Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK

III
AISYAH
LUTHFIA WIKHDATUL
AKHSANI
NURILLAH DWI NOVARIENTI
SINTHIYA NUR SEPTIANI
TALITHA AMANDA

SOAL
3. a) Jelaskan algoritma tatalaksana hipertensi, berdasarkan
JNC VII dan VIII
3. b) Pengobatan yang paling tepat berdasarkan JNC VII
1. Orang berkulit putih 60 th dengan sejarah STEMI(Segment
Elevation Myocardial Infarction) BP = 144/82 mmHg, HR = 80
beats/minute
2. Seorang wanita Afrika Amerika 48 th, kondisi CKD(Chronic
Kidney Disease) stage 4 stabil, BP = 136/78 mmHg, HR = 72
beats/minute
3. Seorang wanita putih 55 th, baru keluar dari Rumah sakit
setelah kecelakaan cerebrovaskular
4. Seorang pria Afrika Amerika 32 th, tanpa komplikasi BP =
150/88 mmHg, HR = 80 beats/minute

Algoritma tatalaksana hipertensi berdasarkan JNC (Joint


National Commitee on the prevention, detection, evaluation and
treatment of high blood pressure)VII dan VIII :
Terapi awal

Tanpa
compeling
indication

Stage 1

Diuretik
thiazid, ACEi,
CCB, ARB, Beta
bloker tunggal
atau

Dengan
Compeling
Indication

Stage 2

Kombinasi 2
obat, diuretik
dengan ACEi,
ARB, CCB, beta
bloker

Lihat
penjelasan di
bawah

HIPERTENSI TANPA INDIKASI


Hypertensi stage 1
Hipertensi ringan dengan SBP 140-159
mmHg dan DBP 90-99mmHg yang diukur
pada sedikitnya 2 kunjungan dalam waktu
satu sampai beberapa minggu.
Penderita hipertensi tingkat 1 harus
dipastikan apakah ia memiliki faktor resiko
lain atau mengalami kerusakan organ.
Apabila ia memilki faktor resiko, maka harus
menerapkan modifikasi pola hidup selama 3
sampai 6 bulan dan mempergunakan
antihipertensi bila tekanan darah menetap.
Sebaliknya, bila ia tidak memilki faktor
resiko, maka ia harus menerapkan modifikasi
pola hidup dan memeriksa tekanan darah
setiap 3 sampai 6 bulan..

Hypertensi stage 2

Gangguan asimptomatik yang terjadi


ditandai dengan SBP 160-179 mmHg
dan DBP 100-109 mmHg. Tindak lanjut
yang dianjurkan untuk hipertensi stage 2
(sedang) adalah evaluasi atau rujuk pada
sumber perawatan dalam 1 bulan.
Penjadwalan tindak lanjut harus
dimodifikasi sesuai dengan hasil
mengenai pengukuran tekanan darah
dahulu, faktor resiko kardiovaskuler
lainnya atau penyakit organ sasaran.
Dianjurkan
memberikan
nasehat
mengenai modifikasi gaya hidup.

MODIFIKASI GAYA HIDUP


Menurunkan berat badan
Pengurangan konsumsi alcohol
Diet Na ( ideal 1,5 g/hari,
NaCl 3,89/hari )
Peningkatan aktivitas fisik
(aerobik)
Penurunan intake lemak jenuh
Memperbanyak konsumsi
lemak tak jenuh dan minyak
ikan
Peningkatan konsumsi buah
dan sayur
Berhenti merokok

HIPERTENSI DENGAN
INDIKASI

PEMECAHAN MASALAH

Pengobatan yang paling tepat berdasarkan JNC VII :


1. Orang berkulit putih 60 th dengan sejarah STEMI(Segment
Elevation Myocardial Infarction) BP = 144/82 mmHg, HR = 80
beats/minute

-blocker
o Obat yang paling lini pertama untuk penyakit Myocardial infarction
adalah -blocker dan ACE inhibiotor.
o -blocker menurunkan stimulasi adrenergik jantung dan
mengurangi resiko infark miokardial atau kematian jantung
mendadak.
o Selain itu, pasien tersebut masuk kedalam kategori geriatri. blocker adalah obat antihipertensi pilihan pertama pada orang tua
dengan hipertensi dan angina.
o Penghentian terapi dengan -blocker yang cepat dapat
menyebabkan angina tidak stabil, infark miokardial, atau mungkin
kematian pada penderita predisposisi miokardial.

Pengobatan yang paling tepat berdasarkan JNC VII :


2. Seorang wanita Afrika Amerika 48 th, kondisi CKD(Chronic Kidney
Disease)stage 4 stabil, BP =136/78 mmHg, HR = 72 b
eats/minute

ACE inhibitor dan Diuretik ( Tiazid)


oPada orang Afrika-Amerika Diureik Thiazid merupakan terapi obat lini
pertama pada kebanyakan pasien. Kombinasi obat direkomendasikan
pada pasien dengan SBP 15 mmHg dari tujuan
oThiazides and CCB tertama efektif pada orang afrika-amerika. Respon
antihipertensi meningkat signifikan ketika dikombinasikan dengan blocker, ACE inhibitor, atau ARB.
oThiazid merupakan tipe diuretic yang disarankan untuk pengobatan
hipertensi dan efektif menurunkan tekanan darah
oACE (Angiotensin Converting Enzim) memfasilitasi produksi
angiotensin II yang berperan besar pada regulasi tekanan darah arterial.
ACE Inhibitor mem-block konversi angiostensin I menjadi angiotensin II,
berpotensi sebagai vasokonstriktor dan stimulator sekresi aldosterone

ACE inhibitors menurunkan aldosterone dan dapat meningkatkan


konsentrasi potassium dalam serum. Hiperkalemia terjadi terutama
pada pasien dengan CKD dan Diabetes dan pengkonsumsi ARB,
NSAID, suplemen potassium atau diuretik tanpa potasium,.
Pada pasien yang menderita hipertensi dan CKD (Chronic Kidney
Disease) ACE Inhibitor dianjurkan sebagai terapi lini pertama
untuk mengontrol tekanan darah dan melestarikan fungsi ginjal.
Kombinasi ACE Inhibitor dan ARB lebih efektif. Akan tetapi,
penggunaan kombinasi rutin menimbulkan kontraversi karena
pasien seringkali memerlukan beberapa terapi obat diuretic dan
obat antihipertensi ketiga dibutuhkan

Pengobatan yang paling tepat berdasarkan JNC VII :


3. Seorang wanita putih 55 th, baru keluar dari Rumah sakit setelah kecelakaan
cerebrovaskular, BP 158/92 mmHg, HR 80 beats/minute

ACE inhibitor kombinasi dengan Diuretik (Tiazid)


o Suatu penelitian klinik yang menunjukkan bahwa kombinasi ACE Inhibitor dan Diuretik
(Thiazide) dapat mengurangi kejadian stroke berulang.
o Kombinasi ACE Inhibitor dan Diuretik tipe Thiazide berikut dosisnya:
1. Benazepril-hydrochlorothiazide (5/6.25, 10/12.5, 20/12.5, 20/25) mg
2. Captropril-hydrochlorothiazide (25/15, 25/25, 50/15, 50/25) mg
3. Enalapril-hydrochlorothiazide (5/12.5, 20/12.5) mg
4. Fasinopril-hydrochlorothiazide (10/12.5, 20/12.5) mg
5. Lisinopril-hydrochlorothiazide (10/12.5, 20/12.5, 20/25) mg
6. Moexipril-hydrochlorothiazide (7.5/12.5, 15/25) mg
7. Quinapril-hydrochlorothiazide (10/12.5, 20/12.5, 20/25) mg

Insiden

stroke

iskemik

atau

hemoragik

dikurangi secara substansial dengan pengobatan hipertensi.


Sehubungan
KEMAJUAN

dengan

pencegahan

menunjukkan

stroke
bahwa

berulang,
penambahan

diuretik, dengan ACEI, menyebabkan penurunan 43 persen pada


kejadian stroke.
Kebanyakan penderita hipertensi tahap 1 sebaiknya terapi diawali
dengan diuretik thiazide. Penderita hipertensi tahap 2 pada umumnya
diberikan terapi kombinasi, salah satu obatnya diuretik thiazide
kecuali terdapat kontra indikasi

Diuretik (thiazide) adalah golongan yang dipilih untuk menangani


hipertensi, golongan lainnya efektif juga untuk menurunkan tekanan
darah.
Obat-obat golongan ACE Inhibitor sangat berguna untuk pengobatan
hipertensi karena khasiat dan profil efek sampingnya yang lebih baik,
sehingga meningkatkan kepatuhan pasien.
ACE Inhibitor mengurangi respons aldosteron normal terhadap hilangnya
Na+, peran normal aldosteron untuk melawan natriuresis yang diinduksi
diuretik

menjadi

berkurang.

Dengan

meningatkan khasiat obat diuretik.

demikian,

ACE

Inhibitor

Pengobatan yang paling tepat berdasarkan JNC VII :


4. Seorang pria Afrika Amerika 32 th, tanpa komplikasi BP =
150/88 mmHg, HR = 80 beats/minute
Diuretik ( Tiazid )

oPasien tsb memiliki TDS >140 mmHg, dapat dikategorikan sbg Hipertensi
Tahap 1 tanpa komplikasi dan dikarenakan pria tsb ber-ras afrika-amerika
(dimana hipertensi terjadi lebih umum dan lebih parah daripada di ras
lainnya), maka pengobatan pilihan pertama yg tepat adalah gol diuretikthiazid. Obat gol diuretik dipilih sbg pilihan pertama karena lebih dapat
ditoleransi dengan baik dan memberikan hasil pengobatan antihipertensi yg
paling baik dibandingkan obat lainnya, selain itu harganya lebih murah
dibanding obat hipertensi lainnya.
oGol diuretik-thiazid digunakan sbg obat antihipertensi karena dapat
mengurangi volume plasma dalam tubuh dengan cara meningkatkan ekskresi
Na+. Sehingga penurunan vol plasma akan menyebabkan penurunan keluaran
jantung juga dan menurunkan tekanan darah.
oDosis awal yg dapat digunakan sebesar 12,5 mg sehari. Efek samping yg
dapat terjadi pada pasien adalah hiperurikemia.

DAFTAR PUSTAKA
Gilman, Alfred Goodman Ed. Penerjemah: Tim alih
bahasa sekolah Farmasi ITB. Goodman & Gilman
Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10, Volume 2.
Jakarta: EGC. 2012.
Dipiro,
Joseph
T.
dkk.
Pharmacotherapy
A
Pathophysiologic Approach Sixth Edition. United
States of America: The McGraw-Hill. 2005.
Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black H.R., Cushman
W.C., Green L.A., Izzo J.L., Jr., et al, 2003. The
seventh report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure: The JNC 7 Report.

Anda mungkin juga menyukai