Anda di halaman 1dari 28

KOMUNIKASI PADA ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS:
DOWN SINDROM

KELOMPOK 2
MATA KULIAH : KOMUNIKASI KEPERAWATAN

PENGERTIAN KOMUNIKASI
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communis, yang
berarti sama. Communico, communicatio atau communicare berarti
membuat sama (make to common). Jadi, komunikasi dapat terjadi apabila
adanya pemahaman yang sama antara penyampai pesan dan penerima
pesan.
Bernard Barelson dan Garry A. Steiner. Komunikasi adalah proses
transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya
dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka,
dan sebagainya.
Carl I. Hovland. Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan
seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan menggunakan
lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain.
Colin Cherry. Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling
menggunakan informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama dan
komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus
rangsangan dan pembangkitan balasannya.

Prinsip Komunikasi Terapeutik pada anak down


sindrom
Menurut (Suryani 2000), ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami
dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang terapeutik:
Pertama, hubungan perawat dengan anak adalah hubungan terapeutik

yang saling menguntungkan. Hubungan ini didasarkan pada prinsip


humanity of nurse and clients. Kualitas hubungan perawat-klien
ditentukan oleh bagaimana perawat mendefinisikan dirinya sebagai
manusia. Hubungan perawat dengan anak tidak hanya sekedar
hubungan seorang penolong dengan kliennya tetapi lebih dari itu,
hubungan antar manusia yang bermartabat.
Kedua,

perawat harus menghargai keunikan anak. Tiap individu


mempunyai karakter yang berbeda-beda, karena itu perawat perlu
memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar
belakang keluarga, budaya, dan keunikan tiap individu.

Lanjutan...
Ketiga, semua komuikasi yang dilakukan harus

dapat menjaga harga diri pemberi maupun


penerima pesan, dalam hal ini perawat harus
mampu menjaga harga dirinya dan harga diri anak.
Keempat,

komunikasi
yang
menciptakan
tumbuhnya hubungan saling percaya harus dicapai
terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan
dan memberikan alternative pemecahan masalah.
Hubungan saling percaya antara perawat dan anak
adalah kunci dari komunikasi terapeutik.

.
Teknik komunikasi terapeutik pada anak
down sindrom
1. Mendengarkan (lestening)
Mendengar ( listening) merupakan dasar utama
dalam komunikasi terapeutik ( Keliat 1992).
Mendengarkan adalah proses aktif dan penerimaan
informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap
pesan yang diterima , Hubson, S dalam Suryani,
(2005)
2. Eksplorasi
Teknik ini bertujuan untuk mencari atau menggali
lebih dalam masalah yang dialami klien, Antai-Otong
dalam suryani, (2005) supaya masalah tersebut bias
diatasi

Lanjutan...
3. Memberikan Pujian
Memberikan
pujian
(reinforcement)
merupakan keuntungan psikologis yang
didapatkan klien ketika berinteraksi dengan
perawat.
Reinforcement
berguna
untuk
meningkatkan harga diri dan menguatkan
perilaku klien Gerald, D dalam Suryani, (2005)
4. Memberikan Penghargaan
Memberi salam pada klien dan keluarga
dengan menyebut namanya, menunjukan
kesadaran tentang perubahan yang terjadi

Down sindrom pada anak


Down syndrome adalah suatu kondisi
keterbelakangan perkembangan fisik dan
mental pada anak yang disebabkan adanya
abnormalitas
perkembangan
kromosom
menurut Cuncha dalam Mark L.Batshaw, M.D.

Bagimana dengan anak down


sindrom...?
1. Kurang bisa mengkoordinasikan antara
motorik kasar dan halus.
(misalnya kesulitan menyisir rambut atau
mengancing baju sendiri)
2.Kesulitan untuk mengkoordinasikan antara
kemampuan kognitif dan
bahasa, seperti memahami manfaat suatu
benda (Selikowitz, 2001).

Asuhan keperawatan
Pengkajian
Pengkajian data focus pada anak dengan gangguan
perkembangan pervasive menurut Isaac, A (2005) dan
Townsend, M.C (1998) antara lain:
Tidak suka dipegang
Rutinitas yang berulang
. Tangan digerak-gerakkan dan kepala dianggukanggukan
Terpaku pada benda mati
Sulit berbahasa dan berbicara
50% diantaranya mengalami retardasi mental

Lanjutan...
Ketidakmampuan untuk memisahkan kebutuhan fisiologis dan

emosi diri sendiri dengan orang lain


Tingkat ansietas yang bertambah akibat dari kontak dengan
dengan orang lain
Ketidakmampuan untuk membedakan batas-batas tubuh diri
sendiri dengan orang lain
Mengulangi kata-kata yang dia dengar dari yang diucapkan
orang lain atau gerakkan-gerakkan mimik orang lain
Penolakan atau ketidakmampuan berbicara yang ditandai
dengan ketidak matangan stuktur gramatis, ekolali, pembalikan
pengucapan, ketidakmampun untuk menamai benda-benda,
ketidakmampuan
untuk
menggunakan
batasan-batasan
abstrak, tidak adanya ekspresi nonverbal seperti kontak mata,
sifat responsif pada wajah, gerak isyarat.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut

Townsend, M.C (1998) diagnosa


keperawatan yang dapat dirumuskan pada
pasien/anak dengan gangguan perkembangan
pervasive autisme antara lain:

Risiko tinggi terhadap mutilasi diri


berhubungan dengan:
1.Tugas-tugas perkembangan yang tidak terselesaikan dari
rasa percaya terhadap rasa tidak percaya
2.Perubahan-perubahan patofisiologis yang terjadi sebagai
respons terhadap kondisi-kondisi fisik tertentu seperti
rubella pada ibu, fenilketonuria tidak teratasi, ensefalitis,
tuberkulosa sclerosis, anoksia selama kelahiran dan
sindroma fragilis X
3Stimulasi sensosrik yang tidak sesuai
4.Sejarah perilaku-perilaku mutilatif/melukai diri sebagai
respons terhadap ansietas yang meningkat
5.Ketidakacuhan yang nyata terhadap lingkungan atau
reaksi-reaksi yang histeris terhadap perubahan-perubahan
pada lingkungan

Kerusakan interaksi sosial berhubungan


dengan:
1.Gangguan konsep diri
2.Tidak adanya orang terdekat
3.Tugas perkembangan tidak terselsaikan dari
percaya versus tidak percaya

Kerusakan komunikasi verbal berhubungan


dengan:
1. Ketidakmampuan untuk mempercayai
2. Penarikan diri dari diri

Gangguan identitas diri/pribadi berhubungan


dengan:
1.Fiksasi pada fase prasimbiotik dari
perkembangan
2.Tugas-tugas tidak terselesaikan dari rasa
percaya versus rasa tidak percaya

Intervesi
Menurut Townsend, M.C (1998) perencanaan
dan rasionalisasi untuk mengatasi masalah
keperawatan pada anak dengan gangguan
perkembangan pervasife autisme antara lain:

Resiko terhadap mutilasi diri


Tujuan:
Pasien
akan
mendemonstrasikan
perilaku-perilaku alternative (misalnya memulai
interaksi antara diri dengan perawat) sebagai
respons terhadap kecemasan dengan criteria
hasil:
1.Rasa gelisah dipertahankan pada tingkat anak
merasa tidak memerlukan perilaku-perilaku
mutilatif diri
2.Pasien memulai interaksi antara diri dan
perawat apabila merasa cemas

Lanjutan...
Intervensi :
1. Jamin keselamatan anak dengan memberi rasa aman,
lingkungan yang kondusif untuk mencegah perilaku merusak diri,
Rasional: Perawat bertanggun jawab untuk menjamin keselamatan
anak)
2. Kaji dan tentukan penyebab perilaku perilaku mutilatif sebagai
respon terhadap kecemasan, Rasional : pengkajian kemungkinan
penyebab dapat memilih cara /alternative pemecahan yang tepat
3. Pakaikan helm pada anak untuk menghindari trauma saat anak
memukul-mukul kepala, sarung tangan untuk mencegah menarik
narik rambut, pemberian bantal yang sesuai untuk mencegah luka
pada ekstremitas saat gerakan-gerakan histeris, Rasional : Untuk
menjaga bagian-bagian vital dari cidera
4. Untuk membentuk kepercayaan satu anak dirawat oleh satu
perawat, Rasional : Untuk dapat bisa lebih menjalin hubungan
saling percaya dengan pasien
5. Tawarkan pada anak untuk menemani selama waktu - waktu
mening-katnya kecemasan agar tidak terjadi mutilasi, Rasional
:Dalam upaya untuk menurunkan kebutuhan pada perilakuperilaku mutilasi diri dan memberikan rasa aman

Kerusakan interaksi sosial


Tujuan : Anak akan mendemonstrasikan kepercayaan

pada seorang pemberi perawatan yang ditandai


dengan sikap responsive pada wajah dan kontak mata
dalam waktu yang ditentukan dengan criteria hasil:
1. Anak mulai berinteraksi dengan diri dan orang
lain
2. Pasien menggunakan kontak mata, sifat
responsive pada wajah dan perilaku-perilaku
nonverbal lainnya dalam berinteraksi dengan orang
lain
3. Pasien tidak menarik diri dari kontak fisik dengan
orang lain

Lanjutan...
Intervensi :
1. Jalin hubungan satu satu dengan anak untuk meningkatkan
keper-cayaan, Rasional : Interaksi staf dengan pasien yang
konsisten meningkatkan pembentukan kepercayaan
2. Berikan benda-benda yang dikenal (misalnya: mainan
kesukaan, selimut) untuk memberikan rasa aman dalam waktuwaktu tertentu agar anak tidak mengalami distress, Rasional :
Benda-benda ini memberikan rasa aman dalam waktu-waktu aman
bila anak merasa distress
3. Sampaikan sikap yang hangat, dukungan, dan kebersediaan
ketika anak berusaha untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan
dasarnya untuk meningkatkan pembentukan dan mempertahankan
hubungan saling percaya, Rasional: Karakteristik-karakteritik ini
meningkatkan pembentukan dan mempertahankan hubungan
saling percaya
4. Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan memaksakan interaksiinteraksi, mulai dengan penguatan yang positif pada kontak mata,
perkenalkan
dengan
berangsur-angsur
dengan
sentuhan,
senyuman , dan pelukan, Rasional : Pasien dapat merasa terncam
oleh suatu rangsangan yang gencar pada pasien yang tidak
terbiasa
5. Dengan kehadiran anda beri dukungan pada pasien yang

Kerusakan komunikasi verbal


Tujuan : Anak akan membentuk kepercayaan
dengan seorang pemberi perawatan ditandai
dengan sikap responsive dan kontak mata dalam
waktu yang telah ditentukan dengan kriteria
hasil:
1. Pasien mampu berkomunikasi dengan cara
yang dimengerti oleh orang lain
2.Pesan-pesan nonverbal pasien sesuai dengan
pengungkapan verbal
3.Pasien memulai berinteraksi verbal dan non
verbal dengan orang lain

Lanjutan...
Intervensi :
1. Pertahankan konsistensi tugas untuk memahami tindakan-tindakan dan
komunikasi anak, Rasional: Hal ini memudahkan kepercayaan dan kemampuan
untuk memahami tindakan-tindakan dan komunikasi pasien
2. Antisipasi dan penuhi kebutuhan-kebutuhan anak sampai kepuasan pola
komunikasi terbentuk, Rasional : Pemenuhan kebutuhan pasien akan dapat
mengurangi kecemasan anak sehingga anak akan dapat mulai menjalin
komunikasi dengan orang lain dengan asertif
3. Gunakan tehnik validasi konsensual dan klarifikasi untuk menguraikan kode
pola komunikasi ( misalnya :" Apakah anda bermaksud untuk mengatakan
bahwa..?", Rasional: Teknik-teknik ini digunakan untuk memastikan akurasi dari
pesan yang diterima, menjelaskan pengertian-pengertian yang tersembunyi di
dalam pesan. Hati-hati untuk tidak "berbicara atas nama pasien tanpa seinzinnya"
4. Gunakan pendekatan tatap muka berhadapan untuk menyampaikan ekspresiekspresi nonverbal yang benar dengan menggunakan contoh, Rasional: Kontak
mata mengekspresikan minat yang murni terhadap dan hormat kepada seseorang

Gangguan Indentitas Pribadi

Tujuan: Pasien akan menyebutkan bagian-bagian tubuh


diri sendiri dan bagian-bagian tubuh dari pemberi
perawatan dalam waktu yang ditentukan untuk
mengenali fisik dan emosi diri terpisah dari orang lain
saat pulang dengan kriteria hasil:
1. Pasien mampu untuk membedakan bagian-bagian
dari tubuhnya dengan bagian-bagian dari tubuh orang
lain
2. Pasien menceritakan kemampuan untuk memisahkan
diri dari lingkungannya dengan menghentikan ekolalia
(mengulangi kata-kata yang di dengar) dan ekopraksia
(meniru gerakan-gerakan yang dilihatnya)

Lanjutan...
Intervensi :
1. Fungsi pada hubungan satu-satu dengan anak. Rasional : Interaksi
pasien meningkatkan pembentukan data kepercayaan
2. Membantu anak untuk mengetahui hal-hal yang terpisah selama
kegiatan-kegiatan perawatan diri, seperti berpakaian dan makan. Rasional :
Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan kewaspadaan anda terhadap diri
sebagai sesuatu yang terpisah dari orang lain
3. Jelaskan dan bantu anak dalam menyebutkan bagian-bagian tubuhnya.
Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan kewaspadaan anak
terhadap diri sebagai sesuatu yang terpisah dari orang lain
4. Tingkatkan kontak fisik secara bertahap demi tahap, menggunakan
sentuhan untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan antara pasien dengan
perawat. Berhati-hati dengans entuhan sampai kepercayaan anak telah
terbentuk. Rasional: Bila gerak isyarat ini dapat diintepretasikan sebagai
suatu ancaman oleh pasien
5. Tingkatkan upaya anak untuk mempelajari bagian-bagian dari batasbatas tubuh dengan menggunakan cermin dan lukisan serta gambargambar dari anak. Rasional: Dapat memberikan gambaran tentang bentuk
tubuh dan gambaran diri pada anak.

Implementasi
Pada saat melakukan implementasi, komunikasi
bukan saja pada klien tetapi juga petugas lain
dan memiliki keterampilan komunikasi untuk
menimbulkan perubahan, seperti sebagai
berikut:
1. Memperkenalkan diri
2. Memulai interaksi dengan pasien
3.Mengajukan kepada pasien untuk dapat
megungkapkan perasaan kebutuhanya
4.Menggunakan
komunikasi
untuk
meningkatkan harga diri pasien

Evaluasi
Pada tahap ini perawat mengklarifikasi kembali
perkembangan pasien setelah dilakukan pada
tahap sebelumnya berupa catatan keperawatan
yang diperolehnya antara lain :
1. Meningkatkan eksplorasi diri
2. Mengurangi terjadinya ansietas
3.Meningkatkan perubahan rutinitas yang
berkesinambungan
4. Meningkatkan harga diri

Pendekatan untuk Meningkatkan Komunikasi


Berikut ini beberapa saran sewaktu berinteraksi
dengan penyandang sindrom Down:
1.Posisikan wajah Anda agar ada kontak mata
langsung.
2,Gunakan bahasa sederhana dan kalimat pendek.
3.Sertakan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan
isyarat sewaktu berbicara.
4.Beri mereka waktu untuk memahami dan
menjawab.
5. Dengarkan baik-baik, dan minta mereka
mengulangi instruksi.

Trimakasih

Anda mungkin juga menyukai