Anda di halaman 1dari 30

Puskesmas Kecamatan Duren Sawit

14 April 2016

11/14/16

11/14/16

Siapa potensial
sumber penularan

1. Haji, Umroh
2. TKI
3. Wisatawan
4. Pebisnis
5. PNS

Tahap Pemantauan Virus Polio Baru (import)


Masih banyak negara-negara yang mempunyai penderita
polio baru yang mungkin masuk ke Indonesia dan
beredarnya VAPP dan VDVP yang beredar pada anak
imunitas rendah
Surveilans AFP (SAFP) yang berkualitas tinggi dapat
menuntun kita mendeteksi daerah yang diserang oleh virus
polio liar (import) atau VDVP
Mopping Up dapat segera
dilakukan pada daerah
terbatas sehingga efisien

Dipertahankan tetap
bebas polio

Semua anak usia < 15 tahun


Kelumpuhan yang sifatnya lemas
(flaccid)
Terjadi mendadak dalam 1 14 hari
Bukan disebabkan rudapaksa / trauma
Bila ada keraguan laporkan sebagai kasus

AFP

11/14/16

1.
2.
3.
4.

Non Polio AFP rate > 2 / 100 ribu


anak usia < 15 thn
Spesimen adekuat > 80 %
Ketepatan laporan Puskesmas
>80 %
Kelengkapan laporan nihil RS &
Pusk > 90 %

KASUS

perkembangan kelumpuhan cepat


antara 1-14 hari
sejak gejala awal lumpuh lumpuh maksimal

Akut

Keraguan
kelumpuhan akibat ruda paksa/ kecelakaan
atau ada hubungan dengan rudapaksa

Laporkan sebagai AFP

KLASIFIKASI KLINIS

Tahap awal implementasi


surveilans AFP
Surveilans AFP belum
berjalan baik

KLASIFIKASI VIROLOGIS

Digunakan bila surveilans AFP memenuhi kriteria:


AFP rate: 1 / 100.000 penduduk usia < 15 thn
Spesimen yg adekuat dari kasus AFP >= 60%

NB: Perubahan kriteria klinis mjd kriteria Virologis dilakukan dg persetujuan WHO

POLIOMYELITIS
Kerusakan sel motorneuron (cornu anterior)
di Medula Spinalis akibat suatu peradangan
yang disebabkan oleh virus polio, dengan
manifestasi KELUMPUHAN.
Medula spinalis
Penampang horisontal

Cornu
anterior

Manifestasi klinis lumpuh layuh asimetri


Abortive (5%): panas, lemas, anoreksia, sakit kepala
Non paralytic (1%): kekakuan leher, refleks menurun
Paralytic (0,1%): kelumpuhan asimetris, dapat

mengenai saraf otak, otak dan refleks menghilang

Cairan serebrospinal:
Normal atau sel 20 300 /mm3

Diagnosis pasti Virus di tinja (+)


Tatalaksana : simtomatik dan fisioterapi
11/14/16

11

Pemulangan pasien:
dirawat 2 minggu klinis
sedikit membaik - tinja
mengandung
virus polio
selama 3 bulan
di
berikan klorin

Gejala sisa - lumpuh layuh,


biasanya tungkai satu sisi
mengecil, dapat terjadi
kontraktur
11/14/16

12

PENYEBARAN VIRUS POLIO DI LINGKUNGA


ANAK TERINFEKSI
VIRUS POLIO,
BAB

TIDAK CUCI
TANGAN DENGAN
BAIK SETELAH
BAB

VIRUS POLIO
MASUK KE
ANAK LAIN
MELALUI
MULUT

MAK-MIN
TERKONTAMINA
SI

ANAK
SAKIT
POLIO

Inkubasi pendek: 7-14 hr (terpendek 4


hr), range 3-35 hr
Eksresi virus melalui tinja secara
intermiten sampai 6-8 minggu atau
melalui air ludah 1-2 setelah lumpuh.
Eksresi virus terbanyak pada:
Beberapa saat sebelum lumpuh 2 minggu

setelah lumpuh
Eksresi virus sangat menurun setelah 4
minggu lumpuh

Virus masuk melalui mulut (oral)


Replikasi pada lapisan tonsil dan usus, serta
kelenjar limfe.
Viremia melalui darah Susunan saraf pusat
melalui sel saraf ke medula spinalis
Motor neuron, pada Cornu anterior medula spinalis,
rusak karena replikasi virus lumpuh
Berat-ringan kelumpuhan tergantung banyaknya
motor neuron yang rusak.

0. Tidak dapat bergerak sama sekali


1. Hanya dapat menggerakkan / kontraksi
otot
2. Tidak dapat mengangkat kaki dari
tempat tidur, hanya menggeser saja
3. Masih dapat mengangkat tungkai, tapi
tidak dapat melawan tahanan
4. Dapat melawan tahanan
5. Tidak ada kelumpuhan

11/14/16

16

Terlentang di
tempat tidur
Posisi seperti katak
Gerakan sedikit
Lutut menyentuh

tempat tidur

11/14/16

17

Minta ia
duduk di
lantai lalu
berdiri
Tidak

sanggup
Berdiri
sambil
merambat
pada kakinya

11/14/16

18

Infeksi virus ke medula spinalis


mendadak
Demam, batuk pilek, lumpuh
lemas simetris mendadak
Gangguan miksi dan defekasi
Refleks fisiologis / patologis
menurun/negatif
Pada keadaan lebih lanjut
refleks meningkat
Pungsi lumbal: pleositosis
Pengobatan: kortikosteroid
1 2 minggu, Imuno Glob(IG)
Follow up:layuh - lumpuh
spastis
11/14/16

20

Demam, adanya gangguan motorik dan sensorik


Kelumpuhan simetris, ascending symmetric
proximal dari kaki ke atas, sampai lengan atas
Sering menyebabkan kelumpuhan otot
pernapasan
Sering disertai gangguan miksi dan defekasi
Pungsi lumbal: peningkatan protein tanpa
pleositosis (disosiasi sitoalbuminik)
Pengobatan: IG 0,4 g/kgbb/hari selama 5 hari
Follow up: bila bertahan, kelumpuhan tetap layuh

11/14/16

21

Mengenai lengan
Pada bayi baru lahir
dengan berat lahir
>
4000 gram
Disebabkan trauma
persalinan: tarikan pada
daerah pleksus
Brakhialis
Pengobatan: rehabilitasi
fisioterapi
Follow up: tetap layuh
11/14/16

22

Demam (-)/(+), nyeri di otot tungkai yang


sakit
Kadang ada dermatitis eritematous,
gangguan gastrointestinal, kelemahan otot
Polimiosistis atau dermatomiositis
ditandai: kelemahan otot tungkai,
peningkatan enzim kreatinin kinase, EMGmiopati, dan biopsi otot peradangan otot
Pengobatan: kortikosteroid
Follow up: sembuh sempurna
11/14/16

23

Dijumpai pada anak yang mengalami


diare atau muntah-muntah
Bayi lemas ke dua tungkai setelah
diare, muntah2, laboratorium hipokalemi
Dapat berulang dan bersifat familial,
paralisis periodik hipokalemi pada
Renal Tubular Acidosis
Pengobatan: kalium oral, dapat disertai
pemberian Natrium bikarbonat
Follow up: lumpuh hilang timbul
11/14/16

24

Anak tiba-tiba lumpuh layuh lengan dan


tungkai sisi yang sama (hemiparesis)
Demam tidak ada
Lumpuh layuh dengan refleks negatif
CT scan/MRI kepala: daerah hipodens
(iskemik) atau hiperdens (perdarahan)
Etiologi: iskemik defisiensi protein C / S
Follow up: tetap lumpuh layuh

11/14/16

25

Pasien demam, kejang kemudian tidak


sadar atau tetap sadar
Ada kelumpuhan lengan dan tungkai 1
sisi atau 4 ekstremitas
Awal lumpuh layuh fase shock pada
follow up menjadi lumpuh spastis
LAPORKAN

11/14/16

26

Pasien panas 1 2 hari mulai suhu rendah


tinggi
Sakit kepala, sakit di punggung dan atralgia
Nyeri tulang di kaki atau lutut menyebabkan
anak tidak dapat berjalan selama 2 -3 hari
Kadang dijumpai rash, hiperpigmentasi,
stomatitis, kaku kuduk, diare atau muntah
Lab: darah infeksi virus
Pengobatan - simtomatik

11/14/16

27

Respons
tatalaksana
kasus:
Pengawasan
ketat penderita
Kunjungan Ulang
60 hari

Respons sistem
pelaporan:
W1
FP1
FPS
Hasil pemeriksaan
penunjang/laborator
ium

Respons Kes
Masy.:
Lakukan
Penyelidikan
Epidemiologi
Surveilans Intensif
Perlindungan thd
kontak
Pengambilan
spesimen untuk
diperiksa di lab
rujukan nasional
KIE kpd
masyarakat agar
segera melaporkan
kasus AFP ke TPK
KIE ttg pentingnya
imunisasi polio
Pemberian
imunisasi

Anda mungkin juga menyukai