Anda di halaman 1dari 45

Definisi Pola asuh dan

Stigma

Pola Asuh
Suatu bentuk (struktur), sistem
dalam menjaga, merawat, mendidik
dan membimbing anak kecil.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Tipe Pola asuh


Directive Behavior
Supportive Behavior

Directive Behavior
Melibatkan komunikasi searah di
mana orangtua menguraikan peran
anak dan memberitahu anak apa
yang harus mereka lakukan, di mana,
kapan, dan bagaimana melakukan
suatu tugas

Supportive Behavior
Melibatkan komunikasi dua arah di
mana orang tua mendengarkan
anak, memberikan dorongan,
membesarkan hati, memberikan
teguran positif dan membantu
mengarahkan perilaku anak

Stigma
Ciri negatif yang menempel pada
pribadi seseorang karena pengaruh
lingkungan
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Stigmatisasi adalah sikap merendahkan


(mendiskreditkan) seseorang atau
kelompok yang memiliki atribut sehingga
dapat menyebabkan pandangan
masyarakat yang buruk pada seseorang
atau kelompok tertentu

Dampak Stigma dan Pola


asuh

Akibat Stigma
Membuat seseorang menjadi depresi,
memburukkan keadaan dirinya dan
menimbulkan rasa diri tidak berharga.
Contoh ; ODHA

Akibat Stigma
Diskriminasi
Kehilangan Status
Dikucilkan

Penyebab Utama dari Stigma dan


Diskriminasi
Kurangnya informasi atau tidak
cukup pemahaman tentang hal
tersebut (misal HIV/AIDS) yang
benar, sehingga adanya
keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman atau ketakutan yang
tidak mendasar. Biasanya perilaku
diskriminasi tidak rasional.

Pola Authoritarian
Sikap acceptace rendah, namun
kontrolnya tinggi, suka menghukum
secara fisik, bersikap mengkomando
(mengharuskan/memerintah anak
untuk melakukan sesuatu tanpa
kompromi, bersikap kaku , cenderung
emosional dan bersikap menolak

Dampak Pola Authoritarian


Mudah tersinggung, penakut,
pemurung , tidak bahagia, mudah
terpengaruh, mudah stress, tidak
mempunyai arah masa depan yang
jelas, tidak bersahabat.

Pola asuh Submission


(penyerahan)
Senantiasa memberikan sesuatu
yang diminta anak berperilaku
semaunya dirumah.
Dampaknya Pada Perilaku
Anak :Tidak patuh, tidak
bertanggung jawab, agresif, teledor,
bersikap otoriter, terlalu percaya diri

Authoritative
Sikap acceptance dan kontrolnya
tinggi, bersikap responsif terhadap
kebutuhan anak, mendorong anak
untuk menyatakan pendapat atau
pertanyaan, memberikan penjelasan
tentang dampak perbuatan yang
baik dan buruk

Dampak Pola asuh


Authoritative
Bersikap bersahabat, memiliki rasa
percaya diri, mampu mengendalikan
diri , bersikap sopan, mau bekerja
sama, memiliki rasa ingin tahunya
yang tinggi, mempunyai arah hidup
yang jelas, merorientasi terhadap
prestas

Penanggulangan Stigma

Penanggulangan Stigma
Jadilah contoh yang baik.
Berbagilah pada orang lain.
Bantulah orang yang distigma untuk
melakukan perubahan.

Definisi

WITHDRAWAL SYNDROME
Terjadinya sindroma zat spesifik karena
penghentianmendadak (atau pengurangan)
penggunaan zat yang lama dan berat
DSM-IV-TR
Sindroma diatas menyebabkan penderitaan
yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam hal sosial, pekerjaan atau
area fungsi-fungsi penting lainnya

Withdrawal Syndrome

Alcohol withdrawal
Caffeine withdrawal
Cannabis withdrawal
Opioid withdrawal
Tobacco withdrawal
Stimulant withdrawal

Mekanisme Withdrawal
Syndrome

FISIOLOGI OPIOID DALAM


TUBUH

REWARD SYSTEM
SIRKUIT OTAK YANG DIAKTIFKAN OLEH OPIOID

KETERGANTUNGAN/ADIKSI

TOLERANSI
PENGULANGAN PAPARAN HEROIN

WITHDRAWAL SYNDROME

Gejala

Gejala putus obat (withdrawal


syndrome) terjadi bila pecandu obat
tersebut menghentikan penggunaan
obat secara tiba-tiba. Gejala
biasanya timbul dalam 6-10 jam
setelah pemberian obat yang
terakhir dan puncaknya pada 36-48
jam

Onset

Gejala yang timbul

6-12 jam

Lakrimasi,rhinorrhea,sering
menguap,gelisah

12-24 jam

Tidur gelisah,tremor,pupil
dilatasi,anoreksia

24-72 jam

Gejala diatas bertambah disertai adanya


kelemahan,depresi,nausea,mual muntah

7-10 hari

Gejala hiperaktivitas otonom mulai


berkurang secara berangsur-angsur
tetapi penderita masih tergantung kuat
pada obat

Pencegahan

Jangan pernah mencoba memakai


narkoba
Kuatkan iman, mantapkan pribadi,
pakailah rasio (pemikiran,
pertimbangan) lebih banyak dari
pada emosi
Jangan menghindar dari problem,
tetapi hadapi dan atasi persoalan
sampai tuntas, bila tak mampu
konsultasi pada ahli

Pilihlah pergaulan yang aman


Pilih kegiatan yang sehat
Selalu berusaha menjadi pribadi
yang baik
Penyuluhan Narkoba

Penatalaksanaan

Terapi Withdrawl Opioid


Pasien dengan gejala putus obat yang ringan hanya
membutuhkan lingkungan yang mendukung mereka tanpa
memerlukan obat
Klonidin. Dosis awal diberikan 0,1-0,2 mg tiap 8 jam.
Kemudian dapat dinaikkan bila diperlukan hingga 0,8
-1,2mg/hari, selanjutnya dapat ditappering off setelah 1014 hari.
Terapi non spesifik (simptomatik)

Terapi non spesifik


(simptomatik
Gangguan tidur (insomnia) dapat
diberikan hipnotik sedatif
Nyeri dapat diberikan analgetik
Mual dan muntah dapat diberikan
golongan metoklopamide
Kolik dapat diberikan antispasmolitika
Gelisah dapat diberikan anti-ansietas
Rhinorrhea dapat diberikan golongan
fenilpropanolamin

Terapi detoksifikasi adiksi


opioid
Metadon merupakan drug of choice dalam
terapi detoksifikasi adiksi opioid
Metadon yang dianjurkan untuk terapi
detoksifikasi heroin (morfin) adalah 2-3 x 510 mg perhari peroral.
Setelah 2-3 hari stabil dosis mulai
ditappering off dalam 1-3 minggu.
Buprenorphine dosis rendah (1,5-5 mg
sublingual setiap 2-3 x seminggu)

Terapi rumatan (maintenance)


adiksi opioid
Metadon dan Levo alfa acetyl;methadol (LAAM)
merupakan standar terapi rumatan adiksi opioid
Metadon diberikan setiap hari, sedangkan LAAM
hanya 3 kali seminggu.
Untuk terapi maintenance, dosis metadon dapat
ditingkatkan (biasanya 40-100 mg/hari).
Buprenorphine digunakan sebagai terapi ruwatan
dengan dosis antara 2 mg-20 mg/hari.
Naltrexone digunakan untuk adiksi opioid yang
mempunyai motivasi tinggi untuk berhenti dengan
dosis diberikan setiap hari 50-100 mg peroral untuk
2 3 kali seminggu

Non Farmakologis

Tahap Rehabilitasi Non


Medis
Tahap ini pecandu ikut dalam
program rehabilitasi.
Pecandu menjalani berbagai program
diantaranya program:
therapeutic communities (TC),
pendekatan keagamaan, dan lain-lain.

Terapi Komunitas
(Therapeutic Community)
Motto dalam TC adalah Man helping man
to help himself.
Anggota komunitas (resident) bertanggungjawab untuk saling menolong satu sama
lain, dengan menolong orang lain ia
sekaligus juga menolong dirinya sendiri.
Komunitas yang saling membantu ini
diyakini dapat mengembalikan seorang
pecandu pada kehidupan yang benar (right
living).

Terapi Komunitas
(Therapeutic Community)
Empat Kategori Struktur Program:
a. Pembentukan tingkah laku
kemampuan untuk mengelola kehidupannya
sehingga terbentuk perilaku yang sesuai
dengan nilai-nilai, norma-norma kehidupan
masyarakat.
b. Pengendalian emosi dan psikologi
Perubahan perilaku yang diarahkan pada
peningkatan kemampuan penyesuaian diri
secara emosional dan psikologis.

Terapi Komunitas
(Therapeutic Community)
c. Pengembangan pemikiran dan kerohanian
Perubahan perilaku yang diarahkan pada
peningkatan aspek pengetahuan, nilai-nilai
spiritual, moral dan etika, sehingga bisa
mengatasi tugas dan masalah dalam kehidupan
d. Keterampilan kerja dan keterampilan sosial
serta bertahan hidup
peningkatan kemampuan dan keterampilan
residen yang dapat diterapkan untuk
menyelesaikan tugas-tugas sehari-hari maupun
masalah dalam kehidupannya

Terapi After Care


Meliputi upaya pemantapan dalam
bidang fisik, mental,
keagamaan,komunikasi-interaksi
sosial,edukasional
Bertujuan untuk capai kondisi
perilaku yang lebih baik dan fungsi
yang lebih baik
Peranan keluarga sangat diperlukan

Anda mungkin juga menyukai

  • Deep Vain Thrombosis Definisi
    Deep Vain Thrombosis Definisi
    Dokumen35 halaman
    Deep Vain Thrombosis Definisi
    Raharjeng
    Belum ada peringkat
  • Hematokezia
    Hematokezia
    Dokumen12 halaman
    Hematokezia
    Raharjeng
    Belum ada peringkat
  • Case Report
    Case Report
    Dokumen31 halaman
    Case Report
    Raharjeng
    Belum ada peringkat
  • HIV Aids
    HIV Aids
    Dokumen5 halaman
    HIV Aids
    Raharjeng
    Belum ada peringkat
  • Epidemiologi - Difteri
    Epidemiologi - Difteri
    Dokumen43 halaman
    Epidemiologi - Difteri
    Raharjeng
    Belum ada peringkat
  • Herbal
    Herbal
    Dokumen11 halaman
    Herbal
    Raharjeng
    Belum ada peringkat
  • Case Report
    Case Report
    Dokumen12 halaman
    Case Report
    Raharjeng
    Belum ada peringkat
  • Fraktur Clavicula
    Fraktur Clavicula
    Dokumen15 halaman
    Fraktur Clavicula
    Raharjeng
    Belum ada peringkat
  • Tutor
    Tutor
    Dokumen88 halaman
    Tutor
    Raharjeng
    Belum ada peringkat
  • Agitasi
    Agitasi
    Dokumen15 halaman
    Agitasi
    Raharjeng
    Belum ada peringkat
  • Hidrokel
    Hidrokel
    Dokumen15 halaman
    Hidrokel
    Raharjeng
    Belum ada peringkat
  • Hidrokel
    Hidrokel
    Dokumen15 halaman
    Hidrokel
    Raharjeng
    Belum ada peringkat
  • Ileus Obstruktif
    Ileus Obstruktif
    Dokumen10 halaman
    Ileus Obstruktif
    Raharjeng
    Belum ada peringkat
  • Blok 25
    Blok 25
    Dokumen88 halaman
    Blok 25
    Raharjeng
    Belum ada peringkat
  • Adiksi
    Adiksi
    Dokumen13 halaman
    Adiksi
    Raharjeng
    Belum ada peringkat
  • Pptfixskenario 5
    Pptfixskenario 5
    Dokumen69 halaman
    Pptfixskenario 5
    Raharjeng
    Belum ada peringkat