PADA ODHA
dr. Ega Bonar Bastari
Dokter internsip
RSUD Karel Sadsuitubun
DATA PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Umur
No RM
Alamat
Agama
Tgl MRS
: D. L. H
: Laki-laki
: 30 tahun
: 71.994
: Watdek
: Islam
: 03-Juli-2015
AUTOANAMNESA
Keluhan utama : batuk lendir
Riwayat penyakit sekarang:
Batuk lendir dirasakan sejak + 3 minggu yang lalu, lendir
dapat dikeluarkan warna putih, os sempat batuk darah + 2
minggu yang lalu dan berobat di poli umum RSUD Karel
Sadsuitubun tapi os menolak untuk dirawat inap karena
alasan keluarga. Saat ini os merasa sesak, demam (+), BB
menurun (+ 2 bulan yll 60 kg, saat MRS BB 55 kg), keringat
malam (+), rasa lemas (+), nafsu makan menurun, batuk
darah (-), nyeri dada (-). Os membawa hasil Ro Thorax PA
(27/06/2015) dengan kesan KP duplex aktif.
AUTOANAMNESA
Riwayat penyakit sebelumnya:
AUTOANAMNESA
Riwayat sosial:
Os datang dari Jakarta + 1 tahun 7 bulan yll dan sampai sekarang bekerja
sebagai buruh angkut semen di pelabuhan motor Watdek. Os mempunyai
3 orang teman yang batuk-batuk lama (status TB tidak diketahui). Kakak
sepupu os saat ini sedang dalam pengobatan OAT (menurut pengakuan
kakak sepupu os sendiri) tinggal di dekat rumah os dan hampir setiap
malam nonton bersama di rumah
Os merokok (+) + 15 tahun, + 16 batang/hari, saat ini sudah berhenti (sejak +
3 minggu yll)
Os minum sopi (+) + 10 tahun, + 2 tahun belakangan os minum setiap hari +
500 cc/hari.
Riwayat penggunaan NAPZA (-)
Riwayat berganti-ganti pasangan (+)
PEMERIKSAAN FISIK
(03/07/2015)
Kesadaran
BB
TTV
BP
HR
RR
Temp
: Compos Mentis
: 55 kg
: 100/70 mmHg
: 98 bpm
: 30 x/min
: 38,8oC
PEMERIKSAAN FISIK
(03/07/2015)
FOTO THORAX PA
(27/06/2015)
DIAGNOSA KERJA
susp. TB paru DD pneumonia
Susp B20
PENATALAKSANAAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb
Leukosit
Neutrofil
Limfosit
Eritrosit
Trombosit
Hematokrit
SGOT/SGPT
Ur/Cr
9,8
16.400
93
3
3,3
189.000
29%
60/70
44/1,5
FOLLOW UP
04/07/2015
05/07/2015
KU
BP
90/50 mmHg
100/80 mmHg
HR
90 bpm
80 bpm
RR
26 x/menit
26 x/menit
38,4 C
Tx
36,4 C
FOLLOW UP
06/07/2015
07/07/2015
KU
Jantung berdebar-debar
BP
100/60 mmHg
100/80 mmHg
HR
80 bpm
80 bpm
RR
24 x/menit
26 x/menit
36,5 C
Tx
36,4 C
TUBERKULOSIS PARU
PADA ODHA
(KOINFEKSI TB/HIV)
PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit
tertua di dunia yang diketahui dan juga salah
satu penyebab kematian terbanyak di dunia.
Merupakan
penyakit
yang
biasanya
menyerang paru, walaupun organ lainnya
dapat juga terkena pada 1/3 kasus.
Penyebarannya melalui udara (droplet yang
mengandung
bakteri
Mycobacterium
tuberculosis)
PENDAHULUAN
HIV (Human Immunodeficiency Virus)
merupakan virus dari genus lentivirus
golongan retrovirus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia.
AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome) adalah kumpulan gejala yang
muncul akibat dari lemahnya sistem
kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
HIV.
PENDAHULUAN
Millennium Development Goals (MDGs)
Goal 6
Memerangi HIV dan AIDS, Malaria Serta
Penyakit Lainnya
Goal 6B
Menghentikan dan mulai membalikkan
kecenderungan
persebaran malaria dan penyakit-penyakit utama lainnya
pada 2015
TBC - prevalensi 262 per 100.000 atau setara dengan 582.000
kasus setiap tahunnya.
Deteksi kasus : 76%
Angka keberhasilan pengobatan DOTS >91%
Stalker P. Millennium Development Goals [internet]. Indonesia: PBB Indonesia; Oktober 2008. available from :
http://www.id.undp.org/content/dam/indonesia/docs/MDG/Let%20Speak%20Out%20for%20MDGs%20-%20ID.pdf//
ETIOLOGI
Disebabkan oleh kompleks Mycobacterium
tuberculosis dimana bakteri utama dan terpenting
adalah M. tuberculosis.
Bakteri lainnya
M. bovis
M. caprae
M. africanum
M. microti
M. pinnipedii
M. canettii
ETIOLOGI
Bakteri ini mempunyai ukuran 0,5-4 mikron x
0,3-0,6 mikron berbentuk batang tipis, lurus
atau agak bengkok, bergranular dan
mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari
lipoid.
Sifat istimewa yang dimiliki bakteri ini
biasanya netral dalam staining Gram namun
warna dari bacillus tidak luntur dengan asam
- alkohol (BTA/Batang Tahan Asam).
ETIOLOGI
HIV merupakan virus RNA dari golongan
family retrovirus sub-family lentivirus yang
mereplikasikan
diri
dengan
reverse
transcription menggunakan enzim reverse
transcriptase.
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan laporan WHO, pada tahun
2013 diseluruh dunia sekitar 9 juta orang
jatuh sakit karena TB dan sekitar 1,5 juta
meninggal.
Sekitar 95% kematian yang disebabkan
oleh TB terjadi pada negara dengan
pendapatan rendah-menengah.
TB merupakan pembunuh pertama pada
pasien dengan HIV positif (+ 25%)*
* WHO. Media Centre [internet]. WHO ; Mar 2015. available from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en
EPIDEMIOLOGI
Di
Indonesia,
berdasarkan
Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) thn
1992, TB adlh penyebab kematian kedua.
TB
merupakan
penyakit
penyebab
kematian pertama dalam golongan infeksi.
Saat ini, Indonesia masih menduduki
urutan ke-3 di dunia untuk jumlah kasus
TB setelah India dan China.
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia.
Pedoman Penatalaksanaan TB (Konsensus TB).
EPIDEMIOLOGI
Hanya sekitar 10% orang yang terinfeksi TB
tapi tidak terinfeksi HIV akan menjadi TB
aktif, sementara pada ODHA, sekitar 60%
akan menjadi TB aktif.
TB merupakan infeksi oportunistik yang
paling sering pada kasus HIV (+ 40%)
Berdasarkan WHO (2003) jumlah pasien koinfeksi TB-HIV diperkirakan + 14 juta orang
dan + 3 juta terdapat di Asia Tenggara.*
*Modul Pelatihan Kolaborasi TB-HIV. Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan R.I. 2010.
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia (September 2011), tercatat
jumlah ODHA yang mendapatkan ARV
sebanyak 22.843 dari 33 provinsi dan 300
kab/kota
Rasio laki-laki dan perempuan 3:1
Persentase
tertinggi
berada
pada
kelompok usia 20-29 tahun.
Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan terapi Antiretroviral
pada orang dewasa.
Kementerian Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan. 2011
PATOFISIOLOGI
Transmisi M. tuberculosis melalui droplet yang
dikeluarkan oleh pasien dengan infeksi TB paru saat
batuk, bersin atau berbicara.
Tingkat infeksius
Sputum BTA (+) >
sputum BTA (-) & kultur (+) >
kultur (-) atau TB ekstrapulmoner
PATOFISIOLOGI
Tuberkulosis primer
Penyakit klinis yang muncul langsung setelah
infeksi.
Sering didapati pada anak s/d umur 4 tahun dan
orang dengan immunocompromised.
Tingkat transmisi yang rendah
Setelah infeksi primer, bakteri menjadi dorman
selama beberapa tahun sampai terjadi proses
reaktivasi yang menyebabkan tuberkulosis
sekunder (postprimer)
PATOFISIOLOGI
Tuberkulosis primer
Sembuh tanpa meninggalkan cacat
Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas
(sarang Ghon, garis fibrotik, sarang perkapuran di
hilus)
Meneyebar dengan cara :
Menyebar ke sekitarnya (perkontinuitatum)
Penyebaran secara bronkogen (dpt ke usus)
Penyebaran secara hematogen dan limfogen (sangat
bergantung pada daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi
basil)
PATOFISIOLOGI
Tuberkulosis sekunder / post-primer
Lebih infeksius dibandingkan TB primer karena
seringnya terjadi kavitasi.
Umur
Insiden tuberkulosis tertinggi pada akhir belasan tahun
dan awal dua puluhan tahun.
Insiden pada wanita mencapai puncak di umur 25-34
tahun (wanita > pria)
Umur yang lebih tua, pria > wanita
Risiko juga meningkat pada orang tua yang disebabkan
penurunan imunitas serta adanya penyakit komorbid
PATOFISIOLOGI
Tuberkulosis sekunder / post-primer
Gejala Respiratorik
Tuberkulosis pleura
Pekak pada perkusi
Suara nafas melemah/tidak terdengar
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sputum BTA (S P S)
Sewaktu (dahak sewaktu kunjungan)
Pagi (keesokan harinya)
Sewaktu (saat mengantarkan dahak pagi)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto thorax PA
Aktif
Bayangan berawan/nodular di segmen apikal
Kaviti (terutama > 1) dikelilingi oleh bayangan opak
berawan atau nodular
Bayangan bercak milier
Efusi pleura (unilateral/bilateral)
Lama
Kalsifikasi / fibrotik
Bila BTA (+) 1 kali dan (-) 2 kali, lalu Ro thorax PA (+),
tidak perlu ulang perika BTA
Suspek TB
Sputum BTA (S P S)
---
+++
++-
Tidak ada
perbaikan
BTA ulang
--Ro Thorax (-)
Bukan TB
Ro Thorax PA (+)
BTA ulang
+++
+++--
TB paru
TIPE PENDERITA
Kasus baru
Kasus kambuh (relaps)
Kasus pindahan (transfer in)
Kasus putus berobat
Kasus gagal
Kasus kornik
Kasus bekas TB
PENATALAKSANAAN
Jenis OAT
Isoniazid
Sifat
Dosis yang
direkomendasikan (mg/kg)
Harian
5
(4-6)
3x seminggu
10
(8-10)
(H)
Bakteriosid
Rifampisin (R)
Bakteriosid
10
(8-12)
10
(8-12)
Pirazinamid (Z)
Bakteriosid
25
(20-30)
35
(30-40)
Bakteriostatik
15
(15-20)
30
(20-35)
Bakteriosid
15
(12-18)
Etambutol
(E)
Streptomisin (S)
EFEK SAMPING
Isoniazid
Kesemutan/rasa terbakar pada kaki dan nyeri otot (gejala
keracunan saraf tepi) piridoksin (vitamin B6) 50-75
mg/hari
Hepatitis/ikterik hentikan OAT
EFEK SAMPING
Pirazinamid
Hepatitis stop
Nyeri sendiri parasetamol atau NSAIDs
Etambutol
Gangguan
pengelihatan
(berkurangnya
ketajaman, buta warna merah dan hijau) yang
akan kembali normal dalam beberapa minggu
setelah obat dihentikan
EFEK SAMPING
Streptomisin
Kerusakan saraf ke-8 (keseimbangan dan
pendengaran) hentikan obat atau dosis
dikurangi 25mg
Hipersensitivitas kurangi dosis 25 mg
Penurunan produksi urin hentikan
Tidak diberikan kepada wanita hamil karena
dapat menembus barrier plasenta.
Isoniazid
Rifampisin
Pirazinamid
Etambutol
@ 75 mg
@ 150 mg
@ 400 mg
@ 275 mg
PENATALAKSANAAN
Kategori I
(2 HRZE/4 7 H3R3)
pasien TB baru atau extra paru
Kategori II (2 HRZES/HRZE/5 H3R3E3)
pasien relaps/gagal/putus obat
Sisipan ditiadakan*
PENATALAKSANAAN
KATEGORI I
Berat
badan
Tahap awal
Setiap hari
RHZE
Tahap lanjutan
3x seminggu
RH
30 37 kg
38 54 kg
55 70 kg
> 71 kg
2 tablet
3 tablet
4 tablet
5 tablet
2 tablet
3 tablet
4 tablet
5 tablet
PENATALAKSANAAN
KATEGORI II
Berat
badan
Tahap awal
Setiap hari
RHZES
Tahap lanjutan
3x seminggu
RH + E
Selama 56 hari
Selama 28 hari
30 37 kg
2 tab + 500 mg
inj S
2 tablet
2 tablet + 2 tab
Etambutol
38 54 kg
3 tab + 750 mg
inj S
3 tablet
3 tablet + 3 tab
Etambutol
55 70 kg
4 tab + 1000 mg
inj S
4 tablet
4 tablet + 4 tab
Etambutol
> 71 kg Pasien
5 tab
+ 1000 mg
5 tablet
5 tablet
+ 5 2015
tab
Pengobatan
Tuberkulosis.
Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta;
Revisi
PENATALAKSANAAN
KOINFEKSI TB-HIV
Prinsip pengobatan pasien koinfeksi TB-HIV
adalah mendahulukan pengobatan TB.
Pengobatan ARV dimulai berdasarkan
stadium klinis HIV atau hasil CD4.
Pengobatan OAT tidak dapat dimulai pada
Pasien TB yang dalam pengobatan ARV. Pasien perlu
diperiksa oleh dokter terlatih TB-HIV sebelum
memulai pengobatan TB
Pasien dengan dahak BTA positif, yang juga kasus
kronik atau diduga MDR / XDR.
Modul Pelatihan Kolaborasi TB-HIV. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan R.I. 2010
PENATALAKSANAAN
KOINFEKSI TB-HIV
Segera
memberikan OAT
dan kotrimoksasol
Apakah pasien
sedang dalam
pengobatan ARV?
Rujuk pasien ke
RS rujukan
pengobatan ARV
PENATALAKSANAAN
KOINFEKSI TB-HIV
Status Klinis Pasien
Tatalaksana Pasien
TB extra paru
PENATALAKSANAAN
KOINFEKSI TB-HIV
CD4
Tatalaksana Pasien
CD4 >
3
350/mm
CD4 antara
Mulai pengobatan TB. Rujuk ke dokter yang
3
200 350/mm telah dilatih TB-HIV setelah selesai tahap awal
kecuali dijumpai tanda stadium klinis tingkat 4
CD4 <
3
200/mm
TB dan HIV:
Pemberian HAART segera vs
ditunda
Alasan menunda terapi HIV sampai TB diobati:
1. HIV merupakan penyakit kronis.
2. Adherence dapat bermasalah.
3. Manajemen toksisitas lebih rumit.
4. Immune restoration dapat menimbulkan
paradoxical reactions.
08/06/16
TB dan HIV:
Pemberian HAART segera vs
ditunda
Alasan memulai terapi HIV pada awal TB:
1.TB berkaitan dengan aktifasi imun, peningkatan
replikasi HIV, dan mempercepat progresi penyakit
HIV.
2.Terapi antiretroviral yg poten dapat mengurangi
jumlah HIV RNA, memperbaiki fungsi imun dan
memperlambat progresi penyakit HIV.
3.Terapi HIV mengurangi risiko timbulnya IO yang
lain.
08/06/16
Interaksi obat
Rifampisin merupakan enzyme inducer yang kuat
Paradoxical worsening TB
FOLLOW UP
KATEGORI
PENGOBATAN
BULAN PENGOBATAN
1
KATEGORI I
Bila BTA
- Bila BTA
(+), periksa
(+),
uji
dinyatakan
kepekaan*,
gagal dan
lanjutkan
menjadi
pengobatan
terduga TB
dan periksa
MDR
kembali
bulan ke 5
6
Bila BTA
(+),
dinyatakan
gagal dan
menjadi
terduga TB
MDR
* Bila tidak memungkinkan pemeriksaan uji kepekaan obat, lanjutkan pengobatan dan
periksa ulang pada akhir bulan ke-5
FOLLOW UP
KATEGORI
PENGOBATAN
BULAN PENGOBATAN
1 2
KATEGORI II
- -
- Bila BTA
(+), periksa
uji
kepekaan
dan
dinyatakan
gagal**
6
-
7
-
8
Bila BTA
(+), periksa
uji
kepekaan
dan
dinyatakan
gagal**
* Bila tidak memungkinkan pemeriksaan uji kepekaan obat, lanjutkan pengobatan dan
periksa ulang pada akhir bulan ke-5
** Bila hasil uji kepekaan menunjukkan ada resistensi, rujuk ke fasyankes rujukan TB
resisten obat
HASIL PENGOBATAN
Sembuh
Pengobatan lengkap
Gagal
Meninggal (dengan alasan apapun)
Putus berobat (Loss to follow-up)
Tidak
dievaluasi
(termasuk
pasien
pindah/transfer out)
Kategori I
Kategori II