Anda di halaman 1dari 17

TEKNIK KULTUR JARINGANOLEH:

PADA
TANAMAN JERUK (Citrus sp.)
DIAN SIMBOLON
(120301274)
SUCI KHAIRANI
ANA

(120301054)

CHRISTIN

SIMBOLON

(120301193)
RIA

ARTA

JUNISTIA

(120301005)
DESY

MUTIARA

SARI

(120301070)
WIKA

(120301079)

SYAHPUTRI

TEKNIK KULTUR JARINGAN PADA TANAMAN JERUK


(Citrus sp.)

Perbanyakan tanaman jeruk secara in vitro melalui


kultur

jaringan

memiliki

beberapa

keuntungan

diantaranya adalah dapat menghasilkan bibit klonal


secara massal dalam waktu yang singkat juga dapat
meningkatkan

kualitas

tanaman

karena

menghasilkan tanaman jeruk yang seragam dan


tingkat kesehatan lebih baik (Ghorbel, et al., 1998).

SUMBER 1

Teknik In Vitro Jeruk Keprok Brastagi (Citrus Nobilis


Brastepu) Sebagai Strategi Biokonservasi Mengatasi
Kepunahan Jeruk Lokal Sumatera Utara

Metode Penelitian
Prosedur penelitian terdiri atas skrining tanaman
induk, penyediaan media kultur, sterilisasi eksplan
dan pengkulturan mengikuti prosedur percobaan
yang dijelaskan sebelumnya. Tanaman induk yang
digunakan sebagai sumber eksplan adalah jeruk
keprok Brastepu CVPD. Bagian tanaman yang diambil
dijadikan sebagai sumber eksplan dalam teknik in
vitro.

1. Tunas muda tanaman jeruk keprok brastepu mulai dari


meristem apikal akan diambil lalu dicuci dengan air sabun
dan dibilas dengan air kran.
2. Tunas dipotong sepanjang 10 cm dari pangkal kemudian
disterilasi dalam kondisi aseptik dalam alkohol 70% selama 1
menit
3. Dilakukan pemindahan ke dalam larutan pemutih 10% dan
20% masingmasing selama 10 menit, dan 0.1% HgCl2
selama 5 menit, kemudian dibilas dengan akuades steril
sebanyak 5 kali.
4. Meristem

apikal

diisolasi,

kemudian

eksplan

ditanam

sepanjang 0.5 cm dalam media inisiasi.


5. Kultur akan diinkubasi dengan penyinaran 1000 lux selama
16 jam/hari, dengan suhu 25 derajat Celcius.
6. Kultur akan dipelihara selama 4 bulan sebelum dilakukan

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pertumbuhan kultur jeruk manis lokal Brastepu setelah
penanaman

eksplan

konsentrasi

media

di

dalam

diamati,

dan

media

kultur

hampir

pada

seluruh

variasi

perlakuan

menunjukkan pertumbuhan kalus. Media yang dipergunakan


dalam kultur tahap 1 adalah media padat yang mengandung MS
dan

diperkaya

dengan

zat

pengatur

tumbuh

auksin,

2,4-

dichlorophenoxy-acetic acid (2,4-D: 0; 0.5; dan 1.0 mg/l) dan


sitokinin berupa Benzyl Amino Purin dan (BAP; 0; 0.5; 1.0, dan 1,5
mg/l). Selanjutnya pertumbuhan dan perkembangan kalus di
dalam kultur tahap pertama diamati

2. Pertumbuhan kalus di dalam medium pada awalnya berwarna hijau dan


berubah

warna

Selanjutnya

setelah

eksplan

kultur

berumur

bertumbuh

menjadi

minggu
kalus

(Gambar
dengan

2a).

variasi

pertumbuhan sesuai dengan jenis medium yang dipergunakan. Setelah


masa inkubasi dilakukan 4 bulan, kalus diambil dari dalam medium DIB1,
diamati pertumbuhan dan perkembangan kalus di dalam variasi medium
(12 jenis media).

SUMBER 2

TEKNIK KULTUR JARINGAN DALAM RANGKA


PENGADAAN BIBIT DAN PELESTARIAN JERUK BESAR
(Citrus grandis (L.) Osbect) VAR. CIKONENG

Medium yang digunakan untuk menumbuhkan


eksplan adalah medium dasar MS dan MS penuh
yang dibuat padat dengan penambahan agar 8 g per
L, sukrosa 30 g per L, agar 8 g per L dan pemberian
zat pengatur tumbuh TDZ (0.0; 0.01; 0.1; dan 1
mg/L), BAP (0.0;1.0; dan 2 mg/L).
Eksplan diambil dari pucuk dari biji steril jeruk
cikoneng

yang

dikecambahkan

kemudian

disterilisasi dengan menggunakan deterjen selama 5


menit, alkohol 70% selama 15 menit, clorox 1%
selama 10 menit selanjutnya dibilas dengan akuades
steril...

Eksplan dikulturkan pada media I (MS0) untuk


mendapatkan

pucuk

steril

selama

minggu

kemudian dilakukan subkultur I kedalam media 0.5


mg/L BAP selama 2 minggu, selanjutnya subkultur II
ke media II (1/2 MS atau MS dengan penambahan
Thidiazuron dan 6-Benzylaminopurine).
Kultur diamati setelah 12 minggu dalam media II.
Pengamatan dilakukan terhadap parameter jumlah
tunas, jumlah akar, dan jumlah daun.Rancangan
yang

digunakan

pada

percobaan

ini

adalah

Rancangan Acak Lengkap pola faktorial, terdiri dari


24 perlakuan dengan 3 ulangan.

SUMBER 3

Kemampuan regenerasi kalus embriogenik asal


nuselus jeruk siam serta variasi fenotipe tunas
regeneran

Bahan penelitian
Eksplan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kalus
embriogenik asal nuselus yang
berumur 4 tahun sejak inisiasi dan
dilakukan subkultur setiap 4-6
minggu untuk menjaga
viabilitasnya. Media yang
digunakan untuk subkultur adalah
media MW yang terdiri atas unsur
makro MS (Murashige dan Skoog),
unsur mikro MS dan vitamin MW.
Penelitian ini terdiri atas tiga
tahap yaitu proliferasi kalus,
regenerasi kalus menjadi tunas

PROLIFERASI KALUS

Pengamatan empat minggu setelah


ditanam dalam media tersebut,
menunjukkan kalus masih
mempunyai kemampuan proliferasi
atau pertumbuhan dengan
bertambahnya berat dan diameter
kalus. Warna kalus secara umum
adalah putih kekuningan dan bersifat
friable atau remah. Rata-rata
pertambahan berat kalus setelah
empat minggu adalah 1.78 g
sedangkan rata-rata pertambahan
diameter kalus adalah 0.45 cm.
Artinya, bahwa kalus masih mampu
tumbuh hampir dua kali lipat dari

REGENERASI KALUS MENJADI


TUNAS
Hasil pengamatan pada minggu
keempat menunjukkan bahwa
sebanyak 138 kalus
mampu membentuk embrio
somatik dari 250 kalus yang
diamati atau 55.2%. Pada minggu
kedelapan, jumlah kalus yang
membentuk embrio somatik
semakin meningkat menjadi 216
kalus atau 86.4%. Dari setiap
kalus, selain ditemukan embrio
fase globular, juga ditemukan fase
kotiledon seperti tampak pada

EVALUASI KERAGAMAN FENOTIPE TUNAS


REGENERAN

Evaluasi dilakukan setelah tunas dewasa dan dapat


diamati keragaan tunas, tinggi tunas, bentuk daun,
warna daun serta tepi daun. Pengamatan terhadap
planlet yang
dihasilkan menunjukkan keragaman bentuk daun,
tepi daun dan warna daun berdasarkan pada daftar
deskripsi jeruk. Daun jeruk siam normal pada
pohon yang
tumbuh di lapang berbentuk elliptic dengan tepi
daun dentate (bergerigi) dan berwarna hijau. Hasil
pengamatan
terhadap morfologi daun pada planlet diperoleh
tiga macam bentuk daun yaitu elliptic, lanceolate

KESIMPULAN
Keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa
kalus yang telah lama dalam kultur in vitro
masih memiliki
kemampuan untuk proliferasi dan regenerasi
menjadi
planlet yang lengkap. Karakterisasi secara
morfologi atau
fenotipe terhadap planlet yang dihasilkan
menunjukkan
terdapat keragaman bentuk daun, warna daun,
tinggi tunas,

Anda mungkin juga menyukai