Anda di halaman 1dari 14

SINDROM

NEFROTIK

KELOMPOK 1

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :


Dahlia Permata Dewi 1210322025
Dwi Noviyani
1210323034
Elditya Fransisika
1210321018
Febrija Nofriyanti
1210323015
Febby Handriyani
1210322032
Ganda Harisa 1210322005
Putri Indah Mentari 1210323031
Welly Risa
1210322024
Wilda Febriani
1210323022
Yoka Mutia
1210322028

Pengertian
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan
gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia
dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang
terdapat
hematuria,
hipertensi
dan
penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 1997).
Penyakit
ini
terjadi
secara
tiba-tiba,
terutama pada anak-anak. Biasanya berupa
oliguria dengan urin berwarna gelap, atau
urin yang kental akibat proteinuria berat
(Mansjoer Arif, dkk. 1999).

Sindrom nefrotik merupakan gangguan


klinis ditandai oleh peningkatan protein
dalam urin secara bermakna (proteinuria),
penurunan albumin dalam darah, edema,
dan
serum
cholesterol
yang
tinggi
(hiperlipidemia).
Tanda-tanda
tersebut
dijumpai disetiap kondisi yang sangat
merusak membran kapiler glomerulus dan
menyebabkan peningkatan permiabilitas
glomerulus (Sukiane, 2002).

Etiologi
Penyebab sindrom nefrotik belum diketahui, akhirakhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun,
yaitu suatu reaksi antigen antibodi.
Umumnya etiologi dibagi menjadi :
1. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena
reaksi maternofetal. Resisten terhadap semua
pengobatan. Prognosis buruk dan biasanya pasien
meninggal
dalam
bulan-bulan
pertama
kehidupannya.

2. Sindrom nefrotik sekunder


Disebabkan oleh :
Malaria kuartana atau parasit lainnya.
Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus
diseminata, purpura anafilaktoid.
Glumerulonefritis akut atau kronik,

3. Sindrom nefrotik idiopatik


Tidak diketahui sebabnya atau disebut
sindroma nefrotik primer.

Manifestasi
Klinis

Mansjoer (1999 : 526) menyatakan bahwa gejala


utama yang ditemukan pada penderita nefrotik
sindrom adalah:
1. Proteinuria > 3,5 g/hari pada dewasa atau
0,05 g/kg BB/hari pada anak-anak.
2. Hipoalbuminemia < 30 g/l.
3. Edema anasarka.
4. Hiperlipidemia/hiperkolesterolemia.
5. Hiperkoagulabilitas, yang akan meningkatkan
resiko trombosis vena dan arteri.
6. Hematuria dan hipertensi.
7. Pada kasus berat dapat ditemukan gagal
ginjal.

Komplikasi
Menurut Rauf (2002 : 27-28)
komplikasi dari sindrom nefrotik
adalah:
1. Infeksi sekunder
2. Shock
3. Trombosis vaskuler
4. Malnutrisi
5. Gagal ginjal akut akibat
hipovolemia

WOC

Pemeriksaan
Penunjang
Menurut Betz, Cecily L. (2002 : 335)
pemeriksaan penunjang dari sindrom
nefrotik antara lain:
1. Uji Urin
2. Uji Darah
3. Uji Diagnostic

Penatalaksanaan
1. Istirahat sampai edema tinggal sedikit
2. Bila edema tidak berkurang dengan
pembatasan garam, dapt digunakan diuretik,
biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari.
3. Pengobatan kortikosteroid yang diajukan
Internasional Coopertive Study of Kidney
Disease in Children (ISKDC),
4. Cegah infeksi
5. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan
bila ada indikasi vital

Pengobatan
Terdiri dari pengobatan spesifik yang ditujukan
terhadap penyakit dasar dan pengobatan nonspesifik
untuk
mengurangi
proteinuria,
mengontrol edema, dan mengobati komplikasi.
Diuretik disertai diet rendah garam dan tirah
baring dapat membantu mengontrol edema.
Furosemid oral dapat diberikan dan bila resisten
dapat dikombinasi dengan tiazid, metalazon, dan
atau asetazolamid. Kontrol proteinuria dapat
memperbaiki hipoalbuminemia dan mengurangi
risiko komplikasi yang ditimbulkan.

NANDA, NOC, NIC

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai