Virus HIV/AIDS telah merenggut nyawa 493 orang warga jakarta (Ditjen PPM dan PL Depkes).
Angka penularan : 3.902 kasus 60% pengguna jarum suntik. Bogor HIV/AIDS = 365 orang 9 orang meninggal dunia Lampung 2 tahun = 1.300 orang 63 orang meninggal dunia Sidoarjo Th. 2006 Mencapai 120 orang Th. 2005 hanya 60 orang 45 orang meninggal dunia
Papua September 2006 = 2.700 orang 2004 = 1.749 orang Tiap bulan 12 orang tertular Obat habis : ARV sidofudin Lamifudin Napi LP Cipinang : 2004 76 orang meninggal 2005 159 orang meninggal LP Salemba : 2004 58 orang meninggal 2005 179 orang meninggal Solo Januari s/d Oktober 2006 : 38 orang
Tahun 2005 : 14 orang
153 RS di Indonesia pada 32 propinsi Proyeksi tahun 2010 penderita HIV 500 orang Sept 2006 6.587 orang (23,63% meninggal 1.651 orang) Penularan Narkoba suntik 52,6% Heteroseksual 37,2% Homoseksual 4,5% Seluruh propinsi terkena, kecuali Sulawesi Barat HIV dan AIDS HIV = Human Immunodeficiency Virus
AIDS = Acquired Immune Deficiency Syndrom Deficiency AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan HIV.
Virus merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan turun sampai hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. Kasus pertama HIV/AIDS tahun 1987 di Bali Pengguna Narkotik suntikan, sedang (IDU) tahun 1999 Seluruh Propinsi di Indonesia ada HIV tahun 2002. Klasifikasi Klinis Menurut Center for Disease Control and Prevention Atlanta USA
WHO Klasifikasi Klinis HIV/AIDS Kategori Klinis A : Infeksi HIV tanpa gejala Limfadenopati generalisata yang menentap PGL = Persistent Generalized Lymphadenopathy Infeksi HIV akut Riwayat infeksi HIV akut Kategori Klinis B : Infeksi HIV simtomatis Memenuhi salah satu dibawah ini : Kerusakan kekebalan Secara klinis perlu ditangani akibat komplikasi infeksi HIV 1. Menurut CDC Kategori Klinis C Kandidiasis bronki, trakea dan paru Kandidiasis esofagus Kanker leher rahim invasif Coccidiodomycosis menyebar atau di paru Kriptokokosis di luar paru Retinitis virus sitomegalo Ensefalopati yang berhubungan dengan HIV Herpes simpleks dan ulkus kronis lebih sebulan lamanya Bronkitis, esofagitis atau pneumonia Kategori Klinis C Histoplasmosis menyebar atau di luar paru Isosporiasi intestinal kronis lebih sebulan lamanya Sarkoma Kaposi Limfoma imunoblastik Limfoma primer di otak Mycobacterium Avium Complex (MAC) atau M. kansasii tersebar atau diluar paru M. tubercolosis dimana saja (paru atau diluar paru) Kategori Klinis C Mikrobakterium jenis lain atau jenis yang tidak dikenal tersebar atau di luar paru Pneumonia Pneumocystis carinii Pneumonia yang berulang Leukoensefalopati Multifokal Progresif Septikemia salmonella yang berulang Toksoplasmosis di otak Klasifikasi klinis infeksi HIV pada orang dewasa menurut WHO Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas I 1. Asimptomatik 2. Limfadenopati generalisata Asimptomatik, aktifitas normal II
III 3. Berat badan menurun < 10% 4. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan seperti, dermatitis seboroik, prurigo, onikomikosis, ulkus oral yang rekuren, kheilitis angularis 5. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir 6. Infeksi saluran napas bagian atas seperti, sinusitis bakterialis
7. Berat badan menurun > 10% 8. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan 9. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan 10. Kandidiasis orofaringeal 11. Oral hairy leukoplakia 12. TB paru dalam tahun terakhir 13. Infeksi bakterial yang berat seperti pneumonia, piomiosotos Simptomatik, aktifitas normal
Pada umumnya sangat lemah aktivitas di tempat tidur lebih dari 50% Klasifikasi klinis infeksi HIV pada orang dewasa menurut WHO Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas IV 14. HIV wasting syndrome seperti yang didefinisikan oleh CDC 15. Pneumonia Pneumocystis carinii 16. Toksoplasmosis otak 17. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan 18. Kriptokokosis ekstrapulmonal 19. Retinitis virus sitomegalo 20. Herpes simpleks mukokutan > 1 bulan 21. Leukoensefalopati multifokal progresif 22. Mikosis diseminata seperti histoplasmosis 23. Kandidiasis di esofagus, trakea, bronkus dan paru 24. Mikobakteriosis atipikal diseminata 25. Septisemia salmonelosis non tifoid 26. Tuberkulosis diluar paru 27. Limfoma 28. Sarkoma Kaposi 29. Ensefalopati HIV** Pada umumnya sangat lemah aktivitas di tempat tidur lebih dari 50% HIV mempunyai ensim reverse transcriptase enzim yang memungkin- kan virus mengubah informasi genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam bentuk DNA yang kemudian diintegrasikan ke dalam informasi genetik sel limfosit yang diserang.
Jadi HIV memanfaatkan mekanisme sel limfosit untuk mengkopi dirinya menjadi virus baru yang memiliki ciri-ciri HIV. 8 varian utama HIV : Subtipe A Subtipe B Subtipe C Subtipe D Subtipe E Subtipe F Subtipe G Subtipe H Di Kamerun subtipe O Tahun 1997 subtipe J Tahun 1998 subtipe N Suntikan Narkoba subtipe B dan E HIV ditemukan di : Sel limfosit T Sel limfosit B Sel makrofag Monosit Berbagai cairan tubuh HIV menyerang limfosit T helper yang Memiliki reseptor CD 4. Dipermukaan. Fungsi limfosit T helper : Menghasilkan zat kimia perangsang pertumbuhan, pembentukan sel-sel lain dalam sistem imun Pembentukan antibodi HIV ditularkan melalui : Darah Sperma Air susu Ibu Perjalanan Penyakit HIV/AIDS Infeksi virus (2-3 minggu)
Sindrom retro viral akut (2-3 minggu)
Gejala menghilang + serokonversi
Infeksi kronis HIV asimtomatis (rata-rata 8 tahun)
Infeksi HIV/AIDS simtomatik (rata-rata 1,3 tahun)
Kematian CD4 < 200/mm3 infeksi oportunistik Kanker Komplikasi neurologi CD4 turun, RNA HIV plasma naik ODHA Tanpa pengobatan ARV CD4 < 200 mm3 Prognosis buruk 3,7 tahun Window period (periode jendela) Antibodi HIV : negatif Virus banyak dalam darah pasien Menular melalui darah donor, pertukaran jarum suntik, hubungan seksual. Kelainan kulit terkait HIV/AIDS 1. Infeksi virus : Herpes Zoster Veruca Vulgaris Condyloma acuminata Oral Hairy (Leukoplokia e.c. Virus Epstein bar) Kelainan kulit terkait HIV/AIDS 2. Infeksi bakteri : Folikulitis Furunkulosis Impetigo TBC kulit 3. Infeksi jamur : Kandidiasis Dermatofitosis Histoplasmosis Peniciliosis Kriptokokosis Kelainan kulit terkait HIV/AIDS 4. Infeksi parasit : Scabies 5. Dermatitis non spesifik : Sindrom Stevens Johnson Psoriosis Xerosis Erupsi papular pruritik 6. Kanker : Sarkoma kaposi Limfoma non Hodgkin Pemeriksaan Laboratorium Tes langsung terhadap HIV Tidak langsung, dengan menemukan antibodi : Lebih murah Lebih cepat Spesifisitas setara tes langsung Cara memeriksa 1. Tes inisial = A1. Dengan Rapid Tes 2. Tes tambahan = A2 dan A3, Pemeriksaan Laboratorium strategi III A2 : Dengan enzym-linked immuno sorbent assay = Elisa Rapid tes sensitifitas lebih tinggi Cara memeriksa 3. Bila ada tes konfirmasi maka jadi A3 : Western Blot (WB) Indirect immuno fluorescence Assay (IFA) Radio-Immuno Precipitation Assays (RIPA) Viral Lysate Recombinant Poly Peptides) PCR = Poly Merase Chain Reactions Setiap Tes : Konseling Pra-Tes Konseling Pasca tes Informed Consent Cara memeriksa 4. Tes jumlah CD 4 dan Viral Load, CD4 > 500/ml = belum rusak CD4 < 200/m = infeksi AIDS. 5. Jumlah limfosit total Laboratorium yang lain : Darah lengkap Urine lengkap Feses lengkap LFT Fungsi ginjal Terapi Penyakit oportunistik, tergantung pada penyakitnya Profilaktis : Dasar : Klinis, CD4 dan limfosit total Profilaktis primer : belum ada infeksi oportunistik Profilaktis sekunder : Infeksi oportunistik Sembuhd ari infeksi CD4 rendah CD4 membaik Obat-obatan : ART : anti retroviral terapi CD4 < 200 Ada 3 golongan ARV bertujuan Menghambat replikasi HIV Mengurangi viral Load Ada 3 golongan ARV bertujuan 1. NRTI (Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor) menghambat proses RNA virus DNA) Zidovudine (ZDV, AZT) Lamivudine (3TC) Didanosine (DDL) Zalcitabine (ddc) Stavudine (d4T) Abacavir (ABC) Ada 3 golongan ARV bertujuan 2. NNRTI (Non NRTI) Nevirapine (NVP) Efavirenz (EFV) Delavirdine (DLV) Ada 3 golongan ARV bertujuan 3. PI (Protease Inhibitor) memotong rantai panjang asam amino Indinavir (IDV) Nelfinavir (SQR) Ritonavir (APV) Amorenavir (APV) Lopinavir/Ritonavir (LPV/r). Strategi I Pengamanan transfusi darah, transplantasi organ, surveilans A1 A1 + A1 - Anggap positif 2 Laporkan negatif Strategi II Untuk Surveeilans, Diagnosis A1 A1 + A1 - Laporkan negatif A2 A1 + A2- A1 + A2 +
Anggap interminate 5 Anggap negatif 6 MEMBUNUH PEMBAWA PESAN Andrew Z. Fire & Craig C. Mello RNA Interence Metode membungkam gen dengan RNA untai ganda Genom bekerja dengan mengirimkan informasi dari DNA untau ganda di inti sel. Informasi itu dibawa mRNA (RNA messenger) untai ganda dan digunakan untuk memandu proses sintesis protein di sitoplasma. 1. Dogma Sentral 2. Eksperimen RNA pembawa kode protein otot disuntikan ke Cacing C. Elegans. RNA untai tunggal tak berpengaruh. Namun, ketika RNA untai ganda disuntikkan, cacing berkedut dengan cara yang sama dengan cacing yang membawa gen cacat protein otot. 3. Mekanisme RNAi RNA interence (RNAi) adalah mekanisme biologis penting dalam pengaturan kespresi gen RNA untai ganda terikat pada Protein pemotong Protein pemotong ini membelah RNA untai ganda menjadi potong- An yang lebih kecil. Satu untai RNA dimasukkan ke RNA- Induced silencing complex (RISC), Yang memicu pembungkaman Untai ini menghubungkan RNA Kompleks itu ke mRNA sesuai Dengan pasangan dasarnya. mRNA dipisahkan dan dihancurkan Akibat hancurnya ini, tidak ada Protein yang bisa disintesis. 4. Berbagai Proses dalam Sel Menggunakam RNA Interference A. Ketika sebuah virus RNA menginfeksi, dia menyuntikan genomnya yang berisi RNA untai ganda. RNA interence menghancurkan RNA virus dan mencegah pembentukan kelompok virus baru. 4. Berbagai Proses dalam Sel Menggunakam RNA Interference B. Sintesis beragam protein dikendalikan gen pengkode microRNA. Setelah proses itu berlangsung, microRNA menghalangi translasi mRNA menjadi protein. 4. Berbagai Proses dalam Sel Menggunakam RNA Interference C. Dalam laboratorium riset, molekul RNA untai ganda direkayasa untuk diaktifkan RISC. Pengaktifan ini menyebabkan mRNA gen tertentu rusak.