dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar sendiri atau pada hipotalamus. (Robbins Cotran Kumar) Hipopituitarisme mengacu kepada keadaan sekresi beberapa hormon hipofisis anterior yang sangat rendah. (Elizabeth C Erorwin) Hipopituitarisme adalah hiposekresi satu atau lebih hormon hipofise anterior. (Barbara C. Long) Anatomi dan Fisiologi Hipofise terletak di sella tursika, dari tulang belakang sphenoid yang ada dibagian dasar tengkorak. Berbentuk oval dengan diameter kira- kira 1 cm dengan berat 0,5 gram Terbagi dari 2 lobus : Hipofisis Anterior : Adenohipofisis ( 2/3 bagian dari hipofisis ). Hipofisis Posterior : Neurohipofisis ( 1/3 bagian dari hipofisis ). Patofisiologi Defesiensi hormon hipofise dapat terjadi dari 3 jalur: Kelainan di dalam kelenjar yang dapat merusak sel-sel sekretorik Kelainan di dalam atau yang berdekatan dengan tangkai hipofise dimana dapat menyebabkan penghentian penyebaran faktor-faktor yang berasal dari hipotalamus Kelainan di dalam hipotalamus sendiri dimana dapat merusak pelepasan bahan pengatur pada hipofise depan. Etiologi Penyebab yang secara primer mempengaruhi kelenjar hipofisa (hipopituitarisme primer): Tumor hipofisis anterior Berkurangnya aliran darah ke hipofisa Metastasis tumor Autoimun Penyinaran Kelainan granulomatosa : - Sarkoidosis - Pendarahan post partum (sindrom Sheehan) Penyebab yang secara sekunder mempengaruhi hipotalamus (hipopituitarisme sekunder): Tumor hipotalamus Peradangan Cedera kepala Kerusakan pada hipofisa, pembuluh darah maupun sarafnya akibat pembedahan. Kasus Cebol ( Dwarfism ) Dwarfisme merupakan gangguan pertumbuhan somatik akibat insufisiensi pelepasan Growth Hormone yang terjadi pada anak – anak yang telah mencapai usia 10 tahun mempunyai perkembangan badan anak usia 4 – 5 tahun, sedangkan usia 20 tahun mempunyai perkembangan badan usia 7 – 10 tahun. Ketika anak – anak tersebut mencapai pubertas maka tanda – seksual genetalia eksternal gagal berkembang. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan radiologik Pemeriksaan lapang pandang Pemeriksaan diagnostik Asuhan Keperawatan A. Pengkajian 1. Riwayat penyakit masa lalu 2. Sejak kapan keluhan dirasakan 3. Apakah keluhan terjadi sejak lahir 4. Kaji TTV dasar 5. Kaji pertumbuhan pasien 6. Keluhan utama klien 7. Pemeriksaan fisik 8. Kaji dampak perubahan fisik terhadap pemenuhan kebutuhan dasar pasien 9. Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik B. Diagnosa 1. Gangguan citra tubuh b/d perubahan struktur dan fungsi tubuh 2. Koping individu tak efektif b/d kronisitas kondisi penyakit 3. Harga diri rendah b/d perubahan penampilan tubuh 4. Gangguan persepsi sensori b/d gangguan transmisi imouls 5. Ansietas b/d perubahan status kesehatan 6. Defisit perawatan diri b/d menurunnya kekuatan otot 7. Resiko gangguan integritas kulit b/d menurunnya kadar hormonal C. Intervensi 1. Dx Gangguan citra tubuh b/d perubahan struktur dan fungsi tubuh. a. Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan b. Dorong ondividu untuk bertanya mengenai masalah c. Tingkatkan komunikasi terbuka d. Berikan kesempatan berbagi rasa dengan individu yang mengalami pengalaman yang sama. e. Bantu staf mewaspadai dan menerima perasaan sendiri bila merawat pasien lain 2. Dx Koping individu tak efektif b/d kronisitas kondisi penyakit a. Kaji status koping individu yang ada b. Berikan dukungan jika individu berbicara c. Bantu individu memecahkan masalah d. Instruksikan individu untuk melakukan teknik relaksasi e. Kolaborasi dengan tenaga ahli psikologi 3. Dx Harga diri rendah b/d perubahan penampilan tubuh a. Bina hubungan saling percaya b. Tingkatkan interaksi sosial c. Diskusikan harapan / keinginan / harapan pasien d. Rujuk ke pelayanan pendukung 4. Dx Gangguan persepsi sensori b/d gangguan transmisi impuls a. Kurangi penglihatan berlebih b. Orientasikan terhadap keseluruhan 3 bidang c. Sediakan waktu untuk istirahat d. Gunakan berbagai metode untuk menstimulasi indera 5. Dx Ansietas b/d perubahan status kesehatan a. Bina hubungan saling percaya b. Catat respon verbal / non verbal pasien c. Berikan aktivitas yang dapat menurunkan ketegangan d. Jadwalkan istirahat adekuat 6. Dx Defisit perawatan diri b/d menurunnya kekuatan otot a. Kaji faktor penyebab menurunnya perawatan diri b. Tingkatkan partisipasi optimal c. Evaluasi kemampuan untuk berpartisipasi alam setiap aktivitas perawatan d. Beri dorongan untuk mengekspresikan perasaan tentang kurang perawatan diri 7. Dx Resiko gangguan integritas kulit b/d menurunnya kadar hormonal a. Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat b. Berikan dorongan latihan rentang gerak dan mobilisasi c. Ubah posisi atau mobilisasi d. Tingkatkan masukan karbohidrat dan protein e. Pertahankan tempat tidur sedatara mungkin D.Implementasi 1. Dx pertama a. Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan b. Mendorong klien untuk meningkatkan proses koping terhadap orang lain c. Membantu klien untuk dapat terlibat dalam aktivitas perawatan diri 2. Dx kedua a. Mengkaji status koping individu yang ada b. Memberikan dukungan jika individu berbicara c. Mengajarkan teknik relaksasi 3. Dx ketiga a. Membina hubungan saling percaya b. Meningkatkan interaksi sosial c. Meningkatkan harga diri 4. Dx keempat a. Mengurangi penglihatan yang berlebihan b. Mengorientaskan klien terhadap orang, tempat dan waktu c. Menyediakan waktu istirahat 5. Dx kelima a. Mengkaji tingkat ansietas b. Memberikan kenyamanan dan ketetraman hati c. Memberikan aktivitas yang dapat menurunkan ketegangan 6. Dx keenam a. Mengkaji faktor penyebab menurunnya perawatan diri b. Meningkatkan keterlibatan klien secara total dalam kegiatan perawatan diri 7. Dx ketujuh a. Mrngubah posisi atau mobilisasi b. Mempertahankan posisi tempat tidur sedatar mungkin E. Evaluasi 1. Dx pertama S : Keluarga mengatakan bahwa klien mulai melakukan kegiatan penerimaan diri O : Aktivitas peningkatan diri A : Masalah gangguan citra tunuh berangsur – angsur teratasi P : Lanjutkan intervensi hingga keadaan membaik 2. Dx kedua S : Klien mengungkapkan keinginan untuk berpartisipasi dalam proses sosialisasi O : Kondisi emosional terkontrol A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi 3. Dx ketiga S : Klien mengatakan mulai menerima kenyataan O : Ekspresi mali dan rasa bersalah berkurang A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi 4. Dx keempat S : klien mengatakan adanya halunsinasi penglihatan O : Orientasi terhadap orang, waktu, tempat membaik A : Masalah teratasi sebagian P : intervensi dilanjutkan 5. Dx kelima S : Klien merasa cemas, gelisah, ketakutan O : Wajah tegang, tampak pucat A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intevensi 6. Dx keenam S : Klien mulai melakukan aktivitas perawatan diri O : Perubahan gaya hidup membaik A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi 7. Dx ketujuh O : Mukosa kulit lembab A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi