Anda di halaman 1dari 99

SOSIALISASI UNDANGUNDANG NOMOR 44 TAHUN

2009
TENTANG RUMAH SAKIT
RIATI ANGGRIANI,SH MARS,MHum
KEMENKES
08161323720
r.anggriani@yahoo.co.id

DASAR HUKUM
UU Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran
UU Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan
UU Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit
Peraturan Terkait Lainnya:
Registrasi
Kesehatan

dan

Perizinan

Tenaga

PERATURAN RS

Permenkes Nomor 262/ Menkes/


Per/VII/1979
Tentang
Standarisasi
Ketenagaan Rumah Sakit Pemerintah.
Permenkes Nomor 920/ Menkes/
Per/XII/1986 Tentang Upaya Pelayanan
Kesehatan Swasta Di Bidang Medik
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
806b/ Menkes/ SK/XII/1987 Tentang
Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta
Permenkes Nomor 159b/ Menkes
/Per/II/1988 Tentang Rumah Sakit

Kepmenkes
Nomor
282/
Menkes/
Sk/III/1993 Tentang Pola Tarif Rumah
Sakit Swasta
Permenkes
Nomor
378/Menkes/Per/V/1993
Tentang
Pelaksanaan Fungsi Sosial Rumah Sakit
Swasta
Kepmenkes
Nomor
582/Menkes/Sk/VI/1997 Tentang Pola
Tarif Rumah Sakit Pemerintah
Kepmenkes
No
1333/Menkes/SK/XII/1999
Tentang

Kepmenkes Dan Kesejahteraan Sosial Nomor


191/Menkes-kesos/Sk/II/2001
Tentang
Perubahan
Kepmenkes
RI
Nomor
157/Menkes/Sk/III/1999 Tentang Perubahan
Kedua
Atas
Permenkes
Nomor
159b/Menkes/Per/II/1988 Tentang Rumah
Sakit.
Kepmenkes Nomor 875/Menkes/Sk/VIII/2001
Tentang Penyusunan Upaya Pengelolaan
Lingkungan
Dan
Upaya
Pemantauan
Lingkungan (UKL-UPL) Kegiatan Bidang
Kesehatan
Kepmenkes Nomor 228/Menkes/SK/III/2002
Tentang Pedoman Penyusunan Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit Yang Wajib
Dilaksanakan Daerah

Kepmenkes
Nomor
772/Menkes/Sk/VI/2002
Tentang
Pedoman Peraturan Internal Rumah
Sakit (Hospital By Laws)
Kepmenkes
Nomor
1335/Menkes/SK/X/2002
Tentang
Standar Operasional Pengambilan
Dan Pengukuran Sampel Kualitas
Udara Ruangan Rumah Sakit
Kepmenkes
Nomor
1439/Menkes/Sk/ XI/2002 Tentang
Penggunaan
Gas
Medis
Pada
Sarana Pelayanan Kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


1165A/Menkes/Sk/X/2004 Tentang Komisi
Akreditasi Rumah Sakit
Permenkes Nomor 1173/Menkes/Per/X/2004
Tentang Rumah Sakit Gigi Dan Mulut
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1197/Menkes/Sk/X/2004 Tentang Standar
Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit
Permenkes Nomor 1199/Menkes/Per/X/2004
Tentang Pedoman Pengadaan Tenaga
Kesehatan Dengan Perjanjian Kerja Di
Sarana Kesehatan Milik Pemerintah

Kepmenkes
Nomor
1204/Menkes/Sk/X/2004
Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit
Kepmenkes Nomor 496/Menkes/SK/IV/2005
Tentang Pedoman Audit Medis Di Rumah
Sakit
Kepmenkes Nomor 631/Menkes/Sk/IV/2005
Tentang Pedoman Peraturan Internal Staf
Medis ( Medical Staff Bylaws) Di Rumah
Sakit
Permenkes Nomor 1045/Menkes/Per/XI /
2006 Tentang Pedoman Organisasi Rumah
Sakit

Kepmenkes Nomor 432/Menkes/Sk/IV/2007


Tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan
Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit
Kepmenkes 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan minimal Rumah Sakit
Permenkes Nomor 290/Menkes/Per/III/2008
Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
Permenkes Nomor 269/Menkes/Per/III/2008
Tentang
Rekam Medis
Permenkes Nomor 741/Menkes/Per/VI/2008
Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan Di Kabupaten/Kota

Kepmenkes Nomor 779/Menkes/SK/VIII/2008


Tentang Standar Pelayanan Anestesiologi
Dan Reanimasi Di Rumah Sakit
Kepmenkes Nomor 922/Menkes/SK/X/2008
Tentang Pedoman Teknis Pembagian Urusan
Pemerintahan Bidang Kesehatan Antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Kepmenkes Nomor 1069/Menkes/SK/XI/2008
tentang Pedoman Klasifikasi dan Standar
Rumah Sakit Pendidikan.
Permenkes Nomor 659/Menkes/Per/VIII/2009
tentang Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia

Keputusan
Menteri
Kesehatan
No.
058/Menkes/SK/I/2009
tentang
Pedoman
Penyelenggaraan Rumah Sakit Bergerak.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
No.
244/Menkes/SK/IV/2009 tentang Pedoman Sistem
Deteksi Dini KLB Penyakit Menular Berdasarkan
Gejala Di Rumah Sakit.
Permenkes Nomor 147/Menkes/Per/I/2010 tentang
Perizinan Rumah Sakit
Permenkes Nomor 317/Menkes/Per/III/2010 tentang
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara
Asing Di Indonesia
Permenkes Nomor 340/Menkes/Per/III/2010 tentang
Klasifikasi RS

SISTIMATIKA

BABI : KETENTUAN UMUM


BAB II : ASAS DAN TUJUAN
BAB III : TUGAS DAN FUNGSI
BAB IV : TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
DAN PEMERINTAH DAERAH
BAB V : PERSYARATAN
BAB VI : JENIS DAN KLASIFIKASI
BAB VII
: PERIZINAN

BAB VIII
: KEWAJIBAN DAN HAK
BAB IX : PENYELENGGARAAN
BAB X : PEMBIAYAAN
BAB XI : PENCATATAN DAN PELAPORAN
BAB XII
: PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN
BAB XIII
: KETENTUAN PIDANA
BAB XIV
: KETENTUAN PERALIHAN
BAB XV
: KETENTUAN PENUTUP

RUMAH SAKIT
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan
perorangan
secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat.
Rumah Sakit dapat didirikan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau
swasta.

Rumah
Sakit
yang
didirikan
oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus
berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari
Instansi
yang
bertugas
di
bidang
kesehatan, Instansi tertentu, atau Lembaga
Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan
Layanan Umum atau Badan Layanan
Umum Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta
harus berbentuk badan hukum yang
kegiatan usahanya hanya bergerak di
bidang perumahsakitan.

ASAS DAN TUJUAN


Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan
Pancasila dan didasarkan kepada nilai
kemanusiaan,
etika
dan
profesionalitas,
manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti
diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan
keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi
sosial.
Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit
bertujuan:
mempermudah
akses
masyarakat
mendapatkan pelayanan kesehatan;

untuk

memberikan
perlindungan
terhadap
keselamatan
pasien,
masyarakat,
lingkungan rumah sakit dan sumber
daya manusia di rumah sakit;
meningkatkan
mutu
dan
mempertahankan standar pelayanan
rumah sakit; dan
memberikan kepastian hukum kepada
pasien, masyarakat, sumber daya
manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.

TUGAS DAN FUNGSI RS


Rumah Sakit mempunyai tugas
memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna.
Untuk menjalankan tugasnya, Rumah
Sakit mempunyai fungsi :
penyelenggaraan
pelayanan
pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah
sakit;

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan


perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis;
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan; dan
penyelenggaraan
penelitian
dan
pengembangan serta penapisan teknologi
bidang
kesehatan
dalam
rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan
bidang kesehatan;

TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH


DAN PEMDA
menyediakan Rumah Sakit berdasarkan
kebutuhan masyarakat;
menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak
mampu sesuai ketentuan peraturan perundangundangan;
membina dan mengawasi penyelenggaraan
Rumah Sakit;
memberikan perlindungan kepada Rumah Sakit
agar dapat memberikan pelayanan kesehatan
secara profesional dan bertanggung jawab;

memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna


jasa pelayanan Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
menggerakkan peran serta masyarakat dalam pendirian
Rumah Sakit sesuai dengan jenis pelayanan yang
dibutuhkan masyarakat;
menyediakan
informasi
kesehatan yang dibutuhkan
oleh masyarakat;
menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di
Rumah Sakit akibat bencana dan kejadian luar biasa;
menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan; dan
mengatur pendistribusian dan penyebaran alat kesehatan
berteknologi tinggi dan bernilai tinggi.

PERSYARATAN
Rumah
Sakit
harus
persyaratan:
lokasi,
bangunan,
prasarana,
sumber daya manusia,
kefarmasian, dan
peralatan.

memenuhi

LOKASI
Rumah
Sakit
harus
memenuhi
ketentuan
mengenai
kesehatan,
keselamatan lingkungan, dan tata
ruang, serta sesuai dengan hasil
kajian kebutuhan dan kelayakan
penyelenggaraan Rumah Sakit.

BANGUNAN
Persyaratan bangunan Rumah Sakit harus
memenuhi :
persyaratan administratif dan persyaratan teknis
bangunan gedung pada umumnya, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit,
sesuai
dengan
fungsi,
kenyamanan
dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang
termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan
orang usia lanjut.

PRASARANA
Prasarana Rumah Sakit dapat meliputi:

instalasi air;
instalasi mekanikal dan elektrikal;
instalasi gas medik;
instalasi uap;
instalasi pengelolaan limbah;
pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat
terjadi keadaan darurat;
instalasi tata udara;
sistem informasi dan komunikasi; dan
ambulan.

SDM
Persyaratan sumber daya manusia
yaitu Rumah Sakit harus memiliki
tenaga tetap yang meliputi :
tenaga
tenaga
tenaga
tenaga
tenaga

medis dan penunjang medis,


keperawatan,
kefarmasian,
manajemen Rumah Sakit, dan
non kesehatan.

KEFARMASIAN
Persyaratan
kefarmasian harus menjamin
ketersediaan
sediaan
farmasi
dan
alat
kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman
dan terjangkau.
Pelayanan sediaan farmasi di Rumah Sakit
harus
mengikuti
standar
pelayanan
kefarmasian.
Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi,
dan bahan habis pakai di Rumah Sakit harus
dilakukan oleh Instalasi farmasi sistem satu
pintu

PERALATAN
Persyaratan peralatan meliputi peralatan
medis dan nonmedis harus memenuhi
standar pelayanan, persyaratan mutu,
keamanan, keselamatan dan laik pakai.
Peralatan medis harus diuji dan dikalibrasi
secara berkala oleh Balai Pengujian
Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi
pengujian
fasilitas
kesehatan
yang
berwenang.

JENIS DAN KLASIFIKASI RS


Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan,
Rumah Sakit dikategorikan dalam
Rumah
Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.
Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit
dapat dibagi menjadi Rumah Sakit publik dan
Rumah Sakit privat.
Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah
Sakit
pendidikan
setelah
memenuhi
persyaratan dan standar
rumah sakit
pendidikan.

KLASIFIKASI
Setiap
rumah
sakit
wajib
mendapatkan penetapan kelas
dari Menteri
Rumah sakit dapat ditingkatkan
kelasnya setelah lulus tahapan
pelayanan
akreditasi
kelas
dibawahnya.

PELAYANAN RS
Rumah Sakit harus mempunyai kemampuan
pelayanan sekurang-kurangnya pelayanan
medik umum, gawat darurat, pelayanan
keperawatan, rawat jalan, rawat inap,
operasi/bedah, pelayanan medik spesialis
dasar, penunjang medik, farmasi, gizi,
sterilisasi,
rekam
medik,
pelayanan
administrasi dan manajemen, penyuluhan
kesehatan masyarakat, pemulasaran jenazah,
laundry,
dan
ambulance,
pemeliharaan
sarana rumah sakit, serta pengolahan limbah.

KLASIFIKASI
Klasifikasi Rumah Sakit umum terdiri atas :
Rumah Sakit umum kelas A;
Rumah Sakit umum kelas B
Rumah Sakit umum kelas C;
Rumah Sakit umum kelas D.
Klasifikasi Rumah Sakit khusus terdiri atas :
Rumah Sakit khusus kelas A;
Rumah Sakit khusus kelas B;
Rumah Sakit khusus kelas C.

Klasifikasi Rumah Sakit


Umum ditetapkan
berdasarkan:

a. Pelayanan;
b. Sumber Daya Manusia;
c. Peralatan;
d. Sarana dan Prasarana; dan
e. Administrasi dan Manajemen.

KELAS A
Rumah Sakit Umum Kelas A harus
mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) Pelayanan Medik Spesialis
Dasar, 5 (lima) Pelayanan Spesialis
Penunjang Medik, 12 (dua belas)
Pelayanan Medik Spesialis Lain dan
13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub
Spesialis.

KELAS B
Rumah Sakit Umum Kelas B harus
mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) Pelayanan Medik Spesialis
Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis
Penunjang
Medik,
8
(delapan)
Pelayanan Medik Spesialis Lainnya
dan 2 (dua) Pelayanan Medik
Subspesialis Dasar.

KELAS B
Rumah Sakit Umum Kelas C harus
mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) Pelayanan Medik Spesialis
Dasar dan 4 (empat) Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik.

KELAS D
Rumah Sakit Umum Kelas D
harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik
paling sedikit 2 (dua) Pelayanan
Medik Spesialis Dasar

Klasifikasi Rumah Sakit


Khusus ditetapkan
berdasarkan:

a. Pelayanan;
b. Sumber Daya Manusia;
c. Peralatan;
d. Sarana dan Prasarana; dan
e. Administrasi dan Manajemen

JENIS RS KHUSUS
Jenis Rumah Sakit khusus antara lain
Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak,
Jantung, Kanker, Orthopedi, Paru,
Jiwa, Kusta, Mata, Ketergantungan
Obat,
Stroke,
Penyakit
Infeksi,
Bersalin, Gigi dan Mulut, Rehabilitasi
Medik, Telinga Hidung Tenggorokan,
Bedah, Ginjal, Kulit dan Kelamin.

PERIZINAN
Setiap penyelenggara Rumah Sakit
wajib memiliki izin.
Izin terdiri dari izin mendirikan dan
izin operasional.
Izin
mendirikan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diberikan
untuk jangka waktu 2 (dua) tahun
dan dapat diperpanjang untuk 1
(satu) tahun.

Izin operasional diberikan untuk


jangka waktu 5 (lima) tahun dan
dapat
diperpanjang
kembali
selama memenuhi persyaratan.
Izin diberikan setelah memenuhi
persyaratan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Rumah
Sakit.

Izin Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit


penanaman modal asing atau penanaman
modal dalam negeri diberikan oleh Menteri
setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat
yang berwenang di bidang kesehatan pada
Pemerintah Daerah Provinsi.
Izin Rumah Sakit kelas B diberikan oleh
Pemerintah
Daerah
Provinsi
setelah
mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang
berwenang
di
bidang
kesehatan
pada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Izin Rumah Sakit kelas C dan kelas D diberikan
oleh
Pemerintah
Daerah
Kabupaten/Kota
setelah mendapat rekomendasi dari pejabat
yang berwenang di bidang kesehatan pada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Permenkes 147 Tahun 2009

Setiap Rumah Sakit harus memiliki izin.


Izin terdiri atas izin mendirikan Rumah Sakit dan izin
operasional Rumah Sakit.
Izin operasional terdiri atas izin operasional sementara dan
izin operasional tetap.
Permohonan izin mendirikan dan izin operasional Rumah
Sakit diajukan menurut jenis dan klasifikasi Rumah Sakit.
Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas A
dan Rumah Sakit penanaman modal asing atau penanaman
modal dalam negeri diberikan oleh Menteri setelah
mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang berwenang di
bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Provinsi.

Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit


kelas B diberikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi
setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang
berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit
kelas C dan kelas D diberikan oleh Pemerintah
Daerah
Kabupaten/Kota
setelah
mendapat
rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang
kesehatan pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Tata cara
pemberian izin mendirikan dan izin
operasional Rumah Sakit dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Persyaratan

Untuk memperoleh izin mendirikan, Rumah Sakit harus


memenuhi persyaratan yang meliputi :

studi kelayakan;
master plan;
status kepemilikan;
rekomendasi izin mendirikan;
izin undang-undang gangguan (HO);
persyaratan pengolahan limbah;
luas tanah dan sertifikatnya;
penamaan;
Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
Izin Penggunaan Bangunan (IPB); dan
Surat Izin Tempat Usaha (SITU).

Jangka Waktu
Rumah Sakit harus mulai dibangun setelah
mendapatkan izin mendirikan.
Izin mendirikan diberikan untuk jangka waktu 2
(dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1
(satu) tahun.
Pemohon yang telah memperoleh izin mendirikan
Rumah Sakit, apabila dalam jangka waktu
tersebut
belum
atau
tidak
melakukan
pembangunan Rumah Sakit, maka pemohon
harus mengajukan izin baru sesuai ketentuan izin
mendirikan

Untuk mendapatkan izin operasional, Rumah Sakit


harus memenuhi persyaratan yang meliputi:
sarana dan prasarana;
peralatan;
sumber daya manusia;dan
Administrasi dan manajemen.

Izin operasional sementara diberikan kepada


Rumah Sakit yang belum dapat memenuhi
seluruh persyaratan.
Izin operasional sementara diberikan untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun.

PENCABUTAN IZIN
Izin Rumah Sakit dapat dicabut jika:
habis masa berlakunya;
tidak lagi memenuhi persyaratan dan
standar;
terbukti melakukan pelanggaran
terhadap peraturan perundangundangan; dan/atau
atas perintah pengadilan dalam rangka
penegakan hukum.

KEWAJIBAN RS
memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit
kepada masyarakat;
memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi,
dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai
dengan standar pelayanan Rumah Sakit;
memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;
berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya;
menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu
atau miskin;
melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas
pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat
tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan
kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan;

membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan


kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;
menyelenggarakan rekam medis;
menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain
sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat,
wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia;
melaksanakan sistem rujukan;
menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar
profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan;
memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak
dan kewajiban pasien;
menghormati dan melindungi hak-hak pasien;
melaksanakan etika Rumah Sakit;

memiliki
sistem
pencegahan kecelakaan dan
penanggulangan bencana;
melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan
baik secara regional maupun nasional;
membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik
kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan
lainnya;
menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah
Sakit (hospital by laws);
melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua
petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas; dan
memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai
kawasan tanpa rokok.

HAK RS
menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber
daya manusia sesuai dengan klasifikasi Rumah
Sakit;
menerima
imbalan
jasa
pelayanan
serta
menentukan remunerasi, insentif, dan penghargaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam
rangka mengembangkan pelayanan;
menerima
bantuan dari pihak lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

menggugat pihak yang mengakibatkan


kerugian;
mendapatkan perlindungan hukum dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan;
mempromosikan layanan kesehatan yang
ada di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
mendapatkan insentif pajak bagi Rumah
Sakit publik dan Rumah Sakit yang
ditetapkan sebagai Rumah Sakit pendidikan.

KEWAJIBAN PASIEN
Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap
Rumah Sakit atas pelayanan yang diterimanya.
UUPK
memberikan informasi yang lengkap dan jujur
tentang masalah kesehatannya;
mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter
gigi;
mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana
pelayanan kesehatan; dan
memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang
diterima.

HAK PASIEN
memperoleh informasi mengenai tata tertib dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan
tanpa diskriminasi;
memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;
memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;
mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan;

memilih
dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya
kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP)
baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya;
mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan,
risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan;
memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang
akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit
yang dideritanya;
didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;

memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya


selama dalam perawatan di Rumah Sakit;
mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan
Rumah Sakit terhadap dirinya;
menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak
sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya;
menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila
Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang
tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana; dan
mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak
sesuai dengan standar pelayanan melalui
media
cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

PENYELENGGARAAN
Meliputi:

Pengorganisasian
Pengelolaan Klinik
Akreditasi
Jejaring dan Sistem Rujukan
Keselamatan Pasien
Perlindungan Hukum Rumah Sakit
Tanggung jawab Hukum
Bentuk

PENGORGANISASIAN
Setiap Rumah Sakit harus memiliki
organisasi
yang efektif, efisien, dan
akuntabel.
Organisasi Rumah Sakit paling sedikit
terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau
Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan
medis,
unsur
keperawatan,
unsur
penunjang medis, komite medis, satuan
pemeriksaan internal, serta administrasi
umum dan keuangan.

PENGELOLAAN KLINIK
Setiap
rumah
sakit
harus
menyelenggarakan tata kelola rumah sakit
dan tata kelola klinis yang baik.
Setiap tindakan kedokteran yang dilakukan
di
rumah
sakit
harus
mendapat
persetujuan pasien atau keluarganya.
Setiap rumah sakit harus menyimpan
rahasia kedokteran.
Dalam penyelenggaraan rumah sakit harus
dilakukan audit.

AKREDITASI
Dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan
Rumah
Sakit
wajib
dilakukan akreditasi secara berkala
menimal 3 (tiga) tahun sekali.
Akreditasi Rumah Sakit dilakukan
oleh suatu lembaga independen baik
dari dalam maupun dari luar negeri
berdasarkan standar akreditasi yang
berlaku

JEJARING
Pemerintah dan asosiasi Rumah Sakit
membentuk
jejaring
dalam
rangka
peningkatan pelayanan kesehatan.
Jejaring meliputi
informasi, sarana
prasarana,
pelayanan,
rujukan,
penyediaan alat, dan pendidikan tenaga.
Setiap
Rumah
Sakit
mempunyai
kewajiban
merujuk
pasien
yang
memerlukan
pelayanan
di
luar
kemampuan pelayanan rumah sakit.

KESELAMATAN PASIEN
Rumah
Sakit wajib menerapkan
standar keselamatan pasien.
Standar
keselamatan
pasien
dilaksanakan
melalui
pelaporan
insiden,
menganalisa,
dan
menetapkan
pemecahan masalah
dalam rangka menurunkan angka
kejadian yang tidak diharapkan.

PERLINDUNGAN HUKUM RS
Rumah Sakit dapat menolak mengungkapkan
segala informasi kepada publik yang
berkaitan dengan rahasia kedokteran.
Pasien dan/atau keluarga yang menuntut
Rumah
Sakit
dan
menginformasikannya
melalui
media
massa,
dianggap
telah
melepaskan hak
rahasia kedokterannya
kepada umum.

Penginformasian kepada
media massa
memberikan kewenangan kepada Rumah Sakit
untuk mengungkapkan
rahasia kedokteran
pasien sebagai hak jawab Rumah Sakit.

TANGGUNG JAWAB HUKUM


RS
Rumah Sakit bertanggung jawab
secara hukum terhadap semua
kerugian yang ditimbulkan atas
kelalaian
yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan di Rumah Sakit.

BENTUK
Rumah Sakit dapat berbentuk
Rumah
Sakit statis, Rumah Sakit
bergerak,
dan
Rumah
Sakit
lapangan.

PEMBIAYAAN
Pembiayaan
Rumah Sakit dapat
bersumber dari penerimaan Rumah
Sakit, anggaran Pemerintah, subsidi
Pemerintah, anggaran Pemerintah
Daerah, subsidi Pemerintah Daerah
atau
sumber
lain
yang
tidak
mengikat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

TARIF
Menteri menetapkan pola tarif nasional.
Pola tarif nasional ditetapkan berdasarkan
komponen biaya satuan pembiayaan dan
dengan memperhatikan kondisi regional.
Gubernur menetapkan pagu tarif maksimal
berdasarkan pola tarif nasional yang berlaku
untuk rumah sakit di Provinsi yang
bersangkutan.
Penetapan besaran tarif rumah sakit harus
berdasarkan pola tarif nasional dan pagu
tarif maksimal

Besaran tarif kelas III Rumah Sakit yang


dikelola Pemerintah ditetapkan oleh
Menteri.
Besaran tarif kelas III Rumah Sakit yang
dikelola Pemerintah Daerah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
Besaran tarif kelas III Rumah Sakit selain
rumah sakit yang dikelola Pemerintah
ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit
dengan memperhatikan besaran tarif
kelas III Rumah Sakit yang dikelola
Pemerintah Daerah.

Komponen Tarif RS

Konsultasi Medis
Administrasi Rs
Ruang Perawatan
Penunjang Diagnostik
Tindakan Medis Operatif
Tindakan Medis Non Operatif
Radioterapi
Rehabilitasi Medis
Farmasi
Perawatan Jenazah
Ambulans Dan Jasa RS Lainnya

Berdasar : Kepmenkes Nomor


582/Menkes/Sk/VI/1997 Tentang Pola Tarif
Rumah Sakit Pemerintah

Pendapatan Rumah Sakit publik


yang
dikelola
Pemerintah
dan
Pemerintah
Daerah
digunakan
seluruhnya secara langsung untuk
biaya operasional Rumah Sakit dan
tidak dapat dijadikan pendapatan
negara atau Pemerintah Daerah.

PENCATATAN DAN
PELAPORAN
Setiap Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan
dan pelaporan tentang semua kegiatan
penyelenggaraan Rumah Sakit dalam bentuk
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
Pencatatan dan pelaporan terhadap penyakit
wabah atau penyakit tertentu lainnya yang dapat
menimbulkan wabah, dan pasien penderita
ketergantungan narkotika dan/atau psikotropika
dilaksanakan
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan perundang-undangan.

PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN
Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap Rumah
Sakit dengan melibatkan organisasi profesi,
asosiasi
perumahsakitan,
dan
organisasi
kemasyaratan lainnya sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing.
Dalam
melaksanakan
tugas
pengawasan,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengangkat
tenaga pengawas sesuai kompetensi dan
keahliannya
Tenaga pengawas melaksanakan pengawasan
yang
bersifat
teknis
medis
dan
teknis
perumahsakitan.

Pembinaan dan pengawasan diarahkan


untuk :
pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan
yang terjangkau oleh masyarakat;
peningkatan mutu pelayanan kesehatan;
keselamatan pasien ;
pengembangan jangkauan pelayanan; dan
peningkatan kemampuan kemandirian
Rumah Sakit.

Pembinaan Non Teknis


Pembinaan dan pengawasan nonteknis
perumahsakitan yang melibatkan unsur
masyarakat
dapat
dilakukan
secara
internal dan eksternal.
Pembinaan
dan
pengawasan
secara
internal dilakukan oleh Dewan Pengawas
Rumah Sakit.
Pembinaan
dan
pengawasan
secara
eksternal dilakukan oleh Badan Pengawas
Rumah Sakit Indonesia.

Dewan Pengawas

Keanggotaan Dewan Pengawas Rumah Sakit terdiri dari unsur


pemilik Rumah Sakit, organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan,
dan tokoh masyarakat.
Keanggotaan Dewan Pengawas Rumah Sakit berjumlah maksimal
5 (lima) terdiri dari 1 (satu) orang ketua merangkap anggota dan
4 (empat) orang anggota.
Tugas:
menentukan arah kebijakan Rumah Sakit;
menyetujui dan mengawasi pelaksanaan rencana strategis;
menilai dan menyetujui pelaksanaan rencana anggaran;
mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan kendali biaya;
mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien;
mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban Rumah Sakit; dan
mengawasi kepatuhan penerapan etika Rumah Sakit, etika
profesi, dan peraturan perundang-undangan;

Badan Pengawas
Badan
Pengawas
Rumah
Sakit
Indonesia
merupakan unit nonstruktural di Kementerian yang
bertanggung jawab dibidang kesehatan dan dalam
menjalankan tugasnya bersifat independen.
Keanggotaan Badan
Pengawas Rumah Sakit
Indonesia berjumlah maksimal 5 (lima) orang terdiri
dari 1 (satu) orang ketua merangkap anggota dan 4
(empat) orang anggota.
Keanggotaan Badan Pengawas Rumah Sakit
Indonesia terdiri dari unsur pemerintah, organisasi
profesi, asosiasi perumahsakitan, dan tokoh
masyarakat.

BPI
membuat pedoman tentang pengawasan Rumah
Sakit untuk digunakan oleh Badan Pengawas Rumah
Sakit Provinsi;
membentuk sistem pelaporan dan sistem informasi
yang merupakan jejaring dari Badan Pengawas
Rumah Sakit Indonesia dan Badan Pengawas Rumah
Sakit Provinsi; dan
melakukan
analisis
hasil
pengawasan
dan
memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dan
Pemerintah Daerah untuk digunakan sebagai bahan
pembinaan.

BPD

mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien di


wilayahnya;
mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban Rumah
Sakit di wilayahnya;
mengawasi penerapan etika Rumah Sakit, etika profesi,
dan peraturan perundang-undangan;
melakukan pelaporan hasil pengawasan kepada Badan
Pengawas Rumah Sakit Indonesia
melakukan analisis hasil pengawasan dan memberikan
rekomendasi kepada
Pemerintah Daerah untuk
digunakan sebagai bahan pembinaan; dan
menerima pengaduan dan melakukan upaya
penyelesaian sengketa dengan cara mediasi.

SANKSI PIDANA UU
KESEHATAN
Pasal 190

Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau


tenaga kesehatan yang melakukan praktik atau
pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
dengan sengaja tidak memberikan pertolongan
pertama terhadap pasien yang dalam keadaan gawat
darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat
(2) atau Pasal 85 ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mengakibatkan terjadinya kecacatan atau
kematian, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
dan/atau tenaga kesehatan tersebut dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).

Pasal 32
(1)Dalam
keadaan
darurat,
fasilitas
pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta, wajib memberikan
pelayanan kesehatan bagi penyelamatan
nyawa pasien dan pencegahan kecacatan
terlebih dahulu.
(2)Dalam keadaan darurat, fasilitas
pelayanan
kesehatan,
baik
pemerintah maupun swasta dilarang
menolak pasien dan/atau meminta
uang muka

Pasal 85
(1)Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan
kesehatan, baik pemerintah maupun swasta
wajib memberikan pelayanan kesehatan
pada bencana bagi penyelamatan nyawa
pasien dan pencegahan kecacatan.
(2)Fasilitas pelayanan kesehatan dalam
memberikan
pelayanan
kesehatan
pada bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilarang menolak pasien
dan/atau meminta uang muka terlebih
dahulu.

SANKSI PIDANA UU RS
Pasal 62
Setiap orang yang dengan sengaja
menyelenggarakan Rumah Sakit tidak
memiliki izin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
dan denda paling banyak
Rp.
5.000.000.000,00- (lima milyar rupiah).
Note : Pasal 25 ayat (1) : Setiap penyelenggara
Rumah Sakit wajib memiliki izin.

Dalam hal tindak pidana sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 62 UU RS
dilakukan oleh korporasi, selain pidana
penjara
dan
denda
terhadap
pengurusnya,
pidana
yang
dapat
dijatuhkan terhadap korporasi berupa
pidana denda dengan pemberatan 3
(tiga)
kali
dari
pidana
denda
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62.
Selain pidana denda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat
dijatuhi pidana tambahan berupa:
pencabutan izin usaha; dan/atau
pencabutan status badan hukum.

Ketentuan Peralihan
Pada
saat
Undang-Undang
ini
berlaku, semua Rumah Sakit yang
sudah ada harus menyesuaikan
dengan ketentuan yang berlaku
dalam Undang-Undang ini, paling
lambat dalam jangka waktu
2
(dua) tahun setelah Undang-Undang
ini diundangkan.

DELEGASI
PENGATURAN
PERATURAN PEMERINTAH
5
PERATURAN PRESIDEN
1
PERATURAN MENTERI
18
PERATURAN DAERAH
1

Pasal 14
Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga kesehatan asing
sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
Pendayagunaan tenaga kesehatan asing sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya dilakukan dengan
mempertimbangkan kepentingan alih teknologi dan ilmu
pengetahuan
serta
ketersediaan
tenaga
kesehatan
setempat.
Pendayagunaan tenaga kesehatan asing sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya dilakukan bagi tenaga
kesehatan asing yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi
dan Surat Ijin Praktik
Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan tenaga
kesehatan asing pada ayat (1) ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 23

Rumah Sakit pendidikan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 22 merupakan Rumah Sakit yang
menyelenggarakan pendidikan dan penelitian
secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi
kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan,
dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya.
Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan
dapat dibentuk Jejaring Rumah Sakit Pendidikan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Sakit
pendidikan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 30
Setiap Rumah Sakit mempunyai hak:
mendapatkan insentif pajak bagi
Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit
yang ditetapkan sebagai Rumah
Sakit pendidikan
Ketentuan lebih lanjut mengenai
insentif
pajak
diatur
dengan
Peraturan Pemerintah.

Pasal 48
Pembiayaan Rumah Sakit dapat bersumber
dari penerimaan Rumah Sakit,
anggaran
Pemerintah, subsidi Pemerintah, anggaran
Pemerintah
Daerah,
subsidi
Pemerintah
Daerah atau sumber lain yang tidak mengikat
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai subsidi atau
bantuan Pemerintah dan Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 61
Ketentuan lebih lanjut mengenai
Badan Pengawas Rumah Sakit
Indonesia dan Badan Pengawas
Rumah Sakit Provinsi diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 35
Pedoman organisasi Rumah Sakit
ditetapkan dengan Peraturan
Presiden.

Permenkes
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri
(pasal 10)
Ketentuan
lebih
lanjut mengenai
prasarana Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan
ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri
(pasal 11)

Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan


kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Menteri(pasal 15)
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
klasifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri (pasal 24)
Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan diatur
dengan Peraturan Menteri (pasal 28)
Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban
Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Menteri. (pasal 29)

Ketentuan lebih lanjut mengenai promosi layanan


kesehatan sebagaimana dmaksud pada ayat (1) huruf
g diatur dengan Peraturan Menteri.(pasal 30)
Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien
diatur dengan Peraturan Menteri. (pasal 31)
Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran
diatur dengan Peraturan Menteri (pasal 38)
Pelaksanaan audit
medis berpedoman
pada
ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri. (pasal 39)
Lembaga independen akreditasi RS sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.
(pasal 40)

Ketentuan lebih lanjut mengenai akreditasi


Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dan ayat (2) diatur dengan Peraturan
Menteri. (pasal 40)
Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem rujukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri.(pasal 42)
Ketentuan lebih lanjut mengenai standar
keselamatan pasien sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri.(pasal 43)

Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara


penyelenggaraan Rumah Sakit bergerak dan Rumah
Sakit lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Menteri.(pasal 47)
Menteri menetapkan pola tarif nasional. (pasal 49)
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan
pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur
dengan Peraturan Menteri. (pasal 54)
Ketentuan lebih lanjut mengenai Dewan Pengawas
Rumah Sakit diatur dengan Peraturan Menteri (pasal
56)

Perda
Besaran tarif kelas III Rumah Sakit
yang dikelola Pemerintah Daerah
ditetapkan
dengan
Peraturan
Daerah. (pasal 50)

Anda mungkin juga menyukai