Anda di halaman 1dari 17

Kelompok 3

Suci Putri Rahmawani


I1021131004
Irfan Rian Saputra I1021131007
Chyntia Tessalonica I1021131015
Ari Lestari I1021131025
Sintaria I1021131033

Kasus 9
Langgar Distribusi Obat Narkotika Apotek
Pekunden dan PBF Nadya Indah Ditutup
Akibat pelanggaran perizinan pendistribusian serta pengelolaan
obat-obatan khususnya narkotika BPOM di Semarang menutup
Apotek Pekunden serta PBF Nadya Indah. Kepala BPOM
mengungkapkan PSA di Apotek Pekunden tersebut menyalahi
peran dalam pengadaan dan pendistribusian obat khususnya
narkotika. PSA dari apotek Pekunden adalah dokter ahli anastesi.
Prosedur administrasi dan pengelolaan yang dilanggar ini akan
dikenai sanksi penutupan selama 1 bulan sampai sang pemilik
memperbaiki sistem pendistribusian obat-obatan. Penutupan
PBF Nadya Indah sudah ditutup selama 3 kali. Selama 3 bulan
kedepan PBF ini tidak dapat beroperasi. Beberapa pelanggaran
yang dilakukan adalah mendistribusikan obat kepada salesman
tanpa tujuan jelas, pengadaan obat-obatan daftar G dalam
jumlah besar yang tidak bisa dipertanggungjawabkan seperti
super tetra dan CTM. Selain itu tidak ada tugas dan tanggung
jawab yang jelas oleh apoteker dan asisten apotekernya.

IDENTIFIKASI MASALAH
1. PSA Apotek Pekunden menyalahi peran dalam
pengadaan dan pendistribusian Narkotika
2. Kesalahan kode etik kesehatan dimana PSA yang
berprofesi dokter tidak berhak melakukan pengadaan
dan pendistribusian obat, khususnya Narkotika
3. Kesalahan peran Apoteker atau asisten apoteker di
Apotek Pekunden yang seharusnya berkewajiban
melakukan pengadaan dan pendistribusian obat
4. PBF Nadya Indah mendistribusikan obat ke salesman
tanpa
tujuan
yang
jelas
dan
tidak
bisa
mempertanggungjawabkan pengadaan obat daftar G
dalam jumlah besar
5. Kesalahan peran Apoteker di PBF Nadya Indah

PELANGGARAN

UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika


pasal 39 ayat 1 dan 2
pasal 40 ayat 1 dan 2
pasal 43 ayat 1 dan 4
PP No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
pasal 6 ayat 1 dan 2
pasal 14 ayat 1 dan 2
Permenkes No. 1148 tahun 2011 tentang Pedagang Besar
Farmasi
pasal 17 ayat 1
pasal 18 ayat 1
pasal 30 ayat 1
Kode Etik apoteker Indonesia
pasal 1
pasal 3
pasal 5

ULASAN
Penyaluran Narkotika hanya dapat dilakukan
oleh industri farmasi, PBF dan sarana
penyimpanan yang memiliki izin (pasal 39
ayat 1 dan 2), dimana hanya dapat
disalurkan ke tempat tertentu saja, salah
satunya apotek (pasal 40 ayat 1 dan 2)
Karena
apotek
Pekunden
melakukan
penyaluran atau pendistribusian Narkotika,
maka melanggar peraturan yang berlaku.

Lanjutan Ulasan (1)


Penyerahan Narkotika dilakukan oleh apotek; rumah
sakit; pusat kesehatan masyarakat; balai pengobatan;
dan dokter (pasal 43 ayat 1)
Namun, dokter bisa menyerahkan Narkotika hanya saat
(pasal 43 ayat 4) : menjalankan praktik dokter dengan
memberikan Narkotika melalui suntikan; menolong
orang sakit dalam keadaan darurat atau; menjalankan
tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.

PSA Apoteker Pekunden (profesi dokter) tidak berhak


melakukan penyerahan atau pendistribusian Narkotika.

Lanjutan Ulasan (2)


Pengadaan Sediaan Farmasi dilakukan pada
fasilitas produksi, fasilitas distribusi atau
penyaluran dan fasilitas pelayanan sediaan
farmasi. Yang termasuk fasilitas pelayanan
sediaan farmasi yaitu apotek. (pasal 6 ayat 1)
Pengadaan Sediaan Farmasi harus dilakukan oleh
Tenaga kefarmasian. (pasal 6 ayat 2)

Kesalahan peran dari PSA Apotek Pekundan yang


melakukan pengadaan obat, bukan apoteker
atau asisten apoteker

Lanjutan Ulasan (3)


Setiap Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan
Farmasi berupa obat harus memiliki seorang
Apoteker sebagai penanggung jawab. (pasal 14 ayat
1)
Apoteker sebagai penanggung jawab dapat dibantu
oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis
Kefarmasian. (pasal 14 ayat 2)
Kesalahan dari Apoteker atau asisten apoteker di
Apotek Pekunden, dinilai lalai karna membiarkan
PSA
yang
melakukan
pengadaan
dan
pendistribusian narkotika.

Lanjutan Ulasan (4)


Setiap PBF dan PBF Cabang dilarang
menjual obat atau bahan obat secara
eceran. (pasal 17 ayat 1)
Penyaluran obat hanya dapat dilakukan
kepada PBF atau PBF Cabang lain, dan
fasilitas pelayanan kefarmasian. (pasal 18
ayat 1)
PBF Nadya Indah melanggar peraturan
karena menjual obat kepada salesman

Lanjutan Ulasan (5)


Pasal 30 ayat (1) Setiap PBF dan cabangnya
wajib menyampaikan laporan kegiatan setiap 3
(tiga)
bulan
sekali
meliputi
kegiatan
penerimaan dan penyaluran obat dan/atau
bahan obat kepada Direktur Jenderal dengan
tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM.
PBF Nadya Indah tidak mampu
mempertanggungjawabkan pengadaan obat
daftar G dalam jumlah besar

Lanjutan Ulasan (6)


1. Kode Etik Apoteker Indonesia
a. Pasal 1 : Seorang apoteker harus
menjunjung tinggi, menghayati, dan
mengamalkan
sumpah
atau
janji
apoteker
Implementasi : Apoteker di Apotek
Pekunden dan PBF Nadya Indah tidak
dapat mengamalkan sumpah atau janji
apoteker dalam hal asuhan kefarmasian.

Lanjutan Ulasan (7)


b.

Pasal 3 : Seorang Apoteker harus


senantiasa menjalnkan profesinya sesuai
kompetensi Apoteker Indonesia srta
selalu mengutamakan dan berpegang
teguh pada prinsip kemanusiaan dalam
melaksanakan kewajibannya.
Implementasi : Apoteker di apotek
Pekunden dan PBF Nadya Indah tidak
menjalankan peranan sebagai apoteker.

Lanjutan Ulasan (8)


c. Pasal 5 : Didalam menjalankan tugasnya
seorang Apoteker harus menjauhkan diri
dari usaha mencari keuntungan diri
semata
yang
bertentangan
dengan
martabat dan tradisi luhur jabatan
kefarmasian.
Implementasi : Apoteker di Apotek
Pekunden dan PBF Nadya Indah diduga
mencari keuntungan pribadi karena telah
menjual obat tidak sesuai peraturan.

SANKSI
Permenkes 1148 tahun 2011 tentang
Pedagang Besar Farmasi
Pasal 33
(1)Pelanggaran terhadap semua ketentuan dalam
Peraturan Menteri ini dapat dikenai sanksi
administratif.
(2)Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat satu dapat berupa:
a. peringatan;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. pencabutan pengakuan; atau
d. pencabutan izin.

SANKSI
UU 35 tahun 2009 tentang Narkotika BAB XV
tentang Ketentuan Pidana.
Pasal 123 ayat 1
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan
hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor,
atau menyalurkan Narkotika Golongan III, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00
(enam ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

SANKSI
Kode Etik Apoteker Indonesi BAB
V Penutup
Pasal 15
Apabila
apoteker
melakukan
pelanggaran kode etik apoteker,
yang bersangkutan dikenakan sanksi
organisasi. Sanksi dapat berupa
pembinaan, peringatan, pencabutan
keanggotaan
sementara,
dan
pencabutan keanggotaan tetap.

KESIMPULAN
Apotek Pekunden dan PBF Nadya
Indah dinyatakan bersalah, dimana
PBF diberikan sanksi penutupan
karena telah melakukan 3 kali
pelanggaran yang sama dan apotek
Pekunden masih diberikan sanksi
berupa teguran sampai Apotek
tersebut dapat memperbaiki sistem
pendistribusian obat tersebut

Anda mungkin juga menyukai