Secara normatif, penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu tujuan dan sasaran pokok Negara yang harus dipenuhi dan tertuang dalam program pembangunan nasional . Dalam kerangka perencanaan pembangunan, upaya penanggulangan kemiskinan perlu ditempatkan dalam bingkai proses perubahan struktur (transformasi structural) yang sedang berlangsung dalam masyarakat sebagai hasil dari pembangunan Dalam tataran makro, dimensi kemiskinan yang begitu luas mengharuskan setiap upaya penanggulangan kemiskinan dilakukan secara terpadu, terarah dan berkesinambungan dalam program pembangunan baik sektoral, regional dan Nasional. Dalam tataran mikro, model pemberdayaan masyarakat sebagai dasar penanggulangan kemiskinan sangat efektif untuk menjembatani berbagai program pembangunan.
- Terbatasnya Lahan
Pendapatan Rendah
Kemiskinan
Faktor Budaya
- kemalasan
14.56
14.67
14.86
15.43
17.06
17.51
17.97
3.55
3.95
4.77
5.21
5.74
5.93
6.06
6.46
7.50
7.72
7.88
8.07
8.14
8.24
10.06
9.52
9.54
12.30
12.55
12.83
14.24
17 provinsi yang persentase penduduk miskin dibawah rata-rata nasional dan 16 provinsi yang persentase penduduk miskinnya diatas rata-rata nasional.
18.34
11,37 NASIONAL
19.49
20.03
26.67
31.13
18 16 11.66
14
11.37 12
8.00
9.54 8.00 7.50 7.00 6.50 6.00
10 8 6 4 2 0
1,042,163
1,083,400
936,898
805,900
2012
200,000 -
2007
2008
2009
2010
2011
2013
787,660
2014
915,660
835,500
2015
2016
2017
2018
Tingkat kemiskinan Sulawesi Selatan mengalami penurunan setiap tahun selama periode Tahun 2007-2013, yakni dari 14,11% tahun 2007 menjadi 9,54 % pada tahun 2013 atau turun sebesar 4.57% serta berada dibawah rata-rata nasional (11.37%). Namun masih perlu Percepatan dalam menurunkan angka kemiskinan untuk mencapai target Nasional 8-10 %. Target RPJMD Sulsel 2013-2018, menurunkan tingkat kemiskinan sampai 6 - 5 % (2018).
Wilayah Sumatera Pertumbuhan Ekonomi Tingkat Kemiskinan Tingkat Pengangguran 6.2% 11.22% 5.27%
Wilayah Kalimantan Pertumbuhan Ekonomi Tingkat Kemiskinan Tingkat Pengangguran 5.6% 6.39% 5.20%
Tingkat Kemiskinan Nasional 2012 = 11,66 % Tingkat Pengangguran Terbuka 2012 = 6,14 % Wilayah Papua - Maluku Pertumbuhan Ekonomi Tingkat Kemiskinan Tingkat Pengangguran
Papua Barat 2.232 rb 27,04 %
Wilayah Sulawesi Pertumbuhan Ekonomi 8.8% Tingkat Kemiskinan Maluku 12.62% 3.389 4.69% rb Tingkat Pengangguran
20,76 %
9.60% 6.41%
19.22% 4.08%
No No 1. 1.
2
3 4
2
Angkatan Kerja
Pengangguran Terbuka
c. Tingkat Melek Huruf
Jiwa
%
Tahun
3.44
3.53
7.35
3.57
7.84
3.61
87.22
236,926
87.76 3.57
208,983
88.37
8.19
Jiwa
805,920 640.05
3.61
5 3
4 6 5 7 6 7
99.95 312,000
1,031.700 8,19 85.14 10.83 7.78
117.86 314,664
963,570 7,62 99.95 12,57 12.63 6.23
159.427 236,926
835,510 7,16 126.26 19,23 8.59
8 9
8
Inflasi
Inflasi
12.40 23.51
12.40
10.91
2.88
3.39
4.41
6.89 43.59
2.88
16.6
10 9 11 12
2.02 21.89
10
8.19 8.37 7.61 6.23
7.65
Persen
6.22
6.49
6.23
5.92
4.63
Sulsel Nasional
2010 2011 2012 2013
2 2009
Tahun
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Nasional dan cenderung mengalami peningkatan Tahun 2009-2013. Pertumbuhan Sulawesi Selatan selama 5 tahun mengalami peningkatan sebesar 1,42 % lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Nasional 1,29 %.
Strategi
Penanggulangan
Kemiskinan
Pemberdayaan masyarakat
PNPM
KUR
1. Kebijakan program kemiskinan masih parsial (klusterisasi bukan solusi) ; 2. Koordinasi belum efektif antara pemerintahan pusat dan daerah 3. Belum sinergisitas dan terpadunya program antar kementerian dalam mengurangi angka kemiskinan 4. Program yang kurang tepat sasaran karena tidak mengacu pada data by name by address yang akurat 5. Keseragaman program nasional yang tidak berdasarkan spesifik kebutuhan penduduk miskin suatu daerah 6. SDM yang mengelola program dan penyiapan sasaran belum optimal. 7. Anggaran yang besar tidak diikuti dengan penurunan kemiskinan yang signifikan. 8. Implementasi PP No. 19/2010 belum efektif, Provinsi sebagai penyambung dan penghubung kepentingan dan kewenangan yg bersifat Nasional dengan yg bersifat lokal
Pemerintah
Perlindungan & Bantuan Sosial (Berbasis rumah tangga) Pemberdayaan Masyarakat (Berbasis POKMAS)
Dunia Usaha
Masyarakat
Bantuan Modal Pengemb. Usaha Mikro Kecil Bantuan modal untuk wira usaha pedesaan Membangun Industri baru Membuka lapangan kerja baru Peningkatan Kualitas Tenaga Pengajar (Formal & Informal)
Program pendidikan gratis, kualitas tenaga pengajar (Formal dan informal), Program kesehatan gratis , PKH, Jamkesmas Pengembangan usaha dan kewirausahaan melalui pengembangan IKM/UMKM KUR & bantuan modal Program pemberdayaan Masyarakat : PNPM, BLK, dll Pengembangan industri baru berbasis inovasi dan riset . Program rumah bagi masyakat miskin Bantuan bibit pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan dan kehutanan Program Perwilayahan Komoditas (WILKOM), Gerakan Ekspor 2 kali lipat (GRATEKS 2), Gerakan Pembangunan Ekonomi Masyarakat (GERBANG EMAS), GERBANG TASKIN, Gerakan Terpadu Pembangunan Desa (GETARBANGDES) Pengaduan Masyarakat
Meningkatkan sumberdaya manusia Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan petani/ nelayan Membuka lapangan pekerjaan sehingga mengurangi angka pengangguran Mengurangi angka kemiskinan Meningkatkan pendapatan daerah Meningkatkan pelayan publik bagi masyarakat
1. Untuk memastikan tingkat kemiskinan dan pengangguran berkurang, peran Gubernur harus diperkuat Peran
Pusat
Menteri / Menko Lembaga Non Kementerian
- Kebijakan Umum Program - Menetapkan Target Nas. - Anggaran
- Mengkoordinir Perenc. & Pelaks. - Mendistribusikan Target Kab/Kota - Merumuskan --->Kegiatan - Mengalokasikan Anggaran
Daerah
Camat
Lurah/Desa
2. Rakyat tidak layak untuk miskin, negara memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Tata kelola, pemerintah yang mengkoordinasikan 3. Tiga Agenda Tata Kelola Pemerintahan yaitu : 1) Agenda Akademik intelektual solusi tepat masalah kemiskinan. 2) Agenda manajerial : a. Regulasi terarah yang berpihak pada orang miskin. b. Perlu pengkoordinasian yang tepat di Provinsi/ Kab/Kota. c. Local problem must be solved by local government tidak bisa secara Nasional d. Agenda aksi bertahap, terukur dan berkesinambungan. e. Budget anggaran secara jelas mulai dari perencanaan, implementasi sampai pada pengawasan f. Pelibatan langsung masyarakat baik individu maupun kelompok. 3) Agenda Perilaku Leadership dan pemerintahan yang berpihak pada orang miskin bukan orang kaya.
1. Kebijakan penanggulangan kemiskinan sebaiknya melalui pendekatan kewilayahan yang dilakukan secara terpadu (contoh : Getar Bangdes di Sulsel) Gubernur diberi kewenangan dan tangggungjawab yang besar untuk mengkoordinasikan program. 2. Koordinasi dapat lebih efektif apabila dititik beratkan pada tingkat Provinsi Kementerian khusus yang menangani kemiskinan (Kementerian Negara) 3. SDM yang mengelola program dan penyiapan sasaran perlu dipersiapkan lebih awal agar sesuai karakteristik sasaran yang akan dientaskan; 4. Program agar dirumuskan sesuai kebutuhan dan karakteristik wilayah. 5. Anggaran dari Pemerintah (Pusat) hendaknya tidak disalurkan secara parsial (melalui Kementerian) melainkan dalam bentuk Block Grand ke Pemerintah Daerah Anggaran pusat (APBN) agar melalui Gubernur dan mendapat persetujuan Gubernur . 6. Mempertegas implementasi kewenangan Gubernur di daerah agar pengawasan di daerah menjadi efektif (PP No. 19 Tahun 2010).