KEJANG DEMAM
dr.
PENDAHULUAN
A CME Monograph, Evaluation and Management of Simple and Complex Febrile Seizures, New York.
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014
ILUSTRASI KASUS
Identitas
Nama
Umur
Jenis kelamin
Nama Ayah
Umur
Pekerjaan
Nama Ibu
Umur
Pekerjaan
Alamat
MRS
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
An.I
2 tahun
Laki-laki
Tn. M
33 tahun
Swasta
Ny N
30 tahun
Ibu rumah tangga
Geplak, Karas, Magetan
5 Mei 2016 jam 02.00
Anamnesis
Keluhan Utama : Kejang
RPS :
Pasien datang dibawa ibunya ke UGD dengan keluhan
kejang, saat sampai di UGD kejang telah berhenti, kejang
dirumah sebanyak 3x, jam 16.00, jam 22.00 dan jam
00.30 lamanya setiap kejang 1 menit, keadaan saat
kejang kaku seluruh tubuh serta matanya melihat keatas,
setelah kejang berakhir anak langsung sadar dan
menangis.
Riwayat kelahiran
Spontan/aterm/2900/lahir dibidan langsung menangis, tidak
biru/tidak kuning
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan gigi : umur 7 bulan, Psikomotor : Tengkurap (4
bulan), Duduk (6 bulan), Berdiri (9 bulan), Berjalan (1 tahun),
Bicara(9 bulan)
Riwayat nutrisi
ASI Eksklusif, kemudian ditambah pemberian susu formula setelah
usia 6 bulan.
Riwayat Imunisasi
Lengkap
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: lemah
Kesadaran
: CM
Nadi : 112x/menit
T.ax : 38,9 C
RR : 32x/menit, regular
BB : 13 kg
TB : 88 cm
Kepala/Leher
: A/I/C/D
: -/-/-/ Mata cowong : -/ Mukosa bibir : kering
Pernafasan cuping hidung
:-/ Thypoid tongue
: Pharing hyperemia
:+
Tonsillitis
: -/ Rhinore
: Pembesaran getah bening
: -/-
ASSESMENT
Rhinofaringitis Akut
Kejang Demam Kompleks
DD : Epilepsi, Meningoencepalitis
Planning diagnosis
Planning Terapi
Planning Monitoring
Keadaan umum
Vital Sign (Nadi, Suhu, RR)
Kejang, kesadaran
Komplikasi
Planning Edukasi
Menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa anaknya
mengalami kejang karena demam yang umumnya
mempunyai prognosis baik.
Memberitahukan cara penanganan kejang.
Memberi informasi mengenai risiko berulang kejang.
Pemberian obat untuk mencegah rekurensi efektif, tetapi
harus diingat risiko efek samping obat seperti mengantuk,
perubahan tingkah laku
Menyarankan orang tua untuk meningkatkan pemberian
minum dan makan pada anak karena saat kondisi demam
akan meningkatkan kebutuhan cairan serta energi
FOLLOW UP DI
BANGSAL
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah Lengkap 5 Mei 2016
Hb
: 12,9g/dl
Eritrosit
: 4.910.000
Lekosit: 6300 /mm3
Hematokrit
: 37,7%
Trombosit
: 236.000/mm3
MCV : 76,8
MCH : 26,3
MCHC : 34,2
Neutrofil
: 83,1
Limfosit
: 6,3
Monosit
: 8,0
Eusinofil
: 1,7
Basofil : 0,9
RDW : 13,9
MPV : 10,6
PDW : 17,7
PCT : 0,3
PROGRESS NOTE
Tgl
05-05-2016
06-05-2016
07-05-2016
N: 103x/mnt T: 36,8 RR :
30x/mnt
Kpl: a- ict- cyan- disp
Th : simteri, BJ (-),Rh-/- Wh-/Ab: supel, H/L ttb, BU (+) N,
met (-)
Ext: akral hangat
N: 101x/mnt T: 36,0 RR :
30x/mnt
Kpl: a- ict- cyan- disp
Th : simteri, BJ(-),Rh-/- Wh-/Ab: supel, H/L ttb, BU (+) N,
MET (-)
Ext: akral hangat
N: 108x/mnt T: 36,0 RR :
32x/mnt
Kpl: a- ict- cyan- disp
Th : simteri, BJ(+),Rh-/- WhAb: supel, bu (+) N, met (-)
Ext: akral hangat
Infus d5 ns 15 tpm
Dilantin tablet 3x30 mg
Proris 3x cth I k/p
Obat puyer 3x1 (lasal, mukus,
cetrizin, meproson)
Imunos 1 x cth I
Infus d5 ns 15 tpm
Dilantin tablet 3x30 mg
Proris 3x cth I k/p
Obat puyer 3x1 (lasal, mukus,
cetrizin, meproson)
Imunos 1 x cth I
Infus d5 ns 15 tpm
Dilantin tablet 3x30 mg
Proris 3x cth I k/p
Obat puyer 3x1 (lasal, mukus,
cetrizin, meproson)
Imunos 1 x cth I
Boleh pulang
TINJAUAN PUSTAKA
Etiologi
Patofisiologi
Infeksi ekstrakranial: suhu tubuh meningkat
Gang. Keseimbangan membran sel neuron
Difusi ion Na dan K berlebih
Depolarisasi membran dan lepas muatan listrik berlebih
Kejang
Kesadaran
Reflekmenelan
Aspirasi
Aktifitas otot
metabolisme
Hipoksia
Sel neuron otak rusak
Keb. O2
Asfiksia
Suhu tubuh
Risiko berulangnya KD :
Secara keseluruhan 30-35%
50-65% awitan kejang I usia < 12 bulan,
< 20% awitan kejang I usia > 12 bulan
Mayoritas (50-75%) rekurensi terjadi
pada 1
tahun pertama setelah awitan kejang I
UKK Neurologi IDAI, konsensus kejang demam 2006
Pemeriksaan penunjang
Tatalaksana
Tatalaksana
Saat kejang : algoritme tatalaksana SE
Setelah kejang berhenti :
Profilaksis atau tidak
Profilaksis intermiten atau kontinyu
Antipiretik:
- Antipiretik pada saat demam dianjurkan, walaupun tidak
Terapi profilaksis
(American Academy of Pediatrics)
ANALISIS KASUS
TEORI
KASUS
Batasan:
- Kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38C atau suhu aksila 37,8
C ) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium
- Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur
6 bulan-5 tahun
Klasifikasi
Kejang demam kompleks (Complex febrile
seizure):
- Kejang lama > 15 menit
- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang
umum didahului kejang parsial
- Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
+
+
+
+
-
TEORI
KASUS
Pemeriksaan penunjang
Darah lengkap
Elektrolit
Gula Darah
Lumbal Pungsi
EEG
Tatalaksana
- Algoritma SE
- Terapi profilaksis
- Antipiretik
+
-
+
+
+
SEKIAN
TERIMA KASIH
TANYA JAWAB
Feed back
Dulu pemberian diazepam pada anak <6 bl
dihindari. Dengan catatan
hati2.
Terapi cairan pada anak sesuai kebutuhan
misal pada dengan gangguan neurologis
ditambahkan manitol. Bukan kaitannya dengan
kejang pada anak
D5 ns diberikan pada anak <6bl
D5 ns >6 bl
Rl pada anak dgn tanda dehidrasi
Dx pasien kdk
kriteria pulang pengamatan klinis (tidak ada tanda
membahayakan klinis)
Terapi KDK pengalaman klinis: mencegah status
konvulsi jika sudah berulang dengan pemberian
diazepam langsung diberikan fenitoin / as.valproat.
Karena fenitoin sulit dimonitor kadarnya dalam darah.
Profilaksis kejang demam menurut ukk IDAI
sampai 1 tahun setelah bebas kejang terdapat
perdebatan para ahli yang mengenai lama pemberian
<1 tahun karena sama dengan terapi epilepsi
Indikasi ranap;
<6 bulan karena kemungkinan penyebab
intrakranial / epilepsi