Anda di halaman 1dari 30

Kehamilan dengan

hiv/aids
Oleh : Rastra S. Putra
Pembimbing: dr. Dovy Djanas, SpOG-K

Pendahuluan

AIDS
Menyerang CD4
Menurunkan daya
tahan Tubuh
Diperlukan waktu
untuk menjadi AIDS

pendahuluan

IBU
HIV/AIDS
Hubungan
seksual
Transfusi darah
Penggunaan
jarum suntik
bergantian

30 %

BAYI
20-30 % penularan
terjadi selama
kehamilan
80 % terjadi saat
persalinan
Transfusi darah
melalui plasenta
Paparan cairan tubuh
Pemberian ASI

ETIOLOgi
HIV golongan retro virus.
1983, pertama kali ditemukan
disebut HIV-1
1986, di Afrika ditemukan HIV2 yang kurang patogen
Untuk memudahkan keduanya
disebut HIV

ETIOLOgi
Transmisi infeksi terdiri dari
lima fase yaitu:
1. Periode Jendela (4 minggu 6 bulan)
2. Fase Infeksi primer akut (1 2 minggu)
3. Infeksi asimtomatik (1 15 tahun)
4. Supresi Imun simtomatik (> 3 tahun)
5. AIDS (1 5 tahun sejak ditegakkan
AIDS)

ETIOLOgi
Cara penularan:
1. Penetrasi seks
2. Melalui darah
3. Menggunakan jarum suntik
bersama
4. Wanita hamil ke janinnya
5. Donor yang terinfeksi

Patofisiologi
AIDS suatu hal kompleks yang merupakan
suatu sindrom
Pada dasarnya infeksi virus HIV menyebabkan
berkurangnya CD4 dan limfosit T pembantu
sangat penting untuk respon kekebalan
tubuh.
Selama fase akut tidak memiliki gejala,
namun sebagian CD4 dan T pembantu hilang.

Patofisiologi
2 4 bulan setelah virus menginfeksi tubuh
belum ada gejala dan belum dapat dideteksi
keberadaan virusnya dengan pemeriksaan
darah, periode ini disebut periode jendela.
Pada fase ini penderita disebut dengan tahap
HIV+, pada fase ini penderita sudah dapat
menularkan virus HIV kepada orang lain
sekalipun penderita belum memiliki gejala
apapun.

Replikasi virus hiv

Macam infeksi HIV


HIV dengan Respon Imun
Tahap dini, fase akut
- Masuk
kedalam
limfoid, CD4+ sel T,
diikuti
serokonversi
dengan hasil CD8+
sel T antivirus
- Klinis: penyakit akut
- Keseimbangan
kinis
terjadi 6 12 minggu.

Tahap menengah,
fase kronik

Tahap akhir, fase


krisis

- Keadaan klinis dan


replikasi
pada
tahap laten

- Penurunan
keadaan
tubuh,
CD4+ rendah

- Klinis:
viremia,
pembesaran limfe

- Klinis: penurunan
berat badan, diare,
infeksi sekunder

- Berakhir
tahun

10

Gejala hiv/aids
Gejala Mayor
BB menurun lebih dari 10%
dalam 1 bulan
Diare kronik yang
berlangsung lebih dari 1
bulan
Penurunan kesadaran dan
adanya gangguan neurologis
Demensia / HIV Ensefalopati

Gejala Minor
Batuk menetap lebih dari 1
bulan
Dermatitis generalist
Adanya herpes zoster yang
berulang
Kandidiasis orofaringeal
Herpes simplex kronik progresif
Limfadenopati generalist
Infeksi jamur berulang pada
kelamin wanita
Retinitis Cytomegalovirus

Cara diagnosis hiv/aids


VCT (voluntary counseling testing)
Suatu pembinaan dua arah atau dialog yang
berlangsung tak terputus antara konselor dan
kliennya untuk mencegah penularan HIV,
memberikan dukungan moral, informasi, serta
dukungan lainnya kepada ODHA, keluarga , dan
lingkungannya
Tujuan VCT:
Pencegahan HIV/AIDS
Mengedukasi tentang HIV/AIDS
Pengembangan perubahan perilaku

Cara diagnosis hiv/aids


Pemeriksaan Laboratorium
Tes serologi: skrining HIV dan ELISA
Pemeriksaan histologi, sitologi urin, darah, feses,
cairan spina, luka, sputum, dan sekresi
Tes Neurologis: EEG, MRI, CT-scan, EMG
Tes lainnya: sinar X dada menyatakan
perkembangan filtrasi interstisial dari PCV tahap
lanjut atau adanya komplikasi lain; tes fungsi
pulmonal untuk deteksi awal pneumonia
interstisial; Scan gallium; biopsy; branskokopi.

Cara diagnosis hiv/aids


Tes Antibodi
Tes ELISA, untuk menunjukkan bahwa seseorang
terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
Western blot asay/ Indirect Fluorescent Antibody (IFA),
untuk mengenali antibodi HIV dan memastikan
seropositifitas HIV.
Indirect immunoflouresence, sebagai pengganti
pemerikasaan western blot untuk memastikan
seropositifitas.
Radio immuno precipitation assay, mendeteksi protein
pada antibodi.

Periode penularan hiv pada


ibu hamil
Periode prenatal
Jumlah ibu hamil dengan HIV meningkat
Perlu perhatian khusus
Wanita yang berisiko terhadap infeksi HIV:
Wanita dan atau pasangannya yang berasal dari wilayah geografis
dimana HIV merupakan sesuatu yang umum.
Wanita dan atau pasangannya yang menggunakan obat-obatan
yang disuntikkan melalui pembuluh darah.
Wanita yang menderita STD tetap dan kambuhan.
Wanita yang menerima tranfusi darah dari pengidap HIV.
Wanita yang yakin bahwa dirinya mungkin terjangkit HIV

Periode penularan hiv pada


ibu hamil
Periode prenatal
Tes HIV sebaikanya dilakukan pd wanita yang
berisiko tinggi.
Harus dilakukan tes rutin setiap trimester.
Tes rutinnya antara lain:
CMV, toxoplasmosis, TBC, Herpes, Sipilis,
Hepatitis B, GO.

Selama kehamilan kemungkinan janin tertular

Periode penularan hiv pada


ibu hamil
Periode intrapartum
Risiko penularan lebih besar daripada periode
kehamilan.
Penularan melalui transfusi fetomateral,
kontak dengan darah atau sekresi maternal
saat melahirkan.
Lamanya proses persalinan (robeknya
membran) meningkatkan risiko penularan.

Periode penularan hiv pada


ibu hamil
Periode postpartum
Cara penularannya melalui ASI
Ibu menyusui dengan HIV mempunyai risiko 10 15
% menulari bayinya dibandingkan ibu yang tidak
menyusui.
Bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih rendah
risiko tertular infeksi dibanding bayi yang mendapat
susu campur
Faktor yang mneingkatkan risiko penularan:
Patologi payudara: infeksi
Lamanya pemberian ASI
Status gizi ibu

Periode penularan hiv pada


ibu hamil
Efek samping pada kehamilan
Adapun infeksi pada kehamilan antara lain:
Abortus
Prematuritas
IUGR
IUFD
Penularan pada janin
Meningkatkan angka kematian ibu

Efek samping pada persalinan


Partus lama
Intervensi saat amniotomi dan episiotomy

Penatalaksanaan pada bayi dari ibu


yang terinfeksi hiv/aids

IBU
HIV/AIDS
Konsumsi ARV:
Saat persalinansatu minggu
setelah
melahirkan: AZT
dan 3TC
Kombinasi
Nivirapine dan
AZT
Hati-hati resistensi

30 %

BAYI
Pencegahan:
Tidak memberi ASI
Persingkat waktu
persalinan
Inseminasi buatan

Penatalaksanaan pada bayi dari ibu


yang terinfeksi hiv/aids
BAYI
Terinfeksi
Hasil tes

Anti Gen

Hilang 6 12
bulan

Mentetap > 12
bulan

Tidak HIV

HIV

Viral

Pengobatan

ARV
HAART
highly active antiretroviral
therapy

NRTT

Nucleoside Analogue Reverse


Transcriptase Inhibitors
AZT (azidothymidine)
Ddl (didanosine)
ddC (dideoxycytidine)
3TC (lamivudine)

NNRTIs
Nonnucleoside Reverse
Transcriptase Inhibitors
Nevirapine
Delavirdine
Efavirenza

PI
Protease inhibitor

Pengobatan
PMTCT
Prevention of Mother-to-Child Transmission

Nevirapine

Ziduvidine (AZT)
-

Diberikan 14-28 minggu


masa kehamilan
Dapat dikombinasi
dengan 3TC

Ibu diberikan pada masa


persalinan
Dosis tunggal pada bayi
sekitar 2-3 hari

Pengobatan
PEP
Post exposure prophylaxis

TERINFEKSI
AZT

3TC

Diberkan 30 hari
Makin awal diberikan
makin baik
Pemeriksaan ulang HIV

Uji HIV

Pengobatan

Pencegahan dan pengendalian


Penggunaan obat ARV selama kehamilan, saat
persalinan, dan untuk bayi yang baru
dilahirkan
Penanganan obstetrik selama persalinan
SC + ARV menurunkan risiko penularan 87%
Namun penurunan daya tahan tubuh penderita
HIV memperlambat penyembuhan luka.

Penatalaksanaan selama menyusui

Pencegahan dan pengendalian


Cara persalinan yang disarankan pada penderita HIV
WHO tidak merokemendasikan untuk melakukan
bedah Caesar tetapi juga tidak melarangnya,
mengingat kondisi di masing-masing daerah
berbeda dan perlu pertimbangan mengenai biaya
untuk operasi, fasilitas untuk tindakan, dan
komplikasi akibat imunitas ibu yang rendah. Bedah
Caesar dilakukan bila ada indikasi obstetric. Hindari
partus lama dan tindakan invasif, amniotomi
sebelum pembukaan lengkap, episiotomi, ekstrasi
vakum, ekstrasi cunam.

Pencegahan dan pengendalian


Menurut Depkes 2003,
diperhatikan, yaitu:

hal

yang

perlu

1. Kontrasepsi, waktu paling lambat 4 minggu


post partum
2. Menyusui, sebaiknya tidak menyusui
3. Terapi Antiretroviral dan Imunisasi
4. Mengurangi dampak negatif infeksi HIV

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai