nuzulasmilia
Dalam kehidupan
intrauterina, yaitu
pada minggu
pertama
kebuntingan tempat
pembentukan sel
darah pertama kali
di Yolk Sac (kuning
telur) terutama
pada mamalia dan
unggas.
Tempat akhir
hemopoiesis baik pada
mamalia maupun
unggas adalah di
sumsum tulang
belakang, sternum,
tulang tengkorak,
ujung proksimal
femur, sacrum dan
pelvis.
Sedangkan hati dan
limpa berperan
sebagai hematopiesis
ekstramedullary.
Eritropoiesis
Eritropoesis adalah
proses pembentukan
dan pematangan
eritrosit dimana eritrosit
berasal dari sel induk
pluropotensial yang
kemudian melalui sel
induk myeloid
multipotensial (BFU-E)
membentuk eritroid
pelopor (CFU-E).
Retikulosit
ERITROSIT
PEMBENTUKAN SEL
DARAH MERAH
Pembentukan sel darah merah dirangsang
oleh hormon glikoprotein yaitu ertropoietin
yang berasal dari ginjal.
Pembentukan eritropoietin dipengaruhi
oleh:
hipoksia jaringan, yang disebabkan oleh
faktor perubahan oksigen atmsofir,
berkurangnya kadar oksigen darah arteri
dan berkurangnya konsentrasi hemoglobin.
Pematangan tergantung
dari bahan untuk produksi
eritrosit
misalkan :yang lain,
Protein,
Mineral (Fe, Cu, cobalt),
Vitamin (B6, B12, C),
asam folat,
riboflavin dan
hormon (Androgen, Estrogen).
KELAINAN
PEMBENTUKAN SEL
DARAH MERAH
Perubahan masa sel darah menimbulkan dua
keadaan yang berbeda. Bila jumlah sel darah
merah berkurang, maka timbul anemia.
Sebaliknya bila terlalu banyak sel darah merah
mengakibatkan polisitemia atau eritrositosis
absolut.
Kelainan ini perlu dibedakan dengan eritrositosis
relatif, yaitu peningkatan jumlah eritrosit dalam
darah tepi yang bukan disebabkan oleh
peningkatan produksi eritrosit, tetapi karena
penurunan volume plasma, misalnya pada
dehidrasi.
ANEMIA
Bila pelepasan eritrosit ke dalam
sirkulasi menurun, maupun
penghancuran eritrosit meningkat
tanpa diimbangi dengan
peningkatan produksi, kejadian
pada kedua proses tersebut
diatas dapat terjadi anemia.
KLASIFIKASI ANEMIA
Klasifikasi berdasarkan ukuran (MCV)
dan
Konsentrasi Hb (MCHC) dari eritrosit :
Anemia Normositik, mikrositik atau
makrositik berdasarkan MCV
Anemia Normositik atau hipokromik
berdasarkan MCHC, peningkatan
konsentrasi Hb (hiperkromik) tidak
pernah terjadi.
Anemia normositik
normokromik
dimana sel darah merah
berukuran dan berbentuk
normal serta mengandung
jumlah hemoglobin normal
(MCV dan MCHC normal atau
normal rendah) tetapi
individu menderita anemia.
Anemia makrositik
normokromik
makrositik berarti sel darah merah lebih
besar dari normal tetapi normokromik
karena konsentrasi hemoglobinnya normal
(MCV meningkat, MCHC normal). Keadaan ini
disebabkan oleh gangguan atau terhentinya
sistesis asam nukleat DNA seperti yang
ditemukan pada defisiensi Vitamin B dan
atau asam folat, juga dapat terjadi pada
kemoterapi kanker, sebab agen-agen yang
digunakan menggangu metabolisme sel.
Anemia mikrositik
hipokromik
mikrositik berarti kecil, hipokromik berarti
mengandung Hb yang kurang dari normal
(MCV berkurang, MCHC berkurang). Ini
umumnya insufisiensi sintesis hem (besi),
seperti pada anemia defisiensi besi,
keadaan sideroblastik dan kehilangan
darah kronik, atau gangguan sintesis
globin, seperti pada talasemia (penyakit
hemoglobin abnormal kongenital).