Anda di halaman 1dari 56

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Presented by dr. Hartono, Sp.A

Definisi KIPI

Semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam kurun satu bulan setelah imunisasi Diperkirakan sebagai akibat dari imunisasi

Maturasi Perjalanan Program Imunisasi


1 Pravaksinasi 2 Cakupan meningkat 3 Kepercayaan hilang 4 Kepercayaan pulih 5 Eradikasi

Penyakit

Vaksinasi berhenti

INCIDENCE

Cakupan vaksinasi

Letupan penyakit

KIPI
Eradikasi

MATURITY

Klasifikasi KIPI

Klasifikasi Lapangan
(Field Classification, WHO 1999)

Klasifikasi Kausalitas
(Evidence Bearing on Causality, IOM 1991&1994)

Klasifikasi Lapangan, WHO 1999


Reaksi Vaksin Kesalahan Program / Teknik Pelaksanaan Imunisasi Reaksi Suntikan Kebetulan Tidak diketahui
Klasifikasi lapangan dipakai pd pencatatan & pelaporan KIPI

KIPI Reaksi Vaksin

Reaksi vaksin yang biasa & ringan


(normal)

Reaksi vaksin langka/ jarang

Reaksi vaksin yg biasa & ringan


Vaksin BCG Reaksi lokal 90-95% Demam > 38 C Gelisah, lesu gejala sistemik -

HiB
Hepatitis B

5-15 %
Dewasa ~ 15 % Anak ~ 5%

2-10 %
1-6 %

Campak / MMR
Polio oral

~ 10 %
-

5-15 %
<1%

5 % (ruam)
<1%

Tetanus/DT/Td
Pertusis (DPwT)

~ 10 %
10-50 %

~ 10 %
10-50 %

~ 25 %
25-55%

Reaksi vaksin yg jarang, interval onset & perkiraan rate KIPI


Vaksin
BCG

Reaksi vaksin
Limfadenitis supuratif Osteitis BCG Infeksi BCG disiminata Belum pernah ada laporan Anafilaksis Kejang demam Trombositopenia Reaksi anafilaktoid Syok Anafilaksis Ensefalopati

Interval onset
2 6 bulan 1 12 bulan 1 12 bulan 0 1 jam 5 12 hari 15 35 hari 0 1 jam -

Rate KIPI / 1juta


100 1000 1 700 2

HiB Hepatitis B Campak / MMR

12 333 33 ~10 1 50 <1

OPV
Tetanus

Lumpuh layu berkaitan dg vaksin (VAPP)


Neuritis Brakhial Anafilaksis Abses steril

4 30 hari
2 28 hari 0 1 jam 1 6 minggu

1,4 3,4
5 10 0.4 10 6 - 10

Tetanus-difteria
Pertusis

Sama dengan tetanus


Menangis terus menerus > 3jam Kejang demam Keadaan hipotonik-hiporesponsif Anafilaksis Ensefalopati 0 24 jam 0 3 hari 0 24 jam 0 1 jam 0 3 hari 1.000- 60.000 570 570 20 0-1

KIPI Kesalahan Program (1)


Kesalahan Program
Tidak steril

Perkiraan KIPI
Infeksi

Pemakaian ulang alat suntik / jarum Sterilisasi tidak sempurna Vaksin / pelarut terkontaminasi Pemakaian sisa vaksin utk beberapa sesi vaksinasi

Salah pakai pelarut vaksin


Pemakaian pelarut vaksin yg salah Memakai obat sebagai vaksin atau pelarut vaksin

Abses lokal di daerah suntikan Sepsis, sindrom syok toksik, Infeksi penyakit yg ditularkan lewat darah : hepatitis, HIV Abses lokal karena kurang kocok Efek negatif obat mis. insulin Kematian Vaksin tidak efektif

KIPI Kesalahan Program (2)


Kesalahan Program
Penyuntikan salah tempat BCG subkutan DPT/DT/TT kurang dalam Suntikan di bokong

Perkiraan KIPI
Reaksi lokal / abses Reaksi lokal / abses Kerusakan N Sciaticus

Transportasi / penyimpanan vaksin tidak benar


Mengabaikan indikasi kontra

Reaksi lokal akibat vaksin beku Vaksin tidak aktif (tidak potent) Tidak terhindar dari reaksi yg berat

KIPI Reaksi Suntikan


Reaksi suntikan langsung

Rasa sakit, bengkak & kemerahan

Reaksi suntikan tidak langsung


Rasa takut Nafas tertahan Pernafasan sangat cepat Pusing, mual/muntah Kejang Sinkope

KIPI Kebetulan (koinsidens)

Kejadian yang timbul, terjadi secara kebetulan setelah imunisasi Ditemukan kejadian yang sama di saat bersamaan pada kelompok populasi setempat tetapi tidak diimunisasi Vaksin disalahkan sebagai penyebabnya

KIPI Penyebab Tidak Diketahui


Kejadian yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan ke dalam salah satu penyebab
Dibutuhkan kelengkapan informasi lebih lanjut

KLASIFIKASI KAUSALITAS KIPI


Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine; 1991,1994,1999
1. 2. 3. 4. 5.

Tidak terdapat bukti hubungan kausal Bukti tidak cukup untuk menerima/menolak hubungan kausal Bukti memperkuat penolakan hubungan kausal Bukti memperkuat penerimaan hubungan kausal Bukti memastikan hubungan kausal

Klasifikasi kausalitas penting untuk analisis kasus KIPI. Sebelum mempunyai klasifikasi nasional maka klasifikasi kausalitas ini dapat dipakai sebagai acuan untuk klasifikasi kausalitas KIPI di Indonesia

Hubungan vaksin dengan KIPI berdasarkan bukti kausalitas (1)


DT/Td/TT Campak OPV/IPV DPT Hepatitis B Hib

Kategori 1 : Tidak terdapat bukti hubungan kausal


Mielitis (IPV) Trombositopenia + ana filaksis (IPV) Sindr GB Autisme

Kategori 2 : Bukti tidak cukup untuk menerima / menolak hubungan kausal Kejang selain spasme infantil Demielinisasi SSP Mononeuropati Artritis Eritema multiforme Ensefalopati SSPE Kejang Tuli sensoris Neuritis optik Mielitis transversal Sindr GB Mielitis OPV Sindr GB(IPV) SIDS Meningitis aseptik Eritema multiform Sindrom GB Anemia hemolitik Diabetes juvenil Peny gangguan perhatian & belajar Mononeuropati Trombositopeni Sindrom GB Demielinisa si SSP Artritis SIDS Sindrom GB Mielitis Trombositopenia Anflaksis SIDS

Hubungan vaksin dengan KIPI berdasarkan bukti kausalitas (2)


DT/Td/TT Campak OPV/IPV DPT Hep B Hib Kategori 3 : Bukti memperkuat penolakan hubungan kausal
Ensefalopati Spasme infantil (hanya DT) SIDS (hanya DT) Spasme infantil Hipsaritmia Sindrom Reye SIDS Onset dini peny Hib

Kategori 4 : Bukti memperkuat penerimaan hubungan kausal


Sindrom GB Neuritis Brakial Anafilaksis Ensefalopati akut Syok, keadaan mirip syok yg tak biasa (unusual shock
like state)

Hubungan vaksin dengan KIPI berdasarkan bukti kausalitas (3)


DT/Td/TT Campak OPV/IPV DPT Hep B KategorI 5 : Bukti memastikan hubungan kausal
Anafilaksis Trombositop enia (MMR) Anafilaksis (MMR) Kematian akibat infeksi virus galur vaksin campak Lumpuh layu pd penerima vaksin atau kontak Kematian akibat infeksi virus galur vaksin polio Anafilaksis Menangis/ teriak terus menerus Anafilaksis

KIPI Vaksinasi BCG

KIPI ringan (lokal)


abses subkutan regional limfadenopati supuratif limfadenitis

KIPI Vaksinasi BCG

KIPI berat

Osteitis epifisis tulang panjang, bisa terjadi beberapa tahun setelah BCG ( 0,1 30 per 100 000 vaksinasi) Menyebar dan fatal 2 dari 1 juta penerima vaksin (imuno-kompromais) 28 kasus BCG-itis generalisata (24 imunokompromais, 9 AIDS)

HIV simtomatik (AIDS): tidak diberi vaksin BCG

KIPI Vaksinasi Difteria & Tetanus

KIPI ringan

Reaksi lokal
Ringan

sp sedang kemerahan, rasa sakit & pengerasan di tempat suntikan (11 38 %) Abses steril 6 10 kasus per 1 juta vaksinasi

Reaksi sistemik
umumnya

pd vaksinasi booster (0.5 10%) demam, lesu, badan pegal, sakit kepala

KIPI Vaksinasi Difteria & Tetanus KIPI berat

Reaksi alergi

urtikaria generalisata dan reaksi anafilaksis (16 kasus / 1juta) reaksi hipersensitif tipe Arthus hipersensitif thd kompleks imun reaksi lokal berat pd yang hiperimun titer antibodi sudah amat tinggi saat vaksinasi

Neuritis brakhial

Disfungsi lengan bagian atas (N. plexus) tanpa terkena struktur SSP dan perifer lainnya (0.5 1 kasus per 100 000 vaksinasi). Biasanya berkaitan dg dosis multipel

Sindrom Guillain-Barre

Timbul dl kurun waktu 6 minggu pasca vaksinasi. Studi pd 306 kasus menyimpulkan bahwa kalaupun berhubungan kausal hal itu sangat langka

KIPI Vaksinasi Pertusis


Reaksi lokal & sistemik

Kemerahan, edema, indurasi, nyeri di tempat suntikan, rewel, anoreksia, muntah, menangis, demam ringan sp sedang. Terjadi beberapa jam setelah vaksinasi dan sembuh spontan tanpa gejala sisa Pembengkakan seluruh paha atau lengan atas pernah terjadi setelah booster vaksin pertusis aseluler. Paha bengkak dapat disertai dg eritema, rasa sakit & demam 1 4 % setelah dosis ke-5 DPaT

Keseluruhan rx lokal & sistemik pd DPaT secara signifikan lebih sedikit dpd DPwT
Abses steril / bakteriel pd tempat suntikan jarang. Penyebab abses steril tidak diketahui.

KIPI Vaksinasi Pertusis

Reaksi alergi

Anafilaksis pd DPT 2 per 100 000 vaksinasi Rx alergi pd DPaT tidak diketahui angka kejadiannya

Kejang

Kejang dlm 48 jam DPwT estimasi 1 per 1750 suntikan: kejang demam sederhana Faktor predisposisi : riwayat kejang baik individu maupun di keluarga, berlatar belakang penyakit dg kejang

Temperatur 40.5 C

0.3 % penerima vaksin dl 48 jam Pd DPaT jauh lebih kecil

KIPI Vaksinasi Pertusis

Episod hiporesponsif-hipotonik (HHE)

Kolaps atau keadaan spt renjatan (shock-like state) terjadi pd 1 per 1750 pemberian DPwT. Rate 3.5 291 kasus per 100 000 vaksinasi Pada DPaT belum diketahui Pada penelitian efikasi : secara signifikan kurang daripada DPwT Pd studi follow up tidak terbukti ada kecacatan nerologis atau gangguan intelektual pd episode hipoitonik hiporesponsif

Menangis berkepanjangan

Menangis kuat atau berteriak terus menerus selama 3 jam lebih dalam waktu 48 jam setelah vaksinasi DPwT (1 dari 100 vaksinasi) Pd DPaT secara signifikan kurang dari itu

KIPI Vaksinasi polio

KIPI ringan & sedang : tidak ada KIPI berat

Lumpuh layu akibat virus vaksin (VAPP) Lumpuh layu akut 4 30 hari setelah OPV Lumpuh layu akut 4 75 hari set kontak dg penerima OPV defisit neurologik 60 hari setelah onset meninggal Rate 1 kasus per 1.4 3.4 juta dosis vaksin kasus lebih banyak setelah dosis pertama WHO Collaborative study Kasus pd penerima : 1/5.9 juta dosis vaksin Kasus pd kontak : 1/6.7 juta dosis vaksin

KIPI vaksinasi campak


KIPI ringan-sedang

Reaksi lokal : nyeri di tempat suntikan, sembuh dalam 23 hr Reaksi sistemik Demam hari ke 612 selama 12 hari (sp 5 hari), temp > 39.4 C (pada 5-15 % kasus) Ruam kulit hari ke 710, 2 hari ( 5% kasus)

KIPI berat

Reaksi alergi Reaksi hipersensitivitas: urtikaria di daerah suntikan akibat komponen isi vaksin, jarang, ringan Anafilaksis jarang Riwayat alergi telor : risiko anafilaktik vaksin yg mengandung campak (MMR) rendah

KIPI Vaksinasi Campak


KIPI berat
Trombositopenia (transient):1/25000500.000 MMR ada hubungannya dg trombosito penia 2 bulan pasca vaksinasi: 2-3 mgg Lebih sering terjadi pada mereka yang pernah mengalami trombositopenia Tidak pernah ada laporan kematian diakibatkan trombositopenia pasca vaksinasi MMR

KIPI Vaksinasi Campak


KIPI berat
Ensefalitis & ensefalopati < 1 per 1 juta dosis Ensefalomielitis infeksi campak alami: 1 dari 1000 pasien, 50% mengalami kerusakan SSP permanen. Dipengaruhi reaksi imunologik, ditakutkan reaksi yg sama terjadi pada virus vaksin. US IOM : tidak cukup bukti kejadian untuk menerima maupun menolak hubungan kausalitas (1994)

Inggris : British National Childhood Encephalopathy Study (NCES) dalam pemantauan 10 tahun tidak mendapatkan peningkatan risiko kelainan neurologik permanen setelah imunisasi campak (1997)

KIPI Vaksinasi Mumps


Jarang Reaksi berlangsung sementara Kejang demam, tuli saraf Meningitis, ensefalitis Ruam kulit, pruritis, purpura semuanya tidak ada hub kausal Orkitis & parotitis : jarang Reaksi allergi : jarang Komponen vaksin ( neomisin/gelatin): kadang-kadang terjadi Alergi berat (anafilaksis) : sangat jarang

KIPI Vaksinasi Rubela

MMR Demam 5 15 % , hari ke 512 Ruam kulit 5 % Limfadenopati ringan sering terjadi Nyeri sendi 0.5 % pd anak Artralgia 25% & artritis 10% (remaja putri) Parestesia & nyeri lengan dan tungkai Manifestasi SSP pernah dilaporkan tetapi tidak ada hubungan kausal Trombositopenia

KIPI Hepatitis B

KIPI ringan
Temperatur Rasa

> 37.7 C

sakit Eritema Bengkak Nyeri kepala

16% 3 29 % 3% 3% 3%

Semua berakhir kurang dari 48 jam

KIPI Hepatitis B

KIPI berat

Reaksi Anafilaksis

Angka kejadian 1 per 600 000 vaksinasi Vaksinasi selanjutnya indikasi kontra bila riwayat anafilaksis vaksinasi sebelumnya GBS dilaporkan terjadi 0.5 per 100 000 penerima vaksin, tanpa kematian & kasus semuanya dewasa Adverse Events Reporting System 1991-1994 : tidak ada KIPI pada neonatus & bayi yg mendapat vaksin Hep B. Setidaknya 12 juta vaksin telah diberikan untuk kelompok umur tsb (1999)

Sindrom Guillain-Barre

KIPI vaksin Tifoid

Vaksin polisakarida (ViCPS) S. typhi galur Ty21a KIPI ringan : reaksi vaksin Demam : 01 % Nyeri kepala :1.53 % Eritema/indurasi > 1 cm: 7% KIPI berat : tidak pernah ada laporan

KIPI vaksin Varisela


KIPI sedang : reaksi vaksin

Umur 12 bulan 12 tahun Demam (39C) : 14.7% Keluhan sekitar tempat suntikan : 19.3 % berupa : rasa sakit / pegal, pembengkakan, eritema, rash, pruritus, hematoma, indurasi, kaku Ruam papulovesikular di daerah suntikan : 3.4 %, terjadi 5 26 hari pasca vaksinasi Kejang demam < 0.1%, tidak ada hubungan kausal dg vaksinasi

KIPI vaksin Varisela


KIPI sedang : reaksi vaksin

Umur lebih dari 13 tahun demam 10,2% nyeri di tempat suntikan 24,4% ruam papulovesikular di daerah suntikan 3%, rata-rata 2 buah lesi, 620 hari pasca vaksinasi ruam tidak terlokalisasi 5,5%, rata-rata 5 buah, 721 hari pasca vaksinasi

Tata laksana KIPI


Deteksi

dan pelaporan Investigasi KIPI Analisis Data KIPI Tindak lanjut Evaluasi

Deteksi dan pelaporan


Tujuan

Deteksi dini dan respons yang cepat & tepat terhadap kejadian KIPI, untuk meminimalkan dampak negatif terhadap program imunisasi & kesehatan Indikator kualitas program imunisasi, meningkatkan kredibilitas program imunisasi

Menampilkan data aktual tentang risiko imunisasi di suatu negara

Pelaporan KIPI

Identifikasi Koreksi Mencegah

Kesalahan program

Menilai kredibilitas program imunisasi Membedakan koinsidens dengan kejadian lainnya Usaha efektif untuk memonitor keamanan vaksin Kesadaran akan risiko vaksin di kalangan profesi dan masyarakat

Alur Tatalaksana KIPI


Penemuan kasus
24 jam

Pelacakan

Analisis

identitas tunggal/kelompok ada kasus lain klasifikasi penyebab pengobatan komunikasi

Informasi dari ortu / masyarakat Petugas kes Kepala Puskesmas Komda PP-KIPI

Tindak lanjut

Puskesmas

perbaikan mutu pelayanan


Evaluasi tatalaksana kasus pemantauan KIPI
Evaluasi

Alur pelaporan & pelacakan KIPI


Menteri Kesehatan
Ditjen PPM & PL
Komnas PP-KIPI Komda PP-KIPI
Propinsi

Subdit Imunisasi

DinKes Propinsi

Komda PP-KIPI
Kabupaten

DinKes Kab/Kota Puskesmas Masyarakat

Rumah Sakit

KIPI yang Perlu Dilaporkan


Dalam 24 jam Anafilaktoid Anafilaksis Teriak-teriak 3 jam Hipotonik- hipoSindrom syok toksik responsif Reaksi lokal hebat Sepsis Abses di daerah suntikan

Dalam 5 hari

Dalam 15 hari

Kejang Ensefalopati Dalam 1-3 Lumpuh layu Neuritis brakhial bulan Trombositopenia 1-12 bln pasca Limfadenitis Infeksi BCG BCG diseminata Osteitis/Osteomielitis Tidak terbatas Kematian, rawat inap, kejadian yg langka & berat waktu diperkirakan berkaitan dg imunisasi

Isi Laporan KIPI

Identitas Jenis vaksin Penanggung jawab Gejala klinis & pengobatan Saat imunisasi : jam, hari, tanggal. Saat terjadinya KIPI : jam, hari, tanggal. Riwayat imunisasi terdahulu Pemeriksaan penunjang Prognosis Aspek hukum Kronologis (cara penyelesaian KIPI)

Langkah-langkah pelacakan KIPI


1. Pastikan informasi dari laporan

Catatan medik pasien Periksa yg jelas data pasien, data kejadian dari catatan medik, dan data informasi Lengkapi kekurangan yg ada pd formulir laporan KIPI Riwayat imunisai Riwayat medis sebelumnya, reaksi yg sama sebelumnya, reaksi alergi lain Riwayat keluarga dg kejadian yg sama Riwayat kejadian, deskripsi klinis, hasil laborat yg relevan dg KIPI, diagnosis kejadian Tindakan, apakah dirawat, hasilnya bagaimana

2. Pelacakan & kumpulkan data

Ttg pasien

Ttg kejadian

2. Pelacakan &

kumpulkan data Ttg tersangka vaksin

Langkah-langkah pelacakan KIPI


Catatan medik pasien Vaksin dikirim dl keadaan bagaimana, kondisi penyimpan-an, keadaan vaccine vial monitor, catatan suhu lemari es Pengelolaan vaksin dilevel rantai pendingin lebih atas, kartu suhu Apakah ada orang lain yg dapat vaksinasi dari vaksin yg sama & menimbulkan penyakit Apakah ada orang lain dg penyakit yg sama

Ttg orang lain

Langkah-langkah pelacakan KIPI


3. Menilai pelayanan

Penyimpanan & distribusi vaksin & pelarut Pembuangan limbah Pelarutan vaksin (proses & waktu/jam dilakukan) Penggunaan &sterilisasi semprit & jarum Penyimpanan dalam lemari es, apa saja yg disimpan Prosedur vaksinasi Vial yg sudah terbuka tampak terkontaminasi Jumlah imunisasi Pelatihan, supervisi & pelaksana imunisasi Kemungkinan penyebab kejadian Apakah kasus cocok dg hipotesis kerja Tes laboratorium kadang diperlukan Buat kesimpulan, lengkapi formulir investigasi KIPI Lakukan tindakan koreksi & rekomendasikan tindak lanjut.

4. Rumuskan suatu hipotesis kerja 5. Menguji hipotesa kerja 6. Menyimpulkan pelacakan

Analisis Lapangan Dilakukan bersama dengan KOMDA PP KIPI propinsi/ Kabupaten


Analisis Kausatif Dilakukan oleh KOMNAS PP KIPI Pusat yang beranggotakan pakar multidisiplin

Tindak lanjut

Penanganan kasus (sederhana sulit) diagnosis, pengobatan, kapan merujuk kasus berat Komunikasi dg orang tua & anggota masyarakat untuk meredakan kecemasan Pelaporan : KIPI berat harus segera dilaporkan & pd saat yg sama dilakukan investigasi Melakukan perbaikan apabila sudah dideteksi apa yg harus dilakukan Koreksi thd masalah logistik, pelatihan, supervisi

Tindak Lanjut (setelah investigasi selesai)


Reaksi vaksin
Bila angka kejadian reaksi vaksin / lot tertentu lebih tinggi daripada yang diprediksi, perlu informasi dari produsen vaksin & konsultasi dg WHO - melenyapkan lot vaksin tadi - merubah spesifikasi pembuatan atau kontrol kualitas vaksin - menyediakan vaksin dari produsen lain

Kesalahan program
Memperbaiki penyebab kesalahan Memperbaiki logistik penyediaan vaksin - memperbaiki prosedur pelayanan kesehatan - melatih tenaga kesehatan - mengintesifkan supervisi

Tindak Lanjut (setelah investigasi selesai)


Reaksi suntikan Ciptakan lingkungan kerja yg nyaman, perhatian khusus utk anak yg ketakutan Koinsidens Ciptakan komunikasi yang baik, untuk mempengaruhi masyarakat bahwa yg terjadi adalah faktor kebetulan Muncul masalah apabila sudah beredar kepercayaan bahwa kejadian itu akibat imunisasi Tidak diketahui Memang ada yang tidak bisa diketahui Diperlukan tenaga ahli untuk meneliti lebih lanjut

Evaluasi
Tata laksana & pemantauan

Pelaporan
waktu kelengkapan ketepatan

Kecepatan investigasi di lapangan Tindakan adekuat yang diambil untuk menghindari terjadinya lagi program eror KIPI tidak mengganggu program imunisasi

Evaluasi
Laporan kemajuan survailens KIPI
Laporan tahunan (annual report) Jumlah laporan KIPI yg diterima Jumlah KIPI berdasar antigen yang diberikan Klasifikasi lapangan KIPI KIPI berat yg sangat jarang Kejadian langka lainnya

Pencegahan Terjadinya KIPI

Mencegah KIPI akibat reaksi vaksin


Indikasi kontra diperhatikan Vaksin hidup tidak diberikan pada anak dgn defisiensi imun Orang tua diajar menangani reaksi vaksin yang ringan & dianjurkan segera kembali apabila ada reaksi yg mencemaskan Parasetamol dapat diberikan 4 x sehari untuk mengurangi gejala demam & rasa sakit Mengenal dan dapat mengatasi reaksi anafilaksis Sesuaikan dengan reaksi ringan/berat yg terjadi atau harus dirujuk ke RS dengan fasilitas lengkap

Pencegahan Terjadinya KIPI

Mencegah KIPI akibat program eror


Gunakan alat suntik steril untuk setiap suntikan Gunakan pelarut vaksin yg sudah disediakan oleh produsen vaksin Vaksin yg sudah dilarutkan harus segera dibuang setelah acara imunisasi selesai, BCG setelah 3 jam, campak setelah 8 jam & jangan ditunda Dalam lemari pendingin tidak boleh ada obat lain selain vaksin Pelatihan dan supervisi yg baik

Program eror dilacak, agar tidak terulang kesalahan yg sama

Pencegahan Terjadinya KIPI

Mencegah KIPI akibat reaksi suntikan


Teknik penyuntikan Suasana tempat penyuntikan Atasi rasa takut yg muncul pada anak yg lebih besar

Pencegahan Terjadinya KIPI


KIPI Kebetulan (koinsidens) Kejadian kebetulan sudah bisa diperkirakan

jumlah

populasi insidens penyakit insidens kematian (angka kematian bayi) cakupan imunisasi & jumlah episode imunisasi

Kesimpulan

KIPI adalah risiko program imunisasi Pelaksanaan imunisasi yang baik akan mengurangi KIPI Diperlukan pengetahuan imunisasi yang mendalam

Penanganan KIPI yang baik dan komprehensif akan menunjang program imunisasi yang baik pula

Anda mungkin juga menyukai