Anda di halaman 1dari 19

KONSEP WAHAM

BY: DENI NASRI, M.PSI., PSI

WAHAM

Kaplan dan Sadock (1998) keyakinan yang salah


dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam
kenyataan.
Waham adalah keyakinan seseorang yang
berdasarkan penilaian realitas yang salah.
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya klien.
Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan
perkembangan
seperti
adanya
penolakan,
kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran
orang tua dan aniaya. (Keliat, 1999)
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai
dengan keyataan tetapi dipertahankan dan tidak
dapat dirubah secara logis oleh orang lain,
keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana
sudah kehilangan control (Depkes RI, 1994).

Orang yang menderita gangguan waham terganggu


oleh waham kejaran yang terus-menerus atau oleh
waham cemburu, yaitu oleh tuduhan yang tidak
berdasar bahwa pasangan atau kekasih mereka tidak
setia.
Waham lain yaitu waham merasa dibuntuti
Waham erotomnia, yaitu yakin bahwa ia dicintai oleh
seseorang, biasanya orang yang sama sekali tidak
dikenal dengan status sosial yang lebih tinggi.
Waham somatik, yaitu yakin bahwa ada organ tubuh
yang tidak berfungsi.
Orang yang mengalami gangguan waham tidak
mengalami disorganisasi bicara da halusinasi, dan
waham yang di dalamnnya tidak terlalu aneh.
Gangguan waham jarang ditemui umumnya terjadi
pada usia lebih tua dibandingkan skizofrenia.

TIPE-TIPE WAHAM
Waham berdasarkan konsep dasarnya:
1. Waham yang sistematik
Keyakina yang palsu yang digabungkan oleh
suatu tema atau peristiwa tunggal, melibatkan
situasi yang menurut pikiran dapat terjadi di
kehidupan nyata.
2. Waham yang kacau (bizare)
Keyakinan palsu yang aneh, mustahil dan sama
sekali tidak masuk akal tidak berasal dari
pengalaman hidup pada umumnya.

Waham menurut onsetnya, yaitu:


1. Waham primer
Waham yang muncul secara tiba-tiba dan dengan
keyakinan penuh namun tanpa peranan perilaku
kejiwaan ke arah itu.
Contoh: seorang pasien tiba-tiba dan penuh
keyakinan bahwa ia mengalami perubahan kelamin,
tanpa pernah memikirkan hal itu sebelumnya dan
tanpa ada ide atau kejadian sebelumnya yang dapat
dimengerti tas kesimpulan tersebut.
2. Waham sekunder
Keyakinan waham dapat dijelaskan atau dinilai
sebagai perluasan dari keyakinan kultur atau mood.
Waham sekunder dapat dimengerti saat diperoleh
dari beberapa pengalaman yang tidak wajar
sebelumnya.


1.

2.

3.

4.

Waham berdasarkan temanya, yaitu:


Waham kejar, yaitu sebuah waham dengan tema utama bahwa
pasien diserang , diganggu, ditipu, disiksa atau dilawan
komplotan.
Waham referensi, yaitu keyakinan bahwa objek, kejadian atau
orang memiliki sebuah makna pribadi oleh pasien. Umumnya
dalam bentuk negatif diturunkan dari ide referensi, dimana
seseorang secara salah merasa bahwa ia sedang dibicarakan
orang lain.
Waham
kebesaran,
yaitu
menunjukkan
kepentingan,
kemampuan, kekuatan, pengetahuan atau identitas yang
berlebihan atau hubungan khusus dnegan dewa atau orang
terkenal.
Waham rasa bersalah dan ketidakberhargaan, yaitu ditemukan
lebih sering pada penderita depresi dan terkadang disebut
waham depresi. Tema-tema yang khas adalah kesalahankesalahan kecil dari hukuman pada masa lalu akan ditemukan
dan memawa malu pada pasien atau kesalahannya akan
merugikan keluarga.

5.
6.

7.
8.
9.

Waham nihilistik, yaitu keyakinan akan


ketiadaan beberapa orang atau sesuatu.
Waham somatik, yaitu keyakinan palsu yang
menyangkut fungsi tubuh pasien, dimana
pasien memiliki cacat atau kondisi medik
umum.
Waham agama, yaitu waham yang berisi nilai
agama.
Waham cemburu, yaitu keyakinan palsu yang
didapatkan dari ekcemburuan patologis bahwa
kekasih pasien tidak jujur.
Waham pengendalian, yaitu keyakinan bahwa
tindakan, perasaan, dan kemauan adalah
benar-benar berasal atau dipengaruhi atau
diatur oleh orang atau kekuatan dari luar.

Waham pengendalian terdiri dari:


Penarikan pikiran (thought withdrawal), yaitu
keyakinan bahwa diri telah ditarik keluar.
Penanaman pikiran (thought insertion), yaitu
keyakinan bahwa beberapa pikirannya bukan
miliknya telah ditanamkan ke dalam pikirannya
oleh kekuatan dari luar.
Penyiaran pikiran (thought broadcasting), yaitu
keyakinan bahwa keyakinannya telah diketahui
orang lain, seolah-olah setiap orang dapat
membaca pikirannya.
Pengendalian pikiran (thought control), yaitu
keyakinan bahwa pikiran pasien dikendalikan
oleh orang atau tenaga lain.

TANDA-TANDA DAN GEJALA


Kognitif :
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak
nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berfikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul

Prilaku dan Hubungan Sosial


a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain
dangkal
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktifitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsive
i. Curiga

Fisik
a. Higiene kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. BB menurun

FASE-FASE WAHAM
1. Fase Lack of Human need.
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan
klien baik secara fisik maupun psikis. Secar fisik klien
dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan
status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien
sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk
melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang
secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan
antara Reality dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia
seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai
seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dn
diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi
karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di
dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya
penghargaan saat tumbuh kembang ( life span history ).

2. Fase lack of self esteem.


Tidak adanta pengakuan dari lingkungan dan
tingginya kesenjangan antara self ideal dengan
self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi
sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan
sudah banyak yang kaya, menggunakan
teknologi komunikasi yang canggih,
berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan
yang luas, seseorang tetap memasang self ideal
yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self
reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan
klien, materi, pengalaman, pengaruh, support
system semuanya sangat rendah.

3. Fase control internal external.


Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia
yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah
kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai
dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan
bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk
dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi
prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut
belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.
Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan
koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat
karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga
perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar
pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan
dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan
orang lain.

4. Fase environment support.


Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam
lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama
kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan
tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan
kontrol diri dan tidak berfungsinya norma ( Super Ego )
yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat
berbohong.
5. Fase comforting.
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan
kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang
sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya.
Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih
sering menyendiri dan menghindar interaksi sosial ( Isolasi
sosial ).

6. Fase improving.
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upayaupaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang
salah pada klien akan meningkat. Tema waham
yang muncul sering berkaitan dengan traumatik
masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terpenuhi ( rantai yang hilang ). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham
dapat menimbulkan ancaman diri dan orang
lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apaapa yang dilakukan menimbulkan dosa besar
serta ada konsekuensi sosial.

PENYEBAB WAHAM

1. Faktor predisposisi
a. Genetik, faktor-faktor genetik yang pasti mungkin
terlibat dalam perkembangan suatu kelainan ini adalah
mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan
yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara
lain).
b. Neurobiologis, adanya gangguan pada kosteks pre
frontal dan korteks limbic.
c. Neurotransmiter : abnormalitas pada dopamine,
serotonin, dan glutamate.
d. Virus : paparan virus influenza pada trimester III.
e. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah
tidak peduli.
2. Faktor presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan.
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah


Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat
Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian
Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain
Perpisahan dengan orang yang dicintainya
Kegagalan yang sering dialami
Keturunan, paling sering pada kembar satu telur
Sering menggunakan penyelesaian masalah yang
tidak sehat, misalnya menyalahkan orang lain

PENANGAN PSIKOLOGIS WAHAM

Untuk pasien,

yaitu testing realitas


Untuk keluarga, yaitu psikoedukasi
Edukasi tentang skizofrenia, terutama yang kerentanan biologis
yang mempredisposisi seseorang terhadap penyakit tersebut,
berbagai masalah kognitif yang melekat dengan skozofrenia,
simtom-simtomnya,
dan
tanda-tanda
akan
terjadinya
kekambuhan.
Informasi tentang dan pemantauan berbagai efek pengobatan
antipsikotik.
Menghindari saling menyalahkan, terutama mendorong keluarga
untuk tidak menyalahkan diri sendiri maupun pasien atas
penyakit tersebut dan atas kesulitan yang dialami seluruh
keluarga dalam menghadapi penyakit tersebut.
Memperbaiki komunikasi dan keterampilan penyelesaian masalah
dalam keluarga.
Medorong keluarga dan pasien untuk memperluas kontak sosial
mereka.
Menanamkan sebentuk harapan bahwa segala sesuatu dapat
menjadi lebih baik,

Anda mungkin juga menyukai