Anda di halaman 1dari 16

Keluarga Sebagai Agen

Sosialisasi SosialBudaya
Achmad Zaenudin
Afriana Trisulastri
Fachri Akmal Rasis
Ikhsan F

A. Pendidikan sebagai wujud


Internalisasi nilai sosial-budaya.
Hakikat pendidikan adalah proses sosialisasi dan
internalisasi nilai sosial dan nilai budaya. Melalui
pendidikan nilai nilai sosial-budaya disosialisasikan dan
diinternaslisasikan agar peserta didik menjadi warga
masyarakat yang baik, yang mampu
mengimplementasikan nilai nilai sosial-budaya dalam
perjalanan hidupnya di tengah masyarakat.

lanjutan
Keluarga memikul tanggung jawab utama dan pertama dalam
pendidikan anak sebagai wujud sosialisasi nilai sosial budaya. Ada
beberapa alasan mengapa keluarga (ayah/ibu) dikategaorikan
sebagai penaggung jawab utama;
pertama karena secara kodrati keluarga/orang tua mendapat
amanat langsung dari Sang Maha Pencipta untuk menerima,
memelihara, dan mendidik anak,
kedua karena selama masa pengasuhan (masa kanak kanak
remaja) anak seharusnya lebih banyak berada dalam pengawasan
orang tua (dalam tenggang waktu sehari semalam/24 jam, hanya
sekitar 4 - 8 jam anak berada dalam pengawasan sekolah,
selebihnya berada dalam pengwasan orang tua).

Lanjutan
Kartono (1991:63) menyatakan bahwa orang tua
merupakan orang pertama dan utama yang mampu,
serta berhak sekaligus berkewajiban mendidik anaknya.
Peran orang tua dalam keluarga sangat penting karena
dapat menciptakan ikatan emosional dengan anak,
menciptakan suasana aman di rumah sehingga orang
tua dan keluarga menjadi tempat untuk anak
mencurahkan suasana hati, menjadi model dalam
penerapan disiplin, tanggung jawab, bersikap dan
bertindak, serta komunikasi yang efektif.

lanjutan
Pada dasarnya setiap anggota keluarga memikul
tanggung jawab untuk menjaga diri dan keluarganya,
sebagaimana difirmankan Allah;
Wahai orang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu
dari siksa neraka yang bahan bakarnya manusia dan
batu, yang diperuntukan bagi orang kufur (mengingkari
ketentuan Allah)(QS At Tahrim; 6).

lanjutan
Hadari Nawawi menegaskan bahwa pokok pokok
kegiatan pendidikan dalam keluarga adalah membantu
anak untuk memahami posisi dan perannya masing
masing, membantu anak anak mengenal dan
memahami nilai dan norma agama, nilai dan norma
sosial, nilai dan norma hukum, agar mereka mampu
melaksanakan dengan baik dan benar (Hadari Nawawi;
1993: 160).

lanjutan
Menurut Al Ghazali, yang dikutif oleh Muhaimin
(1193:169), tanggung jawab orang tua dalam mendidik
anak yang utama adalah membersihkan, menyucikan,
serta membawa suasana hati anak kepada ketakwaan
kepada Allah.

Tatang, dalam buku Ilmu Pendidikan menjelaskan beberapa hal yang harus
dipahami orang tua dalam kaitannya dengan pendidikan anak;
a. Anak sebagai peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa, bukan orang
dewasa dalam ukuran kecil
b. Anak mempunyai periode, pola, tempo, serta irama perkem bangan tertentu,
dimana implikasinya terhadap proses pendidikan, ialah penyesuaian sikap dan
tindakan dalam proses pendidikan dengan periode, pola, tempo, serta irama
perkembangan anak.
c. Anak memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu
semaksimal mungkin.
d. Anak sebagai individu bersifat unik, yaitu memiliki perbedaan antara individu
satu dengan individu lain, baik perbedaan karena faktor endogen (genotif), maupun
faktor eksogen (fenotif), yang meliputi aspek jasmani, inteligensi, sosial, bakat,
minat, dan lingkungan yang mempengaruhi.
e. Anak harus dipandang sebagai kesatuan sistem organisme manusia, yang
merupakan kesatuan dari unsur jiwa ( cipta, rasa, dan karsa) dan unsur raga yang
merupakan kesatuan proporsional dari organ fisik, dimana satu unsur berhubungan
secara sinergis dengan unsur lain.
f. Anak sebagai subjek pendidikan yang memiliki karakteristik; aktif, inovatif, kreatif,
dan produktif

Inti dari tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak dapat dirinci
sebagai berikut;
1. orang tua menyadari sepenuh hati bahwa anak adalah amanat dari Tuhan
yang harus dipertanggung jawabkan,
2. orang tua memikul tanggung jawab untuk menjaga anak agar terhindar dari
penderitaan di dunia maupun di akhirat,
3. orang tua memikul tanggung jawab atas keselamatan dan kebahagiaan hidup
anak di dunia dan akhirat,
4. orang tua memastikan bahwa anak telah melaksanakan ajaran agama yang
dianut,
5. orang tua memastikan bahwa anak telah bersikap, bertutur kata, dan
berperilaku sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku,
6. pendidikan yang dilakukan orang tua terhadap anak, memperhatikan tahap
tahap perkembangan psikhologis anak,
7. orang tua tidak memaksakan kehendak terhadap anak,
8. pelaksanaan pendidikan anak, didasari oleh prinsip prinsip demokrasi,
pengembangan toleransi, agar anak mampu hidup dalam kebersamaan.

B. Alat sosialisasi & internalisasi nilai sosialbudaya.

Pembiasaan.
Pembiasaan dapat diartikan sebagai proses
pengulangan sesuatu, baik berupa sikap, ucapan, atau
tindakan yang dilakukan secara terus menerus dan
teratur, sampai kemudian sesuatu yang dibiasakan itu
melembaga, dan menjadi watak khas dari diri si pelaku.
Dalam pendidikan, proses pembiasaan dilakukan
terhadap sikap, ucapan, maupun tindakan yang
menurut ukuran nilai dan norma sosial dianggap baik.
Selanjutnya, sampai dapat terbentuk watak khas yang
melekat pada diri seseorang, proses pembiasaan
memerlukan waktu yang panjang.

lanjutan
Pengawasan.
Pengawasan dalam kaitannya dengan proses
pembiasaan sebagai alat pendidikan adalah kegiatan
mengamati sikap, tutur kata, serta perilaku anak agar
tidak keluar dari koridor nilai dan norma yang berlaku.
Kegiatan mengamati sikap, tutur kata, serta perilaku
anak itu dilakukan dengan melihat, meperha tikan,
serta mendengar, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Ketika terjadi penyimpangan dari yang telah
ditetapkan, maka pendidik melakukan tindakan
seperlunya, sesuai dengan bobot penyimpangan serta
usia anak.

lanjutan
Keteladanan keluarga.
Salah satu bentuk alat pendidikan yang efektif adalah
keteladanan dari pendidik, yang dalam lingkup keluarga
pendidik itu adalah orang tua (ayah, ibu, dan anak yang
lebih tua). Peran orang tua dalam internalisasi nilai
sosial-budaya, seperti kemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara; ing ngarso sung tulodo, ing madyo
mangun karso, tut wuri handayani.

lanjutan
Perintah.
Perintah dapat diartikan sebagai permintaan yang tegas
dari suatu pihak kepada pikak lain untuk melakukan
sikap, tutur kata, atau tindakan sesuai kehendak pihak
yang meminta. Perintah tidak harus selalu dalam
bentuk lisan atau perkataan seseorang, tetapi bisa juga
dalam bentuk tulisan berupa peraturan peraturan atau
perundang undangan yang harus ditaati. Setiap
perintah sebagai alat pendidikan harus bersifat
normatif, artinya mengandung nilai nilai dan norma
norma sosial, yang memberi arahan kepada
terwujudnya perilaku yang baik.

lanjutan
Larangan.
Larangan dapat diartikan sebagai permintaan yang
tegas dari satu pihak kepada pihak lain untuk tidak
melakukan sesuatu.
Larangan biasanya dikeluarkan pendidik, untuk hal hal
yang tidak baik, atau hal hal dapat membahayakan
peserta didik itu sendiri.
Larangan tidak selalu dalam bentuk perkataan (verbal),
tetapi juga bisa larangan tertulis dalam bentuk
peraturan peraturan atau perundang undangan.

lanjutan
Sikap anak terhadap orang tua.
Demikian berat tugas keluarga dalam menjaga dan
mendidik anak supaya anak bisa terhindar dari kesulitan
atau penderitaan di kemudian hari, baik saat hidup di
dunia, maupun di akhirat kelak. Demi kelang sungan
hidup, dan kebahagiaan anak itu, orang tua bukan
sekedar harus kerja keras, banting tulang, memeras
keringat, tetapi terkadang harus berada di tepi jurang,
menantang petaka semata mata demi anak.

lanjutan
Karena itu, melalui firmanNya, Allah mengingatkan semua manusia
sebagai berikut;
Dan ketenuan Tuhanmu; janganlah kamu beribadah (mengabdi/
menyembah) selain kepadaNya, serta berbuat baiklah kepada kedua
orang tuamu. kemudian jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengucapkan kepada mereka perkataan "ah!"
jangan pula kamu membentak mereka, tapi ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia (perkataan yang sopan dan santun) (QS Al Isra;23)
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih
sayang , kemudian ucapkanlah (doa): "Wahai Tuhanku, kasihilah (sayangi
dan muliakanlah) keduanya, sebagaimana mereka berdua mendidik dan
menyangi aku di waktu kecil". (QS Al Isra; 24)

Anda mungkin juga menyukai