Definisi KIPI
Semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam kurun satu bulan setelah imunisasi Diperkirakan sebagai akibat dari imunisasi
Penyakit
Vaksinasi berhenti
INCIDENCE
Cakupan vaksinasi
Letupan penyakit
KIPI
Eradikasi
MATURITY
Klasifikasi KIPI
Klasifikasi Lapangan
(Field Classification, WHO 1999)
Klasifikasi Kausalitas
(Evidence Bearing on Causality, IOM 1991&1994)
Reaksi Vaksin Kesalahan Program / Teknik Pelaksanaan Imunisasi Reaksi Suntikan Kebetulan Tidak diketahui
Klasifikasi lapangan dipakai pd pencatatan & pelaporan KIPI
HiB
Hepatitis B
5-15 %
Dewasa ~ 15 % Anak ~ 5%
2-10 %
1-6 %
Campak / MMR
Polio oral
~ 10 %
-
5-15 %
<1%
5 % (ruam)
<1%
Tetanus/DT/Td
Pertusis (DPwT)
~ 10 %
10-50 %
~ 10 %
10-50 %
~ 25 %
25-55%
Reaksi vaksin
Limfadenitis supuratif Osteitis BCG Infeksi BCG disiminata Belum pernah ada laporan Anafilaksis Kejang demam Trombositopenia Reaksi anafilaktoid Syok Anafilaksis Ensefalopati
Interval onset
2 6 bulan 1 12 bulan 1 12 bulan 0 1 jam 5 12 hari 15 35 hari 0 1 jam -
OPV
Tetanus
4 30 hari
2 28 hari 0 1 jam 1 6 minggu
1,4 3,4
5 10 0.4 10 6 - 10
Tetanus-difteria
Pertusis
Perkiraan KIPI
Infeksi
Pemakaian ulang alat suntik / jarum Sterilisasi tidak sempurna Vaksin / pelarut terkontaminasi Pemakaian sisa vaksin utk beberapa sesi vaksinasi
Pemakaian pelarut vaksin yg salah Memakai obat sebagai vaksin atau pelarut vaksin
Abses lokal di daerah suntikan Sepsis, sindrom syok toksik, Infeksi penyakit yg ditularkan lewat darah : hepatitis, HIV Abses lokal karena kurang kocok Efek negatif obat mis. insulin Kematian Vaksin tidak efektif
Perkiraan KIPI
Reaksi lokal / abses Reaksi lokal / abses Kerusakan N Sciaticus
Reaksi lokal akibat vaksin beku Vaksin tidak aktif (tidak potent) Tidak terhindar dari reaksi yg berat
Kejadian yang timbul, terjadi secara kebetulan setelah imunisasi Ditemukan kejadian yang sama di saat bersamaan pada kelompok populasi setempat tetapi tidak diimunisasi Vaksin disalahkan sebagai penyebabnya
Tidak terdapat bukti hubungan kausal Bukti tidak cukup untuk menerima/menolak hubungan kausal Bukti memperkuat penolakan hubungan kausal Bukti memperkuat penerimaan hubungan kausal Bukti memastikan hubungan kausal
Klasifikasi kausalitas penting untuk analisis kasus KIPI. Sebelum mempunyai klasifikasi nasional maka klasifikasi kausalitas ini dapat dipakai sebagai acuan untuk klasifikasi kausalitas KIPI di Indonesia
Kategori 2 : Bukti tidak cukup untuk menerima / menolak hubungan kausal Kejang selain spasme infantil Demielinisasi SSP Mononeuropati Artritis Eritema multiforme Ensefalopati SSPE Kejang Tuli sensoris Neuritis optik Mielitis transversal Sindr GB Mielitis OPV Sindr GB(IPV) SIDS Meningitis aseptik Eritema multiform Sindrom GB Anemia hemolitik Diabetes juvenil Peny gangguan perhatian & belajar Mononeuropati Trombositopeni Sindrom GB Demielinisa si SSP Artritis SIDS Sindrom GB Mielitis Trombositopenia Anflaksis SIDS
KIPI berat
Osteitis epifisis tulang panjang, bisa terjadi beberapa tahun setelah BCG ( 0,1 30 per 100 000 vaksinasi) Menyebar dan fatal 2 dari 1 juta penerima vaksin (imuno-kompromais) 28 kasus BCG-itis generalisata (24 imunokompromais, 9 AIDS)
KIPI ringan
Reaksi lokal
Ringan
sp sedang kemerahan, rasa sakit & pengerasan di tempat suntikan (11 38 %) Abses steril 6 10 kasus per 1 juta vaksinasi
Reaksi sistemik
umumnya
pd vaksinasi booster (0.5 10%) demam, lesu, badan pegal, sakit kepala
Reaksi alergi
urtikaria generalisata dan reaksi anafilaksis (16 kasus / 1juta) reaksi hipersensitif tipe Arthus hipersensitif thd kompleks imun reaksi lokal berat pd yang hiperimun titer antibodi sudah amat tinggi saat vaksinasi
Neuritis brakhial
Disfungsi lengan bagian atas (N. plexus) tanpa terkena struktur SSP dan perifer lainnya (0.5 1 kasus per 100 000 vaksinasi). Biasanya berkaitan dg dosis multipel
Sindrom Guillain-Barre
Timbul dl kurun waktu 6 minggu pasca vaksinasi. Studi pd 306 kasus menyimpulkan bahwa kalaupun berhubungan kausal hal itu sangat langka
Kemerahan, edema, indurasi, nyeri di tempat suntikan, rewel, anoreksia, muntah, menangis, demam ringan sp sedang. Terjadi beberapa jam setelah vaksinasi dan sembuh spontan tanpa gejala sisa Pembengkakan seluruh paha atau lengan atas pernah terjadi setelah booster vaksin pertusis aseluler. Paha bengkak dapat disertai dg eritema, rasa sakit & demam 1 4 % setelah dosis ke-5 DPaT
Keseluruhan rx lokal & sistemik pd DPaT secara signifikan lebih sedikit dpd DPwT
Abses steril / bakteriel pd tempat suntikan jarang. Penyebab abses steril tidak diketahui.
Reaksi alergi
Anafilaksis pd DPT 2 per 100 000 vaksinasi Rx alergi pd DPaT tidak diketahui angka kejadiannya
Kejang
Kejang dlm 48 jam DPwT estimasi 1 per 1750 suntikan: kejang demam sederhana Faktor predisposisi : riwayat kejang baik individu maupun di keluarga, berlatar belakang penyakit dg kejang
Temperatur 40.5 C
Kolaps atau keadaan spt renjatan (shock-like state) terjadi pd 1 per 1750 pemberian DPwT. Rate 3.5 291 kasus per 100 000 vaksinasi Pada DPaT belum diketahui Pada penelitian efikasi : secara signifikan kurang daripada DPwT Pd studi follow up tidak terbukti ada kecacatan nerologis atau gangguan intelektual pd episode hipoitonik hiporesponsif
Menangis berkepanjangan
Menangis kuat atau berteriak terus menerus selama 3 jam lebih dalam waktu 48 jam setelah vaksinasi DPwT (1 dari 100 vaksinasi) Pd DPaT secara signifikan kurang dari itu
Lumpuh layu akibat virus vaksin (VAPP) Lumpuh layu akut 4 30 hari setelah OPV Lumpuh layu akut 4 75 hari set kontak dg penerima OPV defisit neurologik 60 hari setelah onset meninggal Rate 1 kasus per 1.4 3.4 juta dosis vaksin kasus lebih banyak setelah dosis pertama WHO Collaborative study Kasus pd penerima : 1/5.9 juta dosis vaksin Kasus pd kontak : 1/6.7 juta dosis vaksin
Reaksi lokal : nyeri di tempat suntikan, sembuh dalam 23 hr Reaksi sistemik Demam hari ke 612 selama 12 hari (sp 5 hari), temp > 39.4 C (pada 5-15 % kasus) Ruam kulit hari ke 710, 2 hari ( 5% kasus)
KIPI berat
Reaksi alergi Reaksi hipersensitivitas: urtikaria di daerah suntikan akibat komponen isi vaksin, jarang, ringan Anafilaksis jarang Riwayat alergi telor : risiko anafilaktik vaksin yg mengandung campak (MMR) rendah
Inggris : British National Childhood Encephalopathy Study (NCES) dalam pemantauan 10 tahun tidak mendapatkan peningkatan risiko kelainan neurologik permanen setelah imunisasi campak (1997)
Jarang Reaksi berlangsung sementara Kejang demam, tuli saraf Meningitis, ensefalitis Ruam kulit, pruritis, purpura semuanya tidak ada hub kausal Orkitis & parotitis : jarang Reaksi allergi : jarang Komponen vaksin ( neomisin/gelatin): kadang-kadang terjadi Alergi berat (anafilaksis) : sangat jarang
MMR Demam 5 15 % , hari ke 512 Ruam kulit 5 % Limfadenopati ringan sering terjadi Nyeri sendi 0.5 % pd anak Artralgia 25% & artritis 10% (remaja putri) Parestesia & nyeri lengan dan tungkai Manifestasi SSP pernah dilaporkan tetapi tidak ada hubungan kausal Trombositopenia
KIPI Hepatitis B
KIPI ringan
Temperatur Rasa
> 37.7 C
16% 3 29 % 3% 3% 3%
KIPI Hepatitis B
KIPI berat
Reaksi Anafilaksis
Angka kejadian 1 per 600 000 vaksinasi Vaksinasi selanjutnya indikasi kontra bila riwayat anafilaksis vaksinasi sebelumnya GBS dilaporkan terjadi 0.5 per 100 000 penerima vaksin, tanpa kematian & kasus semuanya dewasa Adverse Events Reporting System 1991-1994 : tidak ada KIPI pada neonatus & bayi yg mendapat vaksin Hep B. Setidaknya 12 juta vaksin telah diberikan untuk kelompok umur tsb (1999)
Sindrom Guillain-Barre
Vaksin polisakarida (ViCPS) S. typhi galur Ty21a KIPI ringan : reaksi vaksin Demam : 01 % Nyeri kepala :1.53 % Eritema/indurasi > 1 cm: 7% KIPI berat : tidak pernah ada laporan
Umur 12 bulan 12 tahun Demam (39C) : 14.7% Keluhan sekitar tempat suntikan : 19.3 % berupa : rasa sakit / pegal, pembengkakan, eritema, rash, pruritus, hematoma, indurasi, kaku Ruam papulovesikular di daerah suntikan : 3.4 %, terjadi 5 26 hari pasca vaksinasi Kejang demam < 0.1%, tidak ada hubungan kausal dg vaksinasi
Umur lebih dari 13 tahun demam 10,2% nyeri di tempat suntikan 24,4% ruam papulovesikular di daerah suntikan 3%, rata-rata 2 buah lesi, 620 hari pasca vaksinasi ruam tidak terlokalisasi 5,5%, rata-rata 5 buah, 721 hari pasca vaksinasi
dan pelaporan Investigasi KIPI Analisis Data KIPI Tindak lanjut Evaluasi
Deteksi dini dan respons yang cepat & tepat terhadap kejadian KIPI, untuk meminimalkan dampak negatif terhadap program imunisasi & kesehatan Indikator kualitas program imunisasi, meningkatkan kredibilitas program imunisasi
Pelaporan KIPI
Kesalahan program
Menilai kredibilitas program imunisasi Membedakan koinsidens dengan kejadian lainnya Usaha efektif untuk memonitor keamanan vaksin Kesadaran akan risiko vaksin di kalangan profesi dan masyarakat
Pelacakan
Analisis
Informasi dari ortu / masyarakat Petugas kes Kepala Puskesmas Komda PP-KIPI
Tindak lanjut
Puskesmas
Subdit Imunisasi
DinKes Propinsi
Komda PP-KIPI
Kabupaten
Rumah Sakit
Dalam 5 hari
Dalam 15 hari
Kejang Ensefalopati Dalam 1-3 Lumpuh layu Neuritis brakhial bulan Trombositopenia 1-12 bln pasca Limfadenitis Infeksi BCG BCG diseminata Osteitis/Osteomielitis Tidak terbatas Kematian, rawat inap, kejadian yg langka & berat waktu diperkirakan berkaitan dg imunisasi
Identitas Jenis vaksin Penanggung jawab Gejala klinis & pengobatan Saat imunisasi : jam, hari, tanggal. Saat terjadinya KIPI : jam, hari, tanggal. Riwayat imunisasi terdahulu Pemeriksaan penunjang Prognosis Aspek hukum Kronologis (cara penyelesaian KIPI)
Catatan medik pasien Periksa yg jelas data pasien, data kejadian dari catatan medik, dan data informasi Lengkapi kekurangan yg ada pd formulir laporan KIPI Riwayat imunisai Riwayat medis sebelumnya, reaksi yg sama sebelumnya, reaksi alergi lain Riwayat keluarga dg kejadian yg sama Riwayat kejadian, deskripsi klinis, hasil laborat yg relevan dg KIPI, diagnosis kejadian Tindakan, apakah dirawat, hasilnya bagaimana
Ttg pasien
Ttg kejadian
2. Pelacakan &
Penyimpanan & distribusi vaksin & pelarut Pembuangan limbah Pelarutan vaksin (proses & waktu/jam dilakukan) Penggunaan &sterilisasi semprit & jarum Penyimpanan dalam lemari es, apa saja yg disimpan Prosedur vaksinasi Vial yg sudah terbuka tampak terkontaminasi Jumlah imunisasi Pelatihan, supervisi & pelaksana imunisasi Kemungkinan penyebab kejadian Apakah kasus cocok dg hipotesis kerja Tes laboratorium kadang diperlukan Buat kesimpulan, lengkapi formulir investigasi KIPI Lakukan tindakan koreksi & rekomendasikan tindak lanjut.
Tindak lanjut
Penanganan kasus (sederhana sulit) diagnosis, pengobatan, kapan merujuk kasus berat Komunikasi dg orang tua & anggota masyarakat untuk meredakan kecemasan Pelaporan : KIPI berat harus segera dilaporkan & pd saat yg sama dilakukan investigasi Melakukan perbaikan apabila sudah dideteksi apa yg harus dilakukan Koreksi thd masalah logistik, pelatihan, supervisi
Kesalahan program
Memperbaiki penyebab kesalahan Memperbaiki logistik penyediaan vaksin - memperbaiki prosedur pelayanan kesehatan - melatih tenaga kesehatan - mengintesifkan supervisi
Evaluasi
Tata laksana & pemantauan
Pelaporan
waktu kelengkapan ketepatan
Kecepatan investigasi di lapangan Tindakan adekuat yang diambil untuk menghindari terjadinya lagi program eror KIPI tidak mengganggu program imunisasi
Evaluasi
Laporan kemajuan survailens KIPI
Laporan tahunan (annual report) Jumlah laporan KIPI yg diterima Jumlah KIPI berdasar antigen yang diberikan Klasifikasi lapangan KIPI KIPI berat yg sangat jarang Kejadian langka lainnya
Indikasi kontra diperhatikan Vaksin hidup tidak diberikan pada anak dgn defisiensi imun Orang tua diajar menangani reaksi vaksin yang ringan & dianjurkan segera kembali apabila ada reaksi yg mencemaskan Parasetamol dapat diberikan 4 x sehari untuk mengurangi gejala demam & rasa sakit Mengenal dan dapat mengatasi reaksi anafilaksis Sesuaikan dengan reaksi ringan/berat yg terjadi atau harus dirujuk ke RS dengan fasilitas lengkap
Gunakan alat suntik steril untuk setiap suntikan Gunakan pelarut vaksin yg sudah disediakan oleh produsen vaksin Vaksin yg sudah dilarutkan harus segera dibuang setelah acara imunisasi selesai, BCG setelah 3 jam, campak setelah 8 jam & jangan ditunda Dalam lemari pendingin tidak boleh ada obat lain selain vaksin Pelatihan dan supervisi yg baik
jumlah
populasi insidens penyakit insidens kematian (angka kematian bayi) cakupan imunisasi & jumlah episode imunisasi
Kesimpulan
KIPI adalah risiko program imunisasi Pelaksanaan imunisasi yang baik akan mengurangi KIPI Diperlukan pengetahuan imunisasi yang mendalam
Penanganan KIPI yang baik dan komprehensif akan menunjang program imunisasi yang baik pula