Anda di halaman 1dari 34

INFEKSI BERULANG-ULANG

BY: VARLA SEPTRINIDYA


(405090215)

LO 1. MENJELASKAN DEFINISI &


KLASIFIKASI IMUNODEFISIENSI

DEFINISI
suatu keadaan di mana sistem kekebalan tubuh tidak

memiliki kemampuan untuk melawan penyakit


infeksi.
Tanda-tanda peningkatan kerentanan terhadap
infeksi rekuren, kronis, oportunistik, & respons
buruk terhadap terapi dengan antibiotik.
Gejala ruam kulit, diare, pertumbuhan yang
terganggu, hati & limpa membesar, abses rekuren/
osteomielitis

GAMBARAN KLINIS YANG BERHUBUNGAN DENGAN


GANGGUAN FUNGSI IMUN
Infeksi rekuren kronis dengan ciri:

Sebab tidak biasa (oportunistik)


Flora normal
Mikroba lingkungan biasa

Gejala yang sering ditemukan:

Diare kronis
Hepato-splenomegali
Autoantibodi/ penyakit autoimun

GANGGUAN FUNGSI SISTEM IMUN YANG UMUM


Gangguan fungsi sistem imun
Defisiensi
Sel B
Sel T
Fagosit

Penyakit yang menyertai


Infeksi bakteri rekuren seperti otitis media,
pneumonia rekuren
Kerentanan meningkat terhadap virus,
jamur, & protozoa
Infeksi sistemik oleh bakteri yang dalam
keadaan biasa mempunyai virulensi rendah,
infeksi bakteri piogenik
Infeksi bakteri, autoimunitas

Komplemen
Fungsi yang berlebihan
Sel B
Sel T
Fagosit
Komplemen

Gamopati monoklonal
Kelebihan sel Ts yang menimbulkan infeksi &
penyakit limfoproliferatif
Hipersensitivitas, beberapa penyakit
autoimun
Edem angioneurotik akibat tidak adanya
inhibitor esterase C1

PEMBAGIAN DEFISIENSI SISTEM IMUN


Defisiensi imun nonspesifik

Defisiensi komplemen (kongenital, fisiologik, didapat)


Defisiensi interferon & lisozim (kongenital & didapat)
Defisiensi sel NK (kongenital & didapat)
Defisiensi sistem fagosit (kuantitatif & kualitatif)
Defisiensi imun spesifik
Defisiensi imun kongenital/ primer (sel B, sel T, kombinasi)
Defisiensi imun fisiologik (kehamilan, usia tahun pertama, usila)
Defisiensi didapat/ sekunder (malnutrisi, infeksi, obat, trauma,
tindakan katetirisasi & bedah, penyinaran, penyakit berat,
kehilangan Ig/ leukosit, stress, agamaglobulinemia dengan timoma)
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS)

LO 2. MENJELASKAN
MEKANISME IMUNODEFISIENSI
PRIMER & SEKUNDER

DEFISIENSI IMUN KONGENITAL/ PRIMER


Defisiensi imun primer sel B

X-linked hypogamaglobulinemia
Hipogamaglobulinemia yang sementara
Common variable hypogammaglobulinemia
Defisiensi imunoglobulin yang selektif (disgamaglobulinemia)
Defisiensi IgA selektif
Defisiensi IgM selektif
Defisiensi imun primer sel T
Aplasi timus kongenital (sindrom DiGeorge)
Kandidiasis mukokutan kronik
Defisiensi kombinasi sel B & sel T yang berat
Defisiensi kombinasi sel B & sel T yang berat/ severe combined immunodeficiency disease
(SCID)
Sindrom nezelof
Wiskott-aldrich syndrome
Ataksia telangiektasi
Defisiensi adenosin deaminase

DEFISIENSI IMUN DIDAPAT SEKUNDER


Malnutrisi
Infeksi
Obat, trauma, tindakan kateterisasi & bedah
Penyinaran
Penyakit berat
Kehilangan imunoglobulin/ leukosit
Stress
Agamaglobulinemia dengan timoma

FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENIMBULKAN


DEFISIENSI IMUN SEKUNDER
Faktor

Komponen yang kena

Proses penuaan

Infeksi meningkat, penurunan respons


terhadap vaksinasi, penurunan respons
sel T & B serta perubahan dalam
kualitas respons

Malnutrisi

Malnutrisi protein-kalori & kekurangan


elemen gizi tertentu (besi, zinc); sebab
tersering defisiensi imun sekunder

Mikroba imunosupresif

Contohnya: malaria, virus, campak,


terutama HIV; mekanismenya
melibatkan penurunan fungsi sel T &
APC

Obat sitotoksik/ iradiasi

Obat yang banyak digunakan terhadap


tumor, juga membunuh sel penting dari
sistem imun termasuk stem cells,
progenitor neutrofil & limfosit yang
cepat membelah dalam organ limfoid

FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENIMBULKAN


DEFISIENSI IMUN SEKUNDER
Faktor

Komponen yang kena

Tumor

Efek ditek dari tumor terhadap imun


melalui penglepasan molekul
imunoregulatori imunosupresif (TNF-)

Trauma

Infeksi meninkat, diduga berhubungan


dengan penglepasan molekul
imunosupresif seperti glukokortikoid

Penyakit lain seperti diabetes

Diabetes sering berhubungan dengan


infeksi, tetapi mekanisme belum jelas.

LO 3. MENJELASKAN PROSEDUR
DIAGNOSTIK IMUNODEFISIENSI

Uji respons imun

Non spesifik
Kuantitatif hitung leukosit dengan kamar hitung
Kualitatif uji fungsi leukosit
Uji fungsi kemotaksis & migrasi
Uji fungsi menelan
Uji fungsi pembunuhan intrasel
Uji NBT
Uji mikrobial

Spesifik
Seluler
Kuantitatif
Hitung jumlah limfosit & subset limfosit
Deteksi Ag permukaan CD
Kualitatif
Primer AgAb kadar rendah
Sekunder AgAb kadar besar
Humoral
Uji komplemen

LO 4. MENJELASKAN
PENATALAKSANAAN
IMUNODEFISIENSI

PENGOBATAN
Antibiotik/ antiviral yang tepat
Pemberian pooled human immunoglobulin yang

teratur
Transplantasi sumsum tulang dari donor pasien
yang memiliki hubungan genetik yang cocok hasil
baik komplikasi: Graft versus host (GVH) reaction
Iradiasi KGB total hasil baik dibandingkan
iradiasi seluruh tubuh

TUJUAN PENGOBATAN
Mengurangi kejadian & dampak infeksi

Menjauhi subyek dengan penyakit menular


Memantau dengan baik pasien terhadap infeksi
Menggunakan antibiotik/ antiviral yang benar
Imunisasi aktif/ pasif bila memungkinkan

TUJUAN PENGOBATAN
Memberikan komponen sistem imun yang defektif dengan transfer pasif/

transplantasi
Pemberian globulin gama kepada pasien dengan defisiensi Ig tertentu (tidak
pada defisiensi IgA)
Infus sitokin IL-2, GM-CSF, M-CSF, & IFN- kepada subyek dengan
penyakit tertentu
Transfusi:
Neutrofil kepada subyek dengan defisiensi fagosit
Polietilen glikol digabung dengan adenosin deaminase (PEG-ADA) untuk
SCID
Limfosit autologus yang sudah menjalani transfection dengan gen adenosin
deaminase (ADA) untuk mengobati Severe combined immunodeficiency
Transplantasi: timus fetal/ stem cell dari sumsum tulang dalam usaha
memperbaiki kompetensi imun

TERAPI GENETIK
Terapi gen somatik menunjukkan harapan dalam

terapi penyakit genetik


Prosedur: menyisipkan gen normal ke populasi sel
yang terkena penyakit membentuk gen normal
yang sebelumnya tidak ada/ defisien.
Limfosit T perifer kemampuan terbatas untuk
berproliferasi pengobatan jangka panjang akan
memerlukan penyisipan gen ke sel asal sumsum
tulang yang pluripoten

LO 5. MENJELASKAN HIV

ETIOLOGI AIDS
Sejenis virus yang tergolong Retrovirus Human

Immunodeficiency Virus (HIV).


Sel target virus sel Lymfosit T reseptor untuk
virus HIV CD4+
Secara morfologis HIV:

Inti (core) berbentuk silindris dua untaian RNA.


Selubung (envelop) lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp
120)

Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air

mata dan mudah mati diluar tubuh

MASA INKUBASI AIDS


Waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus

HIV - menunjukkan gejala-gejala AIDS.


Waktu yang dibutuhkan rata-rata cukup lama & dapat
mencapai 12 tahun & semasa inkubasi penderita tidak
menunjukkan gejala-gejala sakit.
Masa window periode masa dimana virus HIV tidak
dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium 3
bulan sejak tertular virus HIV.
Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi
untuk menularkan virus HIV kepada orang lain dengan
berbagai cara sesuai pola transmisi virus HIV.

EPIDEMIOLOGI AIDS
WHO memperkirakan bahwa sekitar 15 juta orang

diantaranya 14 juta remaja dan dewasa terinfeksi HIV.


Setiap hari 5000 orang tertular virus HIV.
WHO pada tahun 2000 sekitar 30-40 juta orang
terinfeksi virus HIV, 12-18 juta orang akan
menunjukkan gejala-gejala AIDS dan setiap tahun
sebanyak 1,8 juta orang akan meninggal karena AIDS.
laju infeksi pada wanita jauh > cepat dari pada pria
90% terjadi di negara berkembang, terutama Asia.

CARA PENULARAN
Transmisi seksual

Homoseksual
Heteroseksual

Transmisi nonseksual

Transmisi parenteral

Penggunaan jarum suntik & alat tusuk lainnya yang telah


terkontaminasi
Darah/ produk darah

Transmisi transplasental

PATOGENESIS
Dasar utama kurangnya jenis limfosit T helper/ CD4+
Setelah HIV mengikat diri pada molekul CD 4 virus masuk

kedalam target melepas selubungnya dengan enzym


reverse transcryptae merubah bentuk RNA DNA.
Pada awal infeksi, HIV tidak segera menyebabkan kematian
dari sel yang di infeksinya replikasi menghabiskan/
merusak sel limfosit T4.
Infeksi oleh virus HIV fungsi kekebalan tubuh rusak
daya tahan tubuh berkurang/ hilang mudah terkena
penyakit-penyakit lain: penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri, protozoa,& jamur & mudah terkena penyakit kanker
sarkoma kaposi

MANIFESTASI KLINIS AIDS


Rasa lelah dan lesu
Berat badan menurun secara drastis
Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam
Mencret dan kurang nafsu makan
Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
Pembengkakan leher dan lipatan paha
Radang paru-paru
Kanker kulit

MANIFESTASI KLINIS AIDS


Manifestasi tumor

Sarkoma kaposi
Limfoma ganas
Manifestasi oportunistik
Manifestasi pada paru-paru
Pneumonia pneumocystis sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam,
& demam.
Cytomegalo virus
Mycobacterium avilum pneumoni difus, timbul pada stadium akhir & sulit
disembuhkan
Mycobacterium tuberculosis
Manifestasi pada gastrointestinal tidak ada nafsu makan, berat badan turun >
10% per bulan.
Manifestasi neurologis ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati & neuropati
perifer

PEMERIKSAAN LABORATORIUM & DIAGNOSA AIDS


ELISA (+) pengulangan (+) konfirmasi

dengan Western blot.


Dasar dalam menegakkan diagnosa AIDS:

Adanya HIV sebagai etiologi


Adanya tanda-tanda immunodeficiency
Adanya gejala infeksi oportunistik

SITUASI AIDS DI INDONESIA


Kasus AIDS I 1987: seorang wisatawan Belanda

yang meninggal di Bali pada 1988.


Menurut data Ditjen PPM dan PLP Departemen
Kesehatan hingga bulan Mei 1998 telah tercatat 685
kasus HIV/ AIDS, diantaranya 184 penderita AIDS
dan 501 penderita HIV yang dilaporkan oleh 23
propinsi di Indonesia.

JUMLAH KASUS HIV/ AIDS MENURUT TAHUN


Tahun

AIDS

HIV

Jumlah

1987

1988

1989

1990

1991

12

18

1992

18

10

28

1993

96

17

113

1994

71

16

87

1995

69

20

89

1996

105

32

137

1997

84

34

118

Jan 1998

Feb 1998

UPAYA PENCEGAHAN AIDS


Upaya pencegahan AIDS jangka pendek
Upaya pencegahan AIDS jangka panjang

UPAYA PENCEGAHAN AIDS JANGKA PENDEK


KIE memberikan informasi pola penyebaran AIDS

Pencegahan infeksi HIV melalui hubungan seksual

Tidak melakukan hubungan seksual


Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang mitra seksual
yang setia dan tidak terinfeksi HIV
Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin
Hindari hubungan seksual dengan kelompok rediko tinggi tertular
AIDS
Tidak melakukan hubungan anogenital
Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual
dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS dan pengidap HIV

Pencegahan infeksi HIV melalui darah


Pencegahan infeksi HIV melalui Ibu

PENCEGAHAN INFEKSI HIV MELALUI DARAH


Darah yang digunakan untuk transfusi diusahakan bebas HIV dengan

jalan memeriksa darah donor.


Menghimbau kelompok resiko tinggi tertular AIDS untuk tidak
menjadi donor darah.
Jarum suntik dan alat tusuk yang lain harus disterilisasikan secara
baku setiap kali habis dipakai.
Semua alat yang tercemar dengan cairan tubuh penderita AIDS harus
disterillisasikan secara baku.
Kelompok penyalahgunaan narkotik harus menghentikan kebiasaan
penyuntikan obat ke dalam badannya serta menghentikan kebiasaan
mengunakan jarum suntik bersama.
Gunakan jarum suntik sekali pakai.
Membakar semua alat bekas pakai pengidap HIV.

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai