfarin, heparin, dan low molecular weight heparin) dimasukkan ke dalam klasifikasi P"1' I. Not yet classified (PUA-N) o &ategori not yet classified dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit dimasukkan dalam klasifikasi o &elainan yang termasuk dalam kelompok ini adalah endometritis kronik atau malformasi arteri1vena / Pen)#isan o &emungkinan penyebab P" pada individu bisa lebih dari satu karena itu dibuat sistem penulisan "ngka 84 tidak ada kelainan pada pasien "ngka 74 terdapat kelainan pada pasien Tanda tanya (9)4 belum dilakukan penilaian o ,istem penulisan pada pasien yang mengalami P" karena gangguan ovulasi dan mioma uteri submukosum adalah P" P8 "8 +7(,M) M8 : '8 /7 -8 )8 *8. o Pada praktek sehari1hari gangguan di atas dapat ditulis P" +(,M); / o &elainan penyebab P" ditegakkan berdasarkan pemeriksaan ,3 dan atau histeroskopi 0 Ga!1ar 12 Siste! +en)#isan PUA Ga!1ar 22 K#asifi&asi !i"!a )teri se1a$ai +en3e1a1 PUA SM ,S)1!)&"s) ! 8 )ntrakavum yang bertangkai 7 < =8> intramural ( =8> intramural O, Ot4er % 788> intramural; men#apai endometrium ? )ntramural = ,ubserosum =8> @ ,ubserosum <=8> A ,ubserosum yang bertangkai B +ain1lain 5 Pan)an In6esti$asi A 2 Ana!nesis o "namnesis dilakukan untuk menilai kemungkinan adanya kelainan uterus, faktor risiko kelainan tiroid, penambahan dan penurunan BB yang drastis, serta ri$ayat kelainan hemostasis pada pasien dan keluarganya 'Re&"!enasi B(2 Perlu ditanyakan siklus haid sebelumnya serta $aktu mulai terjadinya perdarahan uterus abnormal o Prevalensi penyakit von Willebrand pada perempuan perdarahan haid banyak rata1rata meningkat 78> dibandingkan populasi normal. &arena itu perlu dilakukan pertanyaan untuk mengidentifikasi penyakit von Willebrand 'Re&"!enasi B( o Pada perempuan pengguna pil kontrasepsi perlu ditanyakan tingkat kepatuhannya dan obat1obat lain yang diperkirakan mengganggu koagulasi o Penilaian jumlah darah haid dapat dinilai menggunakan piktograf (PB"') atau skor 0perdarahan2. !ata ini juga dapat digunakan untuk diagnosis dan menilai kemajuan pengobatan P" 'Re&"!enasi C( Ke#)4an an $e7a#a Masa#a4 *yeri pelvik "bortus, kehamilan ektopik Mual, peningkatan frekuensi berkemih Hamil Peningkatan berat badan, fatigue, gangguan toleransi terhadap dingin Hipotiroid Penurunan berat badan, banyak keringat, palpitasi Hipertiroid .i$ayat konsumsi obat antikoagulan 3angguan pembekuan darah &oagulopati .i$ayat hepatitis, ikterik Penyakit hati Hirsutisme, akne, akantosis nigri#ans, obesitas ,indrom ovarium polikistik (,/P&) Perdarahan pas#a koitus !isplasia serviks, polip endoserviks 3alaktorea, sakit kepala, gangguan lapang pandang Tumor hipofisis B2 Pe!eri&saan ) !)! o Pastikan bah$a perdarahan berasal dari &ana#is ser6i&a#is dan tia& 1er4)1)n$an en$an &e4a!i#an o Perlu dilakukan pemeriksaan darah perifer lengkap termasuk trombosit pada kasus P" kronik eksaserbasi akut 18 C 2 Peni#aian "6)#asi o ,iklus haid yang berovulasi berkisar ((1%= hari o Cenis perdarahan P"1/ bersifat ireguler dan sering diselingi amenorea o &onfirmasi ovulasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan progesteron serum fase luteal madya atau ,3 transvaginal bila diperlukan D2 Pena+isan &e#ainan 4e!"stasis siste!i& o "namnesis terstruktur dapat digunakan sebagai penapis gangguan hemostasis dengan sensitifitas D8>. Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada perempuan dengan hasil penapisan positif o Perdarahan uterus abnormal yang terjadi karena pemakaian antikoagulan dimasukkan ke dalam klasifikasi P"1'7 Ta1e# 22 Pena+isan &#inis +asien en$an +erara4an 4ai 1an3a& &arena &e#ainan 4e!"stasis E. Peni#aian en"!etri)! o Pengambilan sampel endometrium tidak harus dilakukan pada semua pasien P" o Pengambilan sampel endometrium hanya dilakukan pada4 o perempuan umur E ?= tahun o memiliki faktor risiko se#ara genetik Pertanyaan untuk menapis kelainan hemostasis pada pasien dengan perdarahan haid banyak 7 Perdarahan haid banyak sejak menars ( Terdapat minimal 7 (satu) keadaan diba$ah ini4 o Perdarahan pas#a persalinan o Perdarahan yang berhubungan dengan operasi o Perdarahan yang berhubungan dengan pera$atan gigi % Terdapat minimal ( (dua) keadaan diba$ah ini4 Memar 71( F G bulan -pistaksis 71( F G bulan Perdarahan gusi yang sering .i$ayat keluarga dengan keluhan perdarahan 11 o ,3 transvaginal menggambarkan penebalan endometrium kompleks yang merupakan faktor risiko hiperplasia atipik atau kanker endometrium o Terdapat faktor risiko diabetes mellitus, hipertensi, obesitas, nulipara o Perempuan dengan ri$ayat keluarga nonpolyposis colorectal cancer memiliki risiko kanker endometrium sebesar @8> dengan rerata umur saat diagnosis antara ?B1=8 tahun o Pengambilan sampel endometrium perlu dilakukan pada perdarahan uterus abnormal yang menetap (tidak respons terhadap pengobatan) o Beberapa teknik pengambilan sampel endometrium seperti ! H & dan biopsi endometrium dapat dilakukan F 2 Peni#aian &a6)! )teri o Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya polip endometrium atau mioma uteri submukosum o ,3 transvaginal merupakan alat penapis yang tepat dan harus dilakukan pada pemeriksaan a$al P" o Bila di#urigai terdapat polip endometrium atau mioma uteri submukosum disarankan untuk melakukan ,), atau histeroskopi. &euntungan dalam penggunaan histeroskopi adalah diagnosis dan terapi dapat dilakukan bersamaan G 2 Peni#aian !i"!etri)! o Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya mioma uteri atau adenomiosis o Miometrium dinilai menggunakan ,3 (transvaginal, transrektal dan abdominal), ,),, histeroskopi atau M.) o Pemeriksaan adenomiosis menggunakan M.) lebih unggul dibandingkan ,3 transvaginal J2 Bila terapi medikamentosa tidak berhasil atau ada kelainan organik, lakukan terapi pembedahan seperti ablasi endometrium, miomektomi, polipektomi atau histerektomi
12 Perara4an )ter)s a1n"r!a# a&)t ". Cika perdarahan aktif dan banyak disertai dengan gangguan hemodinamik dan atau Hb < 78 g G dl perlu dilakukan ra$at inap. J2 Bila terapi medikamentosa tidak berhasil atau ada kelainan organik, lakukan terapi pembedahan seperti ablasi endometrium, miomektomi, polipektomi atau histerektomi
1% Hipotensi ortostatik atau hemoglobin < 78 g G dl atau perdarahan aktif H banyak A. .a$at inap B. .a$at jalan )nfus .+ dan oksigen dan transfusi darah jika Hb < A,= g G dl --& (.= mg, oral setiap @ jam, ditambah prometasin (= mg oral atau injeksi setiap ?1@ jam. "sam traneksamat % F 7 gram diberikan bersamaan dengan --& !H& jika perdarahan masih berlangsung dalam 7(1(? jam. ,etelah perdarahan akut berhenti, diberikan P&& ?F7 tab (? hari), %F7 tab (% hari), (F7 tab (( hari) dan 7F7 tab, % minggu dan 7 minggu bebas P&&. P&& siklik selama % bulan. !apat diberikan 3n.H agonis % siklus bersama P&&. Cika terdapat kontra indikasi P&& dapat diberikan progestin selama 7? hari, kemudian stop 7? hari. langi % bulan. ,3 transvaginal G transrektal, T,H, !P+, PT, aPTT. Tablet hematinik 7F7 tab --& (.= mg, oral setiap @ jam, ditambah prometasin (= mg oral. "sam traneksamat % F 7 gram diberikan bersamaan dengan --&. !H& jika perdarahan masih berlangsung dalam 7(1(? jam. ,etelah perdarahan akut berhenti, diberikan P&& ?F7 tab (? hari), %F7 tab (% hari), (F7 tab (( hari) dan 7F7 tab, % minggu dan 7 minggu bebas P&&. P&& siklik selama % bulan Cika terdapat kontra indikasi P&& dapat diberikan progestin selama 7? hari, kemudian stop 7? hari. langi % bulan. ,3 transvaginal G transrektal, T,H, !P+, PT, aPTT. Tablet hematinik 7F7 tab Tidak Ia J2 Bila terapi medikamentosa tidak berhasil atau ada kelainan organik, lakukan terapi pembedahan seperti ablasi endometrium, miomektomi, polipektomi atau histerektomi
1* PUA AKUT Ga!1ar %2 E6a#)asi a9a# PUA &r"ni&: Pasien mengalami satu atau lebih kondisi perdarahan yang lama dan tidak dapat diramalkan dalam % bulan terakhir. "namnesis dilakukan untuk menilai ovulasi, kelainan sistemik, dan penggunaan yang mempengaruhi kejadian P". &einginan pasien untuk memiliki keturunan dapat menentukan penanganan selanjutnya. Pemeriksaan tambahan meliputi pemeriksaan darah perifer lengkap, pemeriksaan untuk menilai gangguan ovulasi (fungsi tiroid, prolaktin, dan androgen serum) serta pemeriksaan hemostasis 1- PUA kronik 7 # bulan8 lama8 ,umlah8 dan rekuens! +erdarahan t!dak da+at d!ramalkan T!dak 9a Pemer!ksaan a:al A. Anamnes!s /ang terstruktur D. 'angguan med!s terka!t8 +enggunaan obat C. Fungs! o;ulas! F. Fert!l!tas 5. Pemer!ksaan !s!k E. E;aluas! uterus PUA akut 5. Pemer!ksaan tambahan 5. Darah +er!er lengka+ C. Pemer!ksaan hormonal &,!ka ol!go1ano;ulas!) D. Pemer!ksaan koagulo+at! ba:aan ,!ka &<) !nd!kas! Ga!1ar %2 E6a#)asi Uter)s2 -valuasi uterus dilakukan berdasarkan anamnesis dan kondisi pasien seperti umur, adanya gangguan ovulasi, serta faktor risiko hiperplasia endometrium atau keganasan. 1. atau E. Evaluasi Uterus E. R!s!ko h!+er+las!a atau neo+las!a F. Cur!ga kela!nan struktur 9 a T!dak 9 a E. 5!o+s! endometr!um berbas!s office E. $am+el 6uku+ F. U$' trans;ag!nal F. %a;um uter! normal 9 a T!dak F. H!sterosko+! < = 1 b!o+s! F. $I$ F. Les! target T!dak 9 a &1) akses '. Pert!mbangkan 2RI PUA1L $2 8 PUA1P8 PUA1A kemungk!nan PUA1E atau ( 9 a T!dak E. H!+er+las!a at!+!k= %anker> 9 a Tata laksana PUA12 T!dak TA dan TR Pe!eri&saan +en)n7an$ Pemeriksaan Penunjang Pri!er Se&)ner Tersier +aboratorium Hb Tes kehamilan urin !arah lengkap Hemostasis (BT1'T, lainnya sesuai fasilitas) Prolaktin Tiroid (T,H, 5T?) !H-",, Testosteron Hemostasis (PT, aPTT, fibrinogen, !1dimer) ,3 ,3 transabdominal ,3 transvaginal ,3 transrektal ,), ,3 transabdominal ,3 transvaginal ,3 transrektal ,), !oppler M.) Penilaian endometrium Mikrokuret !H& Mikrokuret G !H& Histeroskopi Endometrial sampling (hysteroscopy guided) Penilaian serviks (bila ada patologi) )J" Pap smear Pap smear &olposkopi 1/ Penan$anan Perara4an Uter)s A1n"r!a# 12 P"#i+ 'PUA,P( o Penanganan polip endometrium dapat dilakukan dengan o .eseksi se#ara histeroskopi 'Re&"!enasi C( o !ilatasi dan kuretase o &uret hisap o Hasil dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi 22 Aen"!i"sis 'PUA,A( ". !iagnosis adenomiosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan ,3 atau M.) 5. Tanyakan pada pasien apakah menginginkan kehamilan C. Bila pasien menginginkan kehamilan dapat diberikan analog 3n.H K add-back therapy atau +*3 ), selama @ bulan 'Re&"!enasi C( D. "denomiomektomi dengan teknik /sada merupakan alternatif pada pasien yang ingin hamil (terutama pada adenomiosis E @ #m) E. Bila pasien tidak ingin hamil, reseksi atau ablasi endometrium dapat dilakukan 'Re&"!enasi C(2 Histerektomi dilakukan pada kasus dengan gagal pengobatan 10 E. (+eras! E. H!sterektom! 15 A. Adenom!os!s 5. Ing!n ham!l > T!dak 9a C. Analog 'nRH < add-back th/ atau L0'1IU$ &4 bulan) E. Reseks! endometr!um atau h!sterektom! E. (+eras! E. H!sterektom! D. Adenom!omektom! dengan tekn!k (sada Lei"!i"!a )teri 'PUA,L( ". !iagnosis mioma uteri ditegakkan berdasarkan pemeriksaan ,3 B. Tanyakan pada pasien apakah menginginkan kehamilan '. Histeroskopi reseksi mioma uteri submukosum dilakukan terutama bila pasien menginginkan kehamilan 'Re&"!enasi B(2 Pilihan pertama untuk mioma uteri submukosum berukuran < ? #m 1 Mioma uteri submukosum derajat 8 atau 7 'Re&"!enasi B( 1 Mioma uteri submukosum derajat ( 'Re&"!enasi C( !. Bila terdapat mioma uteri intra mural atau subserosum dapat dilakukan penanganan sesuai P"1- G /) 'Re&"!enasi C(2 Pembedahan dilakukan bila respon pengobatan tidak adekuat -. Bila pasien tidak menginginkan kehamilan dapat dilakukan pengobatan untuk mengurangi perdarahan dan memperbaiki anemia 'Re&"!enasi B(; Bila respon pengobatan tidak adekuat dapat dilakukan pembedahan. -mbolisasi arteri uterina merupakan alternatif tindakan pembedahan 'Re&"!enasi A( 28 A. Le!om!oma 5. Ing!n ham!l > T!dak 9a C. H!sterosko+! reseks! C. $ubmukosum D. Intramural = $ubserosum D. Penanganan med!s &l!hat ke PUA1E = () D. J!ka gagal D. (+eras! E. Penanganan med!s &koreks! anem!a) E. (+eras! E. Tata laksana eks+ektat! E. 2!omektom! E. H!sterektom! E. %onser;at!? Embol!sas! arter! ! Malignancy and hyperplasia 'PUA,M( A. !iagnosis hiperplasia endometrium atipik ditegakkan berdasarkan penilaian histopatologi B. Tanyakan apakah pasien menginginkan kehamilan C. Bila pasien tidak menginginkan kehamilan tindakan histerektomi merupakan pilihan 'Re&"!enasi C( D. Cika pasien menginginkan kehamilan dapat dilakukan ! H & dilanjutkan pemberian progestin, analog 3n.H atau +*31), selama @ bulan 'Re&"!enasi C( -. Biopsi endometrium diperlukan untuk pemeriksaan histologi pada akhir bulan ke1@ pengobatan 21 Malignancy and hyperplasia 5. Ing!n ham!l > T!dak 9a A. H!+er+las!a endometr!um at!+!k C. H!sterektom! D. D @ % dan Progest!n &4 bulan) atau L0'1IU$ atau Analog 'nRH E. 5!o+s! &akh!r bulan ke14) H!+er+las!a at!+!k meneta+ 5 ! Coagulopathy 'PUA,C( ".Terminologi koagulopati digunakan untuk kelainan hemostasis sistemik yang terkait dengan P" 5.Penanganan multidisiplin diperlukan pada kasus ini C.Pengobatan dengan asam traneksamat, progestin, kombinasi pil estrogen1progestin dan +*31), pada kasus ini memberikan hasil yang sama bila dibandingkan dengan kelompok tanpa kelainan koagulasi D.Cika terdapat kontraindikasi terhadap asam traneksamat atau P&& dapat diberikan +*31), atau dilakukan pembedahan bergantung pada umur pasien 'Re&"!enasi B( Terapi spesifik seperti desmopressin dapat digunakan pada penyakit von Willebrand 'Re&"!enasi C( 22 A. Coagulo+ath/ 5. Tera+! mult!d!s!+l!n C. Asam traneksamat dan P%% atau L0'1IU$ D. J!ka ada kontra!nd!kas! D. L0'1IU$ atau (+eras! .2 Ovulatory dysfunction 'PUA,O( ". 3angguan ovulasi merupakan salah satu penyebab P" dengan manifestasi klinik perdarahan yang sulit diramalkan dan jumlah darah yang bervariasi. B. Pemeriksaan hormon tiroid dan prolaktin perlu dilakukan terutama pada keadaan oligomenorea. Bila dijumpai hiperprolaktinemia yang disebabkan oleh hipotiroid maka kondisi ini harus diterapi C. Pada perempuan umur E ?= tahun atau dengan risiko tinggi keganasan endometrium perlu dilakukan pemeriksaan ,3 transvaginal dan pengambilan sampel endometrium !. Bila tidak dijumpai faktor risiko untuk keganasan endometrium lakukan penilaian apakah pasien menginginkan kehamilan atau tidak. -. Bila menginginkan kehamilan dapat langsung mengikuti prosedur tata laksana infertilitas 5. Bila pasien tidak menginginkan kehamilan dapat diberikan terapi hormonal dengan menilai ada atau tidaknya kontra indikasi terhadap P&& '. Bila tidak dijumpai kontra indikasi, dapat diberikan P&& selama % bulan 're&"!enasi A( H. Bila dijumpai kontra indikasi pemberian P&& dapat diberikan preparat progestin selama 7? hari, kemudian stop 7? hari. Hal ini diulang sampai % bulan siklus 're&"!enasi A( ). ,etelah % bulan dilakukan evaluasi untuk menilai hasil pengobatan C. Bila keluhan berkurang pengobatan hormonal dapat dilanjutkan atau distop sesuai keinginan pasien %. Bila keluhan tidak berkurang, lakukan pemberian P&& atau progestin dosis tinggi (naikkan dosis setiap ( hari sampai perdarahan berhenti atau dosis maksimal). Perhatian terhadap kemungkinan mun#ulnya efek samping seperti sindrom pra haid. +akukan pemeriksaan ulang dengan ,3 TJ atau ,), untuk menyingkirkan kemungkinan adanya polip endometrium atau mioma uteri 're&"!enasi A(. Pertimbangkan tindakan kuretase untuk menyingkirkan keganasan endometrium. Bila pengobatan medikamentosa gagal, dapat dilakukan ablasi endometrium, reseksi mioma dengan histeroskopi atau histerektomi. Tindakan ablasi endometrium pada perdarahan uterus yang banyak dapat dita$arkan setelah memberikan informed consent yang jelas pada pasien. Pada uterus dengan ukuran < 78 minggu tindakan ablasi endometrium 2% merupakan pilihan yang lebih baik dibandingkan histerektomi 're&"!enasi A(2 2* Tidak Ia Tidak Ia Tidak Ia Tidak Ia A. P"1/ B. Periksa hormon tiroid. Bila terdapat amenore atau oligomenore lakukan pemeriksaan prolaktin. +akukan pap smear terutama bila terdapat perdarahan pas#a koitus C. mur E %= tahun atau risiko tinggi kanker endometrium D. Pertimbangkan kelainan sistemik G. P&& selama % bulan J. Teruskan atau stop terapi hormonal sesuai keinginan pasien K. Pertimbangkan pemberian P&& atau progestin dosis tinggi. Pertimbangkan ,3 TJ atau ,), untuk menyingkirkan polip endometrium atau mioma uteri. Biopsi endometrium untuk menyingkirkan keganasan endometrium. Bila pengobatan medikamentosa tidak berhasil pertimbangkan untuk melakukan ablasi endometrium, reseksi dengan histeroskopi atau histerektomi E. )ngin hamil 9 F. &ontra indikasi P&& E. Tata laksana infertilitas H. Progestin selama 7? hari, kemudian stop selama 7? hari. !iulang selama % bulan I. Perdarahan berkurang C. Biopsi endometrium, ,3 TJ 2- 7. Endometrial 'PUA,E( A. Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan siklus haid yang teratur 5. Pemeriksaan fungsi tiroid dilakukan bila didapatkan gejala dan tanda hipotiroid atau hipertiroid pada anamnesis dan pemeriksaan fisik 're&"!enasi C(. Pemeriksaan ,3 transvaginal atau ,), terutama dapat dilakukan untuk menilai kavum uteri 're&"!enasi A( C. Cika pasien memerlukan kontrasepsi lanjutkan ke 3, jika tidak lanjutkan ke ! D. "sam traneksamat % F 7 g dan asam mefenamat % F =88 mg merupakan pilihan lini pertama dalam tata laksana menoragia 're&"!enasi A( E. +akukan observasi selama % siklus menstruasi F. Cika respons pengobatan tidak adekuat, lanjutkan ke 3 '. *ilai apakah terdapat kontra indikasi pemberian P&& H. P&& mampu mengurangi jumlah perdarahan dengan menekan pertumbuhan endometrium. !apat dimulai pada hari apa saja, selanjutnya pada hari pertama siklus menstruasi 're&"!enasi A( I. Cika pasien memiliki kontra indikasi terhadap P&& maka dapat diberikan preparat progestin siklik selama 7? hari diikuti dengan 7? hari tanpa obat. 're&"!enasi A( &emudian diulang selama % siklus. !apat dita$arkan penggunaan +*31), J. Cika setelah % bulan, respons pengobatan tidak adekuat dapat dilakukan penilaian ,3 transvaginal atau ,), untuk menilai kavum uteri %. Cika dengan ,3 TJ atau ,), didapatkan polip atau mioma submukosum segera pertimbangkan untuk melakukan reseksi dengan histeroskopi 're&"!enasi B( L. Cika hasil ,3 TJ atau ,), didapatkan ketebalan endometrium E 78 mm, lakukan pengambilan sampel endometrium untuk menyingkirkan hiperplasia 're&"!enasi B( 2. Cika terdapat adenomiosis dapat dilakukan pemeriksaan M.), terapi dengan progestin, +*3 ),, 3n.Ha atau histerektomi 0. Cika hasil pemeriksaan ,3 TJ dan ,), menunjukkan hasil normal atau terdapat kelainan tetapi tidak dapat dilakukan terapi konservatif maka dilakukan evaluasi terhadap fungsi reproduksinya (. Cika pasien sudah tidak menginginkan fungsi reproduksi dapat dilakukan ablasi 2. endometrium atau histerektomi. Cika pasien masih ingin mempertahankan fungsi reproduksi anjurkan pasien untuk men#atat siklus haidnya dengan baik dan memantau kadar Hb
2/ Tidak Ia Tidak Tidak Ia A. P"1- B. Periksa hormon tiroid, ,3 TJ atau ,), G. &ontra indikasi P&& H. P&& % siklus I. Progestin selama 7? hari, kemudian stop selama 7? hari. lang selama % siklus. Ta$arkan +*3 ), J. .espon tidak adekuat K. ,3 transvaginal atau ,), N. *ormal atau abnormal dan tidak bisa dilakukan terapi konservatif O. 5ungsi reproduksi komplit O. Pertimbangkan ablasi endometrium atau histerektomi K. Polip atau mioma submukosum L. Hiperplasia endometrium (tebal endometrium E 78) mm) M2 "denomiosis K. Pertimbangkan reseksi dengan histeroskopi L. Pengambilan sampel endometrium M. Pertimbangkan M.), progestin, +*3 ),, leuprolide atau histerektomi P. 'atat siklus menstruasi Monitor Hb Ia C. Memerlukan kontrasepsi D. "sam traneksamat % F7 g dan asam mefenamat % F =88 mg E. /bservasi selama % siklus F. .espon tidak adekuat 20 02 Iatr"$eni& 'PUA,I( ..1 2 Perara4an &arena efe& sa!+in$ PKK ". Penanganan efek samping P"1- disesuaikan dengan algoritma P"1- 5. Perdarahan sela (breakthrough bleeding) dapat terjadi dalam % bulan pertama atau setelah % bulan penggunaan P&& '. Cika perdarahan sela terjadi dalam % bulan pertama maka penggunaan P&& dilanjutkan dengan men#atat siklus haid !. Cika pasien tidak ingin melanjutkan P&& atau perdarahan menetap E % bulan lanjutkan ke - E. +akukan pemeriksaan Chlamydia dan Neisseria (endometritis), bila positif berikan doksisiklin ( F 788 mg selama 78 hari. Iakinkan pasien minum P&& se#ara teratur. Pertimbangkan untuk menaikkan dosis estrogen. Cika usia pasien lebih dari %= tahun dilakukan biopsi endometrium 5. Cika perdarahan abnormal menetap lakukan TJ,, ,), atau histeroskopi untuk menyingkirkan kelainan saluran reproduksi 3. Cika perdarahan sela terjadi setelah % bulan pertama penggunaan P&&, lanjutkan ke - H. Cika efek samping berupa amenorea lanjutkan ke ) ). ,ingkirkan kehamilan C. Cika tidak hamil, naikkan dosis estrogen atau lanjutkan pil yang sama 25 B2 Perdarahan sela (breakthrough bleeding) J. *aikkan dosis estrogen atau lanjutkan pil yang sama A. P"1- H. "menorea I2 ,ingkirkan kehamilan "lgoritma P"1- G2 ,etelah % bulan pertama penggunaan P&& C2 Penggunaan P&& dilanjutkan, #atat siklus haid C2 % bulan pertama penggunaan P&& D. Pasien tidak ingin melanjutkan P&& atau perdarahan menetap E % bulan G. 1 lanjutkan kontrasepsi 1 ganti dengan P&& 1 suntik !MP" setiap ( bulan (khusus akseptor !MP") %8 E2 'ek klamidia dan gonorrhea (endometritis). Tanyakan mengenai kepatuhan. *aikkan dosis estrogen . Cika berusia lebih dari %= tahun, lakukan biopsi endometrium F. Perdarahan menetap, lakukan TJ,, ,), atau histeroskopi untuk menyingkirkan kelainan saluran reproduksi ..". Perara4an &arena efe& sa!+in$ &"ntrase+si +r"$estin ". Cika terdapat amenorea atau perdarahan ber#ak, lanjutkan ke B B. &onseling bah$a kelainan ini merupakan hal biasa C. Cika efek samping berupa P"1/, lanjutkan ke ! !. Cika usia pasien E %= tahun dan memiliki risiko tinggi keganasan endometrium, lanjutkan ke -, jika tidak lanjutkan ke 5 -. Biopsi endometrium 5. Cika dalam ?1@ bulan pertama pemakaian kontrasepsi, lanjutkan ke 3. Cika tidak lanjutkan ke ) 3. Berikan % alternatif sebagai berikut4 1 +anjutkan kontrasepsi progestin dengan dosis yang sama 1 3anti kontrasepsi dengan P&& (jika tidak ada kontra indikasi) 1 ,untik !MP" setiap ( bulan (khusus akseptor !MP") H. Bila perdarahan tetap berlangsung setelah @ bulan, lanjutkan ke ) ). Berikan estrogen jangka pendek (--& ? F 7.(= mg G hari selama A hari) yang dapat diulang jika perdarahan abnormal terjadi kembali. Pertimbangkan pemilihan metoda kontrasepsi lain G. 1 lanjutkan kontrasepsi 1 ganti dengan P&& 1 suntik !MP" setiap ( bulan (khusus akseptor !MP") %1 C. P"1/ A ."menorea atau perdarahan ber#ak D2 sia diatas %= tahun atau risiko tinggi untuk karsinoma endometrium B2 Menasihati pasien bah$a hal tersebut merupakan hal yang diharapkan E. Biopsi endometrium F2 ?1@ bulan pertama pemakaian kontrasepsi G. 1 lanjutkan kontrasepsi 1 ganti dengan P&& 1 suntik !MP" setiap ( bulan (khusus akseptor !MP") H2 Perdarahan berlanjut setelah @ bulan I. Berikan estrogen jangka pendek (--& 7,(= mg ? F sehari selama A hari). !apat diulang jika perdarahan abnormal terjadi kembali. Pertimbangkan pemilihan metoda kontrasepsi lain Tidak Tidak Ia %2 02%2 Perara4an &arena efe& sa!+in$ +en$$)naan AKDR ". Cika pada pemeriksaan pelvik dijumpai rasa nyeri, lanjutkan ke B B. Berikan doksisiklin (F788 mg sehari selama 78 hari karena perdarahan pada pengguna "&!. dapat disebabkan oleh endometritis. Cika tidak ada perbaikan, pertimbangkan untuk mengangkat "&!. '. Cika tidak dijumpai rasa nyeri dan "&!. digunakan dalam ?1@ bulan pertama, lanjutkan ke !. Cika tidak, lanjutkan ke - !. +anjutkan penggunaan "&!., jika perlu dapat ditambahkan ")*,. Cika setelah @ bulan perdarahan tetap terjadi dan pasien ingin diobati, lanjutkan ke - -. Berikan P&& untuk 7 siklus 5. Cika perdarahan abnormal menetap lakukan pengangkatan "&!.. Bila usia pasien E %= tahun lakukan biopsi endometrium %% A. *yeri pada uterus B2 !oksisiklin (F788 mg sehari 78 hari, pertimbangkan pengangkatan "&!. C2 Penggunaan ?1@ bulan pertama D. +anjutkan penggunaan "&!., jika perlu dapat ditambahkan ")*, E. Berikan P&& untuk 7 siklus D2 Perdarahan abnormal berlanjut setelah @ bulan atau pasien ingin diterapi F2 Cika perdarahan abnormal menetap, angkat "&!.. Pada pasien berusia E %= tahun lakukan biopsi endometrium Tidak Tidak Ia Ia %* Manifestasi &#inis +erara4an )ter)s a1n"r!a# J2 Bila terapi medikamentosa tidak berhasil atau ada kelainan organik, lakukan terapi pembedahan seperti ablasi endometrium, miomektomi, polipektomi atau histerektomi
%- PUA A. Akut 5. %ron!k C. Perdarahan tengah &Intermenstrual bleeding) Perdarahan akut dan ban/ak Perdarahan !reguler A PUA1( Perdarahan ha!d ban/ak A PUA1E Perara4an )ter)s a1n"r!a# a&)t B. Cika perdarahan aktif dan banyak disertai dengan gangguan hemodinamik dan atau Hb < 78 g G dl perlu dilakukan ra$at inap. '. Cika hemodinamik stabil, #ukup ra$at jalan, kemudian lanjutkan ke ! !. Pasien ra$at inap, berikan infus #airan kristaloid, oksigen ( liter G menit dan transfusi darah jika Hb < A,= g G dl, untuk perbaikan hemodinamik. E. ,top perdarahan dengan --& (.= mg per oral setiap ?1@ jam 're&"!enasi B(, ditambah prometasin (= mg peroral atau injeksi )M setiap ?1@ jam untuk mengatasi mual. "sam traneksamat % F 7 gram dan ")*, % F =88 mg diberikan bersama --&. F. Cika perdarahan tidak berhenti dalam 7(1(? jam, lakukan dilatasi dan kuretase (!H&) 're&"!enasi B(. '. Cika perdarahan berhenti dalam (? jam, lanjutkan dengan P&& ? kali 7 tablet perhari (? hari), % kali 7 tablet perhari (% hari), ( kali 7 tablet perhari (( hari) dan 7 kali 7 tablet sehari (% minggu), kemudian stop 7 minggu, dilanjutkan P&& siklik sebanyak % siklus 're&"!enasi A(. H. Cika terdapat kontraindikasi P&&, berikan progestin selama 7? hari kemudian stop 7? hari. langi selama % bulan. 're&"!enasi A(. ntuk ri$ayat perdarahan berulang sebelumnya, injeksi gonadotropin-releasing hormone (3n.H) agonis dapat diberikan bersamaan dengan pemberian P&& untuk stop perdarahan 're&"!enasi A(. 3n.H agonis diberikan (1% siklus dengan interval ? minggu. I. &etika hemodinamik pasien stabil, perlu upaya diagnostik untuk men#ari penyebab perdarahan. +akukan pemeriksaan ,3 transvaginal G transrektal 're&"!enasi B(, periksa darah perifer lengkap (!P+) 're&"!enasi C( dan fungsi hemostasis (hitung trombosit, PT, aPTT dan T,H) 're&"!enasi C(. Tindakan ,), dapat dilakukan pada keadaan endometrium yang tebal, untuk melihat adanya polip endometrium atau mioma submukosum. Cika perlu dapat dilakukan pemeriksaan histeroskopi 0offi#e2 're&"!enasi A(. J. !apat diberikan suplemen hematinik 7 F 7 tablet dan anti oksidan %. Cika terapi medikamentosa tidak berhasil atau ada kelainan organik, maka dapat dilakukan terapi pembedahan seperti ablasi endometrium, miomektomi, polipektomi atau histerektomi 're&"!enasi A(. J2 Bila terapi medikamentosa tidak berhasil atau ada kelainan organik, lakukan terapi pembedahan seperti ablasi endometrium, miomektomi, polipektomi atau histerektomi
%. Hipotensi ortostatik atau hemoglobin < 78 g G dl atau perdarahan aktif H banyak A. .a$at inap B. .a$at jalan )nfus .+ dan oksigen dan transfusi darah jika Hb < A,= g G dl --& (.= mg, oral setiap @ jam, ditambah prometasin (= mg oral atau injeksi setiap ?1@ jam. "sam traneksamat % F 7 gram diberikan bersamaan dengan --& !H& jika perdarahan masih berlangsung dalam 7(1(? jam. ,etelah perdarahan akut berhenti, diberikan P&& ?F7 tab (? hari), %F7 tab (% hari), (F7 tab (( hari) dan 7F7 tab, % minggu dan 7 minggu bebas P&&. P&& siklik selama % bulan. !apat diberikan 3n.H agonis % siklus bersama P&&. Cika terdapat kontra indikasi P&& dapat diberikan progestin selama 7? hari, kemudian stop 7? hari. langi % bulan. ,3 transvaginal G transrektal, T,H, !P+, PT, aPTT. Tablet hematinik 7F7 tab --& (.= mg, oral setiap @ jam, ditambah prometasin (= mg oral. "sam traneksamat % F 7 gram diberikan bersamaan dengan --&. !H& jika perdarahan masih berlangsung dalam 7(1(? jam. ,etelah perdarahan akut berhenti, diberikan P&& ?F7 tab (? hari), %F7 tab (% hari), (F7 tab (( hari) dan 7F7 tab, % minggu dan 7 minggu bebas P&&. P&& siklik selama % bulan Cika terdapat kontra indikasi P&& dapat diberikan progestin selama 7? hari, kemudian stop 7? hari. langi % bulan. ,3 transvaginal G transrektal, T,H, !P+, PT, aPTT. Tablet hematinik 7F7 tab Tidak Ia J2 Bila terapi medikamentosa tidak berhasil atau ada kelainan organik, lakukan terapi pembedahan seperti ablasi endometrium, miomektomi, polipektomi atau histerektomi
%/
Penan$anan PUA !en)r)t strata +e#a3anan &ese4atan Manajem en Pri!er Se&)ner Tersier -mergensi (Hb < 78, hemodinamik tidak stabil) Pasang iv line resusitasi #airan dengan .+ rujuk
Transfusi bila Hb < A.=
,top perdarahan
--& ?F(.= mg (bila tidak berhenti dalam $aktu (? jam, lakukan !H&, harus ada persetujuan pada nona) P&& ?F7 ?d P&& %F7 %d P&& (F7 (d P&& 7F7 (7d "s. traneksamat %F7 g ")*, %F=88mg Medikamentosa 1 "gonis 3n.H 1 +*3 ), 1 !anaLol /peratif 1 !H& 1 "blasi 1 Histerektomi Follow up regulasi haid ingin hamil 1 risiko tinggi kanker endometriu m P&& Progestin siklik
tata laksana infertilitas !H& (bila dijumpai hiperplasia atipik histerektomi) hiperplasia non atipik progestin siklik tata laksana infertilitas ablasi endometrium %0 1 gagal medikamen tosa ingin stop haid histerektomi 1 +*3 ), 1 3n.H agonis 1 !anaLol ablasi endometrium ablasi endometrium &eterangan4 --& M estrogen ekuin konyugasi, P&& M pil kontrasepsi kombinasi, !H& M dilatasi dan kuretase, ")*, M anti inflamasi non steroid, +*31), M levonorgestrel intra uterine system %5 Pe!i#i4an "1at,"1atan +aa +erara4an )ter)s a1n"r!a# NON-"O#MONA$ 'A(2 Asa! Trane&sa!at /bat ini bersifat inhibitor kompetitif pada aktivasi plasminogen. Plasminogen akan diubah menjadi plasmin yang berfungsi untuk meme#ah fibrin menjadi fibrin degradation products (5!Ps). /leh karena itu obat ini berfungsi sebagai agen anti fibrinolitik. /bat ini akan menghambat faktor1faktor yang memi#u terjadinya pembekuan darah, namun tidak akan menimbulkan kejadian trombosis. Perdarahan menstruasi melibatkan pen#airan darah beku dari arteriol spiral endometrium, maka pengurangan dari proses ini diper#aya sebagai mekanisme penurunan jumlah darah mens. -fek samping 4 gangguan pen#ernaan, diare dan sakit kepala. !osisnya untuk perdarahan mens yang berat adalah 7g ((F=88mg) dari a$al perdarahan hingga ? hari. 'B(2 O1at anti inf#a!asi n"n ster"i 'AINS( &adar prostaglandin pada endometrium penderita gangguan haid akan meningkat. ")*, ditujukan untuk menghambat siklooksigenase, dan akan menurunkan sintesa prostaglandin pada endometrium. Prostaglandin mempengaruhi reaktivitas jaringan lokal dan terlibat dalam respon inflamasi, jalur nyeri, perdarahan uterus, dan kram uterus. ")*, dapat mengurangi jumlah darah haid hingga (81=8 persen. Pemberian ")*, dapat dimulai sejak perdarahan hari pertama atau sebelumnya hingga hingga perdarahan yang banyak berhenti. -fek samping 4 gangguan pen#ernaan, diare, perburukan asma pada penderita yang sensitif, ulkus peptikum hingga kemungkinan terjadinya perdarahan dan peritonitis. *8 Fibrin Plasminogen Plasmin FDPs Asam Traneksamat (A) Diasil gliserol atau Fosfolipid Fosfolipase A2 Fosfolipase C2 Asam arakidonat Prostaglandin H2 Siklooksigen ase PGD 2 PGE 2 PGF 2 PGI 2 TXA 2 OAIS (B) *1 "O#MONA$ 'A(2 Estr"$en ,ediaan ini digunakan pada kejadian perdarahan akut yang banyak. ,ediaan yang digunakan adalah --&, dengan dosis (.= mg per oral ?F7 dalam $aktu ?B jam. Pemberian --& dosis tinggi tersebut dapat disertai dengan pemberian obat anti1emetik seperti promethaLine (= mg per oral atau intra muskular setiap ?1@ jam sesuai dengan kebutuhan. Mekanisme kerja obat ini belum jelas, kemungkinan aktivitasnya tidak terkait langsung dengan endometrium. /bat ini bekerja untuk memi#u vasospasme pembuluh kapiler dengan #ara mempengaruhi kadar fibrinogen, faktor )J, faktor N , proses agregasi trombosit dan permeabilitas pembuluh kapiler. Pembentukan reseptor progesteron akan meningkat sehingga diharapkan pengobatan selanjutnya dengan menggunakan progestin akan lebih baik. -fek samping berupa gejala akibat efek estrogen yang berlebihan seperti perdarahan uterus, mastodinia dan retensi #airan. 'B(2 PKK Perdarahan haid berkurang pada penggunaan pil kontrasepsi kombinasi akibat endometrium yang atrofi. !osis yang dianjurkan pada saat perdarahan akut adalah ? F 7 tablet selama ? hari, dilanjutkan dengan % F 7 tablet selama % hari, dilanjutkan dengan ( F 7 tablet selama ( hari, dan selanjutnya 7 F 7 tablet selama % minggu. ,elanjutnya bebas pil selama A hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian pil kontrasepsi kombinasi paling tidak selama % bulan. "pabila pengobatannya ditujukan untuk menghentikan haid, maka obat tersebut dapat diberikan se#ara kontinyu, namun dianjurkan setiap %1? bulan dapat dibuat perdarahan lu#ut. -fek samping dapat berupa perubahan mood, sakit kepala, mual, retensi #airan, payudara tegang, deep vein thrombosis, stroke dan serangan jantung. 'C(2 Pr"$estin /bat ini akan bekerja menghambat penambahan reseptor estrogen serta akan mengaktifkan enLim 7A1hidroksi steroid dehidrogenase pada sel1sel endometrium, sehingga estradiol akan dikonversi menjadi estron yang efek biologisnya lebih rendah dibandingkan dengan estradiol. Meski demikian penggunaan progestin yang lama dapat memi#u efek anti mitotik yang mengakibatkan terjadinya atrofi endometrium. Progestin dapat diberikan se#ara siklik maupun kontinyu. Pemberian siklik diberikan selama 7? *2 hari kemudian stop selama 7? hari, begitu berulang1ulang tanpa memperhatikan pola perdarahannya. "pabila perdarahan terjadi pada saat sedang mengkonsumsi progestin, maka dosis progestin dapat dinaikkan. ,elanjutnya hitung hari pertama perdarahan tadi sebagai hari pertama, dan selanjutnya progestin diminum sampai hari ke 7?. Pemberian progestin se#ara siklik dapat menggantikan pemberian pil kontrasepsi kombinasi apabila terdapat kontra1indikasi (misalkan 4 hipersensitivitas, kelainan pembekuan darah, ri$ayat stroke, ri$ayat penyakit jantung koroner atau infark miokard, ke#urigaan keganasan payudara ataupun genital, ri$ayat penyakit kuning akibat kolestasis, kanker hati). ,ediaan progestin yang dapat diberikan antara lain MP" 7 F 78 mg, noretisteron asetat dengan dosis (1% F = mg, didrogesteron ( F = mg atau nomegestrol asetat 7 F = mg selama 78 hari per siklus. "pabila pasien mengalami perdarahan pada saat kunjungan, dosis progestin dapat dinaikkan setiap ( hari hingga perdarahan berhenti. Pemberian dilanjutkan untuk 7? hari dan kemudian berhenti selama 7? hari, demikian selanjutnya berganti1ganti. Pemberian progestin se#ara kontinyu dapat dilakukan apabila tujuannya untuk membuat amenorea. Terdapat beberapa pilihan, yaitu 4 1 pemberian progestin oral 4 MP" 781(8 mg per hari 1 Pemberian !MP" setiap 7( minggu 1 Penggunaan +*3 ), -fek samping 4 peningkatan berat badan, perdarahan ber#ak, rasa begah, payudara tegang, sakit kepala, jera$at dan timbul perasaan depresi 'D(2 Anr"$en !anaLol adalah suatu sintetik isoFaLol yang berasal dari turunan 7Aa1etinil testosteron. /bat tersebut memiliki efek androgenik yang berfungsi untuk menekan produksi estradiol dari ovarium, serta memiliki efek langsung terhadap reseptor estrogen di endometrium dan di luar endometrium. Pemberian dosis tinggi (88 mg atau lebih per hari dapat dipergunakan untuk mengobati perdarahan menstrual hebat. !anaLol dapat menurunkan hilangnya darah menstruasi kurang lebih =8> bergantung dari dosisnya dan hasilnya terbukti lebih efektif dibanding dengan ")*, atau progestogen oral. !engan dosis lebih dari ?88mg per hari dapat menyebabkan amenorea. -fek sampingnya dialami oleh A=> pasien yakni4 peningkatan berat badan, kulit berminyak, jera$at, perubahan suara. *% 'E(2 A$"nis %onadotropine #eleasing "ormone (%n#") /bat ini bekerja dengan #ara mengurangi konsentrasi reseptor 3n.H pada hipofisis melalui mekanisme down regulation terhadap reseptor dan efek pas#a reseptor, yang akan mengakibatkan hambatan pada pelepasan hormon gonadotropin. Pemberian obat ini biasanya ditujukan pada $anita dengan kontraindikasi untuk operasi. /bat ini dapat membuat penderita menjadi amenorea. !apat diberikan leuprolide a#etate %.A= mg intra muskular setiap ? minggu, namun pemberiannya dianjurkan tidak lebih dari @ bulan karena terjadi per#epatan demineralisasi tulang. "pabila pemberiannya melebihi @ bulan, maka dapat diberikan tambahan terapi estrogen dan progestin dosis rendah (add back therapy). -fek samping biasanya mun#ul pada penggunaan jangka panjang, yakni4 keluhan1keluhan mirip $anita menopause (misalkan hot flushes, keringat yang bertambah, kekeringan vagina), osteoporosis (terutama tulang1tulang trabekular apabila penggunaan 3n.H agonist lebih dari @ bulan). ** Estroge n (A) !ontrasepsi oral (B) Progesti n (C) Dana"ol (D) Gn#Ha (E) *- Daftar "1at 3an$ a+at i$)na&an )nt)& tera+i PUD N" Na!a Generi& D"sis Na!a Da$an$ Anti fi1rin"#iti& 7 "sam traneksamat =88 mg G tab Anti +r"sta$#anin ( "sam mefenamat =88 mg G tab Estr"$en a#a!ia4 7. 7A1O -stradiol 7 H ( mg G tab (. -strogen ekuin konjugasi 8,@(= mg G tab Pr"$estin sinteti& 7. *omegestrol asetat = mg G tab +utenyl (. Medroksiprogesteron asetat 78 mg G tab %. *orethisteron = mg ?. !idrogesteron 78 mg = !epomedroksi progesteron asetat 7=8 mg G vial Pi# &"ntrase+si &"!1inasi 7. -tinil estradiol +evonogestrel %8 m#g 7=8 m#g (. -tinil estradiol ,iproteron asetat %8 m#g ( mg %. -tinil estradiol !rospirenone %8 m#g % mg ?. -tinil estradiol !rospirenone (8 m#g % mg <Pr"$estin re#easin$ IUS= 7 +evonorgestrel ), (8 m#g G hari *. Daftar Ba>aan 7. Munro M3, 'rit#hley H/, Broder M,, 5raser ),. 5)3/ #lassifi#ation system (P"+M1 '/-)*) for #auses of abnormal uterine bleeding in nongravid $omen of reprodu#tive age. )nternational journal of gynae#ology and obstetri#s4 the offi#ial organ of the )nternational 5ederation of 3ynae#ology and /bstetri#s. (877 "pr;77%(7)4%17% (. The .oyal 'ollege of /bstetri#ians and 3yne#ologist. The management of heavy menstrual bleeding ; *i#e 3uideline, (88A %. Marret H, 5au#onnier ", 'habbert1Buffet *, 'ravello +, 3olfier 5, 3ondry C, et al. 'lini#al pra#ti#e guidelines on menorrhagia4 management of abnormal uterine bleeding before menopause. -uropean journal of obstetri#s, gyne#ology, and reprodu#tive biology. (88B /#t;7=((()47%%1A ?. /ehler M&, .ees M'. Menorrhagia4 an update. "#ta obstetri#ia et gyne#ologi#a ,#andinavi#a. (88% May;B((=)4?8=1(( */