Anda di halaman 1dari 105

AIR LIMBAH

Latar belakang
Perkembangan

peradaban manusia dan majunya IPTEK selain memiliki dampak (+) juga dampak negatif Sarana teknologi yang canggih memiliki keuntungan terhdp penyediaan kebutuhan manusia (sandang, papan, maupun pangan). Pencemaran lingkungan akan terjadi Kasus yang terjadi di Minamata Jepang tahun 1956 merupakan salah satu bukti pencemaran akibat limbah cair industri

Lanjutan
Kasus

Buyat yang terjadi di Minahasa Sulawesi Utara Indonesia pada tahun 2004 yang menyebabkan terjadinya penyakit pada penduduk Buyat. Pengolahan limbah industri memerlukan penanganan yang baik dan efisien Pengolahan limbah industri bertujuan untuk meminimalkan terjadinya masalah lingkungan.

LIMBAH CAIR
Lebih bernilai, Indah dinikmati, selalu Mempertimbangkan Bahan yang ada, Aspirasi pemilik, dan Hasil optimal melalui ide Creative, berjiwa Artistik, berwawasan Imaginative dan berpikir Realistik

Pengertian air limbah

Menurut Kusnoputranto air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri maupun dari tempattempat umum lainnya Biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan manusia Mengganggu kelestarian lingkungan hidup.

Sumber Air Limbah


Air limbah rumah tanggakegiatan RT (MCK dan memasak) Air limbah perdagangan/usaha Perdagangn dan perkantoran (Restoran, RS, Hotel, pasar) Air limbah industri kegiatan industri (Pabrik gula, seng, pupuk,baja, petrokimia,dan lain-lain)

Komposisi Air Limbah


Lemak 10% Air 99,9% Air Limbah Bahan Padat 0,1% Zat organik 70% Anorganik 30% Protein 65%

Karbohidrat 25%
Butiran Garam Logam

Permasalahan PAL

Upaya pengelolaan lingkungan yang ditujukan untuk mencegah dan atau memperkecil dampak negatif yang dapat timbul dari kegiatan produksi dan jasa di berbagai sektor industri belum berjalan secara terencana. Biaya pengolahan dan pembuangan limbah semakin mahal dan dana pembangunan, pemeliharaan fasilitas bangunan air limbah yang terbatas, menyebabkan perusahaan enggan menginvestasikan dananya untuk pencegahan kerusakan lingkungan, dan anggapan bahwa biaya untuk membuat unit IPAL merupakan beban biaya yang besar yang dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Tingkat pencemaran baik kualitas maupun kuantitas semakin meningkat, akibat perkembangan penduduk dan ekonomi, termasuk industri di sepanjang sungai yang tidak melakukan pengelolaan air limbah industrinya secara optimal. Perilaku sosial masyarakat dalam hubungan dengan industri memandang bahwa sumber pencemaran di sungai adalah berasal dari buangan industri, akibatnya isu lingkungan sering dijadikan sumber konflik untuk melakukan tuntutan kepada industri berupa perbaikan lingkungan, pengendalian pencemaran, pengadaan sarana dan prasarana yang rusak akibat kegiatan industri. Adanya Peraturan Pemerintah tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air nomor: 82 Tahun 2001, meliputi standar lingkungan, ambang batas pencemaran yang diperbolehkan, izin pembuangan limbah cair, penetapan sanksi administrasi maupun pidana belum dapat menggugah industri untuk melakukan pengelolaan air limbah.

Dampak Negatif Air Limbah Gangguan terhadap Kesehatan. Gangguan terhadap kehidupan dalam air. Gangguan terhadap pengolahan air. Dampak terhadap pencemaran tanah Dampak terhadap sosial ekonomi Gangguan terhadap estetika.

Teknologi Pegolahan Air Limbah Pengolahan secara fisik Pengolahan secara kimia Pengolahan secara biologi

Cara Buang Air Kotor


56% tidak punya WC sendiri
Dampaknya !

65% tidak Dilengkapi Septic tank

Kegiatan industri, pemukiman dan dampaknya

Minimnya fasilitas pengolahan limbah Pencemaran lingkungan

Pengolahan secara FISIK

Pengolahan fisik (primer) bertujuan untuk menghilangkan bahanbahan padat dan lemak yang ada dalam air limbah. Pengolahan fisik dilakukan dengan cara melakukan proses pengolahan secara mekanis dengan atau tanpa bahan kimia (Kristanto, 2002), Apabila dapat berlangsung baik pada tahap ini mampu menurunkan BOD antara 20% 30%, lemak 15 % - 20 %, dan bahan terlarut 65 %. Dengan hilang atau berkurangnya kandungan zat organik dalam air limbah tersebut akan mengurangi oksigen untuk mendegradasi zat organik pada pengolahan tahap selanjutnya (Koesnoputranto, 1984).

Penapisan Pemisahan Cair Padatan Presipitasi Klarifier

Tipe konvensional
Tipe resirkulasi berlumpur Tipe selimut lumpur Tipe pallet selimut lumpur Pemekatan Flotasi Filtrasi Filtrasi Filtrasi lambat

Filtrasi cepat
Tipe bertekanan Tipe gravitasi Filtrasi precoat

Filter membran

Mikro filter
Ultra filter Reverse osmosis

Dewatering

Dialisis elektris Filter vacuum rotasi Filter tekan/press Belt press

Contrifugasi

Presipitasi sentrifugasi

Pengolahan secara KIMIA


Proses pengolahan secara kimia menggunakan bahan kimia untuk mengurangi zat pencemar di dalam limbah. Penggunaan bahan kimia perlu prakiraan dalam sudut biaya, mengingat ada diantara bahan tersebut harganya mahal. Dengan adanya bahan kimia akan terbentuk unsure baru dalam air limbah, yang mungkin berfungsi sebagai katalisator. Proses ini mempunyai kelemahan , yaitu cara pengambilan unsur baru yang terbentuk dalam proses tersebut (Kristanto, 2002).

Skema Pengolahan secara Kimia


Netralisasi Pengolahan Kimia Fisik Koagulasi & Flokulasi Oksidasi dan/atau Reduksi Oksidasi kimia/reduksi Aerasi Elektrolisis Ozonisasi UV

Adsorbsi

Karbon aktif
Alumina aktif

Penukar ion

Resin penukar kation Resin penukar anion Resin penukar anion Zeolite

Pengolahan secara BILOGIS


Pengolahan secara biologis adalah langkah terpenting dalam pengolahan limbah. Sistem pengolahan biologis adalah suatu sistem hidup yang menggunakan berbagai jenis kultur mikroorganisme untuk menguraikan berbagai bahan organik dalam limbah, dan memisahkan bahan organik dari padatan limbah. Limbah cair menyediakan makanan biologis, nutrisi yang penting bagi pertumbuhan, dan inokulum.

Skema Pengolahan secara Bilogis


Pengolahan aerob Pengolahan Biologi Proses lumpur aktif Metode standar Aerasi Proses bebas bulki Saluran oksidasi Proses nitrifikasi dan denitrifikasi Pengolahan film biologi Lagoon Filter trikling Cakram biologi Aerasi kontak Proses filter biologi diaerasi Proses media unggun biologi Anaerobic treatment Pencerna anaerobi Proses UASB

Polutan yang terdapat dalam air limbah dan unit proses yang dibutuhkan
Polutan/Kontaminan Suspended solids Unit operasi, unit sistem, atau sistem perlakuan Screening and comminution Grit removal Sedimentasi Filtrasi Flotasi Penambahan polimer kimia Koagulasi/sedimentasi Berbagai proses lumpur aktif Fixed-film reactor:trickling filters Fixed-film reactor: rotating biological contactors Logoon variations Intermittent sand filtration Sistem fisika-kimia Air stripping Off gas treatment Adsorpsi karbon Klorinasi Hipoklorinasi Bromin klorida Ozoninasis Radiasi ultraviolet

Biodegradable Organics

Volatile Organics

Patogen

Lanjutan
Nutrien: Nitrogen Berbagai suspended-growt nitrication and denitrification Fosfor Berbgaai fixed-film nitrification and denitrification Nitrogen dan Fosfor Ammonia Strepping Pertukaran ion Breakpoint ch;orination Sistem alamiah Penambahan garam logam Lime coagulation/sedimentation Biological phosphorus removal Biological-chemiscal phosphorus removal Biological nutrient removal

Refractory Organics
Logam berat Padatan organic terlarut

Adsorpsi karbon Ozonisasi tersier


Presipitasi kimiawi Pertukaran ion Pertukaran ion Reverse osmosis Elektrolisis

Proses pengolahan secara bilogis dpt berlangsung dalam 3 lingkungan

Lingkungan aerob, yaitu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO) di dalam air cukup banyak, sehingga oksigen bukan merupakan faktor pembatas. Lingkungan anoksik, yaitu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO) di dalam air ada dalam konsentrasi rendah Lingkungan anaerob, yaitu merupakan kebalikan dari lingkungan aerob, yaitu tidak terdapat oksigen terlarut sehingga oksigen menjadi faktor pembatas berlangsungnya proses metabolisme aerob.

Mekanisme Proses Anaerob


Polutan-polutan organik seperti lemak, protein dan karbohidrat pada kondisi anaerobik akan dihidrolisa oleh enzim hydrolase yang dihasilkan bakteri pada tahap pertama. Enzim penghidrolisa seperti lipase, protease dan sellulase. Hasil hidrolisa polimer-polimer diatas adalah monomer seperti monosakarida, asam amino, peptida dan gliserin. monomer-monomer ini akan diuraikan menjadi asam-asam lemak dan gas hidrogen

Proses penguraian secara anaerobik


Molekul zat organik komplek Misal : Polisakarida,lemak, dll

Bakteria Hydrolitik

Monomer Misal: Glukosa, asam amino, asam lemak 2 Bakteria Acidogenik Fermentatif

Asam organik, alkohol, Ketone

3
Asetat, CO2, H2 4 Methane

Bakteria Acetogenik

Bakteria Methanogenik

Mekanisme proses aerob


Proses pengolahan air limbah organik secara biologis aerobik, senyawa komplek organik akan terurai oleh aktifitas mikroorganisme aerob. Mikroorganisme aerob tersebut di dalam aktifitasnya memerlukan oksigen atau udara untuk memecah senyawa organik yang komplek menjadi CO2 (karbon dioksida) dan air serta ammonium Amonium akan dirubah menjadi nitrat dan H2S akan dioksidasi menjadi sulfat.

Reaktor biofilter
Reaktor biofilter lekat adalah suatu bioreaktor lekat diam Mikroorganisme tumbuh dan berkembang di atas suatu media yang terbuat dari plastik atau batu Didalam operasinya dapat tercelup sebagian atau seluruhnya atau hanya dilewati air saja (tidak tercelup sama sekali) Membentuk suatu lapisan lendir untuk melekat di atas permukaan media tersebut, sehingga membentuk lapisan biofilm.

Media biofilter
Media biofilter berfungsi sebagai tempat tumbuh dan menempel mikroorganisme Untuk mendapatkan unsur-unsur kehidupan yang dibutuhkannya seperti nutrien dan oksigen

Sifat media biofilter

Luas permukaan dari media, semakin luas permukaan media maka semakin besar jumlah biomassa per unit volume. Persentase ruang kosong, semakin besar ruang kosong maka semakin besar kontak biomassa yang menempel pada media pendukung dengan substrat yang ada dalam air buangan. Untuk mendapatkan permukaan media yang luas, media dapat dimodifikasikan dalam berbagai bentuk seperti bergelombang, saling silang dan sarang tawon. Media yang digunakan dapat berupa kerikil, batuan, plastik, pasir dan partikel karbon aktif.

Parameter BOD
BOD (mg/l) Kapasitas Aliran (l/jam) 12 24 36 48 Waktu Tinggal (jam) 11 8 5 3 Selisih (mg/l) Sebelum 129,77 136,13 132,20 128,40 Sesudah 28,47 29,07 32,20 32,63 101,30 107,07 100,00 95,77 78,06 78,62 75,62 74,58 Penyisihan (%)

Hubungan Kapasitas aliran dan waktu tinggal terhadap penyisihan kadar BOD
120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

100

78,06

78,62

75,62

74,58

Efisiensi (%)

Debit (l/jam) Waktu Tinggal (jam)

12 11

24 8

36 5

48 3

Efisiensi penyisihan kadar BOD pada setiap tahap pengolahan


60

Efisiensi (%)

50
40,26

42,66

40 30 20 10
0 15,68 23,98

Inlet

Anaerob I Anaerob II Aerob I

AerobII Outlet

Parameter COD
COD (mg/l) Kapasitas Aliran (l/jam) 12 24 36 48 Waktu Tinggal (jam) 11 8 5 3 Selisih (mg/l) Penyisihan (%)

Sebelum 303,67 312,67 295,33 290,45

Sesudah 71,00 74,67 83,00 87,39

232,67 238,00 212,33 203,05

76,47 76,06 71,89 69,91

Hubungan Kapasitas aliran dan waktu tinggal terhadap penyisihan kadar COD
110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

100 76,47 76,06 71,89 69,91

Efisiensi (%)

Debit (l/jam)
Waktu Tinggal (jam)

12 11

24 8

36 5

48 3

Efisiensi penyisihan kadar COD pada setiap tahap pengolahan


60
Efisiensi (%)

50
39,9 40,34

40 30 20 10 0
0 15,46 22,96

Inlet

Anaerob I Anaerob II Aerob I

AerobII Outlet

Parameter TSS
TSS (mg/l)

Kapasitas Aliran (l/jam)


12 24

Waktu Tinggal (jam)


11 8

Sebelum 97,23 96,73

Sesudah 23,17 23,79

Selisih (mg/l)

Penyisihan (%)

74,07 72,94

76,15 75,40

36
48

5
3

96,46
95,33

26,37
26,61

70,08
68,71

72,64
72,07

Hubungan Kapasitas aliran dan waktu tinggal terhadap penyisihan kadar TSS
120 100 76,15 75,4 80
Efisiensi (%)

100 72,64 72,07

60 40 20 0

Debit (l/jam) Waktu Tinggal (jam)

12 11

24 8

36 5

48 3

Efisiensi penyisihan kadar TSS pada setiap tahap pengolahan


60 50 40 30 20 10
0 16,01 21,67 43,9 35,23

Efisiensi (%)

Inlet

Anaerob I Anaerob II Aerob I

AerobII Outlet

Gambar sumber air limbah domestik rumah sakit yang dijadikan sampel dalam proses percobaan penelitian

Gambar lapisan biofilm yang terbentuk menyelimuti media batu pecah yang berwarna kehijauan

Gambar teknologi pengolahan dengan sistem attached growth berganda anaerob aerob up flow

Gambar proses pengambilan sampel

Gambar proses pengambilan sampel

Gambar hasil pengolahan air limbah domestik rumah sakit pada setiap tahap pengolahan

Hasil olahan pada outlet anaerob I

Hasil olahan pada outlet anaerob II

Gambar hasil pengolahan air limbah domestik rumah sakit pada setiap tahap pengolahan

Hasil olahan pada outlet aerob I

Hasil olahan pada outlet aerob II

SEPTIC TANK

JOKASO

ANAEROBIC FILTER

BAFFLE REACTOR

IMHOFF TANK

Proses pengolahan air limbah industri tahu-tempe dengan sistem kombinasi biofilter "Anaerob-Aerob".

Model peralatan pembuatan bio gas yang terbuat dari drum untuk mengolah 100 liter bahan baku yang menghasilkan 2.700- 3.000 liter biogas.

Program Kali Bersih


Tujuan : meningkatkan kualitas air sungai sampai memenuhi baku mutu air hingga sesuai dengan peruntukkannya. Keterlibatan aktif pemerintah, PSL PT, swasta, LSM & Masyarakat 1989 : 8 propinsi, 34 sungai, 382 industri 2002 : 13 propinsi, 50 sungai, 1.395 industri

Program Produksi Bersih

Pendekatan pengelolaan lingkungan :

Daya dukung lahan (carrying capacity) End of pipe Cleaner production


Digunakan sebagai pedoman perbaikan produk dan proses Penghematan bahan baku, energi dan ongkos produski per satuan produk

Keuntungan pendekatan produksi bersih:


Program Produksi Bersih

Keuntungan pendekatan produksi bersih:


Pengurangan

kebutuhan bagi penataan baku mutu dan peraturan lainnya. Perbaikan citra perusahaan di mata masyarakat Pengurangan biaya sebagai solusi pengolahan pada ujung pipa (end of pipe) yang mahal

Penelitian dan Pengembangan Teknolgi Pengolahan Limbah Cair


Banyak

perguruan tinggi yang telah melakukan penelitian dan pengembangan Teknologi Pengolahan Limbah Cair Beberapa LSM juga telah mengembangkan TTG pengolahan limbah Kerjasama antar pelaku sangat diperlukan

Beberapa Gagasan untuk problem solving sesuai dengan kenyataan di Indonesia Wilayah perkotaan pada permukiman penduduk dimana banyak industri kecil atau industri rumah tangga dapat membuat IPAL bersama

Beberapa Gagasan untuk problem solving sesuai dengan kenyataan di Indonesia Wilayah perkotaan pada permukiman penduduk dimana banyak industri kecil, industri menengah dapat saling gotong royong secara komunal

Mekanisme Pengolahan sistem biofilter


Air limbah melalui saringan kasar untuk menyaring sampah yang berukuran besar Kemudian dialirkan ke bak pengendap awal Bak pengendapan, juga sebagai bak pengontrol aliran, pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, dan penampung lumpur. Kemudian dialirkan ke bak kontaktor anaerob Jumlah bak kontaktor anaerob ini bisa dibuat lebih dari satu sesuai dengan kualitas air limbah Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau aerobik.

Lanjutan
Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme. Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap. Air limpasan dari bak kontaktor (biofilter) anaerob dialirkan ke bak kontaktor (biofilter) aerob. Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media,sambil diaerasi atau dihembuskan dengan udara. Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir.

Simpulan
Pengolahan secara biologi sistem biofilter efektif digunakan untuk limbah cair yang mengandung bahan organik tinggi. Penguraian secara biologi meliputi dua jenis yaitu proses anaerob dan proses aerob Proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilter secara garis besar dapat dilakukan dalam kondisi aerobik, anaerobik atau kombinasi anaerobik dan aerobik

Saran
Apabila dalam penerapan di lapangan sistem biofilter mengalami penurunan efektivitas dan efisiensi Pengoperasiannya hendaknya dapat ditambahkan dengan aerasi untuk memberikan oksigen yang cukup bagi pertumbuhan mikroba sehingga proses dekomposisi lebih optimal. Penggunaan sistem biofilter untuk limbah rumah sakit dilakukan clorinasi Hendaknya dilakukan penelitian-penelitian

Pemantauan kualitas lingkungan

Biomonitoring Yaitu penggunaan organisme untuk menguji toksisitas buangan limbah yang dibuang dalam lingkungan perairan.

Tujuan Biomonitoring
Untuk mengevaluasi dampak toksik buangan limbah pada badan air penerima dengan menggunakan organisme : Ikan, Udang, Siput Protozoa Algae Bakteri

Metode

1. Uji biomonitoring jangka pendek


Untuk menentukan efek toksik jangka pendek. Dengan mengamati kematian organisme pada saat pengujian ketika terpapar konsentrasi buangan limbah yang ditetapkan, seperti 100%, 50% dan 25%. Waktu : 10 menit Bakteri 48 jam Invertebrata Ikan 90 jam

2. Uji biomonitoring jangka panjang


Untuk menguji efek jangka panjang dari buangan limbah, meliputi : pertumbuhan, reproduksi dan kematian organisme. Uji jangka panjang mencakup keseluruhan siklus hidup organisme yang diuji. Waktu : 6 12 Bulan 3 Ikan 4 Minggu Invertebrata

Hasil dan Pembahasan


Kegiatan dalam biomonitoring Evaluasi pengurangan toksisitas atau Toxicity Reduction Evaluation (TRE) Contoh : Jika buangan limbah tiba-tiba menimbulkan permasalahan, maka TRE diselenggarakan untuk mengisolasi sumber pencemar. Bila sumber telah teridentifikasi, dilakukan pengujian lebih lanjut untuk menilai efektivitas pengukuran dan pengurangan toksisitas. TRE juga digunakan untuk menentukan efektivitas pengendalian pencemaran.

Beberapa kegiatan penelitian biomonitoring untuk menilai permasalahan toksisitas dalam lingkungan
1. Peneliti di Canada telah menggunakan ganggang, bakteri luminescen dan ikan air tawar untuk mengevaluasi toksisitas air buangan pabrik kertas.
2. Peneliti di Inggris telah menggunakan isopods air tawar untuk mengevaluasi toksisitas buangan limbah dari kegiatan pertambangan 3. Penelitian tentang perubahan histopathological di perairan pantai bagian Tenggara U.S dengan menggunakan organisme dalam laut

Alat sistem peringatan dini untuk pencemaran air


Sistem ini menggunakan monitor untuk mengamati respon fisiologis ikan dalam pengujian. Alat ini akan memberikan peringatan dini tentang bahan-bahan beracun yang masuk ke dalam lingkungan perairan

Pemantauan dan pengendalian bahan-bahan pencemar beracun dalam buangan limbah dan penyediaan air bersih masyarakat adalah untuk tujuan kebersihan dan kesehatan.
Teknik analisa bahan kimia yang sederhana tidak memberikan informasi yang valid tentang toksisitas dalam lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan. Untuk itu Biomonitoring dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut.

Pelaksanaan biomonitoring dilakukan oleh sanitarian atau tenaga sanitasi lingkungan yang sudah terlatih dan memahami masalah pencemaran lingkungan dan pengendaliannya

Table 1. Kelompok organisme yang digunakan dalam Biomonitoring Buangan limbah. Fish Fathead minnow Rainbow trout Bluegill sunfish Channel catfish Bacteria Bioluminescent bacteria Invertebrate Water fleas Crayfish Snails Shrimp Algae Green algae Blue-green algae

Tabel 2. Publikasi Biomonitoring Lembaga Perlindungan Lingkungan Amerika


1 2 Metode pengukuran toksisitas akut buangan limbah pada air tawar dan organisme laut. EPA/600/4-85-013.1985 Metode jangka pendek untuk estimasi toksisitas kronis dari buangan limbah dan air yang dapat diterima untuk organisme air tawar. EPA/600/485/014.1985. Petunjuk teknis dasar pengawasan kualitas air dan penggunaannya. Laboratorium Penelitian Lingkungan. Duluth, Minn, U.S. EPA 1980a. Prosedur pengujian biologi untuk program perizinan pembuangan limbah. EPA/600/9-78-010.1976. Metode untuk pengujian toksisitas akut pada ikan, makroinvertebrata dan ampibi. EPA/600/3-75-009.1985. Rekomendasi prosedur pengujian biologi untuk ikan air tawar, Lepomis macrochirus, bagian uji kronis. Laboratorium Penelitian Lingkungan. Duluth, Minn, U.S. EPA 1972a. Rekomendasi prosedur pengujian biologi untuk ikan sungai, Salvelinus fontinalis, bagian uji kronis. Laboratorium Penelitian Lingkungan. Duluth, Minn, U.S. EPA 1972b. Rekomendasi prosedur pengujian biologi untuk ikan, Pimephales promelas, bagian uji kronis. Laboratorium Penelitian Lingkungan. Duluth, Minn, U.S. EPA 1972c.

3
4 5 6

Kesimpulan
Teknik analisis bahan kimia secara sederhana tidak memberikan informasi yang valid tentang bahan kimia beracun dalam lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan, untuk itu dibutuhkan Biomonitoring untuk melengkapi analisis bahan kimia beracun sehingga menjadi lebih valid.
Salah satu aplikasi dari kegiatan biomonitoring adalah Evaluasi Pengurangan Toksisitas dalam pengendalian pencemaran lingkungan, terutama lingkungan perairan

Glossary 1. Acute biomonitoring test : Uji biomonitoring jangka pendek (akut) utk menentukan efek beracun jangka pendek atau segera. Jangka waktu dr suatu uji akut scr umum 10 menit utk bakteri, 90 jam utk ikan, & 48 jam utk invertebrata. 2. Bioassay : Penggunaan organisme dlm uji toksisitas, dimana dlm uji ini menggunakan bhn kimia yg sdh baku diketahui sbg B3 utk mengetahui berapa kadar & potensi bahan tsb dlm menimbulkan efek khusus pd jaringan atau organ tubuh organisme uji. 3. Biomonitoring : Kegiatan untuk memonitor atau mengevaluasi dampak toksik buangan limbah pada badan air penerima dengan menggunakan organisme seperti ikan, protozoa, bakteri dan algae atau ganggang. 4. Invertebrata : Kelompok hewan yang tidak mempunyai tulang belakang.

5. Mortality : Jumlah kematian hewan uji setelah dilakukan uji toksisitas akut maupun kronis.

6. NPDES : Singkatan dari National Pollutant Discharge Elimination System, mrpk standar utk sistem pengurangan bhn pencemar yg ditetapkan scr nasional yg dpt menghasilkan data toksisitas buangan, yg digunakan utk menentukan prioritas pengendalian, pemenuhan standar air & menetapkan batas yg diijinkan utk mencapai standar tersebut.
7. Sanitarian : Tenaga atau individu yang bergerak dalam bidang kesehatan lingkungan. 8. Synergistic effects : Merupakan efek gabungan dari dua bahan kimia yg jauh melampaui penjumlahan dari tiaptiap bahan kimia bila diberikan secara sendiri-sendiri. 9. Toxicity : Kemampuan suatu molekul atau senyawa kimia menimbulkan kerusakan pada bagian yang peka di dalam maupun di luar tubuh makhluk hidup.

10.Standard Procedure : Prosedur standar yang ditetapkan oleh Lembaga Perlindungan Lingkungan Amerika. 11.Toxic Pollutants : Bahan pencemar atau polutan yang bersifat racun. 12.Traditional Chemical Analysis Techniques : Teknik analisis bahan kimia secara sederhana atau bersifat tradisional yang dianggap kurang memberikan informasi yang valid. 13.TRE : Singkatan dari Toxicity Reduction Evaluation, mrpk salah satu aplikasi dr kegt biomonitoring, berupa kegt evaluasi pengurangan toksisitas dlm pengendalian pencemaran lingk, terutama lingk perairan. 14.TSCA : Singkatan untuk Toxic Substances Control Act yang berisi tentang Peraturan Pengendalian Zat Beracun. 15.Waste Effluents : Buangan limbah yang menimbulkan pencemaran lingkungan dan dapat berefek racun.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai