H
DENGAN POST OP HEMOROID
DI BANGSAL MELATI III RSUP SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
(Minggu ke-VI KMB )
Disusun untuk
Keperawatan
KMB 2
Di susun oleh :
EKO MARGONO WIDODO
2520142488
2B
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan pada klien Tn. H dengan Hemoroid di Bangsal Melati 3
RSUP Soeradji Tirtonegoro Klaten disusun untuk memenuhi Tugas Mandiri PKK
KMB Semester IV ,pada :
Hari
Tanggal
Tempat
Praktikan,
()
Mengetahui,
CI Lahan,
()
CI Akademik,
(
)
HEMOROID
A. Latar Belakang
Hemoroid adalah varikositis akibat dilatasi (pelebaran) pleksus vena
hemoroidalis internal yang fisiologis, sehingga tidak begitu berbahaya.
Meskipun hemoroid tidak berbahaya, akan tetapi apabila pelebaran
pembuluh
darah
mencegahnya.
vena
bertambah
Pencegahan
dengan
luas,
cara
maka
kita
tetap
memperbanyak
perlu
makan
1. Usia, degenerasi dari seluruh jaringan tubuh sehingga otot sfingter menjadi tipis dan
atonis.
2. Kehamilan, janin pada uterus serta perubahan hormonal menyebabkan pembuluh darah
hemorodialis meregang dan dapat diperparah ketika terjadi tekanan saat persalinan.
3. Konstipasi, dapat terjadi jika feses terlalu kering yang timbul akibat defekasi terlalu lama
dan jumlah H2O yang diserap akan melebihi normal, sehingga feses tetap menjadi kering
dan keras.
4. Pekerjaan, seperti pekerjaan yang mengharuskan berdiri atau duduk terlalu lama dan
mengangkat beban yang berat memiliki faktor predisposisi untuk terjadi hemoroid.
5. Hereditas, menurunkan kelemahan dinding pembuluh darah.
6. Nutrisi, kurang mengkonsumsi makanan berserat
7. Obesitas
D. Patofisiologi
Distensi vena awalnya merupakan struktur yang normal pada daerah anus, karena vena
ini berfungsi sebagai katup yang dapat membantu menahan beban. Namun apabila distensi
terus menerus akan terjadi gangguan vena berupa pelebaran-pelebaran pembuluh darah vena.
Distensi tersebut bisa disebabkan karena adanya sfingter anal akibat konstipasi, kehamilan,
tumor rektum, pembesaran prostat. Penyakit hati kronik yang dihubungkan dengan hipertensi
portal sering mengakibatkan hemoroid karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah
kedalam sistem portal. Selain itu portal tidak memiliki katub sehingga mudah terjadi aliran
balik. Fibroma uteri juga bisa menyebabkan tekanan intra abdominal sehingga tekanan vena
portal dan vena sistemik meningkat kemudian ditransmisi daerah anarektal. Aliran balik dan
peningkatan tekanan vena tersebut di atas yang berulang-ulang akan mendorong vena
terpisah dari otot sekitarnya sehingga vena prolap dan menjadi hemoroid.
Efek degenerasi akibat penuaan dapat memperlemah jaringan penyokong dan
bersamaan dengan usaha pengeluaran feses yang keras secara berulang serta mengedan akan
meningkatkan tekanan terhadap bantalan tersebut yang akan mengakibatkan prolapsus.
Bantalan yang mengalami prolapsus akan terganggu aliran balik venanya. Bantalan menjadi
semakin membesar dikarenakan mengedan, konsumsi serat yang tidak adekuat, berlama-lama
ketika buang air besar, serta kondisi seperti kehamilan yang meningkatkan tekanan intra
abdominal. Perdarahan yang timbul dari pembesaran hemoroid disebabkan oleh trauma
mukosa lokal atau inflamasi yang merusak pembuluh darah di bawahnya (Price & Wilson,
2005).
E. Klasifikasi
Menurut Price & Wilson (2005), hemoroid dibagi menjadi beberapa klasifikasi
diantaranya :
1. Hemoroid internal
Pada hemoroid jenis ini terjadi pembengkakan pleksus hemorodialis interna yang
kemudian terjadi peningkatan yang berhubungan dalam massa jaringan yang
mendukungnya, lalu terjadi pembengkakan vena. Hemoroid interna dikelompokkan
dalam derajat I, II, III dan IV sebagai berikut :
a. Derajat I : Apabila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps
keluar kanal anus dan hanya dapat dilihat dengan anorektoskop
b. Derajat II
Pembesaran
hemoroid
yang
prolaps
dan
Post Hemoroidektomi
Resiko
Konstipasi
I. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data atau
informasi dan menganalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan penderita tersebut.
1. Pre Operasi
Subjektif
a. Pola makan dan minum
-
Kebiasaan
b. Riwayat kehamilan
Kehamilan dengan frekwensi yang sering akan menyebabkan hemorrhoid
berkembang cepat
c. Riwayat penyakit hati
Pada hypertensi portal, potensi berkembangnya hemorrhoid lebih besar.
d. Gejala / keluhan yang berhubungan
-
Prolaps (tanyakan pasien sudah berapa lama keluhan ini, faktor-faktor yang
menyebabkannya dan upaya yang dapat menguranginya serta upaya atau obatobatan yang sudah digunakan)
Obyektif
a. Pemeriksaaan daerah anus
-
Warna kulit
Warna konjungtiva
Pemeriksaan Hb
2. Post Operasi
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah pengkajian mengenai
keadaan lingkungan yang tenang (nyaman), pengkajian mengenai pengetahuan
tentang perawatan pre operasi. Selain itu juga penting dilakukan pengkajian
mengenai harapan klien setelah operasi.
b. Pengkajian pola nutrisi metabolik setelah operasi adalah mengenai kepatuhan
klien dalam menjalani diit setelah operasi.
c. Pengkajian pola eliminasi setelah operasi adalah ada tidaknya perdarahan.
Pengkajian mengenai pola BAB dan buang air kecil. Pemantauan klien saat
mengejan setelah operasi, juga kebersihan setelah BAB dan buang air kecil.
d. Pengkajian pola aktivitas dan latihan yang penting adalah mengenai aktivitas
klien yang dapat menimbulkan nyeri, pengkajian keadaan kelemahan yang
dialami klien.
e. Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah mengenai gangguan tidur yang dialami
klien akibat nyeri.
f. Pengkajian pola persepsi kognitif adalah mengenai tindakan yang dilakukan klien
bila timbul nyeri.
g. Pengkajian pola persepsi dan konsep diri klien adalah kecemasan yang dialami
klien setelah operasi.
J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan hemoroid (Doenges dkk, 1999) meliputi :
Pre operasi
1. Nyeri b.d agen injuri biologis (pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus)
2. Konstipasi b.d nyeri pada saat defekasi
3. Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat konstipasi.
4. Cemas b.d. rencana pembedahan
5. Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi.
Post operasi
1. Nyeri b.d agen injuri fisik (luka insisi post hemoroidektomi)
2. Resiko konstipasi b.d hemoroidektomi
3. Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan konstruktur nyeri.
4. Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidektomi
5. Defisit perawatan diri b.d. kelemahan, nyeri.
6. Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka operasi di daerah anorektal.
7. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. resiko tinggi perdarahan.
K. Fokus Intervensi
1. Meningkatkan kenyamanan
2. Mencegah komplikasi
3. Memberikan informasi trntang prosedur pembedahan,/prognosis, kebutuhan pengobatan
dan potensial komplikasi.
L. Perencanaan keperawatan
Diagnosa
Pre Operasi
Nyeri b.d agen
injuri biologis
(pembengkakan, trombus
pembuluh
darah di anus)
Post Operasi
Nyeri b.d agen
injuri fisik
(luka insisi
post hemoroidektomi)
1.
2.
3.
4.
5.
Tujuan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan diharapkan nyeri yang
dirasakan
pasien
berkurang dengan kriteria
hasil:
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Indikator
Mampu
mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi
nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan
bahwa
nyeri
berkurang
dengan menggunakan
manajemen nyeri
Mampu
mengenali
nyeri
(skala,
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
Menyatakan
rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal
Keterangan :
Keluhan ekstrim
Keluhan berat
Keluhan sedang
Keluhan ringan
Tidak ada keluhan
Intervensi
Pain Management
Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif
termasuk
lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan
Kaji kultur yang mempengaruhi respon
nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Kontrol
lingkungan
yang
dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
Resiko
konstipasi b.d
hemoroidektomi
Keterangan :
6. Keluhan ekstrim
7. Keluhan berat
8. Keluhan sedang
9. Keluhan ringan
10. Tidak ada keluhan
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, E. M., Moorhouse, F. M., & Geisser, C. A. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan (3
ed.). Jakarta: EGC.
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W. I., & Setiowulan, W. (2001). Kapita selekta
kedokteran (Edisi Ketiga ed., Vol. Jilid 1). Jakarta: Media Aesculaplus.
NANDA International. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012 - 2014. (M.
Ester, Ed., M. Sumarwati, D. Widiarti, & E. Tiar, Trans.) Jakarta: EGC.
Potter & Perry. (2006). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 vol 1.
Jakarta: EGC
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit (6 ed.,
Vol. II). (H. Hartanto, Ed., & B. U. Pendit, Trans.) Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Suddarth, B. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (8 ed., Vol. 3). Jakarta: EGC.