Anda di halaman 1dari 50

Rudi Haryono,

Ns

Keperawatan Medikal
Bedah

Mahasiswa mampu memahami


tentang kajian penyakit HIV/AIDS

Pengertian HIV/AIDS,
Penyebab dan faktor resiko HIV/AIDS,
Tanda dan gejala HIV/AIDS,
Patofisiologi penyakit,
Pemeriksaan diagnostic dan penunjang,
Cara penularan,
Penanganan di rumah sakit,
Komplikasi HIV/AIDS,
Asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS
Kebijakan pemerintah mengenai HIV/AIDS

HIV
Orang dinyatakan HIV positif, berarti di dalam
tubuhnya (terutama darah, cairan sperma, cairan
vagina, air susu ibu dan jaringan limfonodi terdapat
virus HIV (Human immunodeficiency virus). Virus
tersebut berada dalam tubuh orang yang terinfeksi
selamanya.
AIDS
Acquired immune Deficiency Syndrome merupakan
kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus
HIV karena infeksi virus HIV melemahkan kekebalan
tubuh sehingga terjadi infeksi lain baik oleh virus lain,
bakteri, mikobakterium, jamur maupun terjadinya
kanker.

PSK
Pelanggan PSK (heterosex, homosex)
Pengguna Narkoba injeksi
Suami
Isteri
Anak yang lahir dari ibu HIV positif.
Petugas kesehatan (dokter, perawat,
petugas laboratorium, cleaning service)
Penerima transfusi darah
Tato, tindik

Sejak awal kemunculannya, penyakit AIDS


memang sangat fenomenal. Kasus pertama
AIDS dilaporkan pada tahun 1981 di California
Sedangkan penyebabnya baru ditemukan
pada akhir 1984 oleh Robert Gallo dan Luc
Montagner

Lalu,

tahun berapa obatnya


akan ditemukan ???

Manifestasi

klinis dari penyakit ini


begitu meresahkan. Kenyataan bahwa
penyakit ini dapat dengan mudah
menulari orang lain, membuat AIDS
pun menjadi salah satu momok
menakutkan, bahkan bagi tenaga
kesehatan yang termasuk salah satu
kelompok yang berisiko cukup tinggi

Pada awal mula penyakit ini berkembang di


Indonesia, kelompok pengidap penyakit ini
adalah orang-orang yang memiliki perilaku :
Berganti-ganti pasangan dalam berhubungan
seks
Pemakai narkoba dg jarum suntik bergantian

Menimbulkan stigma pada masyarakat bahwa


HIV/AIDS muncul sebagai akibat
penyimpangan perilaku seks dari nilai, etika,
norma, dan agama, penyakit pergaulan
bebas, atau penyakit kaum perempuan
nakal. Lebih parah lagi bahwa HIV/AIDS
merupakan kutukan Tuhan karena perbuatanperbuatan menyimpang.


Pengucilan
Pengucilan penderita
penderita dan
dan diskriminasi
diskriminasi

Tidak
Tidak mendapatkan
mendapatkan hak-hak
hak-hak azasinya
azasinya

Si
Si Penderita
Penderita dan
dan yg
yg beresiko
beresiko tinggi
tinggi pun
pun jd
jd
malu
malu utk
utk periksa
periksa

Jumlah
Penderita
semakin
meningkat

Program
Program
mengantisipasi
mengantisipasi
Perkembangan
Perkembangan
HIV/AIDS
HIV/AIDS mjd
mjd
Terkendala
Terkendala

Beban
Beban
Psikososial
Psikososial
bisa
bisa lebih
lebih
berat
berat dari
dari
penyakitnya
penyakitnya
rasa
cemas,
rasa cemas,

depresi,
depresi,
kurang
kurang percaya
percaya
diri,
diri, putus
putus asa,
asa,
bahkan
bahkan
keinginan
keinginan
untuk
untuk bunuh
bunuh
diri
diri

September tahun 2005, WHO


mengelompokkan berbagai infeksi HIV
AIDS. Kebanyakan kondisi ini adalah
infeksi oportunistik yang dengan
mudah ditangani pada orang sehat.
Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan
tidak dikategorikan sebagai AIDS
Stadium II: termasuk manifestasi
membran mukosa kecil dan radang
saluran pernapasan atas yang berulang

Stadium III: termasuk diare kronik yang


tidak dapat dijelaskan selama lebih dari
sebulan, infeksi bakteri parah, dan
tuberkulosis.
Stadium IV: termasuk toksoplasmosis
otak, kandidiasis esofagus, trakea,
bronkus atau paru-paru, dan sarkoma
kaposi. Semua penyakit ini adalah
indikator AIDS.

Meningkatnya jumlah infeksi HIV;

Meningkatnya ibu rumah tangga


yang terinfeksi HIV

Membantu perubahan perilaku


sehingga risiko tertular HIV
menurun
VCT dapat dilakukan di
sarana kesehatan pemerintah
maupun swasta

Dialog confidential antara


seseorang dengan penyedia jasa
kesehatan untuk memberdayakan
orang tersebut untuk cope atas
stres dan membuat keputusan
personal terkait HIV AIDS

Voluntary
Mendorong orang untuk datang ke
tempat layanan yang tadinya ingin
mereka hindari

Counselling
Komunikasi interpersonal untuk
perubahan perilaku (pre tes dan
pasca tes)

Testing
Tes yang berkualitas dan cepat
sehingga mendorong orang
untuk mengakses layanan VCT

VCT

Pencegahan
Penularan HIV
Dari HIV (+) ke HIV
(-) pasangan tar
terdeteksi
Dari ibu HIV (+) ke
anak
Dari orang yang
tidak di tes ke orang
lain

Mempromosikan
Layanan Dini

Medik
Terapi dan
pencegahan
KB
Dukungan emosi
Konseling ODHA
Dukungan sosial
Bantuan hukum
rencana masa
depan

Sosialisasi
Normalisasi HIV
Tantangan stigma
Promosi
kewaspadaan
Mendukung HAM

1
Konseling
Pra tes

2
Informed
Concent

Prinsip VCT
4
Konseling
Pasca Tes

3
Tes HIV
Text

Meliputi:
Penilaian faktor risiko
Informasi tentang HIV / AIDS
Mendiskusikan keuntungan dan kerugian mengetahui status HIV
Mempersiapkan untuk klien untuk mengetahui tes HIV
Informasi pengurangan dampak buruk
Rencana memberitahu pasangan bila hasil tes HIV (+)

Berbasis pada prinsip otonomi Hak


menentukan diri
Diberikan informasi lebih dulu, pastikan
informasi dimengerti, baru terjadi
pengertian bersama
Informasi pengurangan dampak buruk
Rencana memberitahu pasangan bila
hasil tes HIV (+)

INFORMED CONSENT
(VCT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah mengerti tentang HIV/AIDS, memeahami
prosedur pemeriksaan, dan tahu segala akibat yang mungkin timbul dari diketahuinya
status HIV saya, serta telah diberikan konseling dengan baik maka saya:
Bersedia / tidak bersedia diperiksa HIV
Bersedia / tidak bersedia diberitahu statusnya
Bersedia / tidak bersedia di buka statusnya
Yang memberikan pernyataan,

Saksi/ petugas,

Biakan virus

Deteksi antigen p 24
Deteksi materi genetik
DNA provirus / RNA
Deteksi antibodi
(Anti HIV 3 metode)

Elisa (Enzyme
Linked
Immunosorbent
Assay)
Western Blot
(WB)
Rapid Test

Macam
Tes HIV

Mempersiapkan klien untuk menerima dan membuka hasil


Menolong klien untuk memahami dan cope dengan
hasilnya
Memberikan informasi lanjutan
Informasi rujukan klien ke layanan lain
Konseling pengurangan dampak buruk
Mendiskusikan pembukaan status HIV ke pasangan

Positif

Berikan waktu kepada klien


untuk mengungkapkan
emosinya
Yakinkan bahwa klien paham
hasil tes
Menolong klien mengatasi stres
dengan hasilnya
Konseling lanjutan dan
pembukaan status pada
pasangan

Negatif

Yakinkan bahwa klien paham


hasilnya hasilnya
Menolong klien untuk
mengatasi emosional
Mendiskusikan window period
dan tes ulang
Mendiskusikan pengurangan
dampak buruk

Sistem Pelaporan

Tiap bulan laporan VCT dikirim ke dinas


kesehatan provinsi sesuai dengan form
yang berlaku

Sistem Rujukan

Dari Klinik VCT


Bila ada yang hasilnya HIV (+) dirujuk ke
tim CST untuk dilakukan perawatan yang
komprehensif

Lewat cairan darah


Lewat cairan sperma dan cairan vagina
Lewat Air Susu Ibu
Ibu yang melahirkan anaknya

Penyangkalan sebenarnya merupakan


suatu mekanisme pelindung terhadap
trauma psikologis yang dideritanya.
Secara tidak sadar proses psikologis
akan terus berkembang menjadi rasa
bersalah dirinya telah terinfeksi,
marah terhadap dirinya atau orang
yang menularnya, tidak berdaya, dan
hilang control dan akal sehatnya

Seorang diberitahu bahwa dirinya ternyata


HIV positif. la yakin bahwa hasil pemeriksaan
tersebut salah, mengancam petugas
kesehatan yang memberitahukannya dan
menolak pemeriksaan lebih lanjut. la pergi
dengan marah dan tidak mau berhubungan
lagi. Seminggu kemudian ia minta maaf
dengan alasan bahwa ia marah karena
merasa dikucilkan.
Fokus Intervensi :
Perawat harus menunjukkan empati,
menghargai dan menghormati pasien serta
menawarkan untuk menyediakan konseling
pada penderita.

Mulai saat ini mereka merasa akan lebih dikenal


oleh masyarakat sebagai seorang pecandu
obat narkotika atau pekerja seks yang
sebenarnya tidak ingin diketahui masyarakat.
Mereka dalam keadaan tidak menentu dalam
menghadapi reaksi orang lain terhadap
dirinya.
Dasar perilaku ini karena mereka tidak mampu
membicarakan keadaan penyakitnya dengan
orang lain dan takut menulari orang lain

Seorang dengan perilaku pendiam,


mengucilkan diri, tertutup dan tampak ia
sudah menerima bahwa dirinya HIV positif. Ia
merasa ketakutan kalau orang lain juga tahu,
dan kesal mengingat stigma yang akan
dihadapinya kelak. Secara klinis orang ini
mengalami depresi dan takut akan
kehilangan pekerjaannya.

Fokus Intervensi :
Empati
Tunjukkan rasa menghargai dan
menerima orang tersebut. Hal ini dapat
meningkatkan rasa percaya dirinya
konseling (psikoterapi dan psikoreligi)
Pendampingan sesering mungkin
sehingga klien tidak merasa sendiri dan
dikucilkan
Edukasi yang benar tentang HIV/AIDS
baik pada penderita, keluarga dan
masyarakat

Tahap 4 (a); Coming out to


significant others
Tahap 4 (b); Looking for others
Tahap 4 (c); Special Status
Tahap 4 (d); Altruistic Behaviour

Contoh kasus :
Seorang telah tahu bahwa dirinya HIV positif
sebulan yang lalu, dan telah diberi tahu
reaksi apa saja bila ia menceritakan hal itu
pada orang lain. Reaksi psikologis pada
dirinya mengatakan bahwa ia harus
mengatakan hal ini pada orang lain
walaupun ia juga takut akan akibatnya.
Ternyata orang tersebut masih diterima oleh
kekasihnya, dengan pengertian, kesabaran
dan dukungan yang memang diperlukannya.

Contoh Kasus :
Setelah menyendiri selama 8 bln mulai ingin
bertemu dengan teman senasibnya. Dia
mencoba memperkenalkan dirinya pada
satu dua orang senasib dulu. Setelah
berhasil, ia mjd berani ke banyak orang.
Ternyata ia merasa bahwa dirinya
diperlukan oleh orang lain dan mendapat
bantuan yang diperlukannya. Akhirnya
timbul kepercayaan pada dirinya dan
menjadi aktif dalam kelompoknya.

Contoh kasus :
Seorang menyangkal bahwa dengan HIV
positif sesuatu yang buruk telah
menimpa dirinya, selalu merasa spesial.
Ia sangat ingin membantu gerakan
pencegahan AIDS, dan tidak malu-malu
menceritakan bahwa dirinya HIV positif.
Keadaan ini akan lebih meningkatkan
self-esteem dan kepercayaan dirinya.

Contoh kasus :
Seorang yang semula menyendiri.
Setelah beberapa bulan dalam
kelompok konseling ia bahkan menjadi
frustrasi atas masalah yang
dihadapinya maupun yang dihadapi
orang lain.

Keadaan ini ditemukan juga pada beberapa


orang lainnya, ingin langsung ke
masyarakat dan menunjukkan bahwa
walaupun dirinya HIV positif tetapi bukan
berarti bahwa masa depannya selesai. Ia
ingin bekerja sebagai penghubung
penderita HIV lainnya, menulis
keadaannya secara terbuka di koran, dan
secara terbuka mengajak penderita HIV
positif lainnya bergabung dengannya, dan
secara aktif mencari dana di masyarakat
untuk memberantas AIDS.

Akhir dari proses psikologis kelompok ini adalah


rasa menerima nasib, menerima bahwa HIV
positif adalah merupakan sebahagian dari
identitas dirinya.
Masalah yang timbul setelah stadium ini masih
belum diketahui, apakah orang tersebut akan
tetap masa bodoh terhadap penularan pada
orang lain atau menjadi apatis terhadap masalah
kesehatan pada umumnya.

Seorang yang telah mengalami semua proses


psikologis di atas, untuk pertama kalinya
merasa aman dan bahagia dalam hidupnya.
Ia merasa sebagai manusia dengan HIV
positif. Sekarang ini dapat menolong orang
lain yang senasib sekaligus ini merupakan
cara hidupnya yang baru. Ia menasihati
orang lain dengan HIV positif untuk tidak
membuang waktu dan tenaga hanya untuk
merasa khawatir saja tapi gunakanlah untuk
menerima bahwa status HIV positifnya tidak
akan berubah lagi. Perbuatannya ini mungkin
dibantu juga oleh penerimaan dari
partnernya dan karena keadaan umurnya
yang lanjut.

Fokus Intervensi :
Sediakan konseling
Dukung kegiatan2 yang positif
Stimulasi untuk meningkatkan mutu
hidupnya
Stimulasi untuk meningkatkan
kepedulian sosial
Berikan reinforcement positif

HIV adalah virus yang menyerang sistem


imun tubuh dan penyebab AIDS. Namun
karena virus HIV menyerang sistem imun
tubuh, penderita juga akan rentan terserang
penyakit lain yang seharusnya dapat diatasi
oleh sistem imun yang sehat. Hal ini
menyebabkan orang yang terinfeksi HIV akan
mengalami berbagai komplikasi penyakit lain
yang disebabkan oleh virus atau parasit
lainnya. Tidak hanya itu, mereka juga akan
rawan terserang kanker.

Permenkes No 21 Tahun 2013 Penanggulangan HIVAIDS


Kepmenkesra NO : 9/KEP/MENKO/KESRA/VI/1994 Strategi
Nasional Penanggulangan Hiv/Aids Di Indonesia
Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 2006
Inpres 3 tahun 2010
Surat Keputusan Bupati Jember Nomor
188.45/330.1/012/2012 Tentang Komisi Penanggulangan
AIDS Kabupaten Jember.
Surat Keputusan Bupati Jember Nomor
188.45/366/012/2012 Tentang Kelompok Kerja Teknis
(Pokjanis) Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten
Jember
Dll

Tengs for atensien

Anda mungkin juga menyukai