OUTLINE
Struktur Organisasi
Landasan Hukum
Definisi
Latar Belakang
Indikator Kinerja
Roadmap Jasa Kelautan 2016-2019
Kewenangan Pusat dan Daerah
Manfaat bagi Pemerintah
Daerah
1. STRUKTUR ORGANISASI
Lanjutan
Peraturan-perundangan Terkait
3. DEFINISI
Pasal 19 UU No. 1/2014 ttg Pengelolaan WP3K
Sumber daya Perairan Pesisir dan perairan pulau-pulau kecil
untuk
a. produksi garam;
b. biofarmakologi laut;
c. bioteknologi laut;
d. pemanfaatan air laut selain energi;
e. wisata bahari;
f. pemasangan pipa dan kabel bawah laut;
g. pengangkatan benda muatan kapal tenggelam,
Pasal 32 UU No. 32 Tahun 2014 ttg Kelautan
a. bangunan laut
b. instalasi di laut
Bangunan
Bangunan Laut
Laut adalah
adalah setiap
setiap konstruksi,
konstruksi, baik
baik yang
yang berada
berada di
di atas
atas dan/atau
dan/atau di
di
bawah
permukaan
Laut,
yang
menempel
pada
daratan,
maupun
yang
tidak
bawah permukaan Laut, yang menempel pada daratan, maupun yang tidak
menempel
menempel pada
pada daratan,
daratan, antara
antara lain
lain konstruksi
konstruksi reklamasi,
reklamasi, prasarana
prasarana pariwisata
pariwisata
kelautan,
dan
prasarana
perhubungan,
Rig
migas
kelautan, dan prasarana perhubungan, Rig migas
Lanjutan
Pipa bawah laut adalah salah satu bagian dari infra struktur bangunan
lepas pantai yang berfungsi untuk mengalirkan produk dari suatu
lepas pantai ke struktur lepas pantai lainnya atau ke terminal
agar dapat diproses lebih lanjut
struktur
di darat
samudera untuk
dan
nilai
Lanjutan
Wisata Bahari adalah Kegiatan rekreasi yang melibatkan perjalanan dari satu
tempat ke tempat lain dan memiliki fokus pada lingkungan bahari (lingkungan
bahari didefinisikan sebagai lingkungan perairan laut yang bersifat garam dan
dicirikan dengan adanya karakter dan pengaruh gelombang
Output
Target
2015
2016
2017
2018
2019
Terwujudnya
pemanfaatan Air Laut
Non Energi dan BMKT
13
19
25
31
Tertatanya bangunan
laut untuk
pengembangan
ekonomi
Jumlah Kawasan
Pemanfaatan Umum yang
dikelola untuk Bangunan Laut
(kawasan)
Tertatanya pipa/kabel
bawah laut untuk
pengembangan
ekonomi
Terwujudnya
pengelolaan kawasan
wisata bahari
12
Terselenggaranya
penatausahaan
Direktorat JK yang
tepat waktu
Persentase penatausahaan
Direktorat JK yang tepat
waktu (%)
100
100
100
100
Lanjutan
lanjutan
7. KEWENANGAN MENTERI KP
LINTAS PROVINSI
KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
(KSN)
KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
TERTENTU (KSNT)
KAWASAN KONSERVASI NASIONAL
21
Kegiat
an
1 BMKT
Mandat
Jenis Izin
Kewenangan
Pusat
PP 75/2015
PNBP
Prop
Izin lokasi
Setelah
mendapat
rekomendas
i dari
Menteri
2 Air Laut
Non
Energi
Pembagian hasil
pengangkatan BMKT
benda
berharga di
wil
kewenanga
n Propinsi
Izin lokasi
Setelah
mendapata
rekomendas
i dari
Menteri
Kab/Kot
a
Wisata
Bahari
Kewenangan
Pusat
PP 75/2014
PNBP
PP 75/2015
PNBP
Izin Lokasi
a. Kategori Lokasi yang Masuk
dalam Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional
(RIPPARNAS) Rp. 30.000.000,b. Kategori Lokasi di luar (RIPPARNAS) Rp.
15.000.000,Perpanjangan Izin Lokasi
a. Kategori Lokasi yang Masuk dalam
(RIPPARNAS) Rp. 5.000.000,b. Kategori Lokasi diluar (RIPPARNAS) Rp.
7.500.000,Izin Pengelolaan Rp. 10 % x Nilai Investasi
Kunjungan
kapal wisata
Propin
si
Kab/
Kota
Izin
lokasi
Setelah
mendapa
ta
rekomen
dasi dari
Menteri
**
SDA
SDA
Kegiatan
Bangunan
Laut
Mandat
Jenis Izin
Kewenangan
Pusat
Propinsi
Izin Lokasi
setelah
dari
rekomend
asi
Gubenur
Izin lokasi
Setelah
mendapata
rekomenda
si dari
Menteri
Pembangunan,
pemindahan
dan
pembongkaran
bangunan/instal
asi laut
Izin
penempat
an
anjungan
-Izin
pemanfaatn
Penetapa
n alur
pelayaran
AMDAL
ruang
-Rekomend
Gubernur
Kab/Ko
ta
Kegiatan
Mandat
Jenis Izin
Kewenangan
Pusat
Instalasi/ Pipa
dan Kabel Bawah
Laut
Izin Lokasi
setelah dari
rekomendasi
Gubernur
PNBP
-Izin Lokasi
Rp
148.595.000,-Izin
Perpanjangan
Lokasi
65.000.000,
-Izin Pengelolaan
7 % x Nilai
Investasi
PNBP
AMDAL
Persetujuan Prinsip
Pemasangan Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran (SBNP)
dari Dit. Kenavigasian
Propinsi
Izin lokasi
Setelah
mendapata
rekomend
dari Menteri
Kab/Ko
ta
No
Kegiatan
Mandat
Jenis Izin
Kewenangan
Pusat
Instalasi/
Pipa dan
Kabel
Bawah
Laut
Security
Clearance
Secu
Clear
dari
Ment.
Han
Kam
Penyelenggaraa
n
Telekomunikasi
Izin
pengg
elaran
*
*Izin lokasi tidak dapat diberikan pada zona inti kawasan konservasi, alur laut,
Kawasan pelabuhan dan pantai umum (RPP Izin Lokasi)
Prop
Kab/Kot
a
AIR LAUT
NON ENERGI
DAN BMKT
Feb 2016
Perpanjangan
Moratorium
n
pa
Gudang
Swasta
m
rsi
Te
1.Rapat Pleno
PANNAS BMKT (26
Feb)
2.Penerbitan Permen
Perpanjangan
(Sebelum 29 Feb)
3.Penyelesaian isu
pengangkatan
sebelum
moratorium.
31
%
69
%
Gudang
Pemerinta
h
1.Menyusun Perubahan
Peraturan keanggotaan
PANNAS (Keppres 19/2007
Jo. Keppress No.12/2009
2.Sinkronisasi Peraturan, a.l
UU No.1/2014, UU
No.32/2014 dan UU No.
11/2010-RPP Cagar
Budaya.
3.Integrasi pengawasan
lokasi potensi BMKT
dengan AL.
4.Inisiasi dan kerjasama
BMKT (Dishidros,
Universitas, BUMN dan
Kemendes)
5.Perbaikan warehouse,
pemindahan dari gudang
swasta ke Cileungsi, dan
penataan koleksi
Cileungsi
54
54 %
%
Negara
Negara
36
36 %
%
Milik
Milik Pemerintah
Pemerintah // Aset
Aset
Masih
Masih ada
ada hak
hak
PEMBAGIAN KEWENANGAN
Sesuai dengan KepmenKP No. 39 Tahun 2000 tentang Ketentuan
Teknis Perizinan Survei dan Perizinan Pengangkatan BMKT, Pasal 8
(6) bahwa Panitia Nasional selambat-lambatnya dalam waktu 7
hari kerja menyampaikan rekomendasi kepada Pejabat Berwenang,
yaitu:
1.
2.
3.
KEBIJAKAN STRATEGIS
1. MKP menerbitkan Permen No. 28 tahun
2015 tentang Moratorium Perizinan
Survei dan Pengangkatan BMKT.
2. Pengangkatan BMKT kedepan akan
dilaksanakan oleh Pemerintah oleh
karena itu perlu pemetaan potensi BMKT
di wilayah perairan Indonesia.
3. Pemanfaatan BMKT harus berorientasi
pada peningkatan wawasan bahari dan
penguatan jati diri sebagai negara
maritim.
4. Penguatan kelembagaan pengelola BMKT
harus diprioritaskan
BANGUNAN
LAUT
sedimen
Salah satu bentuk morfologi pantai akibat tertahan oleh struktur jeti yang
menghalangi angkutan sedimen menyusur pantai. Hal ini menyebabkan
deposisi di updrift jeti dan erosi di downdrift jeti, belum memperhatikan aspek
lingkungan
37
21
176
325
29
Aspek
Jenis Regulasi
Keterangan
Kelestarian
sumber daya
pesisir dan
pulau-pulau
kecil dan
teknis
UU No. 32 tahun
2014 tentang
Kelautan, Pasal 32
Keselamatan
Pelayaran
PP No. 5 tahun
2010 tentang
Kenavigasian
Mitigasi
Bencana
PP No. 64 tahun
2010 tentang
Mitigasi Bencana di
Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil
Reklamasi
Peraturan Presiden
No. 122 tahun 2012
tentang Reklamasi
di Wilayah Pesisir
lanjutan
No
.
Aspek
Jenis Regulasi
Keterangan
Lingkungan
Hidup
Pedoman Pengamanan
Pantai, Pedoman
Pelaksanaan Konstruksi
Bangunan Pengaman Pantai
(SE PU No. 07/SE/M/2010),
Pedoman Penilaian
Aspek
Pengelola
an Garis
Pantai
Jenis Regulasi
lanjutan
Keterangan
INSTANSI TERKAIT
PENATAAN BANGUNAN
INI
DALAM
LAUT SAAT
PIPA DAN
KABEL
BAWAH LAUT
Diamater pipa 6 40 (20-100 cm) panjang saat instalasi rata-rata. Bekerja 24 jam
sehari, 365 hari dalam setahun selama umur pipa ( sampai 30 tahun atau bahkan lebih)
Pipa bawah laut Indonesia ( 2014) untuk :
Penyalur Minyak Bumi (13.752,5 km), Air Bersih (20 lokasi : 2 10 km perlokasi ),
Tailing ( perusahan pertambangan besar)
Secara umum memiliki dampak yang cukup luas terhadap kondisi pesisir dan laut,
perikanan bahkan manusia baik pada saat aktivitas instalasi pemasangan
/pembangunan, operasional (kebocoran), akhir operasional (pipa terbengkalai)
Kejadian kebocoran pipa bawah laut banyak yang kurang optimal tertangani,
menyebabkan kerugian besar terhadap laut, ekosistem, ikan serta manusia
ASPEK KEBIJAKAN
KABEL / PIPA BAWAH
LAUT
Subsea Pipelines in
Indonesia
REGULASI
UU
Output
Permen
Perpre
s
PP
1
RPP ttg Bangunan
dan Instalasi
(Pipa/Kabel) Laut
UU 1/2014 ttg
Perubahan atas
UU 27/2007 ttg
Pengelolaan WP3K
RPP Izin Lokasi dan Izin
Pengelolaan di WP3K
(Harmonisasi
Kemenkumham)
2
R. Permen KP ttg persyaratan
teknis, administratif dan
operasional bangunan dan
instalasi laut
1 RPP
2R
Permen
PP 75/2015 ttg
PNBP yg
berlaku di KKP
3
R. Permen KP ttg
Mekanisme Pelaksanaan
PNBP lingkup Ditjen PRL
RENCANA AKSI
Penataan Bangunan Laut dan Pipa/Kabel Bawah Laut TA 2016
[B03]
Koordinasi
[B06]
Identifikasi
Pembentukan Tim
KKP
ITB
UNPAD FGD
ITS
IPB
UGM
UNAND
HAPPI
AKSLI
HATHI, ISI
ISKINDO
PT
Kemenko maritim
K. Per-hubungan
FGD K/L
K. ESDM
Kemenhan
Dishidros
K. Kominfo
KLHK
K. PU-Pera
Kemenlu
Bakamla
dll
[B12]
[B09]
Pembahasan NA
antar K/L
Konsultasi Publik
Pembentukan Tim
Lintas K/L
Uji Petik di
Daerah
Lokakarya
Nasional
Pembahasan
RPP antar K/L
Harmonisasi
RPP
UKURAN KEBERHASILAN
Tersusunnya Naskah Akademik/RPP ttg
Bangunan dan Instalasi (Pipa/Kabel) di Laut yg
berisi Kriteria, Persyaratan dan Mekanisme
Pendirian dan/atau Penempatan Bangunan dan
Instalasi di Laut
UU 32/2014 ttg
Kelautan
Pasal 32 ayat (5)
PP 75/2015 ttg
PNBP yg berlaku di
KKP
WISATA
BAHARI
WISATA BAHARI
Gorontal
o
MASTERPLA
N
&
DED
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Manokwari
Gorontalo
Bitung
Morotai
Kep. Seribu
Wakatobi
Padaido
Karimun Jawa
Labuhan Bajo
Manokw
ari
Bitung
2016
(Manokwari, Gorontalo,
Masterplan (Bitung)
6 Lok) dan DED (3 Lok)
1,34 M
Kios wisata / Pondok Informasi 3 M
Jetty Apung 1,35 M
Peralatan selam 1,44 M
Mooring Buoy 690 Juta
Glass bottom Boat 1,08 M
Rubber Boat 150 Juta
Capacity Building Pengelola 212 Juta
Operasional Pendukung 1,254.6 M
Total anggaran
2017
Morotai
Kep. Seribu
Wakatobi
Padaido
Karimun Jawa
Labuhan Bajo
Comanagemen
t;
CoOwnership
Pemanfaatan Potensi
SDA dan Jasa
kelautan belum
mempertimbangkan
kepentingan
masyarakat, kearifan
lokal dan kawasan
konservasi perairan
1. Pengakuan
keberadaan
masyarakat
setempat
2. Dukungan
pemerintah
daerah
1. Pemerintah daerah
dan Pusat
2. Berbasis
Masyarakat
3. Dunia Usaha
Coresponsibilit
y
1. Keberlanjutan
lingkungan
2. Keberlanjutan
usaha
3. Kesejahteraan
KONDISI
DIHARAPKAN
Keberlanjutan
wisata bahari
berbasis potensi
lokal
tarik wisata
2 Tersedianya Regulasi
COMPETITIVE STRATEGY
1 Kemudahan dan menciptakan iklim
berusaha
2 Kemudahan Perijinan lokasi dan
pengelolaan
3 Fasilitasi sarana dan Prasarana yang
memadai
4 Penyiapan sumberdaya manusia
COOPERATIVE STRATEGY
1 Kemitraan
2 Peran serta dan Kelembagaan
Masyarakat
TAHAPAN
I
Penentuan Lokasi
II
III
IV
Pembangunan
Infrastruktur dan
Fasilitas Pendukung
Kemitraan
WISATA BAHARI
Marine Tourism include those recreational activities that involve travel away from ones place
of residence and which have their host or focus the marine environment (where the marine
environment is defined as those waters which are saline and tide - affected). (Orams, 1999);
atau dapat didefiniskan sebagai :
Kegiatan rekreasi yang melibatkan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dan
memiliki fokus pada lingkungan bahari (lingkungan bahari didefinisikan sebagai
lingkungan perairan laut yang bersifat garam dan dicirikan dengan adanya karakter
dan pengaruh gelombang.)
Definisi lain:
Marine Tourism is tourism activities that take place in coastal and marine setting The Coast
generally starts at the point of land where the high tide reaches and runs to the edge of the
continental shelf under the water, marine setting can include oceans and large inland lakes
(TIES)
Di Indonesia, Wisata Bahari juga dikembangkan dengan fokus pada pesisir dan
pulau-pulau kecil dimana hal ini tertuang didalam Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengelolaan Pulau-pulau Kecil (kurang dari 10,000 km 2 dan jumlah penduduk
kurang/sama dengan 200,000 jiwa)
EKOWISATA
Ekowisata menurut The Ecotourism Society (1990)
:
Suatu bentuk perjalanan wisata yang bertanggungjawab
ke area alami yang dilakukan dengan tujuan
mengkonservasi lingkungan dan melestarikan
kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat
EKOWISATA BAHARI
Untuk kawasan pesisir, pemanfaatan ekowisata dikenal dengan
Ekowisata Bahari
Marine Ecotourism atau Ekowisata Bahari merupakan ekowisata atau
kegiatan wisata yang berbasis lingkungan yang dilakukan di
daerah pesisir dan laut.
Di Indonesia wisata bahari juga memperhitungkan jasa lingkungan dan
keterkaitannya dengan pengelolaan pulau-pulau kecil
Ekowisata Bahari
Bersifat terbatas dengan mengedepankan unsur perlindungan
lingkungan, partisipati masyarakat dan keberlanjutan.
Memiliki aturan-aturan terkait dalam pemanfaatannya.
Memiliki nilai edukasi yang tinggi
Memiliki nilai (value) yang lebih tinggi dibandingkan marine tourism
biasa.
Lebih berorientasi pada qualitas dibandingkan kuantitas.
Memiliki dampak kerusakan lingkungan yang rendah
Tuntutan fair business dan CSR kepada pelaku usahanya
Wisata Bahari
Bersifat masal dengan pengaturan yang relatif terbatas
Berfokus pada nilai-nilai kesenangan dan relaksasi
Memiliki dampak kerusakan lingkungan dan tingkat polusi yang relatif
lebih tinggi
Tingkat repeating customer yang rendah
10
Instansi
Jenis
Kegiatan Pemasangan Pipa Bawah Laut
a. Izin Lokasi
b. Perpanjangan Izin Lokasi
c. Izin Pengelolaan
Izin Usaha
Izin Membangun
Izin Kegiatan
Tarif
a. Rp.
148,595,000.00
b. Rp.
65,000,000.00
c. Rp.
7% x Nilai
Investasi
a. Rp.
128,595,000.00
b. Rp.
65,000,000.00
c. Rp.
7% x Nilai
Investasi
Rp
1,000,000.00
Rp
1,000,000.00
Rp
500,000.00
TERIMA KASIH