Anda di halaman 1dari 50

CASE REPORT SESSION

VISUM ET REPERTUM
OLEH:
JENAZAH
MUHAMAD WIRAWAN ADITYO
DEVINA NURUL OCTAVIANI
KELOMPOK 1 FK UNISBA
ANGKATAN 2005

Preseptor:
dr. Fahmi Arief Hakim, Sp.F

Berdasarkan surat dari penyidik tertanggal


7 November 2010, dibuat visum et
repertum terhadap korban Mr. X yang
diduga meninggal akibat penganiayaan
pada tanggal 7 November 2010 pukul
01.00.
Sehubungan dengan permintaan tersebut,
dilakukan autopsi terhadap mayat.

PEMBAHASAN
1. Penyebab
kematian
korban
adalahakibat kekerasan tumpul.
2. Dilakukan autopsi terhadap korban.
3. Jenis Visum et Repertum yang
dilakukan pada korban adalah jenis
visum jenazah.

VISUM ET REPERTUM

DEFINISI
Suatu laporan tertulis dari dokter
yang telah disumpah tentang apa
yang dilihat dan ditemukan pada
barang bukti yang diperiksanya
serta memuat pula kesimpulan
dari pemeriksaan tersebut guna
kepentingan peradilan

TUJUAN
Membantu penegakan hukum antara lain:
Pembuatan visum et repertum terhadap
seseorang yang dikirim oleh polisi (penyidik)
karena diduga sebagai korban suatu tindak
pidana, baik dalam peristiwa kecelakaan lalu
lintas,
kecelakaan
kerja,
penganiayaan,
pembunuhan, perkosaan, maupun korban
meninggal yang pada pemeriksaan pertama
polisi terdapat kecurigaan akan kemungkinan
adanya tindak pidana.

SYARAT-SYARAT
1

DASAR HUKUM LAINNYA


1. Pasal 120 KUHAP: Kewenangan bersifat umum
bagi penyidik untuk meminta keterangan ahli
(pasal 1 butir 28 KUHAP).
2. Pasal 133 KUHAP: Ketentuan khusus penyidik
menangani kasus tindak pidana untuk meminta
keterangan ahli yang khusus (dasar pengadaan
VeR).
3. Pasal 180 & 186 KUHAP: Keterangan ahli.
4. Pasal 187 KUHAP: Surat keterangan seorang ahli.
5. Keputusan Menkeh No. M.01.PW.07-03 tahun
1982: Pedoman pelaksanaan KUHAP.

PERANAN DAN
FUNGSI
Sebagai salah satu alat bukti yang sah dalam
proses pembuktian perkara pidana terhadap
kesehatan dan jiwa manusia.
Dalam VeR terdapat uraian hasil pemeriksaan
medis yang tertuang dalam bagian pemberitaan
sehingga dapat dianggap pengganti barang bukti.
VeR memuat keterangan atau pendapat dokter
mengenai hasil pemeriksaan medis yang tertuang
dalam bagian kesimpulan.

PEMBUATAN VISUM ET
REPERTUM
Pembuatan VeR jangan melebihi 20 hari
(KUHAP Pasal 20).
VeR dibuat dengan bahasa yang dapat
dimengerti (KUHAP Pasal 51).

JENIS VISUM ET
REPERTUM
VeR psikiatrik (kejiwaan).
VeR fisik.
VeR jenazah.
VeR korban hidup.
VeR perlukaan/kecederaan.
VeR keracunan.
VeR kejahatan seksual.

5 BAGIAN VISUM ET
REPERTUM

KATA PRO JUSTITIA


Kata yang diletakkan di bagian atas
yang menjelaskan bahwa VeR khusus
dibuat untuk tujuan peradilan.

BAGIAN PENDAHULUAN
1. Mencantumkan siapa yg meminta VeR
(nama peminta, tanggal permohonan
VeR, dan instansi peminta).
2. Mencantumkan nama dan identitas
korban.
3. Mencantumkan siapa yang memeriksa
(nama dokter dan kualifikasi ahli
kedokteran forensik).
4. Mencantumkan tempat pemeriksaan.
5. Mencantumkan tanggal dan jam saat
pemeriksaan dilakukan.

BAGIAN PEMBERITAAN
1. Ditulis dengan judul hasil pemeriksaan.
2. Berisi hasil pemeriksaan medis tentang keadaan
kesehatan atau sakit atau luka korban yang
berkaitan dengan perkaranya, tindakan medis yang
dilakukan, serta keadaan setelah pengobatan
selesai.
3. Bagian terpenting dari VeR karena dikemukakan
tentang data yang dilihat dan ditemukan (fakta).
4. Tidak dicantumkan tentang pendapat atau kesan
dokter mengenai apa yang diperiksa. Hanya
mencantumkan fakta yg bersifat deskriptif.
5. Bila dilakukan autopsi, diuraikan keadaan seluruh
alat dalam yang berkaitan dengan perkara dan
matinya orang tersebut.

BAGIAN KESIMPULAN
Diberi judul kesimpulan dan berisi
pendapat
dokter
berdasarkan
keilmuannnya,
mengenai
jenis
perlukaan
atau
cedera
yang
ditemukan dan jenis kekerasan atau
zat penyebabnya, derajat perlukaan,
serta sebab kematian.

BAGIAN PENUTUP
Berisikan kalimat baku Demikianlah
visum et repertum ini saya buat
dengan sesungguhnya berdasarkan
keilmuan
saya
dan
dengan
mengingat sumpah sesuai dengan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana .

VISUM ET
REPERTUM
JENAZAH

Jenazah yang akan dimintakan VER


diberi label yang memuat:
1. Identitas mayat.
2. Di-lak dengan diberi cap jabatan, yang
diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian
tubuh lainnya.

Pada surat permintaan visum et


repertumnya harus jelas tertulis jenis
pemeriksaan yang diminta, apakah
hanya pemeriksaan luar jenazah
ataukah pemeriksaan autopsi (pasal
133 KUHAP).

Bila pemeriksaan autopsi yang


diinginkan, maka penyidik wajib
memberitahu
kepada
keluarga
korban dan menerangkan maksud
serta tujuan pemeriksaan.
Autopsi dilakukan setelah keluarga
korban tidak keberatan, atau bila
dalam dua hari tidak ada tanggapan
apapun dari keluarga korban (pasal
134 KUHAP).

Jenazah yang diperiksa dapat juga


berupa jenazah yang didapat dari
penggalian kuburan (pasal 135
KUHAP).

PEMERIKSAAN FORENSIK
Pemeriksaan
forensik
jenazah meliputi:

terhadap

1.Pemeriksaan luar jenazah yang berupa


tindakan yang tidak merusak keutuhan
jaringan jenazah secara teliti dan
sistematik.
2. Pemeriksaan bedah jenazah (autopsi).

Jenazah hanya boleh dibawa keluar


institusi kesehatan dan diberi surat
keterangan kematian bila seluruh
pemeriksaan yang diminta oleh
penyidik telah dilakukan.
Apabila jenazah dibawa pulang
paksa, maka baginya tidak ada surat
keterangan kematian.

PEMERIKSAAN
LUAR

Merupakan bagian pertama dari


autopsi yang akan memberikan
deskripsi mengenai jenazah yang
mencakup:
1. Umur, jenis kelamin, ras, ciri-ciri fisik,
tinggi badan, berat badan, dan status
gizi dari jenazah.
2. Malformasi kongenital bila ada.
3. Deskripsi singkat tentang pakaian. Jika
dicurigai adanya penyebab kekerasan
pada
jenazah,
perubahan
yang
signifikan dari pakaian sebagai akibat
trauma harus dideskripsikan lebih

4. Deskripsi umum dari keadaan tubuh


jenazah yang mencakup:
a. Tingkat dan distribusi dari rigor dan
livor mortis.
b. Panjang dan warna rambut, ada atau
tidaknya rambut wajah, atau alopecia.
c. Keadaan mata dan warnanya.
d. Adanya penampakan yang tidak biasa
dari telinga, hidung, atau wajah
(contohnya
malformasi
kongenital,
jaringan parut, atau jerawat).

e. Ada atau tidak nya gigi atau dental


plates.
f. Adanya jaringan parut atau tato.
g. Adanya bukti eksternal tentang suatu
penyakit.
h. Bekas luka lama yang tidak berhubungan
dengan kematian (luka baru atau jejas
yang
berkaitan
dengan
kematian
dijelaskan pada bagian yang terpisah).
i. Adanya bukti intervensi medis atau
bedah yang baru.

AUTOPSI

DEFINISI
Merupakan
pemeriksaan
terhadap
tubuh
mayat
yang
meliputi
pemeriksaan luar dan pemeriksaan
dalam.

TUJUAN
1. Menemukan proses penyakit dan atau adanya
cedera.
2. Melakukan interpretasi dan identifikasi jenazah.
3. Menerangkan penyebab, mekanisme, dan saat
kematian.
4. Mencari hubungan sebab akibat antara
kelainan-kelainan yang ditemukan dengan
penyebab kematian.
5. Mengumpulkan dan memeriksa barang bukti.
6. Membuat Visum et Repertum.

KLASIFIKASI (BERDASARKAN
TUJUAN)
1. Autopsi Klinik.
Dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga terjadi
akibat suatu penyakit.

2. Autopsi Anatomi.
Dilakukan oleh mahasiswa kedokteran terhadap mayat
dalam rangka belajar mengenal anatomi manusia.

3. Autopsi forensik.

Autopsi jenis ini dilakukan terhadap mayat yang diduga


meninggal akibat suatu sebab yang tidak wajar (misalnya
akibat kecelakaan, pembunuhan, atau bunuh diri).

AUTOPSI FORENSIK

Autopsi jenis ini dilakukan terhadap


mayat yang diduga meninggal akibat
suatu sebab yang tidak wajar
(kecelakaan,
pembunuhan,
atau
bunuh diri).

TUJUAN
1. Identifikasi.
2. Menentukan sebab, mekanisme, dan
saat kematian.
3. Mengumpulkan
dan
memeriksa
barang bukti.
4. Membuat visum et repertum.

PERSIAPAN
1. Melengkapi surat-surat seperti surat
izin keluarga dan surat permintaan
visum et repertum.
2. Memastikan
jenazah
yang
akan
diautopsi.
3. Mengumpulkan
keterangan
yang
berhubungan
dengan
terjadinya
kematian selengkap mungkin.
4. Memastikan alat-alat yang diperlukan
telah tersedia.

TEKNIK AUTOPSI
Pemeriksaan luar
Meliputi pemeriksaan label, mencatat
penutup dan pembungkus mayat,
pakaian dan perhiasan, benda di
samping mayat, ciri tanatologis, ciri
identitas fisik, perlukaan, dan patah
tulang.

PEMERIKSAAN DALAM
(a) Pemeriksaan
dalam
dilakukan
dengan membuka dan memeriksa
isi rongga kepala, leher, dada,
perut, dan panggul.
(b) Pemeriksaan dengan membuka
bagian tubuh lain dilakukan apabila
diperlukan.

TERIMA KASIH
ATAS
PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai