Anda di halaman 1dari 68

HUKUM KEUANGAN NEGARA

PENYUSUNAN, PERENCANAAN DAN


PENETAPAN, APBN
O
L
E
H
UJANG BAHAR

PERENCANAAN
UU APBN

PENETAPAN
UU APBN

PERTANGGUNGJAWABAN
APBN

Budget Cycle
(Siklus
Anggaran)

PELAKSANAAN
UU APBN

PENGAWASAN
APBN

SIKLUS APBN
Penyusunan APBN (Januari - Juli tahun n-1)
Penetapan APBN ( 16 Agustus - Oktober
tahun n-1)
Pelaksanaan APBN ( Januari - Desember
tahun n)
Pengawasan APBN ( Tahun Berjalan)
Pertangungjawaban APBN ( Juli n+1)

Mukadimah
Pada era orde baru (1969 1998)
bangsa Indonesia memiliki pola
perencanaan pembangunan dalam
rangka mencapai masyarakat adil dan
makmur sesuai amanat Pancasila dan
UUD 1945 melalui Pembangunan jangka
menengah sesuai masa kepresidenan
yaitu 5 tahun terkenal dg sebutan GBHN

GBHN memberikan arah dan


pedoman bagi pembangunan negara
untuk mencapai cita-cita bangsa
sebagaimana yang diamanatkan dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun
1945.

GBHN (Pilita I V) di akumulasi menjadi


pembangunan jangka panjang RI.
PJP I tahun 1969/1970 1994/1995
Indonesia berhasil meletakkan dasar sbg
kekuatan ekonomi dunia baru dan siap
take off menuju masyarakat adil dan
makmur
Sayang krisis moneter semuanya
berntakan.

Krisis moneter th 1997 yang


berkembang menjadi krisis
multidimensi menyebabkan kejatuhan
orde baru, dan timbul orde reformasi.

Reformsi tidak hanya pada satu bidang


tertentu, tetapi pada seluruh sendi-sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Reformasi memberikan semangat politik
dan cara pandang baru sebagaimana
tercermin pada perubahan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. tidak terkecuali dalam bidang
perencanaan pembangunan /keuangan

MULAI

Perubahan substansial dalam Undang-Undang Dasar


Negara terkait dengan perencanaan pembangunan
adalah :
a) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
tidak diamanatkan lagi untuk menetapkan
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN);
b) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam
satu pasangan secara langsung oleh rakyat;
c) Desentralisasi dan penguatan otonomi
Daerah.

Tidak adanya GBHN berakibat tdk ada


lagi rencana pembangunan jangka
panjang pada masa yang akan datang.
Sebagai gantinya presiden terpilih
leluasa membuat RPJM melalui visi,
misi, dan program pembangunan
Capres/cawapres saat berkampanye.

Keleluasaan tersebut berpotensi


menimbulkan ketidak sinambungan
pembangunan dari satu masa jabatan
Presiden dan Wakil Presiden ke masa
jabatan Presiden dan Wakil Presiden
berikutnya.

Untuk itu, seluruh komponen bangsa sepakat


menetapkan sistem perencanaan
pembangunan melalui Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (UU
SPPN) yang di dalamnya diatur
perencanaan jangka panjang (20 tahun),
jangka menengah (5 tahun), dan
pembangunan tahunan.

Kesimpulan
Pada masa orde baru perencanaan pembangunan
nasional Indonesia, tata urutannya dimulai dari :
a. Pembangunan Jangka Panjang (25 Tahun)
b. Pembangunan lima tahun/Pelita dalam
bentuk GBHN dibuat oleh MPR
dilaksanakanoleh Mandataris MPR
(Presiden)
Diaplikasikan pertahun dlam bentuk APBN

APBN dibagi 2 Rutin dan Pembangunan


Dokumen Pelaksanaannya DIK dan DIP
Pejabat Pelaksana :
AR (Kepala Kantor selaku Atasan langsung
Bendahara dan Bendahara Rutina staf
AP (Pimpro dan Bendah Proyek beserta
staf

Setelah Relsformasi urutannya :


RPJP
RPJM
RKP
APBN

LANDASAN :
1. Landasan idiel RPJP Nasional adalah
Pancasila
2. Landasan konstitusional Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945,
3. Landasan operasionalnya meliputi seluruh
ketentuan prtn per-UU-an yang berkaitan
langsung dengan pembangunan nasional,
yaitu:

(1). Ketetapan Majelis Permusyawaratan


Rakyat Republik Indonesia Nomor
VII/MPR/2001 Tentang Visi Indonesia
Masa Depan;
(2). Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara;
(3). Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara;

(4). Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004


tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
(5). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
(6). Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah.

RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG (RPJP)
Pengertian Rencana Pembangunan (Jangka)
Panjang (RPP)
Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang
selanjutnya disingkat RPJP, adalah dokumen
perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun yang
merupakan bagian dari Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SISPENAS) yang dilaksanakan
oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di
tingkat Pusat dan Daerah.

RPJP Nasional merupakan penjabaran dari


tujuan dibentuknya pernerintahan Negara
Indonesia yang tercanturn dalarn
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dalam
bentuk visi, misi, dan arah pernbangunan
Nasional.

SISPENAS
mencakup penyelenggaraan
perencanaan makro semua fungsi
pernerintahan yang meliputi semua
bidang kehidupan secara, terpadu
dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia.

Sispenas terdiri atas perencanaan


pembangunan yang disusun secara
terpadu oleh Kementerian/Lembaga dan
perencanaan pembangunan oleh
Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya; yang meliputi :

a. rencana pembangunan jangka


panjang (RPP);
b. rencana pembangunan jangka
menengah (RPJM); dan
c. rencana pernbangunan tahunan
(RKP).

Tujuan Sispenas :
a. mendukung koordinasi antarpelaku
pembangunan;
b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi,
dan sinergi baik antardaerah, antarruang,
antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun
antara Pusat dan Daerah;

c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara


perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
dan pengawasan;
d. mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan
e. menjamin tercapainya penggunaan sumber
daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan.

TAHAPAN PERENCANAAN RPJP


MELIPUTI :
a. penyusunan rencana;
b. penetapan rencana;
c. pengendalian pelaksanaan rencana; dan
d. evaluasi pelaksanaan rencana.

PENYUSUNAN RPJP DILAKUKAN MELALUI


URUTAN:
a. penyiapan rancangan awal rencana pembangunan;
b. musyawarah perencanaan pembangunan; dan
c. penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
d. Menteri menyiapkan rancangan RPJP Nasional.
e. Kepala Bappeda menyiapkan rancangan RPJP Daerah.
Rancangan RPJP Nasional dan rancangan RPJP
Daerah menjadi bahan utama bagi Musrenbang.

MUSRENBANG :
(1) Musrenbang diselenggarakan dalam
rangka menyusun RPJP dan diikuti oleh
unsur-unsur penyelenggara negara
dengan mengikutsertakan masyarakat.
(2) Menteri menyelenggarakan Musrenbang
Jangka Panjang Nasional.

(3) Kepala Bappeda menyelenggarakan


Musrenbang Jangka Panjang Daerah.
(4) Musrenbang Jangka Panjang Nasional
dan Musrenbang Jangka Panjang
Daerah dilaksanakan paling lambat 1
(satu) tahun sebelum berakhimya periode
RPJP yang sedang berjalan.

(5) Menteri menyusun rancangan akhir


RPJP Nasional berdasarkan hasil
Musrenbang Jangka Panjang Nasional
(6) RP JP Daerah berdasarkan hasil
Musrenbang Jangka Panjang Daerah

PENGENDALIAN :
Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan
RPJP Nasional dilakukan oleh masingmasing pimpinan kementerian/lembaga.
Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas
menghimpun dan menganalisis hasil
pemantauan pelaksanaan RPJP Nasional
dari masing-masing pimpinan
kementerian/lembaga.

Pengendalian dan evaluasi


pelaksanaan RPJP Daerah dilakukan
oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat
Daerah.

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM)

Pengertian Rencana Pembangunan Jangka Menengah


RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi,
dan program Presiden yang penyusunannya
berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat
strategi pembangunan nasional, kebijakan umum,
program Kementerian/Lembaga dan lintas
Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas
kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang
mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh
termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang
berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan
yang bersifat indikatif.

Kegunaan :
1. Rancangan Awal RPJM Nasional digunakan
sebagai pedoman Pimpinan Kementerian/
Lembaga menyiapkan rancangan Renstra-KL
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya;
2. Kemudian Menteri menyusun rancangan
RPJM Nasional dengan menggunakan
rancangan Renstra-KL tersebut.

3. RPJM dijabarkan ke dalam RKP yang merupakan


rencana pembangunan tahunan nasional, memuat
;
a. prioritas pembangunan nasional, rancangan
kerangka ekonomi makro yang mencakup
gambaran perekonomian secara menyeluruh
b. Arah kebijakan fiskal, serta
c. Pprogram kementerian/lembaga, lintas
kementerian/lembaga kewilayahan dalam bentuk
kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat
indikatif.

4. RPJM Nasional merupakan dokumen


perencanaan pembangunan nasional untuk
periode 5 (lima) tahunan, yaitu RPJM
Nasional I Tahun 20052009, RPJM
Nasional II Tahun 20102014, RPJM
Nasional III Tahun 20152019, dan RPJM
Nasional IV Tahun 20202024.

RPJM ke-1, RPJM ke-2 ditujukan untuk


lebih memantapkan penataan kembali
Indonesia di segala bidang dengan
menekankan upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia termasuk
pengembangan kemampuan ilmu dan
teknologi serta penguatan daya saing
perekonomian.

RPJM ke-2 (2010 2014) :


Adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun
terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan
tahun 2014 merupakan penjabaran dari
visi, misi dan program Presiden hasil
Pemilihan Umum tahun 2009

Berfungsi sebagai:
a. pedoman bagi Kementerian/Lembaga
dalam menyusun Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga (Renstra-KL);

b. Bahan penyusunan dan perbaikan RPJM


Daerah dengan memperhatikan tugas
pemerintah daerah dalam mencapai
sasaran Nasional yang termuat dalam
RPJM Nasional;
c. Pedoman Pemerintah dalam menyusun
Rencana Kerja Pemerintah (RKP
Tahunan).

Tindak lanjut RPJM,


Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah melaksanakan
program dalam RPJM Nasional yang
dituangkan dalam Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga dan RPJM
Daerah.

3. PENGENDALIAN :
Menteri melakukan pemantauan
terhadap pelaksanaan RPJM Nasional
yang dituangkan ke dalam Rencana
Strategis Kementerian/Lembaga dan
RPJM Daerah.

MUSRENBANG :
(1)Rancangan RPJM Nasional dan rancangan
RPJM Daerah menjadi bahan bagi
Musrenbang Jangka Menengah.
(2) Musrenbang Jangka Menengah
diselenggarakan dalam rangka menyusun
RPJM diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara
negara dan mengikutsertakan masyarakat.
(3) Menteri menyelenggarakan Musrenbang
Jangka Menengah Nasional.

(4) Kepala Bappeda menyelenggarakan


Musrenbang Jangka Menengah Daerah.
(5) Musrenbang Jangka Menengah
Nasional, dilaksanakan paling lambat 2
(dua) bulan setelah Presiden dilantik.
(6) Musrenbang Jangka Menengah Daerah,
dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan
setelah Kepala Daerah dilantik.

(7) Menteri menyusun rancangan akhir


RPJM Nasional berdasarkan hasil
Musrenbang Jangka Menengah Nasional
(8) Kepala Bappeda menyusun rancangan
akhir RPJM Daerah berdasarkan hasil
Musrenbang Jangka Menengah Daerah

RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP)


RKP merupakan penjabaran dari RPJM
Nasional, memuat rancangan kerangka
ekonomi makro, termasuk didalamnya
arah kebijakan fiskal dan moneter,
prioritas pembangunan, rencana kerja dan
pendanaannya, baik yang dilaksanakan
langsung oleh pemerintah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat

RKP dimaksudkan sebagai upaya pemerintah


secara menyeluruh untuk mewujudkan tujuan
bernegara.
Untuk itu, RKP tidak hanya memuat kegiatankegiatan dalam kerangka investasi pemerintah
dan pelayanan publik, tetapi juga untuk
menjalankan fungsi pemerintah sebagai penentu
kebijakan dengan menetapkan kerangka
regulasi guna mendorong partisipasi
masyarakat.

Penyusunan RKP
Ketentuan mengenai pokok-pokok penyusunan
RKP adalah sebagai berikut:
Dasar penyusunan RKP adalah Renja-KL
dan RKPD provinsi, kabupaten, dan kota
sebagai bahan masukan.
Renja-KL disusun dengan berpedoman pada
Renstra-KL dan mengacu pada prioritas
pembangunan nasional dan pagu indikatif
(PI)

c. PI memuat kebijakan, program, dan


kegiatan pembangunan, baik yang
dilaksanakan langsung oleh
pemerintah maupun yang ditempuh
dengan mendorong partisipasi
masyarakat.

d. Kementerian Perencanaan
melaksanakan musrenbang untuk
menyelaraskan antar Renja-KL dan
antara kegiatan dekonsentrasi dan
tugas pembantuan yang tercantum
dalam Renja-KL dengan Rancangan
RKPD.

e. Hasil Musrenbang digunakan untuk


memutakhirkan Rancangan RKP yang
akan dibahas dalam sidang kabinet untuk
ditetapkan menjadi RKP dengan peraturan
presiden paling lambat pertengahan bulan
Mei.
f. RKP digunakan sebagai bahan
pembahasan kebijakan umum dan
prioritas anggaran di DPR.

g. Dalam hal RKP yang ditetapkan


berbeda dengan hasil pembahasan
dengan DPR, pemerintah
menggunakan RKP hasil pembahasan
dengan DPR.

Hal yang perlu diperhatikan dalam


penyusunan RKP antara lain:
a.Program dan kegiatan dalam RKP disusun
dengan pendekatan anggaran berbasis
kinerja, kerangka pengeluaran jangka
menengah, dan penganggaran terpadu.

b. Program dalam RKP terdiri dari


kegiatan yang berupa:
(1) kerangka regulasi yang bertujuan
untuk memfasilitasi, mendorong,
maupun mengatur kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan
sendiri oleh masyarakat; dan/atau

(2) Kerangka pelayanan umum dan


investasi
pemerintah yang bertujuan untuk
menyediakan barang dan jasa publik
yang diperlukan masyarakat.

c. Sebagai bahan masukan dalam


penyusunan RKP digunakan Standar
Pelayanan Minimum. (SPM)
d. SPMdisusun oleh kementerian
negara/lembaga yang fungsinya mengatur
dan/atau melaksanakan pelayanan
langsung kepada masyarakat, melalui
koordinasi dengan kementerian
perencanaan, kementerian keuangan, dan
kementerian negara/lembaga terkait.

d. Sebagai suatu rencana kerja, program dan


kegiatan yang termuat dalam RKP sudah
bersifat terukur (measureable) karena harus
sudah memperhitungkan ketersediaan
anggaran.
Artinya, sebagai dokumen perencanaan,
RKP tidak lagi memuat daftar panjang
usulan kegiatan kementerian
negara/lembaga yang selama ini lebih
dianggap sebagai daftar keinginan yang
belum tentu dapat dilaksanakan. Inilah
karakteristik yang mendasar dalam RKP.

Ciri Penyusunan RKP


1. Penegasan cakupan isi, proses top-down
dan bottom-up. Proses top-down
merupakan langkah-langkah penyampaian
batasan umum oleh lembaga-lembaga pusat
(central agency) yaitu kementerian keuangan
dan kementerian perencanaan
pembangunan nasional kepada kementerian
negara/lembaga tentang penyusunan
rencana kerja. Batasan umum ini mencakup
prioritas pembangunan nasional dan pagu
indikatif

Di dalam batasan ini, kementerian


negara/lembaga diberi kekuasaan untuk
merancang kegiatan-kegiatan pembangunan
demi pencapaian sasaran pembangunan
nasional yang telah disepakati. Rancangan
ini disampaikan kembali kepada central
agency untuk selanjutnya diserasikan secara
nasional. Inilah inti proses bottom-up.

2. Sebagai tindak lanjut kebijakan


desentralisasi maka kegiatan
pemerintah pusat di daerah menjadi
salah satu perhatian utama.

Tujuan yang ingin dicapai adalah ;


a.Agar kegiatan pemerintah pusat di daerah
terdistribusi secara adil dan dapat
menciptakan sinergi secara nasional.

b.Untuk mencapai tujuan ini, maka dalam


rangka penyusunan RKP dilaksanakan
musyawarah perencanaan baik antar
kementerian negara/lembaga maupun
antara kementerian negara/lembaga
dan pemerintah daerah provinsi.
(misalnya dilakukan musrenbang).

3. Proses penyusunan RKP adalah juga


proses penyatuan persepsi kementerian
negara/lembaga tentang prioritas
pembangunan nasional dan konsekuensi
rencana anggarannya sebagai persiapan
pembahasan RKA/KL Kementerian
Negara/Lembaga di DPR

Catatan :
Dalam rangka menjaga kesinambungan
pembangunan dan untuk menghindarkan
kekosongan rencana pembangunan nasional,
Presiden yang sedang memerintah pada tahun
terakhir pemerintahannya diwajibkan menyusun
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) untuk tahun
pertama periode Pemerintahan Presiden
berikutnya.

Penyusunan RKA/KL lihat PP 90/2010


dan PMK 136/2014 dan PMK
177/2014.
NON PNBP DIKNAS PP 58/2013

Anda mungkin juga menyukai