Anda di halaman 1dari 32

Perempuan berusia 35 tahun

dengan (CIN III) pada Pap


smear
Kelompok 3
MO OGR 2015

Kasus
Seorang perempuan berusia 35 tahun P4A0 telah
menikah 10 tahun datang ke RS untuk melakukan pap
smear. Suami seorang eksekutif muda yang sedang
menanjak karirnya. Pasien ini tidak pernah KB. Pada
pemeriksaan pap test ditemukan CIN III.

Terminologi
Pap smear pemeriksaan sitologi dari serviks dan
portio untuk melihat adanya perubahan atau
keganasan pada epitel serviks atau portio sebagai
tanda awal keganasan serviks
CIN (Cervical Intraepithelial Neoplasm) III
displasia berat atau karsinoma insitu yang dimana
telah melibatkan sampai ke basement membran dari
epitelium.

P4A0; tidak pernah KB; usia


pernikahan 10 tahun; suami
seorang eksekutif muda

Riwayat
pasien

PAP SMEAR

Mind map
Definisi &
epidemiologi

Wanita,
35 tahun

CIN III

Etiologi &
faktor risiko

Hipotesis

Penegakkan
kriteria
diagnosis
Patofisiologi
& Gejala
klinis

Interpretasi
Prosedur

Pencegahan
& prognosis

Tatalaksana &
komplikasi

PAP SMEAR

prosedur pemeriksaan Pap Smear adalah:

PROSEDUR

1. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum bivalve (cocor bebek),
spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan alkohol 95%.
2. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
3. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior,
serviks uterus, dan kanalis servikalis.
4. Periksa serviks apakah normal atau tidak.
5. Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari arah
jam 12 dan diputar 360 searah jarum jam.
6. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah
diberi tanda dengan membentuk sudut 45 satu kali usapan.
7. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.
8. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim ke ahli PA

INTERPRETASI HASIL PAP SMEAR


A. Klasifikasi papanicolau
Kelas I : tidak ada sel abnormal.
Kelas II

: terdapat gambaran sitologi atipik, namun

tidak ada indikasi adanya keganasan.


Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai keganasan,

displasia ringan sampai sedang.


Kelas IV

: gambaran sitologi dijumpai displasia

berat.
Kelas V : keganasan.

C. Klasifikasi Bethesda
1. Sel skuamosa

LANJUTAN

a. Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASCUS)


b. Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL)
c. High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL)
d. Squamous Cells Carcinoma

2. Sel glandular
a. Atypical Endocervical Cells
b. Atypical Endometrial Cells
c. Atypical Glandular Cells
d. Adenokarsinoma Endoservikal In situ e. Adenokarsinoma Endoserviks
f. Adenokarsinoma Endometrium
g. Adenokarsinoma Ekstrauterin
h. Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (NOS)

LANJUTAN
B. Klasifikasi

CIN (Cervical Intraepitheal Neoplasma)

CIN I : merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel


neoplasma pada kurang dari sepertiga lapisan
CIN II

epitelium.

: merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua

pertiga epitelium.
CIN III

: merupakan displasia berat atau karsinoma in situ

yang dimana telah melibatkan sampai ke basement


membrane dari epitelium.

Kanker leher rahim


(ca servix)

definisi
Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada
serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah
rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama
atau vagina.

etiologi

Penyebab utama dari kanker serviks adalah infeksi HPV


(Human Papilloma Virus). Di Indonesia untuk golongan
penderita resiko tinggi (tipe 16, 18) sedangkan golongan
resioko rendah (tipe 6,11)

epidemiologi
Penyakit kanker leher rahim (serviks) ini biasanya
menyerang wanita pada usia 35-55 tahun. Riset
kesehatan dasar tahun 2007 menunjukan prevalensi
kanker di Indonesia adalah 4,3 per 1000 penduduk.
Setiap tahun ditemukan kurang lebih 500.000 kasus
baru kanker serviks dan tiga perempatnya terjadi di
negara berkembang.

Histologi Serviks

Histologi Ca Serviks

Faktor resiko
1. Coitus pertama pada usia muda
2. Memiliki banyak pasangan
3. Imunodeficiency
4. Jarak persalinan
5. Usia >35 th
6. Riwayat keluarga

patofisiologi
Human Papilloma
Virus
Mengekspresi
protein E1 dan E2
Reaksi
imunologis
membentuk
antibodi E1
E2
Penurunan
E1 E2
Degradasi
p53
(supresor
tumor)

Kompleks
p53-E6

Replikasi virus
baru

Terjadi integrasi
antara DNA host
dan virus

Kanker serviks (sel


epitel serviks, zona
transformasi)

Menstimulus
ekspresi
onkoprotein E6
E7

GEJALA KLINIS
Simptom kanker serviks terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
a. Tahap Awal Asimptomatik Pendarahan vagina yang
ireguler atau berkepanjangan - Pink discharge - Pendarahan
pasca koitus atau brownish discharge
b. Tahap Pertengahan Pendarahan pasca defekasi - Disuria
atau hematuria
c. Tahap Lanjut Penurunan berat badan - Pendarahan,
discharge berbau busuk - Nyeri hebat, penyebaran ke pleksus
sakralis

Pemeriksaan
Status generalis: pemeriksaan luasnya penyebaran
Penyakit :
1. proses penyebaran di vagina
2. proses penyebaran di parametrium
3. penyebaran di mukosa vesica urinaria dan rektum
4. pemeriksaan fisik, terutama abdomen, paru-paru
5. pembesaran KGB femoral, aksila, supraklavikula
6. Status Ginekologi: secara inspeksi, bimanual,
7. rektovagina

Lanjutan ANamnesis
ANAMNESIS (autoanamnesis)
A. Anamnesis Umum
1.Riwayat perkawinan Riwayat Kawin berapa kali ? menikah pada usia berapa? Lamanya
berapa tahun.
2.Riwayat Obstetri
3.Riwayat haid : Menarche umur berapa? Haid teratur 28 hari atau tidak ? lamanya
berapa hari, darah haid biasa?, sakit waktu haid ada tidak?.
4.Nafsu makan : menurun ?
5.Miksi dan defekasi ada keluhan tidak ?

B. Anamnesis Khusus
Keluhan utama: Perdarahan dari kemaluan ?

LANJUTAN
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan serviks merupakan prosedur mutlak yang perlu dilakukan untuk melihat
perubahan portio vaginalis dan mengambil bahan apusan untuk pemeriksaan sitologi
ataupun biopsi. Setelah biopsi, pemeriksaan dilanjutkan dengan palpasi bimanual vagina
dan rektum untuk mengetahui luas massa tumor pada serviks dan rektum.

Tes Paps smear.


Tes Pap merupakan salah satu pemeriksaan sel serviks untuk mengetahui perubahan sel,
sampai mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini. Apusan sitologi pap diterima
secara universal sebagai alat skrining kanker serviks. Metode ini peka terhadap
pemantauan derajat perubahan pertumbuhan epitel serviks. Pemeriksaan Tes Pap
dianjurkan secara berkala meskipun tidak ada keluhan terutama bagi yang berisiko (1-2
kali setahun). Berkat teknik Tes Pap, angka kematian turun sampai 75%

LANJUTAN
Kolposkopi
Kolposkopi adalah alat ginekologi yang digunakan untuk melihat
perubahan stadium dan luas pertumbuhan abnormal epitel serviks.
Metode ini mampu mendeteksi pra karsinoma serviks dengan
akurasi diagnostik cukup tinggi Kolposkopi hanya digunakan selektif
pada sitologi Tes Pap abnormal yaitu displasia dan karsinoma in situ
atau kasus yang mencurigakan maligna. Kombinasi kolposkopi dan
tes Pap memberikan ketepatan diagnostic lebih kuat. Sensitivitas
tes Pap dan kolposkopi masing-masing 55% dan 95% dan
spesifisitas masing-masing 78,1% dan 99,7%

LANJUTAN
Konisasi
Jika pemeriksaan kolposkopi tidak memuaskan maka konisasi harus
dilakukan yaitu pengawasan endoserviks dengan serat asetat selulosa di
mana daerah abnormal ternyata masuk ke dalam kanalis servikalis

Biopsi
Biopsi memerlukan prosedur diagnostik yang penting sekalipun sitologi
apusan serviks menunjukkan karsinoma. Spesimen diambil dari daerah
tumor yang berbatasan dengan jaringan normal. Jaringan yang diambil
diawetkan dengan formalin selanjutnya diproses melalui beberapa tahapan
hingga jaringan menjadi sediaan yang siap untuk diperiksa secara
mikroskopis

Klasifikasi
Kanker Serviks
(Federation of Gynecology and
Obsetrics)

Stadium 0

Karsinoma in situ (karsinoma prainvasif)

Stadium I

Karsinoma masih terbatas di serviks

Stadium Ia

Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik, lesi


yang dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang sangat
superfisial dikelompokkan sebagai stadium Ib. Kedalaman invasi
stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebarnya tidak lebih dari 7 mm

Stadium Ia1

Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dan lebar


tidak lebih dari 7 mm

Stadium Ia2

Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan
lebar tidak lebih dari 7 mm

Stadium Ib

Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih dari Ia

Stadium Ib1

Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm

Stadium Ib2

Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm

Stadium II

Tumor invasif di luar kandungan, tapi tidak sampai dinding panggul atau
sepertiga bawah vagina

Stadium IIa

Tanpa invasi ke parametrium

Stadium IIb

Dengan invasi ke parametrium

Stadium III

Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding
panggul. Kasus dengan hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal
dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh
sebab lain.

Stadium IIIa

Tumor melibatkan sepertiga bawah vagina tanpa perluasan ke dinding


panggul

Stadium IIIb

Tumor meluas ke dinding panggul dan atau menyebabkan hidronefrosis atau


tidak berfungsinya ginjal

Stadium IV

Tumor meluas ke luar pelvis atau secara klinis melibatkan mukosa kandung
kemih dan atau rektum

Stadium IVa

Tumor invasi ke mukosa kandung kemih atau rektum dan atau meluas di luar
tulang panggul

Stadium IVb

Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul

penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Lesi Pra Kanker
1. Elektrokoagulasi dikerjakan oleh spesialis kebidanan
2. Konisasi dikerjakan oleh spesialis kebidanan
3. Laser dikerjakan oleh spesialis kebidanan
4. Krioterapi dikerjakan oleh dokter/ bidan /perawat
terlatih

LAnjutan
Kanker serviks stadium IA sampai dengan II A
dilakukan tindakan operatif berupa radikal
histerektomi
Kanker serviks stadium II B sampai dengan IV B
dilakukan tindakan non operatif berupa radioterapi
atau kemoterapi

1. Pencegahan Primer

pencegahan

Menghindari diri dari faktor-faktor yang dapat menyebabkan kanker.


Contoh :
-

Vaksin HPV

Edukasi & promosi

Tidak merokok

Penggunaan kondom

2. Pencegahan Sekunder

Menemukan kasus-kasus dini sehingga kemungkinan penyembuhan


dapat ditingkatkan.

Papsmear atau IVA

lanjutan
3.

Pencegahan Tersier
Mencegah komplikasi penyakit dan pengobatan, sesudah
gejala klinis berkembang dan diagnosis sudah ditegakkan.
Terdapat 2 pengobatan pada pencegahan tersier :
a. Pengobatan pra kanker
Kauterisasi, kriosurgeri, histerektomi, laser
b. Pengobatan pada kanker invasif
Radiasi, kemoterapi

komplikasi
a. Akibat dari kanker serviks :
1.Gangguan B.a.b dan B.a.k
2.Gagal ginjal
3.Perdarahan pervaginam
4.Fistula

b. Akibat pengobatan :
5.Menopause dini
6.Penyempitan vagina
7.limfedema

prognosis
1. Ad vitam : dubia ad bonam
2. Ad functionam : ad malam
3. Ad sanationam : dubia ad malam

DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknyosastro H. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
2. American Cancer Society. Cancer facts and figures
2006. American Cancer Society Inc. Atlanta. 2006

Anda mungkin juga menyukai