Kuliah TB
Kuliah TB
dr Reviono,SpP
Infeksi primer
Infeksi yang pertama kali dengan kuman TB
Berbentuk kompleks primer
Diagnosis TB Paru
1.
Anamnesis
Gejala respiratorik : batuk berdahak 2 - 3 minggu, yang disebut
Suspek TB
Gejala tambahan yang sering dijumpai:
Gejala respiratorik yaitu dahak bercampur darah, batuk darah,
sesak napas dan rasa nyeri dada.
Gejala sistemik
yaitu badan lemah, nafsu makan menurun,
berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat
malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari
sebulan.
Gejala TB ekstraparu tergantung dari organ yang terkena, misalnya
pada limfadenitis TB akan ditemukan pembesaran pada kelenjar
getah bening.
2. Pemeriksaan Fisik
Kelainan dijumpai tergantung dari organ yang terlibat
Pada awal perkembangan penyakit umumnya tidak atau
sulit sekali menemukan kelainan
Kelainan paru pada umumnya terletak di Lobus
Superior terutama daerah apeks dan segmen posterior
(S1, S2) serta daerah apeks lobus inferior (S6)
Pada pemeriksaan Fisik dapat ditemukan suara napas
bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah
dan tanda tanda penarikan paru diafragma
mediastinum
Pada pleuritis tuberculosis tergantung dari banyaknya
cairan di rongga pleura, auskultasi suara napas
melamah sampai tidak terdengar.
Pada limfadenitis TB terlihat pembesaran kelenjar getah
kuning di leher, ketiak.
4. Radiologis
Pemeriksaan standart adalah foto toraks PA,
pemeriksaan lain atas indikasi : foto lateral,
toplordotik, oblig, CT Scan.
TB 1
TB 2
Bekas TB
A
L
U
R
D
I
A
G
N
O
S
I
S
Suspek TB Paru
Pemeriksaan dahak mikroskopis - Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS)
Hasil BTA
+++
++ -
Hasil BTA
Hasil BTA
+ - -
- - Antibiotik Non-OAT
Tidak
ada
perbaika
n
ulangi pemeriksaan
dahak mikroskopis
Hasil BTA
+++
++ + - -
TUBERKULOSIS PARU
Ada
perbaika
n
Hasil
BTA
- - -
TB
BUKAN TB
d. Tipe Pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu:
Kasus Baru
Kasus baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
Kasus Kambuh (Relaps)
Kasus kambuh (relaps) adalah pasien TB yang sebelumnya
pernah mendapat pengobatan TB dan telah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali
dengan BTA positif atau biakan positif.
Catatan :
Pada kasus TB BTA negatif, kasus kambuh dinilai dari gejala
klinis dan gambaran radiologis yang memburuk dibanding
dengan sebelumnya. Keputusan harus diambil oleh dokter
spesialis.
Prinsip Pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip
prinsip sebagai berikut:
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi dari
beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis
tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Hindari
penggunaan monoterapi..
Untuk menjamin kepatuhan pasien dalam menelan
obat, pengobatan dilakukan dengan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment)
oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu
tahap intensif dan lanjutan.
Tahap awal (intensif) dan tahap Lanjutan
Pirasinamid (Z)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada
dalam sel dengan suasana asam.
Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB, sedangkan
untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan
dengan dosis 35 mg/kg BB.
Etambutol (E)
Bersifat sebagai bakteriostatik.
Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan
untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan
dosis 30 mg/kg BB
Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid.
Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan
untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan
dosis yang sama. Pasien berumur sampai 60 tahun
dosisnya 0,75 gr/hari, sedangkan untuk berumur 60 tahun
atau lebih diberikan 0,50 gr/hari.
PADUAN OBAT
Kategori I : 2RHZE/4R3H3
Kategori II : 2RHZES/RHZE/5 R3H3E3
Kategori III : 2RHZE/4R3H3
Kategori IV : INH seumur hidup
300mg
300mg
750mg
750mg
>60kg
450mg
600mg
300m
450mg
1000mg 1500mg
1000mg 1500mg
750 mg 1000 mg
Intermiten
Harian
10 mg/kgBB 8-12mg/kgBB
10 mg/kgBB 4-6mg/kgBB
35 mg/kgBB 20-30mg/kgBB
30mg/kgBB 15-20mg/kgBB
15-18/kgBB
Kasus
- TB Paru BTA +
kasus baru
- BTA -, lesi luas/
kasus berat
- TB di luar paru
2RHZE/4RH
2RHZE/4R3H3
II
- Kambuh
- Gagal
pengobatan
Sesuai uji
resistensi
2RHZES/1RHZE/
5R3H3E3
Paduan Obat
Paduan Alternatif/
yg dianjurkan
Program
II
- TB Paru
pengobatan
berulang
Sesuai lama
pengobatan
sebelumnya,
lama berhenti
minum obat &
keadaan klinis,
bakteriologis &
radiologi saat ini
2RHZES/1RHZE
5R3H3E3
III
2RHZE/4RH
2RHZE/4R3H3
IV
- Kronik
H seumur hidup
IV
- MDR TB
H seumur hidup
Penyebab
Penanganan
Rifampisin
Nyeri Sendi
Pirasinamid
Beri Aspirin
INH
Beri vitamin B6
(piridoxin) 100mg per
hari
Rifampisin
Warna kemerahan
pada air seni (urine)
Penyebab
Penatalaksanaan
Ikuti petunjuk
Semua jenis
penatalaksanaan
OAT
dibawah *).
Tuli
Streptomisi
n
Streptomisin dihentikan,
ganti Etambutol.
Gangguan
keseimbangan
Streptomisi
n
Streptomisin dihentikan,
ganti Etambutol.
Hampir
semua OAT
Hampir
semua OAT
Gangguan penglihatan
Etambutol
Hentikan Etambutol.
Batasan
Sembuh
Pengobatan
lengkap
Pengobatan
terputus (Default)
KASUS RUJUKAN
Kasus dengan komplikasi:
Batuk darah masif
Pneumotoraks
Empiema
Efusi pleura masif
KU buruk (malnutrisi, sesak napas berat)
KASUS RUJUKAN
Kasus dengan penyakit penyerta:
Diabetes tak terkontrol
Hepatitis
Gagal ginjal
HIV/AIDS
dll
KASUS RUJUKAN
Kasus ekstra paru berat:
TB Milier
Meningitis TB
Peritonitis TB
dll
KASUS RUJUKAN
TB Milier
Rawat Inap
Paduan obat: 2RHZE/4RH
Sakit berat: 2RHZE/7RH
Pemberian kortikosteroid tidak rutin, hanya
pada keadaan:
Tanda/gejala meningitis
Sesak napas
Tanda/gejala toksik
Demam tinggi
TB di Luar Paru
Paduan obat 2 RHZE/10 RH
Misalnya TB Tulang, TB Sendi dan TB
Kelenjar
Lebih sering dilakukan tindakan bedah
Pemberian Kortikosteroid pada perikarditis
TB dan menginitis TB untuk menurunkan
gejala sisa neurologik
TB Paru dengan DM
Paduan obat 2 RHZ ( E-S) / 4 RH kadar
gula darah terkontrol
Bila tidak terkontrol 2 RHZ / 7 RH
DM harus terkontrol
Hati-hati dengan Etambuthol karena efek
samping ke mata, sedang DM sering
komplikasi ke mata