Anda di halaman 1dari 63

SEGI HUKUM PENYUSUNAN

DAN PENETAPAN ANGGARAN


PENDAPATAN DAN BELANJA
NEGARA
(2)

Disampaikan oleh :

Drs. A.Y. Suryanajaya, SH. MH.


Widyaiswara Utama

LOGO
KULIAH
5

PENYUSUNAN RENCANA
ANGGARAN
KEMENTERIAN/LEMBAGA
(RKA-K/L)

BERDASARKAN PP 90 TAHUN 2010


2

Pengertian RKA-KL
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga, yang
selanjutnya disingkat RKA-K/L, adalah dokumen rencana
keuangan tahunan Kementerian/Lembaga yang disusun
menurut Bagian Anggaran Kementerian/Lembaga.
(Pasal 1 PP 90 Th 2010)

RKA-KL adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang


berisi program dan kegiatan suatu kementerian
negara/lembaga yang merupakan penjabaran dari Rencana
Kerja Pemerintah dan Rencana Strategis Kementerian
Negara/Lembaga yang bersangkutan dalam satu tahun
anggaran serta anggaran yang diperlukan untuk
melaksanakannya.

BEBERAPA PENGERTIAN DALAM PENYUSUNAN


RKA-K/L
Bagian Anggaran adalah kelompok anggaran menurut
nomenklatur Kementerian/ Lembaga dan menurut fungsi
Bendahara Umum Negara.
Arah Kebijakan adalah penjabaran urusan pemerintahan dan/atau
prioritas pembangunan sesuai dengan visi dan misi Presiden
yang rumusannya mencerminkan bidang urusan tertentu dalam
pemerintahan yang menjadi tanggungjawab Kementerian/
Lembaga, berisi satu atau beberapa program untuk mencapai
sasaran stratejik penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan dengan indikator kinerja yang terukur.

Pasal 1 PP 90 Th 2010
4

BEBERAPA PENGERTIAN
Rencana Dana Pengeluaran Bendahara Umum Negara, yang
selanjutnya disingkat RDP-Bendahara Umum Negara, adalah
rencana kerja dan anggaran Bagian Anggaran Bendahara
Umum Negara yang memuat rincian kebutuhan dana baik yang
berbentuk anggaran belanja maupun pembiayaan dalam rangka
pemenuhan kewajiban Pemerintah Pusat dan transfer kepada
daerah yang pengelolaannya dikuasakan oleh Presiden kepada
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

RDP
BUN

Pasal 1 PP 90 Th 2010
5

BEBERAPA PENGERTIAN ...


Keluaran adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh
suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung
pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.
Hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran dari kegiatan dalam satu program.
Kinerja adalah prestasi kerja berupa keluaran dari suatu
kegiatan atau hasil dari suatu program dengan kuantitas
dan kualitas terukur.

Pasal 1 PP 90 Th 2010
6

BEBERAPA PENGERTIAN ...


Pagu Indikatif adalah ancar-ancar pagu anggaran yang
diberikan kepada Kementerian/Lembaga sebagai
pedoman dalam penyusunan Renja-K/L.
Pagu Anggaran Kementerian/Lembaga, yang
selanjutnya disebut Pagu Anggaran K/L, adalah batas
tertinggi anggaran yang dialokasikan kepada
Kementerian/ Lembaga dalam rangka penyusunan RKAK/L.

Pasal 1 PP 90 Th 2010
7

BEBERAPA PENGERTIAN ...


Alokasi Anggaran Kementerian/Lembaga, yang
selanjutnya disebut Alokasi Anggaran K/L, adalah batas
tertinggi anggaran pengeluaran yang dialokasikan
kepada Kementerian/Lembaga berdasarkan hasil
pembahasan Rancangan APBN yang dituangkan dalam
berita acara hasil kesepakatan Pembahasan Rancangan
APBN antara Pemerintah dan DPR.
Inisiatif Baru adalah usulan tambahan rencana Kinerja
selain yang telah dicantumkan dalam prakiraan maju,
yang berupa program, kegiatan, keluaran, dan/atau
komponen.

KEWAJIBAN PENYUSUNAN RKA-K/L


RKA-K/L disusun untuk setiap Bagian Anggaran.
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna
Anggaran wajib menyusun RKA-K/L atas
Bagian Anggaran yang dikuasainya.
Selain menyusun RKA-K/L atas Bagian Anggaran
Kementerian Keuangan, Menteri Keuangan
menyusun RDP-Bendahara Umum Negara.

Pasal 4 PP 90/2010
9

PENINGKATAN KUALITAS BELANJA


(PENJELASAN PP 90 TH 2010)

Tantangan utama pengelolaan Anggaran Pendapatan


dan Belanja Negara adalah terbatasnya ruang
gerak kapasitas fiskal sebagai akibat dari terbatasnya
sumber pendanaan sehingga menambah kompleksitas
pemilihan prioritas pembangunan nasional.
Untuk menjawab tantangan tersebut, diterapkan
kebijakan penganggaran dengan meningkatkan
kualitas belanja (Quality of Spending) melalui
pemantapan penerapan sistem penganggaran baru
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara serta
memperkuat penganggaran berbasis Kinerja disertai
dengan penerapan penganggaran terpadu serta
kerangka pengeluaran jangka menengah.

10

Penganggaran Berbasis Kinerja


(PENJELASAN PP 90 TH 2010)

Penganggaran berbasis Kinerja digunakan untuk


menunjukkan kejelasan hubungan antara alokasi
anggaran dengan Keluaran atau hasil dari kegiatan
atau program dengan kejelasan penanggungjawab
pencapaian Kinerja sesuai dengan struktur
organisasi dalam rangka meningkatkan akuntabilitas,
transparansi, dan efektifitas penggunaan anggaran
secara terukur.

11

PRINSIP PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA


(PENJELASAN PP 90 TH 2010)

Penerapan penganggaran berbasis Kinerja


paling sedikit mengandung 3 (tiga) prinsip,
yaitu:
a.prinsip alokasi anggaran program dan kegiatan
didasarkan pada tugas-fungsi unit kerja yang dilekatkan
pada stuktur organisasi (money follow function);
b.prinsip alokasi anggaran berorientasi pada kinerja
(output and outcome oriented); dan
c.prinsip fleksibilitas pengelolaan anggaran dengan
tetap menjaga prinsip akuntabilitas (let the manager
manages).

12

Anggaran Terpadu
Penyusunan anggaran terpadu
dilakukan untuk mencapai efisiensi
alokasi anggaran bagi kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan
dan prioritas pembangunan.

(PENJELASAN PP 90 TH 2010)
13

Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah


(PENJELASAN PP 90 TH 2010)

Kerangka pengeluaran jangka menengah digunakan untuk


mencapai disiplin fiskal secara berkesinambungan.
Berdasarkan pendekatan kerangka pengeluaran jangka
menengah, dimensi waktu perencanaan anggaran yang semula
berbasis tahunan diubah menjadi multi tahun (satu tahun yang
direncanakan ditambah tiga tahun rencana ke depan),
sedangkan orientasi penyusunannya juga berubah dari orientasi
berdimensi selesai satu tahun menjadi berdimensi pengguliran
ke beberapa tahun selama kebijakan masih berjalan dengan
memanfaatkan prakiraan maju sebagai angka dasar bagi
penyusunan anggaran tahun anggaran berikutnya yang
besarannya dapat disesuaikan dengan menggunakan parameter.

14

PENDEKATAN PENYUSUNAN RKAK/L


Penyusunan RKA-K/L harus menggunakan
pendekatan:
a.kerangka pengeluaran jangka menengah;
b.penganggaran terpadu; dan
c.penganggaran berbasis kinerja.

Pasal 5 Ayat (1) PP 90/2010


15

PENDEKATAN(cont.)
RKA-K/L disusun secara terstruktur dan dirinci menurut
klasifikasi anggaran, yang meliputi:
a.klasifikasi organisasi
b.klasifikasi fungsi
c.klasifikasi jenis belanja

Penyusunan RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada


ayat menggunakan instrumen:
a.indikator Kinerja;
b.standar biaya; dan
c.evaluasi Kinerja

Pasal 5 Ayat (2) & (3) PP 90/2010


16

Catatan :

Klasifikasi Anggaran

Rincian belanja negara menurut organisasi disesuaikan dengan


susunan kementerian negara/lembaga pemerintah pusat.
Rincian belanja negara menurut fungsi antara lain terdiri dari
pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi,
lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan,
pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan sosial.
Rincian belanja negara menurut jenis belanja (sifat ekonomi) antara
lain terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal,
bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain.

17

Penetapan Indikator Kinerja dan


Klasifikasi Anggaran

Menteri/Pimpinan Lembaga menetapkan indikator


Kinerja setelah berkoordinasi dengan Kementerian
Keuangan dan Kementerian Perencanaan.
Ketentuan mengenai klasifikasi anggaran dan
atandar biaya diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan setelah berkoordinasi dengan
kementerian/lembaga.

Pasal 5 ayat (3) dan (4) PP 90/2010


18

DASAR PENYUSUNAN RKA-KL


RKA-K/L disusun berdasarkan Renja-K/L,
RKP, dan Pagu Anggaran K/L.
RKA-K/L dimaksud memuat:
a. informasi Kinerja; dan
b. rincian anggaran.
Informasi Kinerja memuat paling sedikit:
a. program;
b. kegiatan; dan
c. sasaran Kinerja.
Pasal 6 PP 90/2010
19

Catatan:

Program merupakan penjabaran dari kebijakan sesuai dengan


visi dan misi Kementerian/Lembaga yang rumusannya
mencerminkan tugas dan fungsi unit eselon I atau unit
Kementerian/Lembaga yang berisi kegiatan untuk mencapai
Hasil dengan indikator Kinerja yang terukur.
Kegiatan merupakan penjabaran dari program yang rumusannya
mencerminkan tugas dan fungsi unit eselon II/satuan kerja atau
penugasan tertentu Kementerian/Lembaga yang berisi
komponen kegiatan untuk mencapai Keluaran dengan indikator
Kinerja yang terukur.

20

Catatan :
Sasaran Kinerja merupakan Keluaran dan/atau Hasil yang ditetapkan
untuk dicapai dengan tingkat kepastian yang tinggi, dari sisi efisiensi,
kuantitas, dan kualitas melalui kegiatan dan/atau program oleh
Kementerian/Lembaga, termasuk kegiatan dan/atau program yang
dilaksanakan melalui skema badan layanan umum, dekonsentrasi,
tugas pembantuan, dan skema pendanaan lain sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
Sasaran Kinerja Kementerian/Lembaga yang berbentuk target
pendapatan negara dicantumkan dalam bentuk besaran atau
angka nominal dari target pendapatan negara bersangkutan.
Sasaran Kinerja Kementerian/Lembaga yang keluarannya berbentuk
barang milik negara mengacu pada Rencana Kebutuhan Pengadaan
Barang Milik Negara (RKPBMN).

21

DASAR(cont.)
Rincian anggaran disusun menurut:
a.unit organisasi;
b.fungsi;
c.program;
d.kegiatan;
e.jenis belanja;
f.kelompok biaya; dan
g.sumber pendanaan.

22

PROSES PENYUSUNAN RKA-K/L


Presiden menetapkan Arah Kebijakan dan prioritas pembangunan nasional
(Januari)
Kementerian/Lembaga mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan
berjalan sesuai Arah Kebijakan dan prioritas pembangunan nasional
Kementerian/Lembaga dapat menyusun rencana Inisiatif Baru dan indikasi
kebutuhan anggaran yang diselaraskan dengan Arah Kebijakan dan prioritas
pembangunan nasional
Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan mengevaluasi :
pelaksanaan program dan kegiatan dari program yang sedang berjalan
mengkaji usulan Inisiatif Baru berdasarkan prioritas pembangunan serta analisa
pemenuhan kelayakan dan efisiensi indikasi kebutuhan dananya.

Kementerian Perencanaan mengoordinasikan pelaksanaan evaluasi dan


pengintegrasian hasil evaluasi.

23

PROSES PENYUSUNAN RKA-K/L (Cont.)


Menteri Keuangan bersama Menteri Perencanaan menyusun perkiraan
kapasitas fiskal untuk penyusunan Pagu Indikatif (Februari)
Pagu Indikatif dirinci menurut unit organisasi, program, kegiatan, dan
indikasi pendanaan untuk mendukung Arah Kebijakan yang telah ditetapkan
oleh Presiden.
Pagu Indikatif yang sudah ditetapkan beserta prioritas pembangunan
nasional yang dituangkan dalam rancangan awal RKP disampaikan kepada
Kementerian/Lembaga dengan surat yang ditandatangani Menteri Keuangan
bersama Menteri Perencanaan (Maret).
Dengan berpedoman pada surat tsb., Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun
Renja-K/L dengan pendekatan berbasis Kinerja, KPJM, dan penganggaran
terpadu yang memuat:
a. kebijakan;
b. program; dan
c. kegiatan.

24

PROSES PENYUSUNAN RKA-K/L (Cont.)


Menteri Keuangan dalam rangka penyusunan RKA-K/L,
menetapkan Pagu Anggaran K/L dengan berpedoman:
a.
b.
c.
d.

kapasitas fiskal,
besaran Pagu Indikatif,
Renja-K/L, dan
hasil evaluasi Kinerja Kementerian/Lembaga.

Pagu Anggaran K/L dimaksud ) menggambarkan Arah


Kebijakan yang telah ditetapkan oleh Presiden yang dirinci
paling sedikit menurut:
a. unit organisasi; dan
b. program.

Pagu Anggaran K/L disampaikan kepada setiap


Kementerian/Lembaga paling lambat akhir bulan Juni.

25

PROSES PENYUSUNAN RKA-K/L (Cont.)


Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun RKA-K/L
berdasarkan:
Pagu Anggaran K/L
Renja-K/L
RKP hasil kesepakatan Pemerintah dan DPR dalam
pembicaraan pendahuluan Rancangan APBN; dan
standar biaya.
Penyusunan RKA-K/L dimaksud termasuk menampung
usulan Inisiatif Baru.

26

PROSES PENYUSUNAN RKA-K/L (Cont.)


RKA-K/L menjadi bahan penyusunan RUU APBN setelah ditelaah
dalam forum Kementerian/Lembaga dengan Kementerian Keuangan
dan Kementerian Perencanaan.
Dalam hal Kementerian/Lembaga melakukan pembahasan RKA-K/L
dengan DPR dalam rangka pembicaraan pendahuluan Rancangan
APBN, pembahasan tersebut difokuskan pada konsultasi atas usulan
Inisiatif Baru.
Dalam pembahasan RKA-K/L dengan DPR dapat dilakukan
penyesuaian terhadap usulan Inisiatif Baru, sepanjang:
a. sesuai dengan RKP hasil kesepakatan Pemerintah dan DPR dalam
pembicaraan pendahuluan Rancangan APBN;
b. pencapaian sasaran Kinerja
Kementerian/Lembaga;dan
c. tidak melampaui Pagu Anggaran K/L.

27

PROSES PENYUSUNAN RKA-K/L (Cont.)


Menteri Keuangan mengoordinasikan penelaahan
RKAK/L dalam rangka penetapan Pagu RKA-K/L yang
bersifat final.
Penelaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara terintegrasi, yang meliputi:
kelayakan anggaran terhadap sasaran Kinerja yang
direncanakan; dan
konsistensi sasaran Kinerja Kementerian/Lembaga dengan RKP.

Penelaahan RKA-K/L diselesaikan paling lambat akhir


bulan Juli.

28

Penggunaan RKA-K/L dalam Penyusunan APBN


Kementerian Keuangan menghimpun RKA-K/L hasil
penelaahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
untuk digunakan sebagai:
bahan penyusunan Nota Keuangan, Rancangan
APBN, dan Rancangan Undang-Undang
tentang APBN; dan
dokumen pendukung pembahasan Rancangan
APBN.
Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangan
Undang-Undang tentang APBN dibahas dalam
Sidang Kabinet.
Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangan
Undang-Undang tentang APBN hasil Sidang
Kabinet disampaikan oleh Pemerintah kepada DPR
pada bulan Agustus.
Pasal 11 PP 90/2010
29

PEMBAHASAN RANCANGAN APBN DAN RUU


APBN
1.

Pemerintah menyelesaikan pembahasan Rancangan APBN dan Rancangan


Undang-Undang tentang APBN dengan DPR paling lambat akhir bulan
Oktober.
2. Dalam hal pembahasan Rancangan APBN dan Rancangan Undang-Undang
tentang APBN dimaksud menghasilkan optimalisasi pagu anggaran,
optimalisasi pagu anggaran tersebut digunakan oleh Pemerintah sesuai
dengan Arah Kebijakan yang telah ditetapkan oleh Presiden.
3. Hasil pembahasan Rancangan APBN dan Rancangan Undang-Undang tentang
APBN dituangkan dalam berita acara hasil kesepakatan pembahasan
Rancangan APBN dan Rancangan Undang-Undang tentang APBN dan bersifat
final.
4. Berita acara hasil kesepakatan pembahasan disampaikan
oleh Menteri Keuangan kepada Kementerian/Lembaga.
5. Menteri/Pimpinan Lembaga melakukan penyesuaian
RKA-K/L dengan berita acara hasil kesepakatan pembahasan
Pasal 12 PP 90/2010
30

PENETAPAN ALOKASI ANGGARAN


1. Presiden menetapkan alokasi anggaran
Kementerian/Lembaga dan Kementerian
Keuangan selaku BUN.
2. Alokasi anggaran Kementerian/Lembaga dirinci
menurut klasifikasi anggaran.
3. Alokasi anggaran Kementerian Keuangan selaku BUN dirinci
menurut:
a. kebutuhan Pemerintah Pusat; dan
b. transfer kepada daerah.

4. Alokasi anggaran ditetapkan dengan Keputusan Presiden paling


lambat tanggal 30 November.
5. Keputusan Presiden dimaksud merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Undang-Undang tentang APBN.
Pasal 13 PP 90/2010
31

PENYUSUNAN DIPA
1. Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun dokumen
pelaksanaan anggaran dengan berpedoman pada
alokasi anggaran yang ditetapkan dalam Keputusan
Presiden.
2. Penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran
menggunakan RKAK/L yang telah disesuaikan
dengan hasil pembahasan RAPBN DAN RUU APBN
3. Menteri Keuangan mengesahkan dokumen
pelaksanaan anggaran paling lambat tanggal 31
Desember.
4. Ketentuan mengenai tata cara pengesahan
dokumen pelaksanaan anggaran diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan.
Pasal 14 PP 90/2010
32

Perubahan RKA K/L Dalam Pelaksanaan APBN


1. Dalam tahun berjalan, Kementerian/Lembaga melakukan perubahan
RKA-K/L dalam hal:
a. terdapat tambahan dan/atau pengurangan alokasi anggaran
sebagai akibat Perubahan APBN dan/atau realokasi anggaran
belanja dari yang telah ditetapkan dalam dokumen pelaksanaan
anggaran; dan/atau
b. terdapat perubahan dokumen pelaksanaan anggaran yang
memerlukan persetujuan DPR.
2. Usulan perubahan dokumen pelaksanaan anggaran yang
memerlukan persetujuan DPR diajukan oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga kepada Menteri Keuangan untuk
di evaluasi..
Pasal 15 PP 90/2010
33

Perubahan RKA K/L Dalam Pelaksanaan APBN


3. Dalam hal usulan perubahan
disetujui, Menteri Keuangan
menyampaikan usulan tersebut
kepada DPR.
4. RKA-K/L dimaksud pada angka 1
menjadi dasar penyusunan revisi
dokumen pelaksanaan anggaran
berkenaan.
5. Ketentuan mengenai tata cara
perubahan RKA-K/L diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan.
Pasal 15 PP 90/2010
34

Penyusunan RDPBUN
a) Penetapan Pembantu Pengguna Anggaran Bendahara
Umum Negara (PPA BUN) dan penyusunan indikasi
kebutuhan dana pengeluaran BUN.
b) Penetapan pagu dana pengeluaran BUN dan penyusunan
RDP-BUN oleh PPA BUN.
c) Pengusulan dan penetapan alokasi dana pengeluaran
BUN, pengesahan DIPA dana pengeluaran BUN dan
penetapan alokasi dana pengeluaran BUN pada tahun
berjalan.

JENIS BA - BUN

BA - BUN
PENGELOLAAN BELANJA

PENGELOLAAN
PEMBIAYAAN

1) BA 999.01 : BA BUN Pengelola


Utang Pemerintah;

1. BA 999.01 : BA BUN Pengelola


Utang Pemerintah;

2)

BA 999.02 : BA BUN Pengelola


Hibah;

2. BA 999.03 : BA BUN Pengelola


Investasi Pemerintah;

3)

BA 999.07 : BA BUN Pengelola


Belanja Subsidi;

3. BA 999.04 : BA BUN Pengelola


Penerusan Pinjaman

4) BA 999.08 : BA BUN Pengelola


Belanja Lainnya.
5) BA 999.99 : BA BUN Pengelola
Transaksi Khusus.

Penyusunan RDP-BUN (1)


1) Menteri Keuangan selaku Pengguna Anggaran BUN menetapkan
unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan sebagai
Pembantu Pengguna Anggaran BUN.
2) Pada awal tahun, Pengguna Anggaran BUN dapat berko.ordinasi
dengan Menteri/Pimpinan Lembaga atau pihak lain terkait
menyusun indikasi kebutuhan dana pengeluaran BUN untuk
tahun anggaran yang direncanakan dengan memperhatikan
prakiraan maju dan rencana strategis yang telah disusun.
3) Indikasi kebutuhan dana pengeluaran BUN merupakan indikasi
dana dalam rangka pemenuhan kewajiban Pemerintah yang
penganggarannya hanya ditampung pada Bagian Anggaran BUN
Kementerian Keuangan.

38

Penyusunan RDP-BUN (2)


1) Menteri Keuangan menetapkan pagu dana pengeluaran BUN
dengan berpedoman pada:
a. arah kebijakan yang ditetapkan oleh Presiden;
b. prioritas anggaran;
c. RKP hasil kesepakatan Pemerintah dan DPR dalam
pembicaraan pendahuluan pembahasan Rancangan APBN;
d. indikasi kebutuhan dana pengeluaran BUN; dan
e. evaluasi Kinerja penggunaan dana BUN.
2) Berdasarkan pagu dana pengeluaran BUN, Pembantu Pengguna
Anggaran-BUN menyusun RDP-BUN.
3) Penyusunan RDP-BUN dapat dilakukan dengan berkoordinasi
dengan Kementerian/Lembaga atau pihak lain yang terkait.
39

Penyusunan RDP-BUN (3)


1) Kuasa Pengguna Anggaran BUN mengusulkan alokasi dana
pengeluaran BUN kepada Menteri Keuangan dengan
berpedoman pada RDP-BUN yang telah disesuaikan dengan
berita acara hasil kesepakatan pembahasan APBN.
2) Menteri Keuangan menetapkan alokasi dana pengeluaran BUN
berdasarkan Keputusan Presiden dan mengesahkan dokumen
pelaksanaan anggaran dana pengeluaran BUN sebelum
dimulainya tahun anggaran paling lambat akhir bulan
Desember.
3) Penetapan alokasi dana pengeluaran BUN tertentu yang alokasi
dananya belum dapat ditetapkan pada saat ditetapkannya APBN
dapat dilakukan pada tahun anggaran berjalan.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan,
penetapan alokasi, dan pengesahan dokumen pelaksanaan
anggaran BUN diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
40

DOKUMEN PENDUKUNG
1. Proposal Anggaran (untuk inisiatif
baru) atau TOR (dalam hal ada
perubahan proposal anggaran),
2. RAB, dan/atau
3. Dokumen pendukung terkait lainnya.

ILUSTRASI
PENYUSUNAN
RKA-KL DAN
DIPA

42

Ilustrasi Pendekatan dan Dasar Penyusunan RKA-K/L


Klasifikasi
Anggaran

Pendekatan
1. KPJM;
2. Penganggaran
Terpadu;
3. Penganggaran Berbasis
Kinerja.

Instrumen
1. Indikator Kinerja;
2. Standar Biaya;
3. Evaluasi Kinerja.

Dirinci
menurut

1. Klasifikasi Organisasi;
2. Klasifikasi Fungsi;
3. Klasifikasi Jenis
Belanja.

1. Menteri/Pimpinan Lembaga
menetapkan indikator Kinerja setelah
berkoordinasi dengan Kementerian
Keuangan dan Kementerian
Perencanaan.
2. Klasifikasi anggaran dan standar biaya
diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan setelah berkoordinasi
dengan Kementerian/Lembaga.

Catatan :

44

Penyusunan Pagu Indikatif


Presiden

Arah
Kebijakan

1. Mengevaluasi
pelaksanaan Program dan
Kegiatan yang sedang
berjalan;
Bappenas

2. Mengkaji usulan Inisiatif


Baru;
3. Penyesuaian baseline;

Prioritas
Pembangunan
Nasional

Kemkeu

1. Unit
Organisasi;
2. Program;
3. Kegiatan.

4. Memperhatikan kapasitas
fiskal.

Dirinci
menurut

Pagu Indikatif

Pasal 8

45

Penyusunan Pagu Anggaran K/L


DPR

Pemerintah

Pembicaraan Pendahuluan
Rancangan APBN :
1.KEM dan PPKF;
2.RKP;
3.Rincian Pagu menurut
Organisaasi, Fungsi,
Program dan Kegiatan.

1. Unit
Organisasi;
2. Program.

Menkeu

Dirinci
menurut

Pagu Anggaran
K/L

berpedoman

1. Kapasitas fiskal;
2. Pagu Indikatif;
3. Renja-K/L;
4. Hasil evaluasi kinerja K/L.
46

47

Penyusunan Alokasi Anggaran K/L (d.h. Pagu DefINITIF)


DPR
RUU APBN

Berita Acara
Hasil
Kesepakatan
Pembahasan
RUU APBN

K/L

Pemerintah

Penyesuaian
RKA-K/L

Kemenkeu
Dirinci menurut
Klasifikasi Anggaran

K/L
Dirinci menurut :
1. Kebutuhan Pemerintah Pusat;
2.Transfer ke daerah.

BUN

Keppres
Alokasi
Anggaran
48

DAFTAR ISIAN
PELAKSANAAN
ANGGARAN
(DIPA)

52

Contoh Akun PNBP


Kode
42
421
4212
4213
4214
42141
42142
42143
4215
42151
4216
42161
422
4221

Uraian Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak


Penerimaan Negara Bukan Pajak
Penerimaan Sumber Daya Alam
Pendapatan Gas Alam
Pendapatan Pertambangan Umum
Pendapatan Kehutanan
Pendapatan Dana Reboisasi
Pendapatan Provisi Sumber Daya Hutan
Pendapatan IIUPH (IHPH)
Pendapatan Perikanan
Pendapatan Perikanan
Pendapatan Pertambangan Panas Bumi
Pendapatan Pertambangan panas Bumi
Pendapatan Bagian Laba BUMN
Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN

Contoh Akun PNBP (cont.)


42211

Pendapatan Laba BUMN Perbankan

42212

Pendapatan Laba BUMN Non-Perbankan

423

Pendapatan PNBP Lainnya

4231

Pendapatan Penjualan dan Sewa

42311

Pendapatan Penjualan Hasil Produksi/Sitaan

42312

Pendapatan Penjualan Aset

42313

Pendapatan Penjualan dari Kegiatan Hulu Migas

42314
4232

Pendapatan Sewa
Pendapatan Jasa

42321

Pendapatan Jasa I

42322

Pendapatan Jasa II

42323

Pendapatan Jasa Dari Luar Negeri

42329

Pendapatan Jasa Lainnya

4233

Pendapatan Bunga

42331

Pendapatan Bunga

42332

Pendapatan Gain on Bond Redemption

42333

Pendapatan Premium atas Obligasi Negara

KODE AKUN BELANJA NEGARA


1) Belanja Pegawai ( kode 51) terdiri atas : Gaji dan Tunjangan, Honorarium/Lembur/Vakasi,
Tunjangan Umum
2) Belanja Barang (kode 52) terdiri atas : Barang, Jasa, Pemeliharaan, Perjalanan, BLU
3) Belanja Modal (kode 53) terdiri atas : Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan,
Jalan, Irigis dan Jeringan, Pemeliharaan Yang dikapitalisasi, Fisik Lainnya
4) Pembayaran Bunga Cicilan (kode 54) terdiri atas : Pembayaran Bunga Utang, Pembayaran
Discount SUN DN, Pembayaran Discount SUN LN, Pembayaran Loss On Bond Redemption,
Pembayaran Discount SBSN DN, Pembayaran Discount SBSN LN, Belanja Denda
5) Subsidi (kode 55) terdiri atas : Subsisi Perusahaann Negara, Subsidi Perusahaan Swasta
6) Belanja Hibah (kode 56) terdiri atas : Hibah kepada Pemerintah Luar Negeri, Hibah kepada
Organisasi International, Hibah Kepada Pemda
7) Bantuan Sosial (kode 57) terdiri atas : Bantuan Kompensasi Sosial, Bantuan sosial
Lembaga Pendidikan dan Peribadatan, Lembaga Sosial lainnya
8) Belanja Lain-lain (kode 58)

CONTOH AKUN BELANJA NEGARA


KODEFIKASI AKUN BARU (526) :
Belanja Barang untuk diserahkan kepada masyarakat yang
dipisahkan dari akun 521219 (Belanja Barang Non Operasional
Lainnya).
Sehingga Jenis Belanja Barang dan Jasa menjadi :

Anda mungkin juga menyukai