Anda di halaman 1dari 30

Pencernaan

dan
Metabolisme
Ellen Teora, 1406528636

PROSES
PENCERNAAN
KIMIAWI (ENZIMATIK)

MEKANIK
Proses perubahan makanan dari bentuk
besar atau kasar menjadi bentuk kecil dan
halus. Pada manusia dan mamalia
umumnya, proses pencernaan mekanik
dilakukan dengan menggunakan gigi.

Proses perubahan makanan dari zat


yang kompleks menjadi zat-zat yang lebih
sederhana dengan menggunakan enzim.
Enzim adalah zat kimia yang dihasilkan
oleh tubuh yang berfungsi mempercepat
reaksi-reaksi kimia dalam tubuh. Proses
pencernaan makanan pada manusia
melibatkan alat-alat pencernaan makanan.
Alat-alat pencernaan manusia adalah
organ-organ tubuh yang berfungsi
mencerna makanan yang kita makan. Alat
pencernaan dapat dibedakan atas saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan.
Kelenjar pencernaan menghasilkan enzimenzim yang membantu proses pencernaan
kimiawi.

GERAKAN DALAM
PROSES PENCERNAAN
Ingesti masuknya
makanan ke dalam mulut

Mekanik pemotongan
atau penggilingan makanan
yang dilakukan oleh gigi

Peristalsis gelombang
kontraksi otot polos
involunteer yang
menggerakkan makanan
tertelan melalui saluran
pencernaan

Digesti hidrolisis kimia


(penguraian) molekul besar
menjadi molekul kecil
sehingga absorpsi dapat
berlangsung

Absorpsi penggerakan
produk akhir pencernaan
dari lumen saluran
pencernaan ke dalam
sirkulasi darah adan limfatik
sehingga dapat digunakan
oleh tubuh

Egesti (defekasi) proses


eliminasi zat-zat sisa yang
tidak tercerna, juga bakteri,
dalam bentuk feses dari
saluran pencernaan

STRUKTUR LAPISAN
Dinding saluran pencernaan memiliki struktur umum yang sama di
seluruh panjangnya dari esofagus sampai anus, dengan beberapa
variasi lokal khas untuk masing-masing bagian. Namun secara umum
dinding lapian saluran cerna terdiri dari mukosa, submukosa,
muskularis eksterna, dan serosa (Sherwood, 2009).

Lapisan dinding saluran cerna (sumber: Porth dan Matn, 2009)

Mukosa

Memiliki tiga lapisan :


1.

Membran mukosa : suatu lapisan epitel yang berfungsi sebagai permukaan


protektif. Membran mukosa juga mengandung sel kelenjar endokrin untuk
sekresi hormon pencernaan serta sel epitel untuk menyerap nutrien.

2.

Lamina proparia : lapisan tengah tipis jaringan ikat tempat epitel berada.
Lapisan ini mengandung gut-associated lymphoid tissue (GALT) yang penting
dalam pertahanan terhadap bakteri usus penyebab penyakit.

3.

Muskularis mukosa : lapisan otot polos yang jarang yang letaknya terluar dari
lapisan mukosa dan bersebelahan dengan lapisan submukosa.

Submukosa

Lapisan tebal jaringan ikat yang menentukan daya regang dan elastisitas
saluran cerna. Bagian ini mengandung pembuluh darah besar dan
pembuluh limfe yang bercabang ke dalam (lapisan mukosa) dan ke luar
(lapisan otot). Di dalam submukosa juga terdapat anyaman saraf yang
dikenal sebagai pleksus submukosa

Muskularis eksterna

Selubung otot polos utama yang mengelilingi submukosa. Muskularis


eksterna terdiri dari dua lapisan; lapisan sirkular dalam dan lapisan
longitudinal luar. Jika serat-serat otot berkontraksi maka akan mengurangi
diameter lumen, sementara kontraksi serat di lapisan luar dapat
memperpendek saluran. Bersama-sama akitivitas kontraktil kedua otot
polos ini menghasilkan gerakan mendorong dan mencampur.

Serosa

Jaringan ikat paling luar dan mengeluarkan cairan encer licin (cairan
serosa) yang melumasi serta mencegah gesekan antara organ dan
lapisan visera di sekitarnya. Serosa bersambungan dengan mesentrium
yang menggantung organ pencernaan dari dinding dalam abdomen.
Perlekatan ini menghasilkan fiksasi relatif, yaitu menopang organ
pencernaan di posisi yang benar, sementara tetap memberi organ
pencernaan kebebasan untuk melakukan gerakan mencampur dan
mendorong.

REGULASI FUNGSI PENCERNAAN


Fungsi otonom otot polos

Sebagian sel-sel otot polos dapat memacu variasi ritmik spontan potensial membran. Sel-sel mirip
sel otot tetapi tidak berkontraksi yang dikenal sebagai sel interstisium cajal adalah sel pemacu
yang memicu aktivitas gelombang lambat siklik. Sel-sel pemacu ini terletak di batas antara lapisan
otot polos longitudinal dan sirkular. Jenis aktivitas listrik spontan di otot polos pencernaan adalah
potensial gelombang lambat, yang disebut juga basic electrical rhythm (BER, irama listrik dasar)
saluran cerna. Jika gelombang ini mencapai ambang puncak depolarisasi, maka dapat
menimbulkan potensial aksi yang berujung kepada kontraksi-kontraksi otot yang berirama.

Pleksus saraf intrinsik

Pleksus saraf intrinsik adalah dua anyaman utama serat saraf, pleksus submukosa dan pleksus
menterikus, yang seluruhnya berada di dalam dinding saluran cerna dan berada di sepanjang
saluran cerna (Sherwood, 2009). Kedua pleksus ini sering disebut sistem saraf enterik. Pleksus
intrinsik mengandung berbagai jenis neuron, yang menyarafi sel otot polos aupun kelenjar
eksokrin dan endokrin. Neuron pleksus menterikus mengontrol motilitas gastrointestinal,
sementara pleksus submukosa mengontrol sekresi getah pencernaan dan peredaran darah
(Guyton, & Hall, 2006). Anyaman saraf intrinsik dapat mengoordinasikan aktivitas lokal di dalam
saluran cerna. Misalnya, jika sepotong makanan terganjal di esofagus, maka pleksus-pleksus
intrinsik mengoordinasikan respon lokal untuk mendorong maju makanan.

Saraf ekstrinsik
1.

Saraf ekstrinsik adalah serat-serat saraf dari kedua cabang saraf otonom
yang berasal dari luar saluran cerna dan menyarafi berbagai organ
pencernaan (Sherwood, 2009). Saraf otonom mempengaruhi motilitas
dan sekresi saluran cerna dengan memodifikasi aktivitas yang sedang
berlangsung di pleksus intrinsik, mengubah tingkat hormon pencernaan,
atau bekerja langsung pada beberapa otot polos dan kelenjar. Sistem
simpatis cenderung memperlambat kontraksi dan sekresi saluran cerna.
Sebaliknya, sistem parasimpatis mendominasi dan mendorong
pencernaan optimal. Serat saraf simpatis dapat meningkatkan motilitas
otot polos dan mendorong sekresi enzim maupun hormone pencernaan.
Salah satu tujuan utama pengaktifan saraf ekstrinsik adalah untuk
memadukan aktivitas berbagai saluran cerna. Contohnya, mengunyah
makanan secara refleks tidak hanya dapat meningkatkan sekresi liur,
tetapi juga sekresi lambung, pankreas, dan hati. Susunan anatomis dari
saraf enterik dan saraf ekstrinsik dapat mendukung tiga tipe refleks
gastrointestinal.

2.

Hormon pencernaan

Terdapat sel-sel kelenjar endokrin pada mukosa bagian-bagian tertentu.


Kebanyakan dari hormone yang dihasilkan dapat mempengaruhi
motilitas di beberapa bagian.

Pencernaan
Enzimatik
pada tiaptiap saluran
pencernaan

Bagian

Zat yang
Dicerna

Rongga
Mulut
Gaster

Sumber
Enzim

Molekul
yang
dihasilkan

Karbohidrat Amilase

Kelenjar
Ludah

Maltosa

Protein

Pepsin

Kelenjar
Lambung

Peptida

Disakarida
se
(Maltase,
sukrase,
laktase)

Sel epitel
usus halus

Monosakari
da
(terutama
glukosa)

Usus Halus Disakarida


(terutama
maltosa)

Protein

Lemak

Enzim

Aminopepti Sel epitel


dase
usus halus

Asam
amino

Tripsin

Pankreas

(memecah
rangkaian
peptida)

Lipase

Pankreas

Asam
lemak +
gliserol

Conditioned Salivary
Reflex

Sekresi air liur tanpa stimulasi oral

Saraf simpatetis dan parasimpatetis yang mengatur


sekresi liur tidak bekerja antagonistik

Simpatetis : Volume saliva lebih sedikit, pekat oleh


mukosa

Parasimpatetis : Volume saliva lebih banyak, pekat


oleh enzim

Satu-satunya sekresi yang diatur oleh persarafan

Proses Menelan
Bermula dari fase volunter (oral): bolus makanan

didorong ke dalam faring oleh kontraksi dari lidah.


Bolus

mengaktivasi reseptor sensoris orofaring


menginisiasi
fase
involunter
(faringeal
dan
esofageal), atau disebut juga refleks deglutisi.

Tahap volunter: mencetuskan proses menelan


Tahap involunter:

Tahap faringeal, membantu jalannya makanan melalui


faring ke dalam esofagus

Tahap esofageal, mempermudah jalannya makanan dari


faring ke lambung.

Metabolisme Gaster
Pengaturan Sekresi Lambung

Fase sefalik:

1.

2.

3.

Sekresi terjadi sebelum makanan sampai lambung.

Makin kuat nafsu makan makin banyak sekresinya


Fase Gastrik

Rangsang regangan dinding lambung dan kimiawi makanan merangsang nukleus motorik dorsalis vagus dan
sekresi gastrin

Kimiawi khusus merangsang gastrin: alkohol, kafein

Rangsang vagus: sekresi pepsin, gastrin dan asam

Rangsang gastrin: meningkatkan sekresi asam lambung dan pepsin

Fase intestinal: keberadaan makanan pada bagian usus kecil merangsang sejumlah kecil gastrin

Pengosongan Lambung

Dirangsang oleh: n.vagus, penurunan simpatis, alkohol, kafein, protein yang tercerna sebagian peningkatan kontraksi pompa pilorus
penurunan resistensi sfinkter pilorus peningkatan pengosongan lambung

Dihambat oleh: penurunan vagus, peningkatan simpatis, distensi duodenum, adanya lemak, antasid kontraksi pompa pilorus peningkatan
resistensi sfinkter pilorus penurunan pengosongan lambung

Mempengaruhi
Pengosongan Lambung
(Perpindahan Bolus ke
Duodenum)

Source: Sherwood

Enterogastric Reflex

Source: http://www.austincc.edu/

Proses Penyerapan Hasil


Pencernaan Karbohidrat

Source: http://www.austincc.edu/

Proses Penyerapan Hasil


Pencernaan Protein

Proses Penyerapan Hasil


Pencernaan Lemak

Proses Penyerapan
Vitamin

Fungsi Nutrient

Absorptive State

Postabsorptive State

Pengeluaran sisa
pencernaan
Setelah usus
besar
mengabsorbsi
air dan
elektrolit,
terbentuk
kimus dari
cairan menjadi
massa semi
padat

Bakteri pada
usus besar
dapat
mencerna
sejumlah kecil
selulosa

Rektum
membuka ke
eksterior di
anus

Feses
dikeluarkan

Feses normal berwarna kekuningan:


Warna kekuningan berasal dari bilirubin yang dimetabolisme oleh bakteri.
Hasilnya adalah stercobilin. Tanpa adanya stercobilin, feses akan berwarna
keabu-abuan atau putih. Bau yang berasal dari feses dihasilkan oleh bakteri.

Proses metabolisme

Metabolisme anaerob

Setelah glikolisis, terjadi:


Respirasi oksidatif, kedua asa piruvat teroksidasi secara lengkap menjadi CO2 dan H
selama reaksi siklus asam sitrat
Fermentasi, jika jumalh oksigen tidak mencukupi, piruvat akan tereduksi menjadi asa
laktat. Molekul laktat dpat diubah menjadi molekul piruvat dalam sel jika tersedia oksige
atau dapat ditranspor ke hati menjadi glikogen untu disimpan

Metabolisme aerob

Metabolisme aerob

HIPERGLIKEMIA
Suatu kondisi di mana jumlah glukosa yang

berlebihan beredar dalam plasma darah.

2 tipe Hiperglikemia yang mungkin terjadi


Hiperglikemia pusat saat gula darah dari 90-130
mg/dL Setelah puasa selama ini minimal 8 jam.
Hiperglikemia Postprandial atau setelah makan
saat gula darah lebih besar dari 180 mg/dL

KETOGENESIS

REFERENSI

Carroll, Robert G. (2007). Elseviers Integrated Physiology. Philadelphia: Mosby


Elsevier.

Guyton, Arthur C., dan John E. Hall. (2006). Textbook of Medical Physiology.
Philadelphia:Elsevier Saunders.

Heymann, Georgianne H., & Carol M. Porth. (2004). Pathophysiology: Concepts


of Altered Helath States. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Sherwood, Lauralee. (2009). Human Physiology: From Cells to System 6th


Edition (Terj. Oleh dr. Brahm U). Jakarta: EGC.

Porth, Carol Mattson dan Glenn Matn. (2009). Pathophysiology: Concepts of


Altered Health States 8th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Vender dkk. (2001). Human Physiology: The Mechanism of Body Function,


Eighth Edition. New York:The McGrawHill Companies.

Sloane, Ethel. (2003). Anatomi dan Fisiologi . Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai