Anda di halaman 1dari 29

Silvie AdistianaWijaya

40127052
Diabetes melitus suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. (Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010)


DIABETES MELITUS
TIPE 1 TIPE LAIN TIPE 2
GESTASIONA
L
Defisiensi insulin
absolut akibat
destruksi sel beta,
karena:
1.autoimun
2. idiopatik

Defisiensi insulin
relatif :
1, defek sekresi
insulin lebih
dominan daripada
resistensi insulin.
2. resistensi insulin
lebih dominan
daripada defek
sekresi insulin.
a. Defek genetik pada fungsi sel
beta
b. Defek genetik pada kerja
insulin
c. Penyakit eksokrin pankreas
d. Endokrinopati
e. Diinduksi obat atau zat kimia
f. Infeksi
g. Imunologi

WHO memperkirakan,prevalensi global DM
tipe 2 dari 171 juta orang pada 2000 366
juta tahun 2030.
Indonesia menduduki ranking ke-4 di dunia
Tahun 2000 penderita diabetes mencapai
8,4 juta , tahun 2030 akan berjumlah 21,3
juta.
50% dari penderita diabetes di Indonesia
sadar 30% dari penderita melakukan
pemeriksaan secara teratur.

ANAMNESIS
KELUHAN
KHAS
KELUHAN
TIDAK KHAS
LEMAH
KESEMUTAN
GATAL
MATA KABUR
DISFUNGSI
EREKSI
PRURITUS
VULVAE
POLIURIA
POLIDIPSIA
POLIFAGIA
P BB YANG TIDAK
DAPAT
DIJELASKAN
SEBABNYA
Gejala klasik DM + Gula Darah Sewaktu
200 mg/dl, atau
Kadar Gula Darah Puasa 126 mg/dl,
atau
Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200
mg/dl. TTGO dilakukan dengan standard
WHO
Gejala tidak klasik ditambah hasil
pemeriksaan gula darah abnormal minimal
2x.
3


FISIK PENUNJANG
Tinggi badan, BB, tekanan
darah, lingkar pinggang
Tanda neuropati
Mata ( visus, lensa mata
dan retina )
Gigi mulut
Keadaan kaki ( termasuk
rabaan nadi kaki), kulit dan
kuku.
Hb, leukosit, hitung jenis
leukosit, LED
GDP & GD 2 jam sesudah
makan
Urinalisis rutin, proteinuria 24
jam, kreatinin
SGPT, Albumin/Globulin
Kolestrol total, LDL, HDL,
trigliserida
A1C
Albuminuri mikro
Elektrokardiogram
Foto rontgen thorax
Tujuan penatalaksanaan secara umum
adalah meningkatnya kualitas hidup
penyandang diabetes.

Pilar penatalaksanaan DM
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis
Perjalanan penyakit DM
Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
Penyulit DM dan risikonya
Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta
target perawatan
Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan
obat hipoglikemik oral atau insulin serta obat-obatan lain
Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil
glukosa darah atau urin mandiri (hanya jika pemantauan
glukosa darah mandiri tidak tersedia)
Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti
rasa sakit,atau hipoglikemia
Pentingnya latihan jasmani yang teratur
Masalah khusus yang dihadapi (contoh: hiperglikemia
pada kehamilan)
Pentingnya perawatan kaki
Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan

KOMPOSISI
MAKANAN
KARBOHIDR
AT
LEMAK
PROTEIN
45-65% total asupan energi.
karbohidrat terutama yang berserat
tinggi.
Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total
asupan energi.
Pemanis alternatif dapat digunakan
sebagai pengganti gula, asal tidak
melebihi batas aman konsumsi
Makan tiga x/hari + makanan selingan
untuk mendistribusikan asupan
karbohidrat

20-25%
Tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak
tidak jenuh tunggal.
Batasi lemak jenuh dan lemak trans antara lain : daging
berlemak dan whole milk
Anjuran konsumsi kolesterol < 300 mg/hari.
10 20% total asupan energi.
Pada pasien dengan nefropati perlu
penurunan asupan protein menjadi 0,8
g/kg BB perhari atau 10% dari
kebutuhan energi
SERAT
Anjuran konsumsi serat adalah 25 g/1000
kkal/hari.
Kebutuhan Kalori
Menetukan kebutuhan kalori basa yang
besarnya 25-30 kalori/ kg BB ideal ditambah
atau dikurangi bergantung pada beberapa
factor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas,
berat badan dan lain-lain.

PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI
Kebutuhan basal :
Laki-laki = berat badan ideal (kg) x 30 kalori
Wanita = berat badan ideal (kg) x 25 kalori


Makanan tersebut dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi 20%,
makan siang 30% dan makan malam 25%, serta 2-3 porsi ringan 10-15%
diantara porsi besar.


umur

40-59 th : -5%
60-69 : -10%
>70% : -20
aktivitas

Istirahat : +10%
Aktivitas ringan : +20%
Aktivitas sedang : +30%
Aktivitas berat : +50%
berat badan Kegemukan : - 20-30%
Kurus : +20-30%
stress metabolik : + 10-30%
Berdasarkan IMT dihitung berdasarkan
berat badan (kg) dibagi dengan tinggi
badan kuadrat (m2).

Kualifikasi status gizi :
BB kurang : < 18,5
BB normal : 18,5 22,9
BB lebih : 23 24,9

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani
secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang
lebih 30 menit). Latihan jasmani sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran
jasmani.
1. Obat hipoglikemik oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO
dibagi menjadi 4 golongan:
A. pemicu sekresi insulin (insulin
secretagogue):
sulfonilurea dan glinid
B. penambah sensitivitas terhadap
insulin: metformin,
tiazolidindion
C. penghambat glukoneogenesis
(metformin)
D. penghambat absorpsi glukosa:
penghambat glukosidase
alfa.
E. DPP-IV inhibitor
2. Insulin insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
insulin kerja pendek (short acting
insulin)
insulin kerja menengah (intermediate
acting insulin)
insulin kerja panjang (long acting insulin)
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
Hiperglikemia dengan asidosis laktat
Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang
tidak terkendali dengan perencanaan makan
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Untuk pasien berumur lebih dari 60 tahun
dengan komplikasi, sasaran:
kendali kadar glukosa darah dapat > dari
biasa (puasa 100-125 mg/dL, dan sesudah
makan 145-180 mg/dL)
Kadar lipid, tekanan darah, dan lain-lain,
mengacu pada batasan kriteria pengendalian
sedanguntuk mencegah kemungkinan
timbulnya efek samping hipoglikemia dan
interaksi obat.
AKUT KRONIK
Ketoasidosis diabetik
Hiperosmolar non ketotik
Hipoglikemia
Makroangiopati
Pembuluh koroner
Vaskular perifer
Vaskular otak
Mikroangiopati
Kapiler retina
Kapiler renal
Neuropati
Gabungan : kardiopati (PJK,
kardiomiopati )
Rentan infeksi
Kaki diabetik
Disfungsi ereksi

Anda mungkin juga menyukai