Anda di halaman 1dari 40

HUKUM LINGKUNGAN

Bambang Satrijadi, S.H., M.Si


Asisten Deputi Urusan Wilayah Sulawesi,
Maluku dan Papua

1
PENDAHULUAN

Masalah lingkungan sudah berlangsung sejak


pertama bumi dicipta
Air bah yang dihadapi oleh Nabi Nuh
Ambruknya kerajaan Mesopotamia disebabkan oleh salinasi yaitu
naiknya kadar garam dalam tanah
Runtuhnya Pompei disebabkan letusan gunung berapi
yang
dahsyat dalam tahun 79
Eropa dalam abad ke-14 dilanda oleh wabah pes yang menewaskan
beribu ribu orang
Dalam abad ke -19 London dan banyak kota industri telah mengalami
masalah asbut (asap kabut) yang disebabkan
oleh pembakaran
batu bara untuk pemanasan rumah dan
proses industri.
Pada tanggal 26 Desember 2004, terjadi bencana alam gempa bumi
dan Tsunami di Lautan Hindia, yang mengakibatkan tewasnya ratusan
ribu orang di Indonesia
(Aceh), Thailand, Malaysia, India, dsb.

2
PERATURANPERUNDANG
UNDANGAN

ApaPeraturanPerundang-undangan
(Regulation)?
PeraturanPerundang-undangan(regulation)
merupakankebijakanpublikyangtertulis
formal(formal written public policies)
Regulationmengaturkehidupanbersama
dalamtatananyangmengakomodasikan
kebutuhanbanyakorang,untukmengelola
konflikyangtakberkesudahan(Hobbesian)

PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN


BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
Undang-Undang
1.
2.
3.

4.
5.

Undang undang RI Nomor 32 Tahun 2004


tentang Pemerintahan Daerah
Undang undang RI Nomor 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang undang RI Nomor 5 Tahun 1994 tentang
Pengesahan United Nations Convention On
Biological Diversity (Konvensi PBB mengenai
KEHATI)
Undang undang RI Nomor 24 Tahun 1992
tentang Penataan Ruang.
Undang undang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya.

AMDAL
1.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL;

2.

Kep. MenLH Nomor 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan


UKL & UPL;

3.

Kep. MenLH Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis usaha dan/atau


kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL;

4.

Kep. MenLH Nomor 4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan


AMDAL kegiatan pembangunan Permukiman Terpadu;

5.

Kep. MenLh Nomor 5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan


AMDAL kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan Basah;

6.

Kep. MenLH Nomor 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja


Komisi Penilai AMDAL;

7.

Kep. MenLH Nomor 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan


Komisi AMDAL Kabupaten/Kota;

8.

Kep. MenLH Nomor 42 Tahun 2000 ttg Susunan Keanggotaan Komisi


Penilai dan Tim Teknis AMDAL;

9.

Kep. MenLH Nomor 30 Tahun 1992 ttg Panduan Pelingkupan untuk


Penyusunan KA-ANDAL;

10. Kep. Ka. Bapedal Nomor 8 Tahun 2000 ttg Keterlibatan Masyarakat dan
Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL;
11. Kep. Ka. Bapedal Nomor 9 Tahun 2000 ttg Pedoman Penyusunan AMDAL;
12. Kep. Ka. Bapedal Nomor 105 Tahun1997 ttg Panduan Pemantauan
Pelaksanaan RKL & RPL;
13. Kep. Ka Bapedal Nomor 124 Tahun 1994 ttg Panduan Kajian Aspek
Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL;
14. Kep. Ka. Bapedal Nomor 299 Tahun 1996 ttg Pedoman Teknis Kajian
Aspek Sosial dalam Penyusunan AMDAL;
15. Kep. Ka. Bapedal Nomor 56 Tahun 1994 ttg Pedoman Mengenai Dampak
Penting.

AUDIT LINGKUNGAN
1. Kep. MenLH No. 30/2001 ttg Pedoman Pelaksanaan
Audit Lingkungan Hidup Yang Diwajibkan;
2. Kep. MenLH No. 42/1994 ttg Pedoman Umum
Pelaksanaan Audit Lingkungan.

BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)


1.

PP No. 18/1999 ttg Pengelolaan Limbah B3;

2.

PP No. 85/1999 ttg Perubahan Atas PP No. 18/1999;

3.

PP No. 74/2001 ttg Pengelolaan Limbah B3

4.

Keppres No. 61/1993 ttg Pengesahan Basel Convention On


The Control Of Transboundary Movements Of Hazardous
Wastes And Their Disposal;

5.

Kep. MenLH No. 128/2003 ttg Tata Cara dan Persyaratan


Teknis Pengelolaan Limbah Minyak Bumi dan Tanah
Terkontaminasi oleh Minyak Bumi secara Biologis;

6.

Kep. Ka. Bapedal No. 02/1998 ttg Tata Laksana Pengawasan


Pengelolaan Limbah B3;

7.

Kep. Ka. Bapedal No. 03/1998 ttg Program Kemitraan dalam


Pengelolaan Limbah B3;

6.

Kep. Ka. Bapedal No. 04/1998 ttg Penetapan Prioritas Propinsi Daerah
Tingkat 1 Program Kemitraan dalam Pengelolaan Limbah B3;

7.

Kep. Ka. Bapedal No. 255/1996 ttg Tata Cara dan Persyaratan
penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3;

8.

Kep. Ka. Bapedal No. 01/1995 ttg Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3;

9.

Kep. Ka. Bapedal No. 02/1995 ttg Dokumen Limbah B3;

10. Kep. Ka. Bapedal No. 03/1995 ttg Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah
B3;
11. Kep. Ka. Bapedal No. 04/1995 ttg Tata Cara Persyaratan Penimbunan
Limbah Hasi Pengeolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan, dan
Lokasi Bekas Penimbunan Limbah B3;
12. Kep.Ka. Bapedal No. 05/1995 ttg Simbol dan Label Limbah B3.
13. Kep. Ka. Bapedal No. 68/1994 ttg Tata Cara Memperoleh Izin
Penyimpanan, Pengumpulan, Pengoperasian Alat Pengolahan,
Pengolahan dan Penimbunan akhir Limbah B3.

AIR
1.

PP No. 82/2001 ttg Pengelolaan Kulaitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;

2.

Kep. MenLH No. 28/2003 ttg Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah
Dari Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit;

3.

Kep. MenLh No. 29/2003 ttg Pedoman Syarat dan Tata Cara Perizinan Pemanfaatan
Air Limbah Industri Minyak Sawit pada Tanah Di Perkebunan Kelapa Sawit.

4.

Kep. MenLh No. 37/2003 ttg Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan
Contoh Air Permukaan;

5.

Kep. MenLH No. 110/2003 ttg Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban
Pencemaran Air Pada Sumber Air;

6.

Kep. MenLH No. 111/2003 ttg Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan
serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air;

7.

Kep. MenLH No. 112/2203 ttg Baku Mutu Air Limbah Domestik;

8.

Kep. MenLH No. 113/2003 ttg Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Pertambangan Batu Bara;

9.

Kep. MenLH No. 114/2003 ttg Pedoman Pengkajian untuk Menetapkan Kelas Air;

10. Kep. MenLH No. 115/2003 ttg Pedoman Penentuan Status Mutu Air;
11. Kep. MenLH No. 142/2003 ttg Perubahan Atas Kep. MenLh No. 111/2003;
12. Kep. MenLH No. 03/1998 ttg Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri;
13. Kep. MenLH No. 42/1996 ttg Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak
dan Gas serta Panas Bumi;
14. Kep. MenLH No. 9/1997 ttg Perubahan Kep. MenLH No. 42/1996;
15. Kep. MenLH No. 35/1995 ttg Program Kali Bersih;
16. Kep. MenLH No. 35-A/1995 ttgProgram Penilaian Kinerja
Perusahaan/Kegiatan Usaha dalam Pengendalian Pencemaran dalam
Lingkup Kegiatan Prokasih (Proper Prokasih);
17. Kep. MenLH No. 51/1995 ttg Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri;
18. Kep. MenLH No. 52/1995 ttg Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Hotel;
19. Kep. MenLH No. 58/1995 ttg Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah
Sakit;

LAUT
1. PP No. 19/1999 ttg Pengendalian Pencemaran
dan/atau Perusakan Laut;
2. Kep. MenLH No. 04/2001 ttg Kriteria Baku Kerusakan
Terumbu Karang;
3. Kep. MenLH No. 45/1996 ttg Program Pantai Lestari;
4. Kep. Ka. Bapedal no. 47/2001 ttg Pedoman
Pengukuran Kondisi Terumbu Karang.

UDARA
1.

PP No. 41/1999 ttg Pengendalian Pencemaran Udara;

2.

Kep. MenLH No. 129/2003 ttg Baku Mutu Emisi Usaha dan/atau Kegiatan
Minyak dan Gas Bumi;

3.

Kep. MenLH No. 141/2003 ttg Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan Bermotor yang Sedang Diproduksi
(Current Production);

4.

Kep. MenLH No. 48/1996 ttg Baku Tingkat Kebisingan;

5.

Kep. MenLH No. 49/1996 ttg Baku Tingkat Getaran;

4.

Kep. MenLH No. 50/1996 ttg Baku tingkat Kebauan;

5.

Kep. MenLH No. 13/1995 ttg Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak;

6.

Kep. Ka. Bapedal No. 107/1997 ttg Perhitungan dan Pelaporan Serta
Informasi Indekx Standar Pencemaran Udara;

7.

Kep. Ka. Bapedal No. 205/1996 ttg Pedoman Teknis Pengendalian


Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak.

TANAH
1. PP No. 150/2000 ttg Pengendalian Kerusakan Tanah
Untuk Produksi Biomassa;
2. PP No. 04/2001 ttg Pengendalian Kerusakan dan atau
Pencemaran Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan
Kebakaran Hutan dan atau Lahan;
3. Kep. MenLH No.43/1996 ttg Kriteria Kerusakan
Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan
Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas Di Daratan.

PENEGAKAN HUKUM
1.

PP. No. 54/2000 ttg Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa LH di
Luar Pengadilan;

2.

Kep. MenLH No. 77/2003 ttg Pembentukan Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar Pengadilan (LPJP2SLH) pada
Kementerian Lingkungan Hidup;

3.

Kep. MenLH No. 78/2003 ttg Tata Cara Pengelolaan Permohonan Penyelesaian
Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan pada Kementerian Lingkungan Hidup;

4.

Kep. MenLH No. 56/2002 ttg Pedoman Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan
Hidup bagi Pejabat Pengawas;

5.

Kep. MenLH No. 57/2002 ttg Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di
Kementerian Lingkungan Hidup;

6.

Kep. MenLH No. 58/2002 ttg Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di
Propinsi/Kabupaten/Kota;

7.

Kep. MenLH No. 07/2001 ttg Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dan Pejabat
Pengawas Lingkungan Hidup Daerah;

8.

Kep. Ka. Bapedal No. 27/2001 ttg Pembentukan Satuan Tugas Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS) Lingkungan Hidup di BAPEDAL.

LAIN-LAIN
1. Keppres no. 02/2002 ttg Perubahan atas Keppres No.
101/2001 ttg Kedudukan, Tugas, fungsi, Kewenangan,
Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Meneteri Negara;
2. Kep. Ka. Bapedal No. 113/2000 ttg Pedoman Umum dan
Pedoman Teknis Laboratorium Lingkungan.

PelestarianFungsiLingkungan
Hidup(UU23/1997psl14)
Untukmenjaminpelestarianfungsilingkungan
hidup,setiapusahadan/ataukegiatandilarang
melanggarbakumutudankriteriakerusakanlh
KetentuanmengenaiBMLdiaturdenganPP
DaerahdapatmenetapkanBMLyanglebihketat
atauminimalsamadenganBMLNasional
Tanpaizinsetiapkegiatanusahadilatang
membuanglimbahkemedialingkunganhidup(psl
20)harusmemilikiAmdal

BakuMutuLingkungan(BML)
Diaturdalam:
KepmenLH112/2003;BakuMutuAirLimbahDomestik
KepmenLH113/2003;BakuMutuAirBagiUsahadan
atauKegiatanpertambanganbatuBara
KepmenLH03/1998;BakuMutuLimbahCairBagi
KawasanIndustri
KepmenLH42/1996;BakuMutuLimbahCairBagi
KegiatanMinyakdanGasSertaPanasBumi
KepmenLH51/1995;BakuMutuLimbahCarBagi
KegiatanIndustri

BakuMutuLingkungan(BML)
KepmenLH/521995;BakuMutuLimbahCairBagi
KegiatanHotel
KepmenLH58/1995;BakuMutuLimbahCairBagi
KegiatanRumahSakit
KepmenLH04/2001;KriteriaBakuKerusakanTerumbu
Karang
KepmenLH48/1996;BakuTingkatKebisingan
KepmenLH49/1996;BakuTingkatGetaran
KepmenLH50/1996;BakuTingkatKebauan
KepmenLH13/1995BakuMutuEmisiSumberTidak
Bergerak

BakuMutuAirLimbahDomestik
Parameter

Satuan

KadarMaksimum

pH

6-9

BOD

Mg/l

100

TSS

Mg/l

100

MinyakdanLemak Mg/l/

10

BakuMutuLimbahCairUntukIndustri
PulpdanKertas
Parameter

KadarMaksimum
(mg/l)

Bebanpencemaran
(kg/ton)

BOD5

150

6,0

COD

300

12,0

TSS

150

6,0

AmoniaTotal(sebagai
NH3-N)

10

0,4

pH
DebitLimbah
Maksimum

6,09,0
40m3pertonprodukkaret

BakuMutuAirLimbahBagiKegiatanPenambangan
BijihEmasatauTembaga(KepmenLH202/2004)
Parameter

Satuan

pH

Kadar
Maksimum

MetodeAnalisis

6-9

SNI-06-6989-11-2004

TSS

Mg/L

200

SNI-06-6989-3-2004

Cu

Mg/L

SNI06-6989-6-2004

Cd

Mg/L

0,1

SNI06-6989-18-2004

Zn

Mg/L

SNI06-6989-7-2004

Pb

Mg/L

SNI06-6989-8-2004

As

Mg/L

0,5

SNI06-2913-1992

Ni

Mg/L

0,5

SNI06-6989-22-2004

Cr

Mg/L

SNI06-6989-22-2004

Hg

Mg/L

0,005

SNI06-2462-1991

BakuMutuAirLimbahBagiKegiatanPengolahan
BijihEmasatauTembaga(KepmenLH202/2004)
Parameter

Satuan

pH

Kadar
Maksimum

MetodeAnalisis

6-9

SNI-06-6989-11-2004

TSS

Mg/L

200

SNI-06-6989-3-2004

Cu

Mg/L

SNI06-6989-6-2004

Cd

Mg/L

0,1

SNI06-6989-18-2004

Zn

Mg/L

SNI06-6989-7-2004

Pb

Mg/L

SNI06-6989-8-2004

As

Mg/L

0,5

SNI06-2913-1992

Ni

Mg/L

0,5

SNI06-6989-22-2004

Cr
CN

Mg/L
Mg/L

1
0,5

SNI06-6989-14-2004
SNI06-2462-1991

Hg

Mg/L

0,005

SNI06-2462-1991

3
SEJARAHPERKEMBANGAN
UULH

SEJARAH PERKEMBANGAN PERUNDANG UNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

UU No. 4/1982 tentang Ketentuan ketentuan Pokok


Pengelolaan Lingkungan Hidup awal pengembangan perangkat
hukum upaya PLH Indonesia - bagian integral upaya
pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup.

Kesadaran lingkungan hidup masyarakat telah meningkat pesat

Makin banyaknya organisasi masyarakat yang bergerak di


bidang lingkungan hidup selain LSM.

Peningkatan kepeloporan masyarakat dalam pelestarian fungsi


lingkungan hidup sehingga masyarakat tidak hanya sekedar
berperan serta, tetapi juga mampu berperan secara nyata.

Sementara itu, permasalahan hukum lingkungan hidup yang


tumbuh dan berkembang dalam masyarakat memerlukan
pengaturan dalam bentuk hukum.

SEJARAH PERKEMBANGAN PERUNDANG UNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

Konvensi Bumi di Rio de Janeiro pada tahun 1992 yang menghasilkan


suatu deklarasi dan Agenda 21.

Banyaknya peraturan pelaksanaan yang belum ditindaklanjuti sehingga


sering menjadi hambatan dalam penerapan UULH.

Meningkatnya peran masyarakat yang menuntut keterbukaan dalam


pengelolaan lingkungan hidup.

Penerapan audit lingkungan belum mendapatkan tempat memadai di


dalam peraturan perundang undangan.

AMDAL masih dilihat sebagai formalitas dalam pengelolaan


lingkungan, sehingga terjadi kecenderungan meskipun studi analisis
mengenai dampak lingkungan telah dibuat namun pada kenyataannya
masih banyak usaha dan/atau kegiatan yang mencemarkan lingkungan
hidup.

Kesulitan pembuktian kasus lingkungan sehingga sulit untuk dapat


menerapkan ketentuan pidana ex Pasal 22 UULH dan belum diaturnya
tindak pidana korporasi.

4
PENEGAKANHUKUM

LANDASAN HUKUM DI BIDANG AMDAL


UU No. 23 Th. 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 1 angka 21 : AMDAL adalah kajian mengenai dampak


besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup, yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan.

Pasal 15 ayat (1) : Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang


kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki AMDAL. Ayat (2)
menyatakan Ketentuan tentang rencana usaha dan/atau kegiatan
yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), serta
tata cara penyusunan dan penilaian AMDAL ditetapkan dengan
PP.

LANDASAN HUKUM DI BIDANG AMDAL


PP No. 27 Th. 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup

Pelaksanaan dari Pasal 15 Undang undang Nomor 23 Tahun


1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

Wujud pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan


hidup;

Setiap usaha dan/atau kegiatan pada dasarnya menimbulkan


dampak terhadap lingkungan hidup yang perlu dianalisis sejak
awal perencanaannya, sehingga langkah pengendalian dampak
negatif dan pengembangan dampak positif dapat dipersiapkan
sedini mungkin;

Diperlukan bagi proses pengambilan keputusan

PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN ADMINISTRASI


UU No. 23 Tahun 1997 mengatur
instrumen
penyelesaian kasus dan sengketa lingkungan hidup
yaitu :
Instrumen Sanksi administrasi
Instrumen Penyelesaian Sengketa Lingkungan
Hidup (Di Pengadilan dan di luar Pengadilan)
Instrumen Hukum Pidana

PENEGAKAN HUKUM

ADMINISTRASI
Peringatan
Audit Lingkungan
Paksaan Pemerintahan
Pencabutan Izin

PIDANA

PERDATA
Gugatan biasa
Tindak Pidana Biasa
Tindak Pidana Korporasi Class Action
Hak Gugat LSM
Rumusan Deliknya :
Hak Gugat Instansi
oDelik Formil
Pengelolaan Lingkungan
oDelik Materil
Stricht Liability

5 (lima) Perangkat Penegakan


Hukum Administrasi
1. Perizinan
2. Persyaratan Dalam Izin : Amdal, Baku Mutu
Lingkungan, Tata Ruang
3. Keberadaan Pejabat Pengawas
4. Mekanisme Pengawasan
5. Sanksi Adminitrasi (bertahap dan sistematis)

Perizinan Lingkungan
Izin Ordonansi
Izin Pembuangan Limbah Cair
Izin Penyimpanan, Pengumpulan,
Pemanfaatan, Pengelolaan dan/atau
Penimbunan Limbah B3
Izin Pengangkutan Limbah B3
Izin Pemanfaatan Limbah B3 sebagai
Kegiatan Utama
Izin Usaha
Izin Dumping

Izin yang berkaitan dengan


Lingkungan Hidup
Seluruh Izin Usaha/kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup
Izin HPH
HPHTI
Izin Usaha Perkebunan
Izin Usaha Industri
Izin Kuasa Pertambangan
Izin Pemanfaatan Penggunaan Air Bawah Tanah

Sepuluh Mekanisme Penegakan Hukum


administrasi Di Bidang Lingkungan Hidup
1. Permohonan izin disertai informasi dan/atau Studi Dampak Lingkungan;
2. Mencantumkan persyaratan dan kewajiban pencegahan dan
penanggulangan;
3. Dampak lingkungan dalam izin (terukur, realistis dan mudah dipahami);
4. Konsultasi publik dalam rangka menggali masukan sebelum penerbitan
izin;
5. Keberadaan mekanisme pengelolaan masukan publik;
6. Mengumumkan izin (untuk diketahui oleh publik);
7. Laporan Status Penaatan oleh pemegang izin (secara berkala);
8. Inspeksi lapangan secara berkala;
9. Keberadaan aturan tentang hak dan kewajiban Pengawas dan pihak
yang diawasi;
10. Pemberlakuan sanksi administrasi secara bertahap dan sistematis.

KETENTUAN PIDANA UU No. 23/1997


beberapa hal yang penting telah diatur didalamnya:

Keberadaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dengan segala


otoritas kewenangannya sebagai penyidik (Pasal 40)

Pengaturan delik material, tindak pidana yang tidak tergantung kepada


hukum administrasi (bersifat mandiri) atau diistilahkan dengan
Administrative Independent Crime (AIC) (Pasal 41 dan 42)

Pengaturan delik formil, tindak pidana yang tergantung dengan hukum


administrasi dan distilahkan dengan Administrative Dependent Crime
(ADC) yang mengandung pengertian bahwa kriminalitas pencemaran atau
perusakan lingkungan tergantung kepada ada atau tidaknya pelanggaran
hukum administrasi (seperti pelanggaran izin atau baku mutu limbah)
(Pasal 43 dan 44)

Pengaturan tindak pidana korporasi yang merupakan rumusan kejahatan


korporasi sebagaimana diatur dalam pasal 51 KUHP (Pasal 45 dan 46)

Pendayagunaan tindakan tata tertib (Pasal 47)

Tindak pidana lingkungan hidup adalah kejahatan, bukan delik aduan


(Pasal 48)

Penerapan Instrumen hukum pidana hanya dapat


didayagunakan apabila :

Sanksi hukum lain seperti sanksi administrasi,


sanksi perdata, dan alternatif penyelesaian
sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan
tidak efektif;
Tingkat kesalahan pelaku relatif berat;
Akibat perbuatannya relatif besar;
Perbuatannya mengakibatkan keresahan
masyarakat.

Kasus LH yang telah diproses


No

Perkara

Ganti Rugi
(Milyar Rp)

Pengelola

PT. Ade Plantation

9,600

KLH, Bapedalda Provinsi Riau dan


Bapedalda Kabupaten Palalawan

MT.Bumi Sarana
(Kalla Lines)

0,480

Pemda DI Yogyakarta dan Masyarakat


Kabupeten Kulon Progo

MT Natuna

16,500

Pemda Riau, Pemda Kota Batam dan


Masyarakat Pulau Batam

PT. Palur Raya

1,100

Pemda Jawa Tengah dan Masyarakat


Ngringo

MT. King Fischer

6,500

Pemda dan Nelayan Kabupaten Cilacap

TB. Mitra Jaya dan


Tongkang Bumindo

0,375

Pemerintah Kabupaten Bengkalis

Total

34,375

Sumber : Laporan Kerja KLH, 2001 2004

Anda mungkin juga menyukai